PENDAHULUAN
Budaya Perusahaan agaknya belum begitu populer di negara kita, walaupun bukan berarti tidak ada
perusahaan yang telah memiliki dan mengembangkan budaya perusahaan di sini. Sukses yang diraih
PT Indosat maupun perusahaan penerbangan Garuda Indonesia kiranya tak terlepas dari budaya
perusahaan yang telah dimiliki ke-dua BUMN itu. Maka, pembicaraan tentang budaya perusahaan
masih sangat relevan dan kontekstual, terutama melihat fakta-fakta masih minimnya perusahaan
yang ada di Indonesia.
Dalam buku berjudul “Corporate Cultures, The Rite and Ritual of Corporate Life”, Terrence E. Deal
dan Allan A. Kennedy mengatakan bahwa sedikitnya terdapat 5 elemen penentu Budaya
Perusahaan: 1).Lingkungan bisnis; 2). Sistem nilai(value); 3). Figur panutan (hero); 4). Tata cara Kerja
(rite)dan ritual; 5).Jaringankultural (Cultural Network). Berikut rincian ringkas dari 5 elemen
tersebut:
Lingkungan bisnis. Setiap perusahaan menghadapi realitas yang berbeda-beda di pasar tergantung
pada produk, pesaing, konsumen, teknologi, pengaruh pemerintah,dan sebagainya. Untuk sukses,
masing-masing perusahaan harus melakukan berbagai aktivitas tertentu secara baik. Lingkungan
bisnis ini merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi pembentukan budaya perusahaan.
BAB II
BUDAYA ORGANISASI
“Suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan
dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat/organisasi,
kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku.
Terdapat beberapa definisi budaya perusahaan atau budaya organisasi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli seperti berikut ini :
“Budaya perusahaan adalah suatu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang
dalam organisasi. Selain dipahami, seluruh jajaran meyakini sistem-sistem nilai tersebut sebagai
landasan gerak organisasi”.
“Budaya perusahaan merupakan nilai, kepercayaan, sikap dan perilaku yang dipegang anggota.”
“Budaya perusahaan adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang
dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem
paket, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk menciptakan tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan”.
Budaya perusahaan atau budaya organisasi, berakar dari kata budaya yang berarti hasil interaksi
antara akal budi manusia sebagai mahluk sosial dengan alam sekelilingnya, dalam mencapai usaha
kesejahteraannya. Interaksi manusia di dalam organisasi akan membentuk budaya organisasi, yang
akan mencerminkan tingkah laku dan tindakan organisasi dalam menghadapi persoalan baik internal
maupun eksternal organisasi.
Budaya perusahaan adalah budaya organisasi yang berlaku di sebuah perusahaan. Apa yang
dimaksudkanbudaya organisasi dinyatakan oleh Kotler(2000:42) sebagai berikut:
A company’s organization consist of its structures,policies, and corporate culture, all of which can
become dysfunctional in a rapidlychanging business environment.
Sebuah perusahaan terdiri atas struktur, kebijakandan budaya perusahaan, semuanya bisa tidak
berfungsi dalam linkungan perusahaan yang cepat berubah. Struktur perusahaan serta kebijakannya
dapat berubah mengikuti situasi, namun budaya perusahaan agak sulit mengikuti. Kemampuan
merubah budaya perusahaan merupakan kunci keberhasilan menyusun dan melaksanakan strategi
perusahaan untuk masa depan. Biasanya budaya sebuah perusahaan atau organisasi sudah tebentuk
sejak lama, sudah terbiasa, sudah mendarah daging, jadi kadang-kadang sulit untuk dirubah. Apanya
yang sulit dirubah? Inilah yang dikatakan budaya, yang sulit dikatakan, tapi dapat dirasakan dan
dilihat, yaitu semacam, cerita,kepercayaan, keyakinan, pengalaman, norma, yang merupakan cirri
khas sebuah perusahaan. Misalnya jika kita memasuki sebuah area perusahaan maka akan terasa
dan terlihat bagaimana suasana, bagaimana cara karyawan, atau perusahaanmenyambut tamu, cara
mereka berpakaian, mamberi salam, cara bicara, cara kerja sibuk, santai dsb. Dalam hal ini contoh
dari pimpinan akan ditiru langsungoleh karyawan. Jadi faktor pimpinan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan budaya perusahaan.
Budaya organisasi yang terbentuk dalam sebuah perusahaan sangat tergantungpada visi dan misi
organisasi dan ini melekat pada pimpinan organisasi itu sendiri. Budaya ini akan membentuk perilaku
keseluruhan personal perusahaan yang dapat memperkuat nilai-nilai atau memperlemah nilai-nilai
dalam bekerja nilai-nilai ini akan digunakan sebagai pedoman dalam organisasi yang kelak dapat
membuat sebuah organisasi tampil beda dengan organisasi yang lain.
