Dosen Pengampu:
Khairani, M.Si
Oleh:
Kelompok 3
Nur Aisyah (0104202110)
Nurbaiti (0104202108)
Syahrizal Efendi (0104202111)
Muhammad Raefaldhi (0104202107)
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................iii
A. LATAR BELAKANG...............................................................iii
B. TUJUAN MASALAH...............................................................iii
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A. KESIMPULAN..........................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peranan Budaya Organisasi salah satu kajian yang juga sangat perlu terkait dengan
pengelolaan organisasi adalah pemahaman tentang pentingnya peran budaya
organisasi. Kajian ini menjadi penting sebab ternyata budaya merupakan spirit yang
menjiwai orang-orang di dalam organisasi. Seringkali budaya terabaikan yang justru
tidak baik bagi kemajuan suatu organisasi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap
peranan budaya dalam organiasi adalah suatu kemestian bagi para pengurus organisasi.
Pada hakikatnya pembahasan terhadap budaya organisasi tidak dapat dilepaskan dari
pembahasan tentang visi dan misi organisasi. Hal itu disebabkan budaya organisasi
sengaja diturunkan dari visi dan misi organisasi/perusahaan. Dengan demikian
pembahasan terhadap budaya organisasi termasuk pembahasan manajemen atau
perencanaan strategis.
Pembahasan pada bab ini tidaklah mendalam, hanya sekedar me ngantarkan pembaca
untuk melihat selintas saja tentang seluk-beluk budaya dalam organisasi. Pembahasan
dimulai dari pengertian, fungsi dan dampak budaya dalam organisasi. Untuk
melengkapinya, pembahasan dimulai dari pengertian budaya organisasi, proses
pembentukan, fungsi, dampaknya terhadap organisasi, dan posisi budaya organisasi
dalam struktur ajaran Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
Apa sebenarnya budaya organisasi itu? Para pemerhati dan peminat budaya
organisasi agaknya masih ragu-ragu memberikan defenisi yang defenitif. Alasannya,
sangat sulit memberikan batasan yang seragam, karena masing-masing melihatnya dari
sudut yang mungkin saja berbeda. Karena begitu sulit mendefinisikan budaya
organisasi, banyak yang menyetujui bahwa budaya organisasi ada, akan tetapi hanya
sedikit yang setuju dengan 'apa yang dimaksud dengan budaya organisasi. Berbagai
sudut pandang-dari sudut antropologi, psikologi organisasi, serta teori manajemen -
telah menghasilkan begitu banyak definisi budaya organisasi.
1
Edgar H. Schein, Organizational Culture and Leadership (San Franscisco: Jossey-Bass, 1992), h. 17.
3
cara organisasi tersebut dalam melakukan sesuatu. Selanjutnya, asumsi dasar
merupakan sebuah keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota suatu organisasi.
Budaya menetapkan "cara yang tepat untuk melakukan sesuatu" di sebuah organisasi,
sering kali lewat asumsi yang tidak diucapkan.
2
Umar Nimran, Kebijakan Perusahaan (Jakarta: Karunika UT, 1996), h. 11.
3
Budi W. Soetjipto, "Menuai Sukses dalam Kegiatan Usaha" dalam Majalah Usahawan No. 12, Th.
XXXI, Desember 2002, h. 47-50.
4
proses pembentukannya? Apa saja yang mempengaruhi proses pembentukannya?
Langkah-langkah atau tahapan dalam proses pembentukan budaya organisasi, yaitu:
Satu hal yang harus dipahami bahwa budaya memang memerlukan waktu
untuk menumbuhkannya. Oleh karena itu membutuhkan proses yang panjang agar
budaya memang tumbuh dan berkembang dalam suatu organisasi. Budaya tidak
mungkin tumbuh dalam waktu sekejap saja. Bagaimanapun bila telah mengalami
pengulangan dalam waktu yang lama, dan diikuti secara bersama sama, maka itulah
proses yang dilalui suatu nilai agar menjadi budaya di dalam organisasi.
