Anda di halaman 1dari 46

CSR, DAMPAK LINGKUNGAN DAN

PEMBANGUNAN DALAM BISNIS


GLOBAL DAN ISU LINGKUNGAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL


ORGANISASI BISNIS

Konsep dan Histori


dari Corporate Social
Responsibility (CSR)

KONSEP CSR

The World Business Council for Sustainable


Development menyatakan:
CSR merupakan suatu komitmen terus-menerus dari
pelaku bisnis untuk berlaku etis dan untuk
memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi
sambil meningkatkan kualitas hidup para
pekerja dan keluarganya, juga bagi komunitas
lokal dan masyarakat pada umumnya

Konsep CSR memiliki arti bahwa selain memiliki


tanggung jawab untuk mendatangkan keuntungan
bagi para pemegang saham dan untuk
menjalankan bisnisnya sesuai ketentuan hukum
yang berlaku, suatu perusahaan juga memiliki
tanggung jawab moral dan etika.

Adanya konsep CSR mewajibkan perusahaan untuk


memiliki pandangan yang lebih luas yaitu bahwa perusahaan
juga memiliki tanggung jawab terhadap pihak-pihak lain
seperti karyawan, supplier, konsumen, komunitas setempat,
masyarakat secara luas, pemerintah, dan kelompok
kelompok lainnya.
Jika sebelumnya pijakan tanggung jawab perusahaan hanya
terbatas pada sisi finansial saja (single bottom line), kini
dikenal konsep triple bottom line, yaitu bahwa tanggung
jawab perusahaan berpijak pada 3 dasar, yaitu
Finansial (Profit)
Sosial (People)
Lingkungan (Planet)

SEJARAH CSR
Tim Barnett menguraikan sejarah hadirnya
konsep CSR dengan merujuk pada masa
ketika Adam Smith memberikan
pandangannya mengenai pentingnya interaksi
yang bebas antara para pihak yang
melakukan bisnis.

Setelah masa Adam Smith

Social Darwinism

Survival of The
Fittest

Akibat:
Diberlakukanlah strategi kompetisi bisnis yang
brutal dan tidak peduli terhadap karyawan,
komunitas dan masyarakat luas.

Permulaan Abad ke-20


Reaksi keras terhadap perusahaan-perusahaan besar mulai
mendapatkan momentumnya, usaha-usaha besar dikritik terlalu
berkuasa dan telah mempraktikkan bisnis yang
antisosial dan anti persaingan

Sherman Antitrust
Act

Antara tahun 1900 dan 1960 dunia bisnis secara perlahan-lahan


mulai menerima tanggung jawab tambahan selain semata-mata
mendapatkan laba dan menaati hukum.
Pada tahun 1992 KTT Bumi di Rio menegaskan konsep
sustainability development (pembangunan berkelanjutan) yang
tidak hanya menjadi tanggung jawab Negara, namun terlebih lagi
perusahaan yang kekuasaannya makin menggurita.
Pada tahun 2002, pertemuan di Johannesburg yang dihadiri oleh
para pemimpin dunia memunculkan konsep social responsibility,
yang mengikuti dua konsep yang telah muncul sebelumnya yaitu
economic dan environmental sustainability yang kemudian menjadi
dasar bagi perusahaan di atas dalam melakukan tanggung jawab
sosialnya (CSR).

Pada pertengahan tahun 2007 yang lalu, pada UN Global Compact


yang dibuka oleh SekJen PBB, pertemuan tersebut meminta
perusahaan untuk menunjukkan tanggung jawab dan prilaku bisnis
yang sehat yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility
(CSR)

Hingga saat ini, konsep corporate social responsibility


telah menjadi paham yang diterima secara umum untuk
diterapkan oleh dunia usaha.

CSR di Indonesia
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990an.
Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate
Social Activity) atau aktivitas sosial perusahaan.
Diantara negara-negara di Asia, penetrasi aktivitas CSR di Indonesia
masih tergolong rendah. Pada tahun 2005 baru ada 27 perusahaan yang
memberikan laporan mengenai aktivitas CSR yang dilaksanakannya.
Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan
Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan Indonesia
Sustainability Reporting Award (ISRA) yang bertujuan untuk
mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di
Indonesia dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan
yang membuat laporan
terbaik mengenai aktivitas CSR.

