PERILAKU ORGANISASI
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing dan
mengarahkan penyusun dalam aktivitas perkuliahan, tepatnya pada Mata Kuliah Perilaku
Organisasi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman – teman yang telah
membantu penyusun dalam menyelesaikan makalah ini. Selain untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Perilaku
Organisasi yang membahas tentang Budaya Organisasi.
penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan demi perbaikan
kedepannya. Akhir kata penyusun ucapkan terimakasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu,
keberhasilan suatu organisasi ditunjukkan oleh kemampuannya mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan sangat ditentukan oleh
kinerja organisasi yang sangat dipengaruhi oleh factor eksternal maupun internal organisasi.
Factor eksternal adalah segala sesuatu yang berada diluar organisasi, namun mempunyai
pengaruh besar terhadap organisasi dan budayanya. Factor internal organisasi disamping
didukungnya oleh sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan kinerja organisasi, maka
yang sangat besar perannya adalah budaya organisasi yang dianut segenap sumber daya manusia
dalam organisasi.
Setiap organisasi mempunyai budayanya masing-masing yang menjadi ciri khas suatu
organisasi. Budaya sebuah organisasi memegang peranan yang cukup penting dalam organisasi
tersebut karena budaya yang baik akan dapat memberikan kenyamanan yang kemudian
menunjang peningkatan kinerja anggotanya. Sebaliknya, budaya organisasi yang kurang baik
atau yang kurang sesuai dengan pribadi anggotanya akan memicu penurunan kinerja setiap
anggota.
1
1.2 Rumusan Masalah
1 Apakah pengertian dari budaya organisasi?
2 Apakah yang dilakukan oleh budaya?
3 Bagaimana menciptakan dan mempertahankan budaya organisasi?
4 Bagaimanakah cara karyawan mempelajari budaya?
5 Bagaimanakah menciptakan budaya organisasi yang beretika?
6 Bagaimanakah menciptakan budaya yang positif?
7 Apakah spiritual dan budaya organisasi?
8 Bagaimanakah pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku organisasi?
9 Apakah budaya organisasi dan pengaruhnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kultur organisasi mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Sistem makna
bersama ini, ketika dicermati secara lebih seksama, adalah sekumpulan karakteristik yang
dijunjung tinggi oleh organisasi. Terdapat tujuh hakikat kultur organisasi antara lain adalah :
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko, sejauh mana karyawan didorong untuk
bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.
2. Perhatian pada hal-hal rinci, sejauh makna karyawan diharapkan menjalankan presisi,
analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
3. Orientasi hasil, sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik
dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek
dari hasil tersebut atas orang-orang yang ada di dalam organisasi.
5. Orientasi tim, sejauh mana kegiata-kegiatan kerja diorganisasi pada tim ketimbang pada
individu-individu.
6. Keagresifan, sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
7. Stabilitas, sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya
status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
“Menurut Stephen P. Robbin, kultur organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh
anggota organisasi”.
Kultur organisasi dapat dijadikan alat untuk mempertinggi komitmen organisasi dan
meningkatkan eksistensi perilaku karyawan. Tetapi perlu diwaspadai juga aspek-aspek kultur
organisasi yang berpotensi disfungsional terutama aspek yang besar terhadap keefektifan sebuah
organsasi.
“Kultur organisasi merupakan nilai inti yang disepakati bersama oleh para anggota sehingga nilai
inti tersebut dihargai oleh semua anggota organisasi”.
3
Kutur organisasi ini diturunkan dari para pendiri organisasi dan diteruskan oleh para
penerusnya serta dipertahankan oleh seluruh anggota organisasi, misalnya sebuah perusahaan
terkenal dengan kecepatan pelayanan dan paling berani mengambil resiko, karakter tersebut
dipertahankan oleh seluruh anggota organisasi sehingga secara terus menerus tercipta dan
berkembang serta dimodifikasi sehingga dapat menuntun seluruh anggota organisasi.