5
1. Pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
2. Membangun rasa identitas bagi anggota organisasi.
3. Mempermudah tumbuhnya komitmen.
4. Meningkatkan kemantapan sistem sosial, sebagai perekat sosial, menuju
integras organisasi.
5. Menetapkan batasan/Menegaskan posisi organisasi secara berkesinambungan.
6. Mencetuskan atau menunjukkan identitas diri para anggota organisasi,
Mewakili kepentingan orang banyak.
7. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingn
individual sesorang.
8. Meningkatkan stabilitas sosial.
9. Menyediakan mekanisme pengawasan yang dapat menuntun, mem bentuk
tingkah laku anggota organisasi dan sekaligus menunjukkan hal-hal apa saja
yang dilarang dan diperbolehkan untuk dilakukan dalam organisasi.
Di samping itu, ada juga yang menuliskan fungsi budaya organisasi sebagai
berikut:
Terlepas dari berbagai fungsi yang telah disebutkan di atas, budaya organisasi
merupakan penggerak bagi suatu organisasi. Ibarat motor, mesin menjadi daya dorong
untuk bergeraknya seluruh komponen yang ada di dalamnya. Tanpa mesin dengan
berbagai perangkatnya, maka motor akan bergerak dengan bantuan daya gerak secara
manual, di dorong atau digerakkan.
6
saja tidak secara sempuma sebagaimana ketika memiliki budaya organisasi yang
menjadi daya dorongnya.
Dalam laporan penelitian yang disampaikan oleh Falih Suaedi, Dosen Jurusan
Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Airlangga, dengan judul "Pengaruh
Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, Kepe mimpinan, Aliansi Strategis Terhadap
Inovasi Organisasi dan Kinerja Organisasi Hotel Bintang Tiga di Jawa Timur"
disimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh langsung positif signifikan
terhadap inovasi organisasi. Berarti budaya organisasi hotel bintang tiga di Jawa Timur
'adaptif' sehingga mampu memberi kontribusi pada inovasi organisasi. Budaya yang
dimaksud adalah yang mempunyai tingkat toleransi terhadap tindakan berisiko,
mendukung system imbalan yang kompetitif, pola komunikasi yang ti dak hierarkial,
visi dan misi jelas, tingkat kontrol yang rendah. Dengan sistem pengertian dan nilai-
nilai dominant yang diterima secara bersama itulah, budaya organisasi berpengaruh
langsung positif signifikan terhadap inovasi organisasi.4
4
Laporan Penelitian disampaikan oleh Falih Suaedi, Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP
Universitas Airlangga, dengan judul "Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya Organisasi,
Kepemimpinan, Aliansi Strategis Terhadap Inovasi Organisasi dan Kinerja Organisasi Hotel Bintang
Tiga di Jawa Timur" yang ditulis pada Majalah Usahawan No. 11 Tahun 1998.
7
Berdasarkan hal tersebut, maka Suaedi menyarankan agar mengubah,
mendorong dan mendayagunakan budaya organisasi yang lebih mempunyai nilai-nilai
adaptif terhadap perubahan merupakan kebutuhan bagi organisasi hotel bintang tiga di
Jawa Timur karena hanya dengan budaya organisasi yang adaptif terhadap perubahan,
budaya tersebut akan mendorong anggota organisasi untuk selalu belajar dengan nilai-
nilai baru, kreatif, partisipatif sehingga budaya organisasi akan mendukung perubahan
dan implementasi strategi dan meningkatkan kinerja organisasi. Misalnya lebih toleran
terhadap perbedaan pendapat, menyusun sistem yang kompetitif, mengurangi kontrol.
Perubahan strategi yang tidak sesuai dan karenanya tidak didukung oleh budaya
organisasi akan menimbulkan cultural shock dan pembangkangan.
Pada awalnya, riset untuk mendeteksi dampak budaya pada kinerja organisasi
dimotivasi oleh budaya yang mampu mendorong suksesnya perusahaan Jepang di
akhir tahun 1970-an, dan sebaliknya, penurunan kinerja organisasi bisnis di Amerika
Utara dan Eropa. Di dalam buku Rahasia Bisnis Orang Jepang (Langkah Raksasa Sang
Nippon Menguasai Dunia) yang ditulis oleh Ann Wan Seng 7disebutkan bahwa dalam
sistem penge lolaan organisasi bisa dibilang organisasi Jepang berbeda dengan sistem
pengelolaan organisasi yang dianut oleh bangsa maju lainnya seperti Amerika.
