Seperti yang kita tahu, sektor industri di Indonesia mampu memberikan kontribusi besar dalam
pertumbuhan ekonomi nasional. Dibalik itu, telah terjadi eksploitasi atau pemanfaatan sumber daya
alam secara berlebihan dan tidak sesuai aturan yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Dampak
negatif yang terjadi di lingkungan sekitar tidak mudah untuk diatasi dengan sendirinya. Alih-alih
lingkungan mampu menyembuhkan luka dengan sendirinya. Salah satu untuk menanggulangi
kerusakan yang telah terjadi, dengan cara memberikan tanggung jawab sosial dan lingkungan kepada
perusahaan atau dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Sejarah CSR dimulai dari
abad 18 hingga perkembangan di Indonesia sejak awal tahun 2000-an. Sudah sejak lama CSR
diterapkan dan menjadi trend oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah konsep bisnis yang menggabungkan tanggung jawab
sosial dan lingkungan perusahaan ke dalam kebijakan dan praktik bisnis mereka. Konsep CSR tidak
sepenuhnya baru, ternyata perkembangan sejarah CSR dapat kita telusuri kembali hingga abad ke-18.
Sejarah CSR dimulai dari abad ke-18. Seorang pengusaha tekstil di Inggris, bernama Robert Owen,
memperkenalkan konsep tanggung jawab sosial perusahaan yang terinspirasi oleh prinsip-prinsip
humanisme dan keadilan sosial. Dirinya menyediakan tempat tinggal yang layak, kesehatan, dan
pendidikan gratis untuk karyawan-karyawannya. Hal itulah yang menjadi dasar seperti apa yang
sekarang kita kenal sebagai praktik CSR perusahaan.
Pada awal abad ke-20 atau 1900-an, perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat mulai
membentuk departemen sosial atau “filantropi perusahaan”. Departemen tersebut bertanggung jawab
dalam menyediakan bantuan keuangan untuk organisasi amal dan kegiatan sosial lainnya.
Pada tahun 1953, seorang profesor ekonomi, Howard Bowen, menulis sebuah buku yang berjudul
“Social Responsibilities of the Businessman“. Buku tersebut membahas sebuah konsep “tanggung
jawab sosial perusahaan” dan sebagai awal dari praktik CSR modern.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, praktik CSR mulai diadopsi oleh perusahaan-perusahaan besar di
seluruh dunia. Pada tahun 1971, Milton Friedman, seorang ekonom terkenal, menulis sebuah artikel
yang berjudul “The Social Responsibility of Business is to Increase its Profits” yang menentang
konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Artikel ini memicu perdebatan tentang tanggung jawab
sosial perusahaan dan memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan konsep CSR modern.
Pada tahun 1990-an, Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (UNCED) di Rio de
Janeiro, membahas tentang tanggung jawab sosial perusahaan dalam pengembangan berkelanjutan.
Dengan adanya pertemuan tersebut, menjadikan praktik CSR diterapkan oleh banyak perusahaan di
dunia. Istilah CSR perusahaan semakin dikenal sejak kehadiran buku oleh John Elkington yang
berjudul Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business. Hingga tahun 2000-
an, praktik CSR menjadi trend di seluruh dunia dan menjadi awalan sejarah CSR yang berkembang di
Indonesia.
- UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berisi setiap orang
memiliki hak untuk berperan dalam mengelola dan memelihara lingkungan hidup. Sehingga,
keikutsertaan masyarakat dalam mendukung CSR diperlukan untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup.
- UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang mewajibkan perusahaan untuk
memperhatikan kesejahteraan dan keselamatan kerja karyawan.
- UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, tentang kewajiban perusahaan untuk
melaksanakan kegiatan CSR sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan.
- UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang mewajibkan perusahaan untuk
memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dalam operasinya.
- Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas, yang mengatur tentang pelaksanaan CSR oleh perusahaan.
Selain itu, beberapa organisasi seperti Global Reporting Initiative (GRI) dan ISO 26000 menyediakan
panduan dan kerangka kerja bagi perusahaan dalam melaksanakan praktik CSR.
Manfaat CSR
CSR memiliki dampak tidak langsung bagi keberlangsungan bisnis karena tanggungjawab sosial
kepada lingkungan, masyarakat dan pemerintah akan membangun citra yang baik untuk perusahaan.
Berikut beberapa manfaat yang diberikan dengan adanya CSR :
1. Bagi Lingkungan Hidup
CSR dapat dimanfaatkan untuk membantu menjaga lingkungan hidup. Perusahaan dapat aktif
berkontribusi melalui program yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan.
2. Bagi Masyarakat
Program CSR perusahaan dapat diwujudkan dengan cara menyerap tenaga kerja dari warga di
lingkungan perusahaan. Program-program CSR juga dapat menyasar masyarakat supaya
membantu meningkatkan kesejahteraan. Hal ini membuat masyarakat yang ada di sekitar
perusahaan menjadi lebih diperhatikan dan juga terjaga. Program yang dapat dilakukan
misalnya melalui pemberdayaan dan pengembangan yang disediakan oleh pihak perusahan.
3. Bagi Pemerintah
CSR dapat berperan dalam mendukung program-program pemerintah guna kemajuan bangsa
dan negara. Kehadiran CSR setidaknya akan membantu pemerintah dalam menangani
berbagai masalah sosial seperti pencemaran lingkungan, pengangguran, kemiskinan,
minimnya fasilitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Dengan demikian, program CSR
juga dapat menjaga hubungan baik dengan stakeholder.
Terdapat beberapa CSR berskala nasional, seperti beasiswa sepak bola, pendirian sumur di
daerah kering, yang dapat membekas di hati masyarakat. Bila hal tersebut tercapai artinya
perusahaan telah menunjukkan bahwa mereka adalah pihak yang akan bertanggung jawab
atas kesejahteraan masyarakat sekitar.