Anda di halaman 1dari 21

Ns. Edy Supardi, S.Kep., M.

Kep
LEADRSHIP & ENTERPRENEURSHIP

BUDAYA ORGANISASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


UNTUK MENGEFEKTIKAN ORGANISASI

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 5

SABRINA MAILA : 202205147


NURUL AIN : 202205139
RESKI HUMAERAH : 202205146
HANA PUSPITA SARI : 221560111017

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2024
Daftar isi

BAB I................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. TUJUAN....................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN....................................................................................................4
A. Pengertian budaya organisasi...................................................................4
B. Konsep budaya organisasi........................................................................5
C. Fungsi budaya orgaisasi...........................................................................6
D. Pengaruh budaya organisasi terhadap pengambilan keputusan..............7
E. Budaya organisasi dan pengambilan keputusan.....................................10
Daftar Pustaka...................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam mengelola perusahaan, para manajer di Indonesia pada


umumnya sudah mengenal dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen
modern, seperti misalnya penggunaan pendekat an struktur, sistem,
strategi, MBO, dan sebagainya, meskipun ada juga beberapa
perusahaan yang masih dikelola secara tradisional. Namun rupa-
rupanya masih banyak para pakar dan praktisi yang kurang perha
tiannya terhadap budaya organisasi (budaya perusahaan), padahal bu
daya organisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat manajemen
untuk mencapai efisiensi, efektivitas, produktivitas, etos kerja, seperti
yang ditunjukkan di berbagai perusahaan di Jepang, Amerika, dan
beberapa negara Eropa, dan ternyata dapat membuat perusahaan
berhasil efektif ( Edy Sutrisno, 2019 ).
Budaya organisasi dapat diartikan sebagai perangkat sistem nilai-
nilai (values), keyakinan-keyakian (beliefs), asumsi-asumsi
(assumptions), atau sebuah norma yg sudah berlaku, disepakati dan di
ikuti sumber daya manusia di sebuah organisasi sebagai prinsip atau
pedoman dan pemecahan masalah yang timbul disebuah organisasi.
Dalam pengertian lain, budaya organisasi adalah kekuatan sosial yang
tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam sebuah
organisasi untuk melakukan aktifitas kerja. Secara tidak sadar tiap
individu dalam organisasi mempelajari budaya yang berlaku di dalam
organisasinya. Oleh karena pengertian di atas, dapat dijelaskan lebih

1
mendetail terkait budaya organisasi adalah nilai-nilai yang dipegang oleh
organisasi sejak kelahirannya atau awal terbentuk kemudian tumbuh
sampai berkembang. Sehingga, apapun yang dirasakan dan dialami
suatu organisasi dari awal pendiriannya sampai perkembangannya, juga
dari kegagalan dan kesuksesan yang dialami merupakan sebuah
perjalanan dalam membentuk budaya organisasi. Dari perjalanan
panjang dalam membangun budaya organisasi tersebut, menjadi sebuah
pelajaran berharga organisasi dalam kesuksesan di masa depan. Dalam
membangun budaya organisasi tentu masing-masing organisasi apapun
jenis dan level organisasi memiliki pengalaman yang berbeda pada
beberapa keadaan dan memiliki sebuah persamaan dalam keadaan
tertentu. Hal ini, menandakan adanya dinamisasi dalam sebuah
organisasi dalam membangun budaya organisasi sebagai pedoman dan
prinsip setiap individu di sebuah organisasi dalam menjalankan tugas
dan kewajiban masing-masing untuk mensukseskan tujuan organisasi
dibangun. Faktor yang menentukan terbentuknya budaya organisasi
adalah pengalaman yang dijalani sebuah organisasi itu sendiri.
pengalaman bisa berupa kegagalan dan kesuksesan, kegagalan bisa
disebabkan tidaktepatnya sebuah konsep sementara kesuksesan karena
danya konsep yang tepat dalam menjalan sebuah organisasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, setiap pemimpin di sebuah
organisasi harus bisa mengonsep sebuah budaya organisasi yang tepat
untuk membangun budaya organisasi yang bisa menopang kinerja
organisasi lebih baik dan menuju kesuksesan di masa depan
(Sudarsono., 2020).