Dalam hal kebijakan pemerintah, perhatian


pemerintah terhadap CSR tertuang dalam
Undang-Undang Perseroan Terbatas
(UU Nomor 40 Tahun 2007) Bab V Pasal 74

Kebijakan mewajibkan
aktivitas CSR bukan
merupakan kebijakan
umum yang dilakukan di
negara-negara lain

Kekhawatiran munculnya
peraturan pelaksanaan yang
memberatkan para pengusaha

Isu dalam
Pelaksanaan CSR

Salah satu lambannya pelaksanaan CSR di Indonesia adalah tidak


adanya instrumen hukum yang komprehensif yang mengatur CSR
Sudah terdapat peraturan yang terkait dengan CSR seperti
Undang-Undang (UU) Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Namun UU tersebut belum mampu mendorong
pelaksanaan CSR di lapangan.

SOLUSI

membuat regulasi mengenai CSR

Regulasi yang dimaksud adalah dengan membuat


produk hukum ( UU ) yang akan mengatur secara
tegas, jelas, dan komprehensif mengenai CSR. UU ini
dibutuhkan agar CSR dilaksanakan oleh semua
perusahaan dan memberikan manfaat nyata bagi
semua stake holder yang ada.

Pelaksanaan CSR selama ini hanya didasarkan kepada kesadaran


dan komitmen perusahaan. Padahal komitmen dan kesadaran
setiap perusahaan tidak sama dan sangat tergantung sekali
kepada kebijakan perusahaan masing-masing.
Kelemahan

tidak adanya sanksi yang tegas


bagi perusahaan yang tidak
melaksanakan CSR
tidak akan mendorong pelaksanaan
CSR di Indonesia
Bagi perusahaan yang melaksanakan
CSR merasa tidak memilki
arah yang jelas

Kelemahan lain bila tidak


terdapat regulasi

Example

semakin dirugikannya
masyarakat dan juga negara.

banjir karena pembalakan hutan


pencemaran lingkungan di
berbagai tempat

nt
o
C

oh

ta
a
Ny

banjir lumpur

Peristiwa lumpur di Sidoarjo menunjukan betapa


lemahnya pelaksanaan CSR di Indonesia. Dapat
dilihat betapa masyarakat dirugikan dengan
kehilangan penghasilan, harta benda dan juga harus
meninggalkan tempat tinggal. Tidak saja masyarakat,
negara juga ikut menanggung kerugian yang sangat
besar. Hal ini dapat dilihat dari pengalokasian dana
APBN dalam penanggulangan banjir
lumpur di Sidoarjo.

Solusi atas
semua
permasalah
an tadi

Pembuatan
Regulasi

UU yang ada harus mampu menjembatani


kepentingan semua pihak. Pelaku usaha
dengan motif laba, tentunya tidak akan setuju
apabila regulasi yang ada mengganggu
kepentingan mereka. Masyarakat juga selaku
pihak yang menerima dampak dari kehadiran
perusahaan menuntut adanya kontribusi nyata
bagi kehidupan mereka. Oleh karena itu UU
yang dibuat harus mampu mengakomodasi
semua stake holder.

Proses dari
Pelaksanaan CSR

Dalam implementasi CSR ini public relations (PR) mempunyai peran


penting, baik secara internal maupun eksternal. Jadi ketika kita
membicarakan CSR berarti kita juga membicarakan PR sebuah
perusahaan, di mana CSR merupakan bagian dari
community relations.
Ada dua pendekatan dalam community relations

Yang memposisikan organisasi sebagai pemberi donasi,


maka program community relations hanyalah bagian dari
aksi dan komunikasi dalam proses PR
Yang memposisikan komunitas sebagai mitra, dan konsep
komunitasnya bukan sekedar kumpulan orang yang berdiam di
sekitar wilayah operasi organisasi, community relations
dianggap sebagai program tersendiri yang merupakan wujud
tanggungjawab sosial organisasi.

Dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam proses PR yang bersifat


siklis, maka program dan kegiatan CSR dilakukan melalui tahapantahapan berikut:

Pengumpulan Fakta
Perumusan Masalah
Perencanaan dan Pemrograman
Aksi dan Komunikasi
Evaluasi

DAMPAK LINGKUNGAN DAN


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DALAM BISNIS GLOBAL

Isu Ekologi dan


Lingkungan Global

Isu ekologi semakin mengemuka ditengah perkembangan global yang


semakin pesat dan dinamis. Adanya perubahan ekologi yang
diakibatkan oleh aktivitas sosial akan berdampak secara signifikan
terhadap kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan sosial tempat
masyarakat itu berkembang. Dalam hubungannya dengan
Pembangunan berkelanjutan, isu ekologi merupakan peran kunci akan
tumbuh kembang suatu peradaban sosial.
a
at
y
N

ohhubungan antara isu ekologi dan lingkungan sosial dewasa ini adalah
t
n
Co
adanya perubahan ekologi secara global yang diakibatkan oleh

pemanasan global.