Perbedaan inilah yang membuat organisasi Jepang menjadi unik tapi banyak dicontoh
oleh negara-negara berkembang di dunia. Dalam organisasi Jepang pengelola berawal
dari posisi bawahan, oleh karena itu pengelola organisasi Jepang lebih akrab dan
5
Erni R. Ernawan, "Pengaruh Budaya Organisasi dan Orientasi Etika Terhadap Kinerja Perusahaan
Manufaktur", dalam Majalah Usahawan, No. 09, Th. XXXIII, September 2004, h.17
6
W. Warner Burke, Critical Elements of Organizational Culture Change (Chicago: Irwin, 1994), h. 289.
7
Ann Wan Seng, Rahasia Bisnis Orang Jepang (Langkah Raksasa Sang Nippon Menguasai Dunia)
(Jakarta: PT Mizan Publika, 2007), h. 70
8
memahami bawahannya. Sikap terus terang mengurangi konflik antara pihak penge
lola dan bawahan. Tim kerja merupakan pondasi dasar dalam organisasi Jepang untuk
membentuk interaksi antara anggota tim dan bawahan. Fakta-fakta menarik yang dapat
kita amati dari sistem pengelolaan organisasi Jepang antara lain bahwa mereka bangga
jika dikaitkan dengan organisasi besar dan berprestasi, tempat mereka bekerja.
Kemauan bangsa Jepang menjadi hamba organisasinya merupakan faktor kesuksesan
negara itu menjadi penguasa besar dalam bidang ekonomi dan industri. Sikap ini
ditunjukkan dengan cara mengorbankan pendapat pribadi, masa istirahat, gaji dan
sebagainya untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan organisasinya. Sikap
ini berbeda dengan bangsa barat yang memberikan ruang sebesar-besarnya kepada
anggota organisasi untuk berpendapat dan mengemukakan pandangan. Dalam sistem
pengelolaan Jepang ini individu tidak penting jika dibandingkan dengan perkumpulan
dan organisasi.
Sikap patriotisme bangsa Jepang juga menjadi salah satu faktor yang
membantu keberhasilan ekonomi negaranya. Bangsa Jepang bangga dengan produk
buatan negeri sendiri. Mereka juga menjadi pengguna utama produk lokal dan pada
saat yang sama juga mencoba mempromosikan produk made in Japan ke seluruh dunia
dari makanan, teknologi sampai tradisi dan budaya. Dimana saja mereka berada
bangsa Jepang selalu mempertahankan Identitas dan jati diri mereka.
9
karena gagal mempertahankan diri dari serangan musuh. Karena ia tidak bergerak dan
hanya dalam keadaan statis8
Dalam suatu survey yang dilakukan oleh Majalah Fortune, 9temysta General
Electric (GE) merupakan sebuah kelompok usaha yang paling dikagumi,
menguntungkan dan kompetitif di muka bumi. Kebesaran GE tidak bisa dilepaskan
dari sosok yang hampir menjadi sebuah legenda, John E Welch (Jack Welch). Di awal
tahun 2000, Jack Welch, yang pada waktu itu merupakan Chairman dan CEO GE,
memperkenalkan kumpulan nilai-nilai GE yang baru yaitu "Values 2000," yang intinya
adalah "komitmen pada pelanggan" (total customer commitment/focus), serta
menekankan pentingnya tiga komponen dalam "cara kerja GE" yaitu
"kegairahan,informalitas, dan merayakan keberhasilan.". Di samping itu, ternyata para
pemimpin GE:
8
Ibid, h. 292
9
http://www.reindo.co.id/reinfokus/edisi18/nilai GE.htm
10
mudah bersaing dan meraih keberhasilan. Jika lingkungan sangat kompleks, maka
organisasi bisa membangun kultur adaptasi sehingga fleksibel dan responsif terhadap
perubahan lingkungan. Sebaliknya, kalau lingkungan bersifat statis dan rutin, maka
perlu dibangun budaya kepatuhan yang cenderung birokratis. 10
Kaitannya dengan hal di atas, alternatif penerapan budaya organisasi terfokus pada
empat tipe budaya organisasi :"11
Badaya ini ada kaitannya dengan prosedur brokrats, sepeni peraturan organisasi
dan peran/jabatan/posisi spesifik yang jelas karena diyakini babwa hal ini akan
menstabilkan sistem Keyakinan dan asumsi dasar entang kejelasan
status/posisi/peranan yang jelas inilah akan mendorong terbentuknya budaya
positif yang jelas akan membantu menstabilkan gustu organisasi. Bagi seorang
dosen tetap jauh lebih cepat menerima seluruh kebijakan akademis daripada dosen
terbang yang hanya sewaktu waktu hadir sesuai dengan jadwal perkuliahan.