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa defenisi dari budaya organisasi

2
2. Untuk mengetahui apa konsep budaya organisasi
3. Untuk mengetahui fungsi budaya organisasi
4. Untuk mengetaui pengaruh budaya organisasi terhadap pengambilan
keputusan
5. Untuk mengetahui budaya organisasi dan pengambilan keputusan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian budaya organisasi

Penggunaan istilah budaya organisasi dengan mengacu pada budaya


yang berlaku dalam perusahaan, karena pada umumnya perusahaan itu
dalam bentuk organisasi, yaitu kerja sama antara beberapa orang yang
membentuk kelompok atau satuan kerja sama tersendiri. Studi yang
dilakukan ini mengenai budaya organisasi yang berlaku pada
perusahaan. Dalam pembicaraan selanjutnya yang disebut budaya
organisasi, diartikan atau sinonim dengan budaya perusahaan. Jika
disebut budaya perusahaan, diartikan pula budaya yang berlaku dalam
organisasi yang melakukan kegiatan perusahaan. Jadi, istilah budaya or-
ganisasi dan istilah budaya perusahaan dalam studi ini juga seperti yang
digunakan para pengripta saling mengganti. Budaya organisasi dapat
didefinisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-
keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assum-ptions), atau norma-norma
yang telah lama berlaku, disepakati dan di- ikuti oleh para anggota suatu
organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah
organisasinya. Budaya organisasi juga disebut budaya perusahaan, yaitu
seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang telah relatif lama
berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi (karyawan)
sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah
organisasi (perusahaan). Dalam budaya organisasi, terjadi sosialisasi
nilai-nilai dan menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang
perorang di dalam organisasi. Dengan demikian, maka budaya organisasi

4
merupakan jiwa organisasi dan jiwa para anggota organisasi. Budaya
organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang
dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk
melakukan aktivitas kerja. Secara tidak sadar, tiap-tiap orang di dalam
suatu organisasi mempelajari budaya yang berlaku di dalam
organisasinya. Apalagi bila ia sebagai orang baru supaya dapat diterima
oleh lingkungan tempat bekerja, ia berusaha mempelajari apa yang
dilarang dan apa yang diwajibkan, apa yang baik dan apa yang buruk,
apa yang benar dan apa yang salah; dan apa yang harus dilakukan dan
apa yang tidak boleh dilakukan di dalam organisasi tempat bekerja itu.
Jadi, budaya organisasi mensosialisasikan dan menginternalisasi pada
para anggota organisasi ( Edy Sutrisno, 2019).

B. Konsep budaya organisasi

Budaya kelompok adalah suatu pola asumsi-asumsi dasar


bersama yang telah dipelajari suatu kelompok sebagai pemecahan
masalah-masalah, penyatuan internal dan adaptasi eksternal, bekerja
dengan baik, menjadi pertimbangan yang sah, dan berpikir terhadap
anggota-anggota baru sebagai cara yang baik untuk merasa, berpikir,
dan merasakan hubungan terhadap masalah-masalah itu. Setiap orang
yang masuk pada suatu organisasi mesti dapat hidup dalam iklim
organisasi tersebut. Mereka harus meninggalkan embel-embel pribadi
ataupun primordial untuk melebur dalam kebiasaan organisasi. Dengan
cara demikian, mereka dapat bekerja dengan fokus dan meningkatkan
produktifitas. Tidak hanya itu, kewajiban anggota organisasi yang lebih
senior untuk mengajarkan kepada anggota baru tentang tradisi
organisasi. Model pembentukan kelompok sebagaimana dijelaskan di
atas sesungguhnya telah lama dianut oleh manusia, bahkan dalam

5
persekutuan yang sederhana sekalipun. Robbins menjelaskan bahwa
Sama halnya dengan budaya-budaya suku memiliki aturan-aturan dan
larangan-larangan yang menentukan bagaimana para anggota akan
bertindak satu terhadap yang lain dan terhadap orang luar, organisasi-
organisasi pun memiliki budaya-budaya yang menentukan bagaimana
anggota-anggotanya harus berperilaku. Budaya organisasi adalah
sejumlah pemahaman penting, seperti norma, nilai, sikap, dan
keyakinan, yang dimiliki bersama oleh
anggota organisasi . Sejatinya budaya organisasi merupakan
gambaran besar tentang sebuah organisasi, tidak hanya bersifat filosofis,
tetapi juga pada level praksis. Norma, Nilai, Sikap, dan keyakinan
merupakan wilayah yang tidak nampak (abstrak), tetapi menjadi
pedoman dalam praktik hidup berorganisasi. Sehingga Stoner
menambahkan bahwa budaya organisasi memiliki tiga elemen dasar,
yakni: Artifacts (artifact): hal-hal yang ada bersama untuk menentukan
budaya dan mengungkapkan apa sebenarnya budaya itu kepada mereka
yang memperhatikan budaya; artifact termasuk produk, jasa, dan bahkan
pola tingkah laku dari anggota sebuah organisasi. Nilai-Nilai yang
didukung (espoused values): alasan yang diberikan oleh sebuah
organisasi untuk mendukung caranya melakukan sesuatu. Asumsi dasar
(Basic asumption): keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota
suatu organisasi (Shautut Tarbiyah., 2017).

