Anda di halaman 1dari 3

RESUME

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

AKUNTANSI LINGKUNGAN

Nama : Laila Nur Azizah

NIM : 20200610104

Kelas : AK3B

CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan sebuah tanggung jawab yang di lakukan
oleh sebuah perusahaan kepada masyarakat terhadap dampak lingkunggan dan social yang telah di
dapatkan oleh masyarakat. Contohnya seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak
mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun
desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.

Namun, menurut para pakar CSR bisa di definiskan menjadi Tanggung jawab perusahaan
kepada para pemamangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif yang mencangkup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple
bottom line). Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Wibisono 2007:8).
Pemahaman tentang CSR pada umumnya berkisar pada tiga hal pokok, yaitu CSR adalah

Pertama, suatu peran yang sifatnya sukarela (voluntary) dimana suatu perusahaan membantu
mengatasi masalah sosial dan lingkungan, oleh karena itu perusahaan memiliki kehendak bebas untuk
melakukan atau tidak melakukan peran ini.

Kedua, disamping sebagai institusi profit, perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya


untuk kedermawanan (filantropi) yang tujuannya untuk memberdayakan sosial dan perbaikan
kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan eksploitasi.

Ketiga, CSR sebagai bentuk kewajiban (obligation) perusahaan untuk peduli terhadap dan
mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan yang terus meningkat.

John Elkington pada tahun 1997 dalam (Wibisono 2007) melalui bukunya “Cannibals with
Fork, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”. Elkington mengembangkan konsep
triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan social justice.
Elkington memberikan pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan, harus memperhatikan
“3P”. Selain mengejar profit, perusahaan juga mesti memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan
kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan
(planet). Hubungan yang ideal antara profit (keuntungan), people (masyarakat) dan planet
(lingkungan) adalah seimbang, tidak bisa mementingkan satu elemen saja. Konsep 3P ini menurut
Elkington dapat menjamin keberlangsungan bisnis perusahaan. Hal ini dapat dibenarkan, sebab jika
suatu perusahaan hanya mengejar keuntungan semata, bisa jadi lingkungan yang rusak dan
masyarakat yang terabaikan menjadi hambatan kelangsungan bisnisnya.
Tujuan perusahaan menerapkan CSR agar dapat memberi manfaat yang terbaik bagi
stakeholders dengan cara memenuhi tanggung jawab ekonomi, hukum, etika dan kebijakan.

1. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: make a profit. Motif utama perusahaan adalah
menghasilkan laba. Laba adalah pondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah
ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang.

2. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus taat hukum. Dalam proses
mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan
pemerintah.

3. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik,
benar, adil dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi
perusahaan. Kata kuncinya: be ethical.

4. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berperilaku
etis, perusahaan dituntut agar dapat memberikan kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh
masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Kata kuncinya: be a
good citizen. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda,
yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah nonfiduciary
responsibility”

Di luar Indonesia CSR dilakukan untuk kelancaran bisnis dan harus dilaporkan sebagai
bentuk pengawasan. Sedangkan, pengawasan CSR di Indonesia yang lebih ketat berasal dari lembaga
swadaya masyarakat (NGO) ketimbang pemerintah. Contohnya praktik CSR di Singapura adalah
salah satu contoh ekonomi negara yang memahami dan mengembangkan praktik CSR-nya melalui
upaya bisnis yang terfokus, praktik yang sehat, dan standar. Negara ini secara efisien mengatur,
mengelola, dan mengembangkan agenda CSR-nya yang didukung oleh pemerintah yang kuat. Agenda
CSR dan pembangunan keberlanjutan Singapura akan tetap terdepan jika terus mempromosikan
lingkungan yang ramah bisnis dengan menggandeng semua pemangku kepentingan. Singapura
terdepan dalam pendekatan pre-emptive dalam memperoleh pemahaman tentang tren dan perubahan
CSR. Terakhir memposisikan kebijakan dan peraturannya sehingga negara juga perlu lebih berupaya
untuk melembagakan CSR.

CSR (Corporate Social Responsibility) di Indonesia masih membutuhkan perhatian semua


pihak, baik pemerintah, masyarakat, dan perusahaan. Banyak perusahaan yang masih belum
mengimplementasikan CSR. Selain itu, peran pemerintah yang memiliki kuasa dalam membuat
peraturan untuk mendorong dan mewajibkan perusahaan menerapkan CSR. Pemerintah dapat
memberikan penghargaan bagi perusahaan-perusahaan yang menerapkan CSR dan memberikan
sanksi pada perusahaan yang mengabaikannya.

CSR dapat dijadikan sebagai unggulan kompetitif perusahaan. Keunggulan kompetitif yang
dimaksudkan adalah perusahaan dapat mengungguli kompetitornya pada tujuan utamanya dengan
kata lain CSR dapat dijadikan pembeda. Sebagai salah satu strategi perusahaan, program CSR harus
bersifat berkelanjutan dan dengan komitmen dari perusahaan. Namun, perusahaan masih menganggap
CSR tidak memberikan kontribusi positif terhadap keberlangsungan perusahaan. enerapan CSR di
Indonesia pada dasarnya dapat diarahkan pada penguatan ekonomi rakyat yang berbasis usaha kecil
dan menengah serta peningkatan kualitas SDM masyarakat melalui perbaikan sarana dan prasarana
Pendidikan. Lebih jelasnya, ada beberapa bentuk implementasi CSR, yaitu:
1. Konsumen, dalam bentuk penggunaan material yang ramah lingkungan, tidak berbahaya.
2. Karyawan, dalam bentuk persamaan hak dan kewajiban atas seluruh karyawan tanpa
membedakan ras, suku, agama, dan golongan.
3. Komunitas dan lingkungan, dalam bentuk kegiatan kemanusiaan maupun lingkungan hidup.
4. Kesehatan dan keamanan, dalam bentuk penjagaan dan pemeliharaan secara rutin atas
fasilitas dan lingkungan kantor.

ISO (International Organization for Standardization) sebagai induk organisasi standarisasi


internasional, berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim (working group) yang
membidani lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO
26000: Guidance Standard on Social Responsibility. Pengaturan untuk kegiatan ISO dalam
tanggungjawab sosial terletak pada pemahaman umum bahwa SR adalah sangat penting untuk
kelanjutan suatu organisasi. Pemahaman tersebut tercermin pada dua sidang, yaitu “Rio Earth Summit
on the Environment” tahun 1992 dan “World Summit on Sustainable Development (WSSD)” tahun
2002 yang diselenggarakan di Afrika Selatan. ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat
sukarela mengenai tanggung tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor
badan publik ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. Dengan ISO
26000 ini, organisasi akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang
berkembang saat ini dengan cara: 1) mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung
jawab sosial dan isunya; 2) menyediakan pedoman tentang penterjemahan prinsip-prinsip menjadi
kegiatan-kegiatan yang efektif; dan 3) memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan
disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.

Anda mungkin juga menyukai