Hampir semua orang menginginkan suatu peranan dan status yang jelas dalam
organisasi. Bentuk budaya ini kalau diterapkan dalam budaya akademis dapat
dilihat dari sejauhmana peran dosen dalam merancang, merencanakan dan
memberikan masukan (input) terhadap pembentukan suatu nilai budaya kerja tanpa
adanya birokrasi dari pihak pimpinan. Jelas masukan dari bawah lebih independen
dan dapat diterima karena sudah menyangkut masalah personal dan bisa didukung
oleh berbagai pihak melalui adanya perjanjian psikologis antara pimpinan dengan
10
Rhenald Kasali, Change (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.25.
11
Eugene McKenna & Nic Beec, Manajemen Sumber Daya Manusia, (terj.) Toto Budi Santoso
(Yogjakarta: Penerbit Andi, 2002), h. 65
11
dosen yang di bawahnya. Budaya peran yang diberdayakan secara jelas juga akan
membentuk terciptanya profesionalisme kerja seorang dosen dan rasa memiliki
yang kurat terhadap peran sosialnya di kampus serta aktivitasnya di luar kegiatan
akademis dan kegiatan penelitian.
Filosofi mendasar dari peran krusial budaya pada kinerja organisasi adanya dampak
langsung dan terukur dari perilaku karyawan terhadap efektivitas organisasi. Dalam
organisasi dengan budaya kuat, budaya adalah kerangka kerja yang menjadi landasan
tingkah laku sehari-hari dan mengarahkan tindakan karyawan untuk mencapai tujuan
organisasi.
12
Ada satu tulisan yang cukup menarik yang ditulis oleh Anjar Nugroho
berjudul: "Gagasan Pribumisasi Islam: Meretas Ketegangan Islam Dengan
Kebudayaan Lokal". Di dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa agama dan
kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol.
Hal tersebut tidak dapat dipungkiri, sebab dalam kenyataan sejarah agama dan budaya
selalu bergandengan dan tidak bisa dipisahkan. Banyak ritual-ritual keagamaan yang
dikombinasikan dengan budaya. Bahkan tidak jarang terjadi budaya yang dibungkus
dengan ritual keagamaan tersebut menjadi sangat dominan.
Jika demikian halnya, maka pertanyaan yang muncul adalah: Dalam Islam,
dimanakah letak posisi kebudayaan itu? Jawaban terhadap per tanyaan ini pada
prinsipnya telah banyak dipaparkan dalam literarur literatur keagamaan. Para
ilmuawan muslim juga telah banyak mendis kusikannya. Nur A. Fadhil Lubis dan
Nawir Yuslem dalam berbagai kesempatan menyebutkan:
"Islam itu dapat dilihat dalam 3 dimensi, yaitu: 1) Islam dalam tataran sumber
(source), yaitu Al-Qur'an dan Sunnah. 2) Islam dalam tataran pemikiran (thought),
yaitu Ilmu Tauhid/Kalam, Fiqh, limu Tasawuf, dan sebagainya. Dan 3) Islam dalam
tataran praktek (practice), itulah yang melahirkan kebudayaan, seperti Islam Salafy,
Islam Indonesia, Islain Kejawen, Islam Sunni-Syi'ah, Ahmadiyah, dan sebagainya".