C. Fungsi budaya orgaisasi

fungsi budaya organisasi sebagai berikut :

1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi


dan yang lain.

6
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih
luas
daripada kepentingan diri individual seseorang.
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan
organisasi
itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh
karyawan.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan (Robbins 2006 dalam Emma
Dwi Ariyani 2012).

D. Pengaruh budaya organisasi terhadap pengambilan keputusan

Makna budaya organisasi adalah kumpulan norma-norma, nilai-nilai,


ritual, simbol, bahasa, cara berpikir dan bertindak yang berlaku dalam
organisasi dan menjadi kebiasaan serta membentuk perilaku anggota
dan citra organisasi. Makna pengambilan keputusan adalah aktivitas
yang dilakukan pimpinan organisasi dengan melibatkan seluruh
komponen organisasi dalam upaya pemecahan masalah, dengan
rangkaian kegiatan:
(1) mengidentifikasi masalah,
(2) menentukan target penyelesaian,
(3) membuat alternatif,
(4) mengevaluasi alternatif,
(5) menetapkan alternatif yang dipilih,
(6) pelaksanaan alternatif yang dipilih,

7
(7) memonitor pelaksanaan.
Di dalam pengambilan keputusan, budaya organisasi dapat
mempengaruhi hasil dari pengambilan keputusan tersebut, dikarenakan
nilai, cara bertindak dan berpikir dari pengambil keputusan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Dengan adanya budaya
organisasi yang baik maka persepsi terhadap suatu persoalan dari
anggota organisasi yang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
akan tidak bertentangan (quasi searah), sehingga proses pengambilan
keputusan akan lebih lancar, tanpa konflik dan perbedaan pendapat
yang besar dan rumit. Mohr D, Meterko M, Young G, Charns M,
mengemukakan bahwa: One of the primary responsibilities of strategic
leaders is to create and maintain the organizational characteristics that
reward and encourage collective effort. Perhaps the most fundamental of
these is organizational culture, which as a determinant toward decision
making of strategic leaders". Salah satu tanggung jawab utama
pemimpin strategis adalah menciptakan dan mempertahankan
karakteristik organisasi yang menghargai dan mendorong usaha-usaha
kolektif. Mungkin yang sangat fundamental dalam hal ini adalah budaya
organisasi, yang mana sebagai hal yang menentukan terhadap
pengambilan keputusan para pemimpin strategis. Sejalan dengan
penjelasan di atas, Gamage dan Pang berpendapat bahwa:
Organizational culture involves the norms that develop in a work group or
in organization. The dominant values advocated by organization, the
philosophy that giudes the organization's policies relating to staff and
client groups, and the feeling that is evident in the ways in which people
interact with each other influence decisions. Thus, organizational culture
deals with basic assumptions and beliefs shared by the organizational
members. Usually, these include, why it exits, how it has survived, what it
is about. Organizational culture plays a key role in shaping the institution,
assumptions and beliefs of administrators, on taken-for-granted basis

