Anda di halaman 1dari 9

3. A.

Pengelolaan dan alokasi DAS


Pengelolaan Sumber Daya Alam perlu memperhatikan asas-asas kelestarian, keseimbangan,
kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, transparansi, dan
akuntabilitas. Berdasarkan asas-asas tersebut maka dalam praktiknya memerlukan pendekatan
secara menyeluruh sehingga memerlukan pandangan/ pendekatan dari berbagai keilmuan,
pelibatan berbagai aktor yang terlibat dalam pengurusan dan penggunaan sumber daya alam.
Secara menyeluruh mencakup semua bidang pengelolaan yang meliputi konservasi,
pendayagunaan, dan pengendalian daya rusak air, serta meliputi seluruh kesatuan sistem wilayah
pengelolaan secara utuh (dari hulu sampai hilir), mencakup semua proses perencanaan,
pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi.
Pengelolaan DAS ini juga harus dilakukan secara terpadu dimana program dan kegiatan
masing-masing pemangku kepentingan sesuai dan sinergis dengan tujuan bersama pemangku
kepentingan berwawasan lingkungan hidup, memperhatikan keseimbangan ekosistem dan daya
dukung lingkungan.

Peraturan Perundangan dalam Pengelolaan DAS

Berbagai peraturan perundangan membahas mengenai DAS dari berbagai perspektif latar
belakang sektor sehingga peraturan perundangan mengenai DAS pun tidak hanya menyangkut
satu sektor saja. Pengelolaan DAS ini dapat mencakup sektor kehutanan, lingkungan hidup,
pekerjaan umum, tata ruang dan agraria, dan berbagai sektor lainnya.

Peraturan perundangan yang menyangkut mengenai pengelolaan DAS diantaranya adalah


UU No. 25 Tahun 2004, UU No. 26 Tahun 2007, UU No. 32 Tahun 2009, dan UU No. 41 Tahun
1999.

B. pencegahan banjir dan erosi


Penyebab Banjir
Berdasarkan pengamatan, bahwa banjir disebabkan oleh dua katagori yaitu banjir akibat
alami dan banjir akibat aktivitas manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan,
fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang.
Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan
perubahan-perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS),
kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan
pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir
yang tidak tepat.

Pengendalian Bahaya Banjir

1. Perbaikan Saluran dan Perlindungan Vegetasi


Dasar sungai yang sudah dangkal/ tersedimentasi akibat pengendapan harus dikeruk, diperdalam
sementara untuk batas tebing/tanggul sungai di kanan–kirinya harus pula diperlebar. Metode-metode ini
meningkatkan kemampuan penampungan lebihan air dan menurunkan peluang meluapnya air ke sekitar
sungai. Sementara untuk kawasan/ daerah permukiman/ pusat perkotaan, kolam-kolam retensi dan saluran
buatan (drainase) sepatutnya dipelihara dan dijaga kebersihannya. Kerawanan sedimentasi dan sampah
juga menjadi faktor utama penyebab banjir perkotaan. Hilangnya vegetasi seperti pepohonan dan kawasan
hijau harus segera disikapi dengan kegiatan perlindungan vegetasi dan penghijauan. Hal ini bertujuan
menjaga berlanjutnya siklus hidrologi.
2. Konstruksi Bendungan/Tanggul yang Aman
Bendungan adalah suatu konstruksi untuk membuat waduk (storage) yang mampu menyimpan
cadangan air limpasan sekaligus melepasnya dengan tingkat yang masih bisa dikelola. Pembangunannya
harus memperhatikan patokan tertinggi permukaan air sewaktu banjir sehingga elevasi puncak / mercu
bendungan atau tanggul berada di atas angka keamanan. Bila banjir ternyata lebih tinggi dan lebih kuat
ketimbang bendungan maka akan terjadi limpasan over-toping yang bisa menyebabkan jebolnya
bendungan, bahayanya justru lebih besar ketimbang kalau tak ada bendungan. Jadi bila konstruksi
bendungan tidak dirancang dengan cermat, maka keamanannya takkan terjamin karena dampak banjir
justru akan makin parah sewaktu bendungan jebol. Penguatan bangunan yang sudah ada perlu dilakukan
dengan melakukan servis dan perawatan. Para pemilik bangunan bisa mengusahakan menekan risiko
kerusakan dengan cara memperkuat bangunannya untuk menahan hantaman atau terjangan air. Bangunan
baru harus mempunyai pondasi yang tak mudah keropos atau longsor dan mempunyai daya dukung yang
kuat.
Perlindungan dari pengikisan tanah merupakan unsur penting menghadapi bencana banjir seperti
dasar sungai sebaiknya distabilkan dengan membangun ‘alas batu’ atau beton yang kuat, atau menanami
bantaran dengan pepohonan, khususnya bila dekat jembatan. Sedangkan untuk lokasi rawan banjir atau
sekitar sungai bisa diperbaiki dengan cara meninggikan tanggul. Ini akan efektif untuk lokasi bangunan.
Sedangkan untuk mencegah/mengurangi sedimentasi pada waduk dan pendangkalan sungai yaitu dengan
dibuatnya beberapa cek-dam di hulu sungai dan daerah-daerah rawan erosi, serta ditingkatkannya
reboisasi dan perlindungan hutan.

