BUDAYA ORGANISASI
Disusun Oleh :
1. Afilia Ayu Mustafadha 152210033
2. Petrus Purba 152210097
3. umi salamah 152210099
4. Rendo Oblado 152210123
5. Jasmine Vimalasari 152210165
Kelas : AB-I
1
“VETERAN” YOGYAKARTA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan Rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Budaya
Organisasi “. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih Kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan Dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik Dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena Itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami Dapat
memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun Ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Yogyakarta,
15 Mei 2023
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Budaya organisasi merupakan bagian dari kurikulum mata pelajaran Sumber
Daya Manusia (MSDM) serta bagian dari teori orgnisasi.Setiap organsasi
mempunyai budayanya masing-masing yang menjadi ciri khas suatu organisasi.
Budaya sebuah organisasi memegang peranan yang cukup penting dalam
organisasi tersebut karena budaya yang baik akan dapat memberikan
kenyamanan yang kemudian menunjang kinerja anggotanya.Sebaliknya budaya
organisasi yang kurang baik atau yang kurang sesuai dengan pribadi anggotanya
akan memicu penurunan kinerja setiap anggota.Dalam hal ini banyak
perusahaan yang mengubah budayanya agar dapat menunjang kemajuan
perusahaan tersebut. Hal ini akan semakin membuktikan bahwa budaya suatu
organisasi dapat sedemikian mempengaruhi sebuah organisasi. Namun, dalam
hal menciptakan serta menumbuhkan sebuah budaya organisasi tidak hanya
bertitik tumpu pada kenyamanan anggota saja. Ada banyak faktor-faktor
lainnya yang harus diperhatikan. Diperlukan pemikiran yang matang untuk
dapat menciptakan, menumbuhkan dan mengembangkan budaya yang akan
dapat berdampak baik bagi perusahaan.
B. Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian budaya organisasi?
2. Apa Tujuan Budaya Organisasi?
4
3. Apa Fungsi Budaya Organisasi?
4. Apa Peran dari Budaya Organisasi?
C. Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mempelajari secara mendasar mengenai
budaya organisasi, sebagai referensi dalam berbudaya di lingkungan kerja.
mengetahui karakteristik budaya dalam dunia kerja, dan menambah wawasan
mengenai budaya yang ada di suatu perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
5
B. Konsep Budaya Organisasi
1. Nilai dan tujuan organisasi: nilai-nilai dan tujuan organisasi yang jelas
membantu anggota organisasi memahami tujuan dan arah perusahaan, dan
memberikan panduan untuk mengambil keputusan.
6
Dalam rangka membangun budaya organisasi yang kuat dan positif,
organisasi harus memperhatikan faktor-faktor di atas, serta memastikan
bahwa budaya organisasi dijaga dan dipelihara secara terus-menerus.
7
Dimensi nilai dalam budaya organisasi merujuk pada keyakinan
dan prinsip yang menjadi dasar perilaku dan pengambilan keputusan dalam
suatu organisasi. Terdapat beberapa perbedaan dimensi nilai yang mungkin
ada dalam budaya organisasi, antara lain:
8
nilai-nilai yang dipegang oleh pendiri, sejarah organisasi, lingkungan
eksternal, dan komposisi karyawan.
9
berkomitmen untuk memberikan produk atau layanan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan.
10
luar biasa, mereka cenderung bekerja lebih baik, berkolaborasi dengan
lebih efektif, dan menghasilkan ide-ide baru. Budaya yang
mempromosikan kebebasan berekspresi, pemecahan masalah, dan
eksperimen dapat merangsang inovasi dan perbaikan berkelanjutan.
11
2. Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi para anggota organisasi.
Dengan budaya organisasi yang kuat, anggota organisasi akan me
rasa memiliki identitas yang merupakan ciri khas organisasi.
3. Mementingkan tujuan bersama daripada mengutamakan kepen-
ringan individu.
4. Menjaga stabilitas organisasi. Kesatuan komponen-komponen or-
ganisasi yang direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama akan
membuat kondisi organisasi relatif stabil.
12
individual. Dalam pengertian ini terdapat dua kepentingan atau tujuan,
yaitu kepentingan individual dan organisasional. Dengan kata lain, proses
sosialisasi akan berhasil bila ada partisipasi dari karyawan dan dukungan
organisasi dalam proses tersebut. Sosialisasi mencakup suatu kegiatan di
mana anggota organisasi mempelajari seluk-beluk organisasi dan
bagaimana mereka harus berin- teraksi dan berkomunikasi di antara
anggota organisasi untuk menjalankan semua aktivitas organisasi. Pada
umumnya, sosialisasi menyangkut dua masalah, yaitu makro dan mikro.