8
and influences the decision making process. Dijelaskan bahwa, budaya
organisasi mencakup norma-norma yang berkembang dalam suatu
kelompok atau organisasi. Nilai-nilai dominan yang disokong oleh
organisasi, filosopi yang membimbing kebijakan-kebijakan organisasi
yang berhubungan dengan staf dan kelompok-kelompok klien, dan
perasaan yang dibuktikan dalam cara- cara di mana orang berinterasi
satu sama lain mempengaruhi keputusan. Jadi, budaya organisasi
adalah transaksi dengan asumsi dasar dan kepercayaan bersama
dengan anggota organisasi. Budaya organisasi memainkan peran kunci
dalam menyelamatkan lembaga, asumsi dan kepercayaan administrator,
dasar anggapan yang pasti, dan mempengaruhi proses pengambilan
keputusan (Shautut Tarbiah., 2017).
Pengambilan keputusan menurut Steven McShane dan Mary Ann
Von Glinow adalah "the conscious process of making process among
alternatives with the intention of moving toward some desired state of
affairs". Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pengambilan keputusan
adalah proses pengambilan beberapa alternatif untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Dari berbagai macam alternatif tersebut kemudian akan
dipilih solusi yang terbaik berdasarkan tujuan yang ingin dicapai Menurut
Jennifer M. George dan Gareth R. Jones , secara umum pengambilan
keputusan ialah "decision making can be defined as the process by
which members of an organization choose a specific course of action to
respond to opportunities and problems that confront them". Pengambilan
keputusan dapat didefinisikan sebagai proses dimana anggota
organisasi memilih aksi tertentu untuk merespon peluang dan masalah
yang dihadapi mereka. Sebuah organisasi pastinya tidak luput dari
sebuah masalah, sudah tentu dibutuhkan anggota organisasi yang
perhatian akan kondisi organisasinya. Pada saat terjadi masalah,
diharapkan dapat menemukan jalan keluar dari beberapa alternatif yang
ada. Pandangan lain tentang Pengambilan keputusan dikemukakan oleh

9
Steven McShane dan Mary Ann Von Glinow, menurut mereka "the
conscious process of making process among alternatives with the
intention of moving toward some desired state of affairs". Pernyataan di
atas menjelaskan bahwa pengambilan keputusan adalah proses
pengambilan beberapa alternatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari berbagai macam alternatif tersebut kemudian akan dipilih solusi
yang terbaik berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Hal senada juga di
ungkapkan oleh Jack Wood dan kawan-kawan mengenai pengambilan
keputusan adalah "decision making is the process of identifying a
problem or opportunity and choosing among alternative courses of
action". Pengambilan keputusan adalah proses mengidentifikasi masalah
atau peluang dan memilih diantara beberapa alternatif tindakan.
Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan alternatif yang dihadapi
individu (terutama pemecahan masalah) dan pilihan yang diambil
individu terhadap alternatif yang ada. Setiap individu memiliki kondisi
yang berbeda-beda. Hal ini mempengaruhi atau ikut menentukan pilihan
yang ada pada individu.Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan
yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari
kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat.
Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat
diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin
yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan.
Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang
mendasarkan diri pada human relations (Rina Nurhidayati., 2015).

E. Budaya organisasi dan pengambilan keputusan

Budaya organisasi merupakan gabungan kompleks dari nilai- nilai


yang dianut, asumsi-asumsi dasar, dan jejak-jejak keorganisasian.
Berbagai bidang organisasi tidak luput dari jangkauan budaya, salah

10
satunya dalam praktik pengambilan keputusan. Pemimpin bersama
seluruh elemen organisasi sejatinya melakukan pengambilan keputusan
secara bersama dalam rembug organisasi. Langkah-langkah utama
dalam pengambilan keputusan mencakup: Identifikasi masalah,
Identifikasi kriteria keputusan, Alokasi bobot untuk kriteria,
Pengembangan alternatif, Analisis alternatif, Pemilihan alternatif,
Pelaksanaan alternatif, Penilaian efektifitas keputusan. Koridor utama
dalam proses pengambilan keputusan adalah budaya organisasi. Dapat
disimpulkan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang tinggi
dalam pengambilan keputusan organisasi (Shautut Tarbiah., 2017).
Untuk membuat keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan
organisasi dan manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan
diperlukan banyak kegiatan pembuatan keputusan sepanjang proses
perencanaan tersebut. Keputusan-keputusan yang dibuat dalam proses
perencanaan ditujukan kepada pemilihan alternatif program dan
prioritasnya. Dalam pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan
identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif
keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang
mungkin timbul. Begitu juga dalam tahap implementasi atau operasional
dalam suatu organisasi, para manajer harus membuat banyak keputusan
rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai dengan rencana dan
kondisi yang berlaku. Sedangkan dalam tahap pengawasan yang
mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil
pelaksanaan dilakukan untuk mengevalusai pelaksanaan dari
pembuatan keputusan yang telah dilakukan. Budaya dan struktur
organisasi laksana sebuah siklus yang terus bergerak saling mengisi dan
saling melahirkan. Sebuah struktur akan tercipta akibat adanya nilai-nilai
budaya organisasi, dan nilai budaya organisasi sendiri tercipta sebagai
hasil dari interaksi para personil yang mengisi struktur organisasi. Hal
inilah yang membuat penulis tertarik karena merupakan suatu siklus