Kutur organsasi mewakili sebuah organisasi yang sama dari para anggota organisasi. Hal
ini jelas karena kultur organisasi di artikan sebagai “makna bersama”. Maka dari itu, kita
berharap bahwa individu-individu yang memiliki latar belakang yang berbeda atau berada di
tingkatan yang tidak sama dalam organisasi. “makna bersama” dari kultur organisasi yang
dijadikan sebagai alat potensial untuk menuntun dan membentuk perilaku.
Namun, pengakuan bahwa organisasi memiliki pengertian yang sama, tidak berarti bahwa
tidak dimungkinkannya adanya subkultur di dalam kultur tertentu. Sebagian besar organisasi
memiliki kultur dominan dan banyak subkultur. Kultur dominan mengungkapkan nilai-nilai inti
yang dimiliki bersama oleh mayoritas anggota orgasnisasi. Kultur ini juga memberikan
kepribadian tersendiri pada sebuah organisasi. Subkultur cenderung berkembang di dalam
organisasi besar untuk merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama yang
dihadapi oleh para anggota. Berbagai subkultur ini mungikin muncul di tingkat dapertemen dan
disebabkan oleh faktor-faktor geografis.
Terdapat kultur organisasi yang kuat dan lemah, kultur organisasi yang kuat akan lebih
berpengaruh terhadap perilaku semua anggotanya. Dalam kultur yang kuat nilai-nilai yang inti
dari organisasi tersebut dipegang teguh dan dijunjung bersama. Sedangkan dalam kultur
4
organisasi yang lemah nilai-nilai tersebut tidak berdampak luas terhadap seluruh anggota
organisasi serta nilai-nilai unti dari organisasi tersebut tidak dipegang teguh.
Dalam kultur organisasi yang kuat memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku para
anggotanya dibandingkan denga kultur organisasi yang lemah. Sehingga seluruh anggota
organisasi mengetahui apa yang diharapkan oleh organisasi dari mereka.
Kultur organisasi yang kuat menunjukkan kesepakatn yang tinggi akan tujuan dari
organisasi. Keharmonisan tujuan ini akan membangun kebersamaan, loyalitas, dan komitmen
keorganisasian, sehingga memperkecil kecendrungan anggota untuk meninggalkan
organisasinya.
Kultur organisasi yang kuat mempengaruhi perilaku anggota tersebut, agar seluruh
karyawan berperilaku baik, sesuai dengan tujuan perusahaan yang ingin dicapai, mendorong
kualitas etika yang tinggi. Maka perlu ditanamkan kultur organisasi yang kuat dan baik sesuai
dengan harapan perusahaan.
Dalam bagian ini, kita tinjau dengan seksama fungsi-fungsi yang dilakukan oleh budaya
dan menilai apakah budaya dapat merupakan suatu beban (liabilitas) untuk suatu organisasi.
Fungsi Budaya
1. Batas
Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya menciptakan perbedaan atau yang
membuat unik suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya.
2. Identitas
3. Komitmen
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada
kepentingan individu.
4. Stabilitas
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial yang
membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang
sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.
5
5. Pembentuk sikap dan perilaku
Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta kendali yang
menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.Fungsi terakhir inilah yang paling
menarik.
Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
memberikan standar-standar yang tepat mengenai apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh
para karyawan. Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan mekanisme
pengendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
Budaya mendefinisikan aturan permainan : “Memang secara alami budaya itu sukar
dipahami, tidak berwujud, implisit, dan diterima apa adanya. Tetapi semua organisasi
mengembangkan seperangkat inti asumsi, pemahaman, dan aturan implisit yang mengatur
perilaku sehari-hari dalam tempat kerja. Sebelum pendatang baru mempelajari aturan-aturan itu,
mereka tidakditerima baik sebagai anggota penuh organisasi itu. Pelanggaran aturan di pihak
eksekutif tingkat tinggi atau karyawan garis depan mengakibatkan ketidak-setujuan secara umum
dan hukuman yang berat. Keseuaian dengan aturan menjadi dasar utama pemberian imbalan dan
mobilitas ke atas”.
Tidak boleh mengabaikan aspek budaya yang berpotensi disfungsional, teristimewa budaya yang
kuat, yang justru mengganggu fungsi keefektifan organisasi.