Masalah makro berkaitan dengan
pekerjaan yang akan dihadapi oleh karyawan dan masalah mikro
menyangkut kebijakan, struktur, dan budaya organisasi. Keberhasilan
proses sosialisasi budaya organisasi akan tergantung pada dua hal utama
(Susanto, 1997), yaitu:
1. Derajat keberhasilan mendapatkan kesesuaian dari nilai-nilai yang
dimiliki oleh karyawan baru terhadap organisasi.
2. Metode sosialisasi yang dipilih oleh manajemen puncak di dalam
implementasinya.
Oleh karena itu, organisasi harus mampu mengajak karyawan ter- utama
karyawan baru untuk melakukan penyesuaian terhadap budaya organisasi
yang menjadi pedoman dalam pencapaian kinerja yang tinggi. Di samping
itu, organisasi yang dibantu oleh manajemen puncak harus mampu
melakukan sosialisasi terhadap sumber daya manusia yang ada agar hasil
dari proses sosialisasi tersebut akan mempunyai dampak positif terhadap
produktivitas, komitmen terhadap organisasi, dan turnover dari sumber
daya manusia yang dimiliki. Pada akhirnya, implementasi dari sosialisasi
budaya organisasi akan mendukung dan mendorong sumber daya manusia
untuk mencapai sasaran yang diinginkan organisasi.
E. Tujuan Sosialisasi.
Sebagian besar organisasi melakukan proses sosialisasi schagai aktivitas
penting yang harus dilakukan untuk mencapai kesesuaian dan keselarasan
individu organisasi dengan budaya dan lingkungan organisasinya. Tujuan
dari sosialisasi terhadap anggota organisasi, yaitu:
1. Membentuk suatu sikap dasar, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dapat
memupuk kerja sama, integritas dan komunikasi dalam organisasi.
2. Memperkenalkan budaya organisasi dengan anggota organisasi.
3. Meningkatkan komitmen dan daya inovasi karyawan terhadap
organisasi.
F. Manfaat Sosialisasi
13
Manfaat sosialisasi dapat kita lihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi
karyawan dan organisasi. Bagi karyawan, sosialisasi dapat mem- berikan
gambaran yang jelas mengenai organisasi yang dimasuki, se- hingga hal ini
dapat membantu karyawan dalam membuat keputusan yang tepat sesuai
dengan situasi yang dihadapi. Selain itu, sosialisasi bu- daya organisasi
dapat memberikan manfaat bagi karyawan untuk me- mudahkan mereka
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, peker- jaan, dan anggota
organisasi yang lain, sehingga dapat menumbuhkan komitmen karyawan
terhadap organisasi yang pada akhirnya diharap- kan akan dapat
meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.
14
4. Penilaian kinerja dan pemberian penghargaan, dimaksudkan agar
para karyawan yang telah melakukan pekerjaan dapat sesuai de-
ngan ketentuan yang merupakan salah satu norma budaya dan dapat
lebih intensif dalam menerapkannya di masa mendatang. Bentuk
penghargaan yang diberikan oleh perusahaan harus disesuaikan
dengan situasi yang dihadapi.
5. Menanamkan kesetiaan kepada nilai-nilai yang dimiliki organisasi,
misalnya kesediaan berkorban untuk kelangsungan hidup perusa-
haan, seperti merelakan dirinya untuk mengurangi jam kerja demi
tersedianya pekerjaan bagi rekan kerja yang lain. Pada langkah keli-
ma ini, karyawan harus yakin bahwa pengorbanan yang mereka la-
kukan memiliki nilai yang penting bagi tercapainya tujuan individu
dan organisasi.
6. Memperluas cerita dan berita tentang, berbagai hal yang berhu
hungan dengan budaya organisasi, misalnya cerita tentang pemu-
tusan hubungan kerja kepada seorang karyawan yang melakukan
penyalahgunaan wewenang/jabatannya untuk kepentingan priba-
dinya, meskipun karyawan tersebut sebenarnya sangat potensialbagi
perusahaan. Berita yang disampaikan seperti ini menekankan Betapa
pentingnya moral bagi setiap karyawan, dan nilai moral ini tidak
dapat ditebus hanya dengan potensi yang dimiliki.