Pemanasan
Global

akibat aktivitas manusia dari proses


pembakaran bahan bakar fosil
mengakibatkan adanya perubahan iklim
yang masiv di dunia.

mempengaruhi lingkungan sosial


masyarakat

Co

oh
t
n

akibat adanya kenaikan rata-rata suhu bumi dalam satu sisi


menimbulkan bencana, tetapi dalam satu sisi juga
menguntungkan bagi produsen Air Conditioner (AC). Tak
bisa dipungkiri, karena suhu bumi yang semakin tinggi
mengakibatkan adanya fenomena sosial di masyarakat
berupa tingginya daya beli masyarakat terhadap penyejuk
udara. Produsen AC akan diuntungkan, begitu pula tenaga
kerja untuk menunjang operasional pabrik akan semakin
banyak diserap.

h
to
n
Co Pemakaian bahan bakar fosil yang notabene tidak ramah

lingkungan sangat bertentangan dengan tujuan dari


pembangunan berkelanjutan. Hal ini dikarenakan
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, tidak hanya akan
ditanggung pada masa sekarang, tetapi akan ditanggung
juga oleh anak cucu kita kelak. Dampak lain yang juga
terasa akibat pemanasan global adalah berkurangnya
produktivitas pangan. Perubahan iklim yang ekstrem
berakibat pada kacaunya pola bercocok tanam dan
imbasnya adalah merosotnya produktivitas pangan. Hal
tersebut jelas menjadi ancaman bagi terwujudnya
pembangunan berkelanjutan.

Isu dari Masyarakat


Global Terhadap
Dampak Lingkungan
dan Pembangunan
Berkelanjutan

Isu dari adanya pembangunan berkelanjutan mengemuka di


dunia ketika adanya Brundtland Report pada tahun 1980
Diintensifkan dengan Konferensi PBB mengenai Lingkungan
Hidup dan Pembangunan di Rio de Janeiro tahun 1992
Agenda 21 yang ditandatangani oleh 178 kepala negara sebagai
langkah konkret bagi implementasi pembangunan berkelanjutan
pada skala global.
PBB pada tahun 2002 kembali menyelenggarakan
konferensi di Johannesburg dengan judul The 2002 World
Summit for Sustainable Development untuk mengevaluasi
perkembangan penerapan visi pembangunan
berkelanjutan di dunia.
Pada kenyataannya, pembangunan berkelanjutan
mengalami berbagai kendala multidimensional untuk benarbenar mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang dicitacitakan tersebut.

Cahyandito (2005), menyatakan bahwa pada prinsipnya, ada tiga


dimensi utama pembangunan berkelanjutan
Dimensi Ekologi
Dalam era globalisasi dan mobilitas manusia yang sangat besar,
mengakibatkan adanya eksplorasi lingkungan secara besar-besaran.
Hal tersebut dilakukan untuk menjalankan aktivitas perekonomian untuk
meningkatkan taraf hidup manusia.

Dimensi Sosial
Permasalahan pada dimensi sosial yang menjadi tantangan dari pembangunan
berkelanjutan adalah pertumbuhan jumlah penduduk dunia. Dalam kurun waktu
seratus tahun terakhir, pertumbuhan penduduk melonjak cepat terutama pada
negara berkembang

Dimensi Ekonomi
Masalah utama pada dimensi ekonomi adalah perubahan global dan
globalisasi. Maksudnya adalah perubahan keadaan lingkungan hidup
(ekologi) global, globalisasi ekonomi, perubahan
budaya dan konflik utara-selatan.