Budaya menjadi beban, bilamana nilai-nilai yang dimiliki bersama tidak sejalan dengan
nilai-nilai yang dapat meningkatkan efektivitas organisasi.Hal ini paling mungkin terjadi bila
lingkungan sebuah organisasi bersifat dinamis. Konsistensi perilaku merupakan aset bagi
organisasi bila organisasi itu menghadapi lingkungan yang stabil tetapi konsistensi dapat
membebani organisasi itu dan membuatnya kesulitan menanggapi perubahan-perubahan
6
lingkungannya. Contoh : para eksekutif pada perusahaan seperti Mitsubishi, Eastman Kodak,
Xerox, Boeing dan U.S Federal Bureau of Investigation dalam tahun-tahun terakhir ini dalam
menyesuaikan diri dengan pergolakan lingkungan mereka. Perusahaan-perusahaan ini
mempunyai budaya yang kuat yang berhasil dengan baik untuk mereka di masa lalu. Tetapi
budaya kuat menjadi penghalang terhadap perubahan ketika “bisnis speperti lazimnya” tidak lagi
efektif.
Merekrut karyawan baru yang karena faktor ras, usia, jenis kelamin, ketidakmampuan,
atau perbedaan-perbedaan lain, tidak sama dengan mayoritas anggota organisasi lain akan
menciptakan sebuah paradoks. Manajemen menginginkan karyawan baru menerima nilai budaya
inti organisasi. Budaya yang kuat sangat menekan para karyawan agar menyesuaikan diri.
Budaya yang kuat juga membatasi rentang nilai dan gaya yang dapat di terima.
Contoh : Perusahaan asing yang berdiri di Indonesia memiliki budaya yang berbeda dengan
budaya masyarakat Indonesia.
Secara historis, faktor kunci yang diperhatikan manajemen ketika membuat keputusan
akuisisi atau merger terkait dengan isu keuntungan finansial atau sinergi produk. Belakangan ini,
kesesuaian budaya juga menjadi fokus utama.
Contoh : Restoran A yang lebih mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggannya daripada
laba perusahaan akan bergabung dengan Restoran B yang lebih mengutamakan laba perusahaan
daripada pelayanannya kepada pelanggan. Dengan adanya perbedaan budaya antara kedua
restoran tersebut membuat penggabungan kedua restoran tersebut menjadi terhambat.
1. Pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan.
2. Mereka melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara berpikir dan berperilaku.
3. Perilaku pendiri bertindak sebagai peran pendorong karyawan untuk mengidentifikasikan
diri.
7
Seleksi
Manajemen Puncak
Melalui apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka berperilaku, para eksekutif senior
memantapkan norma-norma yang berlaku di organisasi terkait sejauh mana pengambilan risiko
diharapkan; kebebasan yang diberikan kepada karyawan; pakaian yang pantas promosi dan
imbalan lain.
Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses yang mengadaptasikan karyawan dengan kultur organisasi. Ada 3
tahap: pertama, mencakup mencakup semua pembelajaran yang terjadi sebelum seorang anggota
baru bergabung dengan organisasi. Kedua, karyawan baru melihat seperti apa sebenarnya
organisasi itu dan menghadapi kemungkinan bahwa antara harapan dan kenyataan berbeda.
Ketiga, terjadi perubahan yang berlangsung relatif lama.
1. Prakedatangan
Periode pembelajaran dalam proses sosialisasi yang terjadi sebelum karyawan baru bergabung
dengan organiisasi
2. Perjumpaan
Proses sosialisasi dimana karyawan baru melihat seperti apa sesungguhnya organisasidan
menghadapi kemungkinan bahwa harapan dan kenyataan itu berbeda.
3. Metamorfosis
Proses sosialisasi dimana karyawan baru harus berubah dan menyesuaikan diri dengan pekerjaan,
kelompok,kerja dan organisasi.