7. Pengakuan atas kinerja dan promosi, yang diberikan kepada karya-
wan yang telah melaksanakan tugas, kewajibannya, dan tanggung
jawabnya secara baik serta dapat menjadi teladan bagi karyawan
lain, khususnya bagi karyawan yang baru bergabung dengan per-
usahaan. Untuk dapat memberikan pengakuan ini, organisasi harus
memiliki kriteria yang baku, dapat diterapkan secara konsisten serta
dapat diikuti secara transparan oleh karyawan yang lain. Beberapa
hal yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur, seperti: technical abi-
lity, human relation skillteam work, personality, potentiality, mana
gerial skill
15
juga harus dapat memelihara budaya yang ada di organisasi. Untuk dapat
memelihara budaya dengan baik, ada beberapa langkah penting yang harus
dilakukan (Susanto, 1997):
1. Pemimpin perusahaan harus senantiasa memberikan dorongan
kepada para manajer dan karyawan untuk mengimplementasikan
budaya perusahaannya dalam setiap event penting, terutama yang
bersifat ritual.
2. Pemimpin perusahaan harus memberikan keteladanan, terutama
dalam lingkungan yang bersifat paternalistik yang menempatkan
seorang pemimpin sebagai sentral figur. Demikian pula para mana- jer
perusahaan sebagai pemimpin suatu unit kerja, pada hakikatnya juga
merupakan sentral figur bagi unit kerja yang dipimpinnya.
3. Perusahaan harus dapat adaptif terhadap subkultur yang ada (yang
tidak bertentangan dengan budaya perusahaan) dan turut serta
memperkaya main culture atau dominant culture di perusahaan
tersebut.
4. Pemimpin perusahaan dan para manajer memberikan bimbingan
agar kelompok yang memiliki subkultur tertentu dapat me mahami dan
menoleransi kelompok lain dengan subkultur yang berbeda, bahkan
berusaha untuk membantunya dalam memecah- kan masalah yang
dihadapi.
5. Pemimpin perusahaan dan para manajernya senantiasa memberi-
kan penjelasan dan menekankan bahwa perusahaan yang dimiliki itu
akan semakin kaya dan kuat, karena dibangun melalui di antara
subkultur yang ada di perusahaan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang
dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisa- si untuk melakukan
aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang di dalam suatu organisasi
mempelajari budaya yang berlaku di dalam orga- nisasinya. Apalagi bila ia
sebagai orang baru supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat bekerja, ia
berusaha mempelajari apa yang dilarang dan apa yang diwajibkan, apa yang baik
dan apa yang buruk, apa yang benar dan apa yang salah; dan apa yang harus
dilakukan dan apa yang ti- dak boleh dilakukan di dalam organisasi tempat
16
bekerja itu. Jadi, budaya organisasi menyosialisasikan dan menginternalisasi pada
para anggota
organisasi. Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan-tujuan perusaha- an,
sebaliknya yang lemah atau negatif menghambat atau bertentangan dengan tujuan-
tujuan perusahaan. Dalam suatu perusahaan yang buda- ya organisasinya kuat,
nilai-nilai bersama dipahami secara mendalam. dianut, dan diperjuangkan oleh
sebagian besar para anggota organisasi (karyawan perusahaan).
Budaya organisasi menurut pandangan ini memberikan desain kon- septual yang
berisi standar untuk mengambil suatu keputusan menge- nai apa yang harus
dilakukan dan bagaimana melaksanakannya. Desain konseptual muncul dalam
suatu proses interaksi sosial yang berorientasi terutama pada pemecahan masalah,
yang dari waktu ke waktu himpun- an budaya yang diciptakannya itu dialihkan
dari generasi ke generasi se- cara berkesinambungan.
Jadi, budaya organisasi yang benar-benar dikelola sebagai alat ma- najemen akan
berpengaruh dan menjadi pendorong bagi karyawan un- tuk berperilaku positif,
dedikatif, dan produktif. Nilai-nilai budaya itu tidak tampak, tetapi merupakan
kekuatan yang mendorong perilaku un- tuk menghasilkan efektivitas kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?id=pd6VDwAAQBAJ&printsec=frontcover&au
thuser=0#v=onepage&q&f=false
Schein, E. H. (2010). Organizational culture and leadership. John Wiley & Sons.
Deal, T. E., & Kennedy, A. A. (2017). Corporate cultures: The rites and rituals of
corporate life. Basic Books.
Cameron, K. S., & Quinn, R. E. (2011). Diagnosing and changing organizational
culture: Based on the competing values framework. John Wiley & Sons.
Hofstede, G. (1980). Culture's consequences: International differences in work-
related values. SAGE Publications.
Edgar, H., & Geare, A. (2005). Organizational culture and its themes. Journal of
General Management, 31(3), 1-12.
Denison, D. R. (1990). Corporate culture and organizational effectiveness. John
Wiley & Sons.
17
18