3. Partisipasi Aktif Masyarakat.


Peranserta masyarakat diperlukan dalam minimasi bencana banjir. Oleh karena itu diperlukan
beberapa pendekatan, antara lain: 1). Peringatan bahaya banjir disebarkan di tingkat desa/kalurahan, 2).
Kerja bakti untuk memperbaiki dasar dan tebing sungai, membersihkan kotoran yang menyumbat saluran
air, membangun tanggul dengan karung- karung pasir atau bebatuan, menanami bantaran sungai
(penghijauan), 3). Rencana pemulihan pertanian pasca-banjir, antar lain dengan menyimpan benih dan
persediaan lain di tempat yang paling aman dan ini dijadikan tradisi, 4). Perencanaan pasokan air bersih
dan pangan seandainya bencana memaksa pengungsian.

Program-program untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang bahaya banjir, meliputi : 1).
Penjelasan tentang fungsi-fungsi bantaran sungai dan jalur banjir, lokasinya serta pola-pola siklus
hidrologi, 2). Identifikasi bahaya rawan banjir, 3). Mendorong perorangan untuk memperbaiki daya tahan
bangunan dan harta mereka agar potensi kerusakan/kehancuran dapat ditekan, 4). Menggugah kesadaraan
masyarakat tentang arti penting rencana– rencana dan latihan–latihan penanggulangan serta pengungsian,
5). Mendorong tanggung jawab perorangan atas pencegahan dan penanggulangan banjir dalam kehidupan
sehari–hari, 6). Pada praktik bertani harus memperhatikan dampak lingkungan, jangan menggunduli
hutan dan hulu sungai saluran air harus dipelihara dan sebagainya.

c. perlindungan nilai keindahan yang berhubungan dengan SDA

PENTINGNYA SUMBER DAYA ALAM

1. Realita hidup dan kehidupan manusia tidak terlepas dari alam dan lingkungannya, karena hal
tersebut merupakan hubungan mutualisme dalam tatanan keseimbangan alam dan kehidupannya
(Balancing Ecosytem). Adapun kemampuan manusia hidup dan mempertahankan kehidupannya
(survive) dalam rangka pengembaraannya dimuka bumi adalah sebagai proses pembentukan
pribadi individu yang peka terhadap alam dan lingkungannya

2. Pemanfaatan dan pengelolaan alam dan sumber daya alam yang bijaksana bagi kepentingan
manusia. Konsep konservasi pada mencakup beberapa sektor, yaitu sektor ilmiah, sektor sosial
budaya dan sektor pengolahannya. Ketiga sektor ini harus saling melengkapi mengikat satu sama
lainnya. Sektor ilmiah melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian-penelitian dan pengamatan
yang bersifat ilmiah, artinya kegiatan ini bersifat terbuka, terukur, sistematik nalar dan berkaitan
dengan sistematik yang ada. Misalnya penelitian tentang satu jenis folra dan fauna tertentu, baik
dari populasi atau habitatnya. Sektor sosial budaya dan ekonomi perlu dipahami, sebab latar
belakang masyarakat berpengaruh terhadap perlindungan pelestarian dan pemanfaatan
sumberdaya alam hayati. Sektor pengolahan adalah bagaimana manusia mengelola sumber daya
alam yang ada secara bijaksana.

3. Dukungan yang mengglobal terhadap konservasi didasarkan karena penghargaan estetika,


pengetahuan bahwa produk-produk yang berguna dapat saja berasal dari jenis yang belum
dikenali, dan pengertian bahwa lingkungan harus menjadi fungsi biosphere yang tepat, khusunya
yang berhubungan dengan kebutuhan manusia akan udara, air dan tanah, yang mana saat ini
mengalami degradasi yang sangat cepat.

4. Pemanfaatan SDA berupa tumbuhan antara lain dapat menghasilkan oksigen bagi manusia
dan hewan Mengurangi polusi karena dapat menyerap karbondioksida yang dipakai tumbuhan
untuk proses fotosintesis Mencegah terjadinya erosi, tanah longsor dan banjir Bahan industri,
misalnya kelapa sawit bahan industri minyak goreng Bahan makanan, misalnya padi menjadi
beras Bahan minuman, misalnya teh dan jahe

NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM SDA


1 Nilai Ekologis : Setiap sumberdaya alam merupakan unsur ekosistem alam. Sebagai misal,
suatu tumbuhan dapat berfungsi sebagai pelindung tata air dan kesuburan tanah. Suatu jenis
satwa dapat menjadi key species yang menjadi kunci keseimbangan alam.

2. Nilai Komersial: Secara umum telah dipahami bahwa kehidupan manusia tergantung mutlak
kepada sumber daya alam hayati. Keanekaragaman hayati mempunyai nilai komersial yang
sangat tinggi. Sebgai gambaran, sebagian dari devisa Indonesia dihasilkan dari penjualan kayu
dan bentuk-bentuk lain eksploitasi hutan.