4. Produktivitas
5. Komitmen
6. Perputaran karyawan
1. Cerita
2. Ritual / Upacara-upacara
Ritual adalah deretan kegiatan berulang yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-
nilai utama organisasi, sasaran apakah yang paling penting, orang-orang manakah yangpenting,
dan mana yang dapat dikorbankan. Semua masyarakat memiliki corak ritual sendiri-sendiri. Di
dalam organisasi, tidak jarang ditemui acara-acara ritual yang sudah mengakar dan menjadi
bagian hidup organisasi. Sehingga tetap dipelihara keberadaannya,
3. Simbol-simbol material
Simbol-simbol atau lambang-lambang material seperti pakaian seragam, ruang kantor dan
lain-lain, atribut fisik yang dapat diamati merupakan unsur penting budaya organisasi yang harus
diperhatikan sebab dengan simbol-simbol itulah dapat dengan cepat diidentifikasi bagaimana
nilai, keyakinan, norma, dan berbagai hal lain itu menjadi milik bersama dan dipatuhi anggota
organisasi.
4. Bahasa
9
2.5 MENCIPTAKAN BUDAYA ORGANISASI YANG BERETIKA
Prinsip-prinsip yang harus diikuti para manajer untuk menciptakan suatu budaya yang
lebih beretika:
Para pekerja akan melihat tindakan dari para manajemen puncak sebagai patokan atas
perilaku yang layak. Kirimkan sebuah pesan yang posistif.
Mengomunikasikan ekspektasi yang beretika.
Menilai para manajer mengenai bagaimana eputusan mereka yang diukur atas kode etik
organisasi. Meninjau sarana demikian pula dengan tujuan akhir. Memberikan imbalan yang
tampak bagi mereka yang bertindak secara etis dan memberikan hukuman yang mencolok bagi
mereka yang bertindak secara tidak etis.
Menyediakan mekanisme perlindungan.
Menyediakan mekanisme secara formal sehingga para pekerja dapat membahas dilemma-
dilema etis dan melaporkan perilaku yang tidak etis tanpa ketakutan atau teguran. Hal ini
meliputi para penasihat yang beretika, ombudspeople, atau para pejabat yang beretika.
Meskipun budaya yang positif tidak mengabaikan permasalahan, hal ini menekankan untuk
memperlihatkan kepada para pekerja bagaimana mereka dapat mengapitalisasikan kekuatan
mereka.Tidakkah lebih baik berada dalam budaya organisasi yang membantu anda menemukan
kekuatan anda dan mempelajari bagaimana memperbanyak kekuatan tersebut.
10
Meskipun sebagian besar organisasi secara memasai menitik beratkan pada pemberian imbalan
secara ekstrinsik seperti misalnya gaji dan promosi, mereka sering kali lupa dengan kekuatan
dari pemberian yang sederhana dan murah seperti misalnya pujian.
Tidak ada organisasi yang akan memperoleh hasil terbaik dari para pekerja yang melihat mereka
sendiri hanyalah sebagai roda pada mesin. Suatu budaya yang positif akan menghargai
perbedaan diantara pekerjaan dengan karier. Ini mendukung bukan hanya apa yang pekerja
berikan kontribusi bagi efektifitas organisasional tetapi bagaimana juga organisasi dapat
membuat unggulan menghargai nilai yang membantu orang untuk bertumbuh.
Terdapat manfaat untuk menetapkan suatu budaya yang positif, tetapi sebuah organisasi juga
perlu untuk menjadi objektif dan tidak mengejar titik selain efektivitas.
Spiritualitas ditempat kerja adalah kedaran bahwa orang memiliki kehidupan batin yang
tumbuh dan ditumbuhkan oleh pekerjaan yang bermakna yang berlangsung dalam konteks
komunikasi.
Mengapa spiritualitas?
Alasan tumbuhnya minat terhadap spiritualitas Sebagai penyeimbang antara tekanan dan
ketegangan dari dinamika kehidupan yang tidak beraturan. Agama formal tidak lagi berfungsi
untuk banyak orang. Tuntutan kerja membuat tempat kerja menjadi dominan dalam kehidupan
banyak orang. Hasrat untuk mengintegrasikan nilai kehidupan pribadi dalam hidup profesional
sesorang. Banyak orang menemukan bahwa mengejar sesuatu yang bersifat material membuat
mereka tidak puas
1. Kesadaran aka tujuan yang kuat. Mendasarkan kultur pada satu tujua bermakna. Laba
bukanlah nilai utama.