11
organisasional yang akan mejadikan organisasi selalu berubah dan
mengembangkan inovasi demi kemajuan organisasi (Annisa Ilmi Faried.,
2017).
Budaya organisasi pada hakikatnya merupakan nilai dasar
organisasi, yang berperan sebagai landasan bersikap, berperilaku dan
bertindak bagi semua anggota organisasi. Budaya organisasi menurut
Ndraha dapat diamati sebagai gejala social dari level makro dan juga
bisa sebagai gejala administrative dari sudut mikro, dan organisasi
adalah input bagi usaha mencapai tujuan. Jones, G.R menyebutkan.
"organizational culture is the set of shared values that control
organizational member's interaction with each other and with supplier,
customers, and other people outside the organization. An organization's
culture is shaped by the people inside the organization, by the ethics of
the organization, by the employment right geven to employees, and by
the type of structure used by the organizationa".
Pendapat Jones ini menggambarkan bahwa budaya organisasi
merupakan seperangkat nilai yang mengontrol interaksi antar anggota
dalam suatu organisasi dan juga berbagai kalangan di luar organisasi.
Dalam suatu organisasi akan selalu terjadi kontak budaya dalam
organisasi dengan lingkungan. Adam Ibrahim Indrawijaya,
mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah keseluruhan nilai,
norma-norma, kepercayaan, serta pandangan yang dianut dan dijunjung
tinggi bersama oleh para anggota organisasi, sehingga kebudayaan
tersebut memberi arah dan corak kepada cara berfikir dan pandangan
kehidupan (way of thinking, way of life). Budaya organisasi adalah suatu
kebiasaan yang telah berlangsung lama dan dipakai serta diterapkan
dalam kehidupan aktivitas kerja sebagai salah satu pendorong untuk
meningkatkan kualitas kerja para karyawan dan manajer perusahaan.
Jones mendefinisikan kultur organisasi sebagai sekumpulan nilai, dan
norma hasil berbagi yang mengendalikan interaksi organisasi satu sama

12
lain dan dengan orang di luar organisasi. Setiap organisasi yang sukses
harus mampu membuat keputusan yang memungkinkan organisasi
mencapai sasaran dan mencapai kebutuhan utama organisasi.
Bagaimanapun, seluruh aktivitas dan fungsi manajemen pada pokoknya
memiliki esensi pengambilan keputusan. Hal ini karena proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan
(Achmod Kbosin) semuanya mengandung konsep dan perilaku
pengambilan keputusan. Adair menjelaskan bahwa the essence of
management is decision making. Artinya, esesnsi yang sesungguhnya
dari manajemen adalah pengambilan keputusan. Pentingnya
membangun budaya organisasi di sekolah terutama berkenaan dengan
upaya pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan peningkatan mutu
sekolah. Budaya organisasi dapat dikatakan baik jika mampu
menggerakkan seluruh personal secara sadar dan mampu memberikan
kontribusi terhadap keefektifan serta produktivitas kerja yang optimal.
Berkaitan dengan sekolah sebagai sebuah organisasi maka tentu sangat
perlu untuk memahami bagaimana mengetahui ketidakefektifan di dalam
organisasinya sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah. Budaya
merupakan pola kegiatan manusia yang secara sistematis diturunkan
dari generasi ke generasi, melalui berbagai proses pembelajaran untuk
menciptakan cara hidup tertentu yang paling cocok dengan
lingkungannya. Adapun penerapan budaya tersebut di dalam organisasi
menjadi budaya organisasi, yaitu sebuah persepsi umum yang dipegang
oleh anggota organisasi, atau suatu sistem tentang keberartian bersama.
Budaya organisasi berkepentingan dengan bagaimana pekerja
merasakan karakteristik suatu budaya organisasi, tidak dengan apakah
seperti mereka atau tidak.
1. Karakteristik budaya organisasi
karakteristik budaya organisasi meliputi:
a) Inisiatif individual