MENGELOLA ISU
LINGKUNGAN

Peranan Pemerintah
dan Regulasi

Kebijakan daerah dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup di


daerah dapat meliputi :
Regulasi Perda tentang Lingkungan
Penguatan Kelembagaan Lingkungan Hidup
Penerapan dokumen pengelolaan lingkungan hidup
dalam proses perijinan
Sosialisasi/pendidikan tentang peraturan perundangan dan
pengetahuan lingkungan hidup.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas koordinasi dengan instansi
terkait dan stakeholders
Pengawasan terpadu tentang penegakan hukum lingkungan
Memformulasikan bentuk dan macam sanksi pelanggaran lingkungan
hidup. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
Peningkatan pendanaan dalam pengelolaan lingkungan hidup

Peranan Pemerintah dalam Menerapkan Kebijakan yang Dibuat


Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dalam bidang
lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas
dari pemerintah pusat kepada daerah:

Kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara eksplisit


PROPENAS merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Program itu mencakup :

Biaya dan Manfaat


dalam Mengelola
Lingkungan

Biaya
Lingkungan

Biaya yang ditimbulkan akibat adanya kualitas


lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari
proses produksi yang dilakukan perusahaan.

Yang dimaksud lingkungan perusahaan adalah objek


di luar perusahaan yang terdiri dari:

Klasifikasi Biaya Lingkungan

Biaya Lingkungan Langsung


Biaya-biaya yang dapat ditelusuri secara langsung pada objek (misalnya biaya
tenaga kerja akibat proses, biaya manajer untuk suatu produk, biaya
penggunaan energi untuk produk, dan lain-lain).

Biaya Lingkungan Tidak Langsung


Biaya yang dialokasikan untuk biaya obyek (biaya pelatihan mengenai
lingkungan, biaya gaji manajer lingkungan, biaya pembelian produk yang
tidak berpengaruh langsung terhadap proses, dan sebagainya)

Strategi Biaya Lingkungan


Strategi Akhir dari Pipa (End of pipe strategy)
Perusahaan menghasilkan limbah atau polutan, kemudian membersihkannya
sebelum dibuang ke lingkungan.

Strategi Proses Perbaikan (Process Improvement Strategy)


perusahaan memodifikasi produk dan proses produksi untuk menghasilkan polutan
sedikit atau tidak ada, atau mencari cara untuk mendaur ulang limbah internal.

Strategi Pencegahan (Prevention Strategy)


Strategi utama untuk memaksimalkan nilai dari kegiatan pencemaran
yang berhubungan dengan tidak menghasilkan polutan apapun di
tempat pertama. Dengan strategi ini, perusahaan menghindari semua
masalah dengan pihak berwenang dan dalam banyak kasus,
menghasilkan perbaikan laba yang signifikan.

Environmental Management Accounting (EMA)


Definisi Environmental Management Accounting (EMA) menurut The
International Federation of Accountants adalah manajemen lingkungan dan
performansi ekonomi melalui pengembangan dan implementasi sistem
akuntansi yang berhubungan dengan lingkungan dan
prakteknya secara tepat.

Data dan informasi yang diperoleh dengan melakukan EMA di


perusahaan dapat memberikan keuntungan untuk kegiatan-kegiatan
pro-lingkungan sebagai berikut:
Pencegahan Pencemaran
Design for Environment
Penilaian / Pembiayaan / Desain Daur Hidup Lingkungan
Manajemen Supply Chain

Pembelian dengan pertimbangan lingkungan


Sistem Manajemen Lingkungan
Evaluasi Kinerja Lingkungan & Benchmarking
Reporting (CSR Reporting maupun Environmental
Performance Reporting)

Manajemen Berbasis
Lingkungan sebagai
Keunggulan Kompetitif

Perusahaan adalah suatu sistem fisik yang menggunakan suatu


sistem konseptual. Sistem Fisik Perusahaan adalah sistem
lingkaran tertutup dalam artian kata dikendalikan oleh manajemen
menggunakan informasi umpan balik untuk meyakinkan bahwa
tujuan suatu perusahaan itu tercapai.

Perusahaan mengambil sumber daya dari lingkungannnya


kemudian mengubah sumber daya tersebut menjadi barang dan
jasa kemudian mengembalikannya kepada lingkungannya.

Keunggulan Kompetitif
Banyak cara untuk mencapai keunggulan kompetitif diantaranya:
Menyediakan barang dan jasa dengan harga murah
Menyediakan barang dan jasa lebih baik daripada pesaing
Memenuhi kebutuhan khusus suatu segmen pasar tertentu

SESI DISKUSI

Ada 3 pokok penting mengenai 3 keunggulan kompetitif tadi

Anda mungkin juga menyukai