Budaya organisasi dapat membuat karyawan gairah, disiplin, suka memiliki nilai moral yang tinggi
atau malah sebaliknya, tidak bergairah, tidak disiplin, santai atau malas, selalu mengharap imbalan
dsb. Perbedaan latar budaya dari setiap orangakan membuat perbedaan pula dalam cara mereka
berperilaku. Adakalanya budaya organisasi merupakan suatu kekuatan yang tidak tampak, tapi
sangat terpengaruh terhadap pikiran, perasaan dan tindakan seseorang dalam bekerja.
Dalam organisasi bisa dilihat perangkat keras dari sebuah budaya seperti adanya struktur, kebijakan,
peraturan, teknologi, keuangan, yang dapat diawasi dan diukur. Namun ada pula perangkat lunak
yang tidak tampak, yang bersifat kejiwaan menyangkut sisi kemanusiaan dari orgnisasi, seperti nilai,
kepercayaan, keyakinan, norma-norma, kebiasaan yang sudah mendarah daging, yang sulit
dikuantifisir, sulitdiawasi, dan sulit dirubah.
Organization culture refers to a system of shared meaning held by members that distinguishes the
organization from other organizations.
Budaya organisasi berarti system nilai dan keperceyaan yang dianut bersama oleh anggota organisasi
yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya.Dalam berbagi literatur banyak
dikemukakan pengertian budaya organisasi, yang secara umum dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi ialah keteraturan perilaku yang dapat dilihat, pada saat orang berinteraksi, seperti
manggunakan kata-kata, symbol-simbol, mimik, kualitas kerja, penghargaan terhadap atasan atau
bawahan.
Contoh
Simbol-simbol misalnya seperti yang sering diceramahkan oleh Daikondang Aa Gym yaitu hendaklah
kita ini melaksanakan symbol berikut dalam pergaulan:
SENYUM-SALAM-SAPA-SOPAN-SANTUN
Simbol-simbol tersebut dapat pula dijadikan budaya pada sebuah perusahaan, bila akan melayani
tamu yang berkunjung keperusahaan. Lontarkan senyum lebih dulu, ucapkan salam dan sapa.
Kemudian diikuti dengan tata cara yang sopan dan santun. Ada pula sebuah perusahaan yang
mengutamakan simbol-simbol keamanan, kebersihan, keindahan, kesopanan, dan kepribadian di
dalam tata interaksi diperusahaannya.
Manejemen sebuah perusahaan dapat saja menciptakan simbol-simbol lain yang harus dibudayakan
agar diikuti dan dibiasakan secara umum, misalnya simbol-simbol kerja keras, efisien, ikhlas, ihsan,
kaizen (Jepang = unending improvement) tepat waktu akurat dsb.
Pusdik Pertamina dalam Aan Komariah, (2004:191) menyatakan bahwa secara tipologis budaya
organisasi dapat dibedakan:
2. Club, dalam hal ini budaya organisasi menjadikan senioritas, loyalitas, komitmen dan
pengalaman sebagai cirri khas budaya organisasi.
3. Baseball Team, mencari bakat-bakat muda yang dapat memberikansumbangan yang cemerlang
bagi kemajuan organisasi, tidak mementingkan umur, tapi yang penting adalah individu yang
memiliki jiwa “entrepreneur” dan inofatif.
4. Fortress, menekankan pada kelangsungan hidup organisasi, survive melalui kepekaan terhadap
tantangan-tantangan baru.
Luthans dalam Aan Komariyah (2004:25) mengemukakan ciri budayaan organisasi sbb:
2. Norma-norma
3. Filosofi
4. Aturan-aturan
5. Iklim organisasi.
Ciri utama yang dominan dalam budaya organisasi diatas adalah adanya peraturan, norma, aturan-
aturan, dan nilai-nilai. Kemudian dilihat pula iklim organisasi, suasana hubungan interaktif antar
personil, atasan-bawahan. Dan antar karyawan sendiri. Sedangkan landasn filosofi adalah dasar
hakiki yang dianut oleh para pemilik/pendiri perusahaan tentang pandangan hidupnya, masa depan
perusahaan, visi dan misi yang melandasi perilaku organisasi sebuah lenbaga.