13
b) Toleransi terhadap risiko
c) Arah sasaran yang jelas
d) Integrasi yang terkoordinasi
e) Dukungan manajemen
f) Pengawasan perilaku karyawan
g) Identitas organisasi
h) Sistem penghargaan
i) Toleransi terhadap konflik
j) Pola komunikasi

2. Hubungan antara budaya organisasi dan manajemen kinerja


kunci untuk kinerja yang baik adalah budaya yang kuat. Dia lebih
lanjut menyatakan bahwa disebabkan oleh perbedaan budaya
organisasi, strategi yang sama tidak menghasilkan hasil yang sama
untuk dua organisasi dalam industri yang sama dan di lokasi yang sama.
Sebuah budaya yang positif dan kuat dapat membuat individu rata- rata
melakukan dan mencapai cemerlang sedangkan budaya yang negatif
dan lemah dapat mendemotivasi pegawai yang luar biasa untuk
underperform dan berakhir dengan tidak ada prestasi. Oleh karena itu
budaya organisasi memiliki peran aktif dan langsung dalam manajemen
kinerja. Magee berpendapat tanpa mempertimbangkan dampak budaya
organisasi, praktek organisasi seperti manajemen kinerja bisa
kontraproduktif karena keduanya saling bergantung, merubah salah satu
akan berdampak pada yang lain.

3. Budaya korporasi meningkatkan kinerja ekonomi


Budaya korporasi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja ekonomi
jangka panjang adalah:
a. Strong cultures

14
Perusahaan dengan strong cultures, manajer akan berbagi
serangkaian nilai- nilai dan metode yang relatif konsisten dalam
menjalankan bisnis dan pekerja baru mengadopsi values ini dengan
cepat. Dalam budaya seperti ini, eksekutif baru mungkin saja akan
dikoreksi oleh bawahan maupun atasan apabila dia melawan norma-
norma organisasi.
b. Appropiate cultures
Menurut pandangan ini, apabila ingin meningkatkan kinerja, maka
budaya organisasi harus selaras dan mampu memotivasi pekerja.
Konsep kuncinya adalah kecocokan. Budaya hanya dikatakan baik
apabila konteksnya atau kondisi objektif industrinya sesuai.
c. Adaptive cultures
Hanya budaya yang dapat membantu organisasi mengantisipasi dan
menerima perubahan lingkungan akan diasosiasikan dengan kinerja
tinggi dalam periode waktu panjang. Secara umum, budaya organisasi
dapat dipandang sebagai fenomena yang tidak tampak, seperti nilai,
kepercayaan, asumsi, persepsi, norma-norma perilaku dan pola tingkah
laku. Menurut John R. Schermerhorn, Jr. budaya organisasi adalah
“organizational or corporate culture is the system of shared actions,
values, and beliefs that develops within an organization and guides the
behavior of its members”. Budaya organisasi atau perusahaan adalah
sistem tindakan bersama, nilai-nilai, dan keyakinan yang berkembang
dalam suatu organisasi dan menjadi panduan perilaku
anggotanya.Pengertian ini mengandung makna bahwa budaya
organisasi harus menjadi dasar bagi anggota organisasi dalam melihat
persoalan, berpikir, dan bertindak. Budaya dilihat sebagai suatu sifat
informal yaitu cara hidup dan keunggulan dalam suatu organisasi yang
mengikat bersama dan mempengaruhi apa yang mereka pikirkan
tentang diri dan pekerjaannya. Menurut Jennifer M. George dan Gareth
R. Jones dalam buku Understanding and Managing Organizational