2. Fokus terhadap pengembangan individual. Mereka menciptakan kultur dimana karyawan
dapat tumbuh dan belajar
3. Kepercayaa dan respect. Berciri oleh tumbuhnya sikap saling percaya, jujur dan terbuka
4. Praktik kerja yang manusiawi. Meliputi jadwal kerja yang fleksibel, imblan berbasis
kelompok, penyempian kesenjangan gaji dan status, jaminan hak kerja dan lain-lain
5. Toleransi bagi ekspresi karyawan.Memberi ruang bagi karyawan untuk menjadi diri
mereka sendiri untuk mengutarakan suasana hati dan perasaan mereka.
11
2.8 PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP PERILAKU ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi, sehingga
efektifitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat
mendukung tercapainya tujuan organisasi.
Pengaruh pemanfaatan budaya perusahaan adalah salah satu solusi dalam menghadapi
tantangan yang kian kompleks. Apabila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah
strategi perusahaan, maka budaya organisasi dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja.
Secara teoritis, budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja, kinerja dalam hal ini
diartikan sebagai suatu tingkat proses yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi
dan tujuan individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan organisasi
dapat bertemu.
Budaya organisasi berpengaruh terhadap semangat kerja dan efektifitas kinerja para
karyawan di dalam sebuah organisasi. Selain itu, budaya organisasi juga akan menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas, dan juga akan menjadi penentu sukses perusahaan.
Maka dari itu, budaya organisasi memiliki dampak yang berarti terhadap kinerja
karyawan yang menentukan keberhasilan dan kegagalan perusahaan. Sedangkan kinerja
merupakan peranan yang sangat penting, karena tanpanya organisasi hanya merupakan
sekumpulan aktivitas tanpa tujuan atau control tertentu.
PT. Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan nasional indonesia. Maskapai ini
dimiliki oleh pemerintah indonesia (BUMN). Garuda indonesia masuk dalam daftar maskapai
bintang empat dari skytrax, yang berarti memiliki kinerja dan pelayanan yang bagus.
Budaya perusahaan Garuda Indonesia Fly Hi yang terdiri dari nilai-nilai efficient &
effective, loyalty, costumer centricity, honesty & openness dan integrity yang dirancang sejak
tahun 2005 dan kemudian disosialisasikan pada tahun 2007 hingga saat ini, telah menjadi
panduan/pedoman perilaku insan Garuda Indonesia melalui program internalisasi yang
terstruktur dan tersistem.
Adapun maksud dari budaya – budaya tersebut yaitu:
12
A. efficient & effective
Insan Garuda diharapkan senantiasa melakukan tugas yang diembannya secara teliti, tepat dan
akurat dalam waktu sesingkat mungkin; serta memanfaatkan tenaga dan biaya seefisien mungkin
tanpa mengorbankan kualitas. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya
menjamin pelanggan memperoleh layanan yang berkualitas.
B. Loyalty
Insan Garuda diharapkan dapat melaksanakan setiap tugas yang didelegasikan kepadanya dengan
penuh dedikasi, tanggung jawab dan disiplin. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda
Indonesia berupaya menjamin konsistensi kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan.
C. customer centricity
Insan Garuda diharapkan senantiasa penuh perhatian, siap membantu dan melayani. Hal ini
didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menempatkan pelanggan sebagai proritas
utama.
E. Integrity
Insan Garuda harus menjaga harkat dan martabat serta
menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak citra profesi dan citra perusahaan.
Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin layanan dan relasinya
dengan pelanggan untuk senantiasa dapat berjalan bersih secara hukum dan moral.
Garuda Indonesia meyakini bahwa perusahaan yang berhasil dan berkinerja tinggi dan
terjaga sustainability-nya adalah perusahaan yang memiliki badaya perusahaan yang kuat.Oleh
karenanya program implementasi badaya perusahaan di Garuda Indonesia dilaksanakan
seoptimal mungkin dan konsisten melalui pendekatan secara sistem, optimalisasi peran Change
Agents/Change Leaders, didukung oleh program komunikasi dan penyelarasan dengan Human
Capital Management System.