3. Nilai Sosial dan Budaya Keanekaragaman hayati mempunyai nilai sosial dan budaya yang
sangat besar. Suku-suku pedalaman tidak dapat tinggal diperkotaan karena bagi mereka tempat
tinggal adalah hutan dan isinya. Sama halnya dengan suku-suku yang tinggal dan
menggantungkan hidup dari laut. Selain itu keanekaragaman hayati suatu negara lain didunia.
Konstribusi-konstribusi ini tentunya memberikan makna sosial dan budaya yang tidak kecil.

4. Nilai Rekreasi: Keindahan sumber daya alam hayati dapat memberikan nilai untuk
menjernihkan pikiran dan melahirkan gagasan-gagasan bagi yang menikmatinya. Kita sering
sekali pergi berlibur ke alam, apakah itu gunung, gua atau laut dan lain sebagainya, hanya untuk
merasakan keindahan alam dan ketika kembali ke perkotaan kita merasa berenergi untuk terus
melanjutkan rutinitas dan kehidupan.
4. Nilai Penelitian dan Pendidikan: Alam sering kali menimbulkan gagasan-gagasan dan
ide cemerlang bagi manusia. Nilai ini akan memberikan dorongan untuk mengamati
fenomena alam dalam bentuk penelitian. Selain itu alam juga dapat menjadi media
pendidikan ilmu pengetahuan alam, maka sangat diperlukan bahan untuk penelitian
maupun penghayatan berbagai pengertian dan konsep suatu ilmu pengetahuan.

D. PERTIMBANGAN DI BERBAGAI ASPEK


1. Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi akan berbeda-beda untuk DAS yang berbeda pula.
Sebaran penduduk baik secara spasial, umur maupun jenis kelamin, mata pencaharian
penduduk, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan masyarakat, tingkat ketergantungan
masyarakat terhadap sumberdaya alam, kebiasan/adat istiadat masyarakat yang terkait
dengan pengelolaan sumberdaya alam di dalam kawasan DAS, pola penggunaan lahan
dan lain-lain.

2. Organisasi Pengelola dan Aspek Kelembagaan


Karyana (2001) mengemukakan bahwa secara umum permasalahan utama dalam
pembangunan pengelolaan DAS adalah belum mantapnya institusi dan lemahnya
sistem perencanaan yang komprehensif. Gejala umum yang timbuk dari kondisi di atas
antara lain: (1) masyarakat dalam DAS masih ditempatkan sebagai objek dan bukan
subjek pembangunan (2) manfaat pembangunan lebih banyak dinikmati oleh elit-elit
tertentu dan belum terdistribusi secara merata (3) masyarakat belum mampu untuk
berpartisipasi secara nyata dalam proses pembangunan (4) masyarakat masih menjadi
bagian terpisah (eksternal) dari ekosistem DAS.
Sedangkan permasalahan utama dalam pengelolaan DAS dan konservasi tanah
berkaitan dengan masalah kelembagaan berupa : (1) perbedaan sistem nilai (value)
masyarakat berkenaan dengan kelangkaan sumberdaya, sehingga penanganan
persoalan di Jawa berbeda dengan di luar Jawa, (2) orientasi ekonomi yang kuat tidak
diimbangi komitmen terhadap perlindungan fungsi lingkungan yang berimplikasi pada
munculnya persoalan dalam implementasi tata ruang, (3) persoalan laten berkaitan
dengan masalah agraria dan (4) kekosongan lembaga/instansi pengontrol pelaksanaan
program (Marwah, 2001).
- Beberapa institusi/organisasi yang terkait erat dengan kegiatan pengelolaan DAS
adalah :
Tingkat Nasional :Departemen Kehutanan, Departemen Pertanian, Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Departemen Kelautan dan Perikanan,
Departemen Pertambahan, Kantor Kementerian Lingkungan Hidup.
Tingkat Regional dan lokal :Pemerintahan Propinsi, Pemerintahan Kabupaten, Balai/
Unit RLKT, Dinas Kehutanan, Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah, Balai/ Unit
Konservasi Sumber Daya Alam, Balai/ Unit Taman Nasional, Dinas Pertanian,
Pekerjaan Umum, LSM, swasta dan lain-lain.
4.UU RI No. 32 Tahun 2009

a. Pasal 2
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Hubungan dengan pertambangan adalah dalam dunia pertambangan sangat perlu di


perhatikan pengelolaan lingkungan di daerah tambang serta perlindungannya yang
bertujuan agar daerah tambang terbebas dari pencemaran limbah dan kerusakan alam,
maka dari itu diperlukan sistem reklmasi tambang dan penghijauan kembali pada saat
kegiatan pasca tambang.

b. Pasal 3
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup sosial, dan ekonomi kedalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Hubungan dengan dunia pertambangan adalah tidak melupakan aspek lain seperti
sosial,ekonomi dalam keutuhan lingkungan hidup daerah pertambangan. Yang dimana
pihak tambang harus melakukan operasi penambangan secara legal dan aman bagi
penduduk sekitar serta alam sekitar. Dan juga mensejahterakan penduduk sekitar agar
mutu hidup generasi masa kini dan depan dapat terjamin.

Anda mungkin juga menyukai