X-1
Pada umumnya program pemberdayaan masyarakat terbagi menjadi enam
bidang utama, yaitu pendidikan, kesehatan, pembangunan saranan atau
prasarana umum seperti tempat ibadah, bantuan bencana alam, upaya
pelestarian alam dan kebudayaan (Parahita, 2012). Berikut model dalam bentuk
kerangka pikir pemberdayaan masyarakat sekitar tambang yang dapat
dilaksanakan industri tambang.
Industri
/perusahaan
Pertambangan
Departemen Hubungan
masyarakat
musyawarah
Umpan balik
masyarakat Kecamatan agama & kepala
Desa adat
Dusun
X-2
SELURUH MASYARAKAT DI
SEKITAR KAWASAN
PERTAMBANGAN
X-3
perbaikan jalan dan jembatan dapat mempermudah akses masyarakat sekitar
kawasan tambang dengan daerah luar.
Bidang kesehatan, pendirian puskesmas sangat membantu masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatannya terlebih lagi
di kawasan pertambangan sangat sering dijumpai berbagai penyakit akibat polusi
dari aktivitas eksploitasi sumberdaya alam. Berbagai penyakit yang mungkin saja
menyerang masyarakat sekitar tambang, yaitu penyakit asma dan gangguan
pernafasan lainnya, kusta dan diare akibat pencemaran air dan udara. Oleh karena
itu, masyarakat perlu penanganan segera terlebih lagi jika terjadi kecelakaan kerja
oleh buruh tambang sehingga ketersediaan puskesmas dan perawat atau petugas
kesehatan menjadi suatu keharusan untuk menjamin kenyamanan masyarakat dan
karyawan atau buruh perusahaan.
Bidang pendidikan, pendirian sekolah di sekitar kawasan pertambangan akan
mempermudah generasi muda untuk melanjutkan sekolah tanpa perlu menempuh
perjalanan jauh untuk bersekolah. Sekolah tersebut diperuntukan bagi anak-anak
dari masyarakat sekitar dan anak-anak karyawan perusahaan. Selain itu,
perusahaan hendaknya mengeluarkan beasiswa misalnya beasiswa S1 untuk
mahasiswa yang berprestasi.
Yang terakhir adalah evaluasi untuk melihat keberhasilan program
pemberdayaan dalam menyentuh dan menyelesaikan permasalahan masyarakat.
Sehingga diperlukan feedback atau umpan balik dari masyarakat ke perusahaan.
Evaluasi tersebut juga sangat dibutuhkan perusahaan untuk membuat laporan
pertanggungjawaban perusahaan kepada pemerintah daerah dan pusat. Melalui
evaluasi diharapkan program pemberdayaan masyarakat dapat lebih ditingkatkan
dan diperbaiki kekuarangannya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera
sesuai tujuan CSR.
Bentuk CSR
X-4
a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, yang
merupakan sumbangan untuk korban bencana nasional yang disampaikan
secara langsung melalui badan penanggulangan bencana atau disampaikan
secara tidak langsung melalui lembaga atau pihak yang telah mendapat izin
dari instansi/lembaga yang berwenang untuk pengumpulan dana
penanggulangan bencana;
X-5
tanggung jawab untuk patuh terhadap hukum yang berlaku dan di puncak
piramida adalah tanggung jawab tambahan atau fiduciary.
Masalah lain yang muncul adalah masalah penyediaan dana CSR terkait erat
dengan kondisi perpajakan, apabila dilihat dari perspektif perusahaan. Dari
sudut Pajak Penghasilan (PPh), perusahaan biasanya harus memilih strategi
sehingga semua biaya yang dikeluarkan untuk program CSR yang dipilih dapat
dibebankan sebagai biaya yang mengurangi laba kena pajak. Sementara dari
sudut Pajak Pertambahan Nilai (PPN), perusahaan biasanya memilih
strategitertentu sehingga barang atau jasa yang diberikan kepada pihak penerima
tidak terhutang PPN atau kalaupun terhutang diupayakan seminimal mungkin.
CSR bagi perusahaan adalah pengeluaran, begitu pula dengan pajak yang harus
mereka bayarkan. Sederhananya, membayar pajak sekaligus mengeluarkan
anggaran untuk kegiatan CSR berarti pengeluaran ganda bagi perusahaan.
Perhitungan ekonomis akan melihat pengeluaran ini sebagai kerugian perusahaan.
X-6
yang menyumbang kepada kelompok yang masuk dalam kategori 501 (c) 3, akan
mendapatkan pemotongan pajak. Hal tersebut juga terjadi di beberapa negara
Eropa.
Oleh karena itu, kabar mengenai akan dikeluarkannya peraturan pemerintah (PP)
tentang pengurangan pajak yang drafnya selesai dibahas pada 30 November
mendatang mendapat banyak masukan dari para pengusaha. RPP ini merupakan
turunan dari UU No 36 Tahun 2008tentang Perubahan Keempat atas UU No 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh). Di dalam RPP tersebut, donasi
untuk kegiatan sosial atau filantropi akan menjadi pengurang pembayaran pajak
penghasilan (PPh) pribadi maupun perusahaan. Para pengusaha berharap RPP
tersebut juga mengatur mengenai pengurangan pajak untuk program tanggung
jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/ CSR).
Kedua, pemotongan pajak yang merupakan salah satu bentuk insentif pajak
harus mempertimbangkan kinerja. Sistem insentif bagi yang berkinerja tinggi
haruslah diimbangi dengan sistem insentif bagi yang kinerjanya rendah demi
terciptanya keadilan
X-7
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk di antaranya
adalah :
Bentuk CSR
X-8
menyalurkan, dan/atau mengelola sumbangan yang berkaitan dengan bencana
nasional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana.
X-9
baik pendidikan dasar dan menengah yang terdaftar pada dinas pendidikan
maupun perguruan tinggi terakreditasi.
Yang dimaksud dengan “olahraga prestasi” adalah olahraga yang membina dan
mengembangkan atlit secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui
kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan.
X-10
Nah, berdasarkan ketentuan tersebut, lima bentuk CSR yang pengeluarannya
dapat dibiayakan dalam rangka menghitung PPh terutang akan diatur oleh
Peratura Pemerintah. Walaupun Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 telah
berlaku sejak 1 Januari 2009, namun ternyata Peraturan Pemerintah yang
mengatur tentang perlakuan biaya CSR ini baru terbit tanggal 30 Desember 2010,
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2010 tentang Sumbangan
Penanggulangan Bencana Nasional, Sumbangan
Penelitian Dan Pengembangan, Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan
Pembinaan Olahraga, Dan Biaya Pembangunan Infrastruktur Sosial Yang Dapat
Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto. Penulis mencoba menyajikan kembali
ketentuan PP Nomor 93 Tahun 2010 ini dalam bentuk tulisan singkat di bawah
ini.
Penerapan terkait dengan point 2 ini PT Bauksit Jaya Sentosa per tahun
mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar Rp1.000.000.000,00. Setiap tahun
Wajib Pajak memberikan sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga melalui
lembaga pembinaan olahraga sebesar Rp.40.000.000,00.
Khusus untuk biayas CSR dalam bentuk infrastruktur social, besarnya nilai
sumbangan dan/atau biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk 1
(satu) tahun dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen) dari penghasilan neto fiskal
Tahun Pajak sebelumnya.
X-11
Bentuk Sumbangan atau Biaya
X-12