13
Ke-5 nilai Fly Hi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam 10 Perilaku Utama yang meliputi antara
lain:
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kultur organisasi mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Kutur organsasi
mewakili sebuah organisasi yang sama dari para anggota organisasi. Namun, tidak menutup
kemungkinan adanya budaya yang berbeda dalam sebuah organisasi. Budaya ini disebut
subkultur yaitu budaya yang ada pada departemen dalam organisasi sedangkan yang
merefleksikan budaya yang menyeluruh disebut budaya dominan yaitu budaya yang
mengungkapkan nilai-nilai inti yang dimiliki mayoritas anggota organisasi.
Terdapat kultur organisasi yang kuat dan lemah, kultur organisasi yang kuat akan lebih
berpengaruh terhadap perilaku semua anggotanya. Dalam kultur yang kuat nilai-nilai yang inti
dari organisasi tersebut dipegang teguh dan dijunjung bersama. Sedangkan dalam kultur
organisasi yang lemah nilai-nilai tersebut tidak berdampak luas terhadap seluruh anggota
organisasi serta nilai-nilai inti dari organisasi tersebut tidak dipegang teguh.
Apa yang dilakukan budaya dapat tinjau dengan seksama fungsi-fungsi yang dilakukan
oleh budaya dan menilai apakah budaya dapat merupakan suatu beban (liabilitas) untuk suatu
organisasi.
Fungsi budaya
Batas
Identitas
Komitmen
Stabilitas
Pembentuk sikap dan perilaku
Pembentukan budaya organisasi berasal dari tindakan pendiri. Ada tiga proses penciptaan kultur:
1. Pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan.
2. Mereka melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara berpikir dan berperilaku.
3. Perilaku pendiri bertindak sebagai peran pendorong karyawan untuk mengidentifikasikan
diri.
15
Mempertahankan budaya organisasi dapat dilakukan dengan:
1. Melaksanakan seleksi, untuk menyaring calon sesui/tidak dengan nilai budaya organisasi.
2. Melaksanakan sosialisasi kepada karyawan baru, membantu karyawan baru beradaptasi
dengan budaya organisasi.
3. Perilaku atau tindakan manajemen puncak, membantu membangun norma-norma
perilaku yang diadopsi oleh organisasi.
Seorang karyawan dapat mempelajari budaya organisasi yang telah ada dalam organisasi tersebut
dengan cara melalui,
1. Cerita
2. Ritual
3. Symbol material
4. Bahasa
Prinsip-prinsip yang harus diikuti para manajer untuk menciptakan suatu budaya yang lebih
beretika:
Budaya organisasi yang positif adalah suatu budaya yang menekankan pada membangun
kekuatan pekerja, memberikan imbalan yang lebih daripada memberikan hukuman, serta
menekankan pada vitalitas dan pertumbuhan dari individu.
Spiritualitas ditempat kerja adalah kedaran bahwa orang memiliki kehidupan batin yang
tumbuh dan ditumbuhkan oleh pekerjaan yang bermakna yang berlangsung dalam konteks
komunikasi. Adapun karakteristik sebuah organisasi sepiritual:
1. Kesadaran aka tujuan yang kuat. Mendasarkan kultur pada satu tujua bermakna. Laba
bukanlah nilai utama.
2. Fokus terhadap pengembangan individual. Mereka menciptakan kultur dimana karyawan
dapat tumbuh dan belajar
3. Kepercayaa dan respect. Berciri oleh tumbuhnya sikap saling percaya, jujur dan terbuka
4. Praktik kerja yang manusiawi. Meliputi jadwal kerja yang fleksibel, imblan berbasis
kelompok, penyempian kesenjangan gaji dan status, jaminan hak kerja dan lain-lain
5. Toleransi bagi ekspresi karyawan.Memberi ruang bagi karyawan untuk menjadi diri
mereka sendiri untuk mengutarakan suasana hati dan perasaan mereka.
16
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P. and Judge, Timothy A. 2008.Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Zunaidah dan Budiman, Ardi Novarandi Arif. 2014. Analisis Pengaruh Motivasi dan Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Business Unit SPBU PT. Putra Kelana
Makmur Group Batam). Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.12 No.1.
http://rofiahekawati-komunikasiinternalrabu.blogspot.co.id/2014/03/budaya-perusahaan-pt-
garuda-indonesia.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Garuda_Indonesia
17
18