15
Behavior menjelaskan mengenai budaya organisasi, yaitu:
”organizational culture is the set of shared values, beliefs, and norms that
influence the way employees think, feel, and behave toward each other
and toward people outside the organization”. Budaya organisasi adalah
seperangkat nilai-nilai bersama, keyakinan, dan norma-norma yang
mempengaruhi cara karyawan berpikir, merasa, dan berperilaku
terhadap satu sama lain dan terhadap orang-orang di luar organisasi.
Beberapa pandangan mengenai budaya organisasi juga dijelaskan
seperti berikut ini, menurut John W. Newstrom dalam buku
Organizational Behavior, budaya organisasi adalah “organizational
culture is the set of assumptions, beliefs, values, and norms that are
shared by an organization’s members”. Budaya organisasi adalah
seperangkat asumsi, keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma yang dianut
oleh anggota organisasi. Menurut Stephen P. Robbins dan Mary
COULTER, budaya organisasi dapat didefinsikan sebagai berikut:
“organizational culture has been described as the shared values,
principles, traditions, and ways of doing things that influence the way
organizational member act”. Budaya organisasi adalah seperangkat
asumsi, keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma yang dianut oleh
anggota organisasi. Menurut O’Reilly, C.A and Jenifer A. Chatman di
dalam buku Colquitt, Lepine dan Wesson, budaya organisasi adalah “as
the shared social knowledge within an organization regarding the rules,
norms, and values that shape the attitudes and behaviors of its
employees”. Dari pengertian ini budaya organisasi dipandang sebagai
upaya berbagi pengetahuan sosial melalui penghormatan organisasi
terhadap aturan, norma dan nilai-nilai yang membentuk sikap dan
perilaku setiap anggota organisasi. Menurut Edward H. Shein didalam
buku Luthans mengemukakan bahwa budaya organisasi merupakan
“organizational culture defines it as a pattern of basic assumptions-
invented, discovered, or developed by a given group as it learn to cope

16
with its problems of external adaptation and internal integration-that has
worked well enough to be considered valuable and, therefore, to be
taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in
relation to those problem”. Menurut Schein, budaya organisasi
merupakan pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau
dikembangkan oleh suatu kelompok karena berhadapan dengan
penyesuaian lingkungan eksternal dan integrasi lingkungan internal yang
telah berjalan cukup baik dan dianggap tepat sehingga dapat diajarkan
kepada anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami,
memikirkan, dan merasakan ketika berhadapan dengan berbagai
masalah. Pengertian ini mengandung makna bahwa budaya organisasi
harus menjadi dasar bagi anggota organisasi dalam melihat persoalan,
berpikir, dan bertindak. Budaya dilihat sebagai suatu sifat informal yaitu
cara hidup dan keunggulan dalam suatu organisasi yang mengikat
bersama dan mempengaruhi apa yang mereka pikirkan tentang diri dan
pekerjaannya. Berdasarkan paparan-paparan di atas dapat disintesiskan
budaya organisasi adalah nilai, moral, keyakinan, aturan dan kebiasaan
yang mempengaruhi perilaku anggota organisasi dan digunakan untuk
beradaptasi dengan lingkungan kerja dengan indikatorindikatornya
adalah: 1) kebiasaan nilai-nilai yang diajarkan, 2) kebiasaan di dalam
pengambilan keputusan, 3) kebiasaan untuk kedisiplinan, 4) kebiasaan
dalam memberikan apresiasi, dan 5) kebiasan saling tolong-menolong
(Achmad Khosiin., 2021).

17
Daftar Pustaka

(Anco 2017)“98434-ID-Pengaruh-Budaya-Organisasi-Dan-Kepuasan.Pdf.”
Anco. 2017. “Budaya Organisasi Dan Pengambilan Keputusan.” Shautut
Tarbiyah 23(1): 1–18. https://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/shautut-
tarbiyah/article/download/576/556.
Ariyani, Emma Dwi. 2014. “Peran Organizational Values Sebagai Indikator
Budaya Organisasi Terhadap Organizational Commitment.” Prosiding
Seminar Nasional Peran Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas dan
Efisiensi Organisasi: 16–31.
Sudarsono. 2019. “BUDAYA ORGANISASI SUDARSONO STAI Denpasar
Bali.” Pengantar Manajemen: H. 2-3.
(98434-ID-pengaruh-budaya-organisasi-dan-kepuasan.pdf n.d.)
(Khosiin, 2021)Khosiin, A. (2021). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Pengambilan Keputusan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Disiplin Kerja.
Chalim Journal of Teaching and Learning, 1(1), 45–55.
https://doi.org/10.31538

Nurhidayati, R. (2015). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Konsep Diri


Terhadap Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah Dasar Negeri Di
Kecamatan Jagakarsa. Jurnal Manajemen Pendidikan, 6(2), 1169–1177.

18
https://doi.org/10.21009/jmp.v6i2.1866

Rosvita, V., Setyowati, E., & Fanani, Z. (2017). Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Karyawan PT Bintang Bumi Kudus. Indonesia Jurnal
Farmasi, 2(1), 14–20.

19

Anda mungkin juga menyukai