13
interpretasi terhadap sumber-sumber ajaran Islam, Al-Qur'an dan Hadis. Pengamalan
yang dilakukan secara berkelanjutan, turun-temurun melahirkan budaya dan bahkan
peradaban. Budaya yang muncul dari pengamalan agama ini bisa berbeda menurut
masyarakatnya masing-masing. Misalnya ornamen mesjid-mesjid di Indonesia dengan
negara lain terdapat perbedaan. Atau pekuburan di Indonesia dengan pekuburan di
negara lain, dan sebagainya. Ornamen-ornamen mesjid mesjid itu, atau praktis budaya
budaya tertentu sering mengalami perubahan, bahkan perubahannya sangat rentan
dengan tren perkembangan masyarakat umum. Tepat sekali dikatakan bahwa dalam
Islam yang tidak berubah itu diyakini hingga kini hanyalah sumber ajaran Islam itu
sendiri yaitu Al-Qur'an dan Hadis, sementara penafsiran terhadap keduanya, dan
bahkan praktek-praktek yang melahirkan kebudayaan terus mengalami perubahan.
Agaknya tepat sekali Anjar Nugroho menyebutkan bahwa baik agama maupun
kebudayaan, sama-sama memberikan wawasan dan cara pandang dalam mensikapi
kehidupan agar sesuai dengan kehendak Tuhan dan kemanusiaannya. Oleh karena itu,
biasanya terjadi dialektika antara agama dan kebudayaan tersebut. Agama memberikan
warna (spirit) pada kebudayaan, sedangkan kebudayaan memberi kekayaan terhadap
agama. Namum terkadang dialektika antara agama dan seni tradisi atau budaya lokal
ini berubah menjadi ketegangan. Karena seni tradisi, budaya lokal, atau adat istiadat
sering dianggap tidak sejalan dengan agama sebagai ajaran Tuhan yang bersifat
absolut. Pada sisi ini tidak jarang terjadi saling menyalahkan. Bahkan muncul tuduhan-
tuduhan bid'ah, khurafat dan takhayul. Terlepas dari persepsi atau tuduhan terjadinya
penyimpangan atau pemahaman yang berbeda terhadap dialektika agama dan budaya
di tengah-tengah masyarakat, ternyata sejarah mencatatnya sebagai suatu kenyataan
yang tak dapat dipungkiri. Bahkan hal tersebut menjadi kekayaan dan khazanah
tersendiri dalam kajian-kajian keislaman.
BAB III
PENUTUP
14
A. KESIMPULAN
Edgar H. Schein misalnya, mengemukakan bahwa budaya yang ada dalam organisasi
memiliki tiga elemen dasar, yaitu: artifak, nilai nilai yang didukung (espoused values),
serta asumsi yang mendasari (underlying assumtions). Artefak merupakan hal-hal yang
dilihat, didengar dan dirasa kalau seseorang berhubungan dengan sebuah kelompok
baru dengan budaya yang tidak dikenalnya.
Budaya Organisasi sebagai kebiasaan, tradisi, dan cara umum organisasi melakukan
sesuatu,tidaklah muncul begitu saja tanpa melalui proses pembentukannya. Budaya
organisasi tidak muncul begitu sajadari sesuatu yang hampa. Bagaimana proses
pembentukannya Pertama, tahapan seleksi Kedua, tahapan sosialisasi dan indoktrinasi.
Pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
15
Ann Wan Seng, Rahasia Bisnis Orang Jepang (Langkah Raksasa Sang Nippon
Menguasai Dunia) (Jakarta: PT Mizan Publika, 2007), h. 70
Budi W. Soetjipto, "Menuai Sukses dalam Kegiatan Usaha" dalam Majalah Usahawan
No. 12, Th. XXXI, Desember 2002, h. 47-50.
Eugene McKenna & Nic Beec, Manajemen Sumber Daya Manusia, (terj.) Toto Budi
Santoso (Yogjakarta: Penerbit Andi, 2002), h. 65
http://www.reindo.co.id/reinfokus/edisi18/nilai GE.htm
16