Iskandar Kasim (2004:3) menyatakan bahwa paling penting sedikit ada sepuluh aspek organisasi yang
akan membentuk budaya organisasi, baik itu merupakan Badan Usaha. Instansi Pemerintah atau
lembaga lainnya yaitu:
3. Pelatihan
4. Perilaku Menajemen
8. Komunikasi
9. Lingkungan
10. Struktur Organisasi.
Kesepuluh komponen ini, tidak perlu semuanya ada, tetapi tergantung pada organisasinya, namun
jugan tidak satu komponenpun yang dapat berdiri sendiri membentuk budaya organisasi. Budaya
organisasi merupakan campuran dari aspek-aspek diatas.
Melalui peraturan dan kebijaksanan, Kebiasaan dan norma serta, pelatihan akan dapat membentuk
suatu sikap dari seluruh personal yang ada di perusahaan. Demikian pula perilaku manajemen,
upacara dan kejadian, penghargaan dan pengakuan, merupakan kebiasaan-kebiasaan yang
diberlakukan dalam perusahaan akan menjadi penentu seluruh karyawan yang kejadiannya akan
berulang setiap periode tertentu.
Budaya perusahaan merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks. Untuk itubudaya perusahaan
harus memiliki beberapa karakteristik sebagai wujud nyatakeberadaannya. Masing-masing
karakteristik tersebut pada penerapannya akanmendukung pencapaian sasaran perusahaan.
Menurut Surya Dharma dan Haedar Akib (2004:25) mengemukakan 10 (sepuluh) karakteristik
budaya perusahaan sebagai berikut :
6. Toleransi resiko; derajat dimana pekerja didorong untuk agresif, kreatif, inovatif dan mau
mengambil resiko.
10. Fokus pada sistem terbuka; derajat dimana organisasi memonitor dan merespon perubahan
dalam lingkungan eksternal.
· Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan
proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
· Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang
di dalam organisasi itu.
· Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk
dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang
dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara
para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289).
Yaitu bahasa yang digunakan dalam organisasi, kebiasaan dan tradisi yang ada, dan ritual para
karyawan dalam menghadapi berbagai macam situasi.
2. Group Norms.
3. Exposed Values.
Yaitu nilai-nilai dan prinsip-prinsip organisasi yang ingin dicapai, misalnyakualitas produk, dan
sebagainya.
4. Formal Philosophy.
Yaitu kebijakan dan prinsip ideologis yang mengarahkan perilaku organisasiterhadap karyawan,
pelanggan, dan pemegang saham.
Yaitu aturan-aturan dalam perusahaan (the ropes), hal-hal apa saja yang harusdipelajari oleh
karyawan baru agar dapat diterima di organisasi tersebut.
6. Climate.
Yaitu Perasaan yang secara eksplisit dapat terasa dari keadaan fisik organisasi dan interaksi antar
karyawan, interaksi atasan dengan bawahan, juga interaksi dengan pelanggan atau organisasi lain.
7. Embedded Skills.
Yaitu kompetensi khusus dari anggota organisasi dalam menyelesaikantugasnya, dan kemampuan
menyalurkan keahliannya dari satu generasi kegenerasi lainnya.
Yaitu adanya suatu kesamaan “frame” yang mengarahkan pada persepsi (untuk dapat mengurangi
adanya perbedaan persepsi), pikiran, dan bahasa yang digunakan oleh para karyawan, dan diajarkan
pada karyawan baru padaawal proses sosialisasi.
9. Shared Meanings.
Yaitu rasa saling pengertian yang diciptakan sendiri oleh karyawan dariinteraksi sehari-hari.
Yaitu ide-ide, perasaan, dan citra organisasi yang dikembangkan sebagai karakteristik organisasi yang
secara sadar ataupun tidak sadar tercermin dari bangunan, lay out ruang kerja, dan materi artifacts
lainnya. Hal ini merefleksikan respon emosional dan estetika anggota organisasi, disamping
kemampuan kognitif atau kemampuan evaluatif anggota organisasi.
b) Unsur-unsur Pembentukan Budaya Organisasi
2. Nilai-nilai (values); merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi.
5. “Network” jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi sarana
penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan.
Eugene McKenna dan Nic Beech (2000:60) membagi budaya organisasi atau budaya perusahaan atas
beberapa komponen pembentuk, yaitu :
1. Filosof, yang menjadi panduan penetapan kebijakan organisasi baik yang berkenaan dengan
karyawan ataupun klien.
4. Aturan main untuk berelasi dengan baik dalam organisasi yang harus dipelajari oleh anggota
baru agar dapat diterima oleh organisasi.
5. Tingkah laku khas tertentu dalam berinteraksi yang rutin dilakukan. Perasaan atau suasana
yang diciptakan dalam organisasi.
Dengan menggali komponen-komponen pembentuk ini, diharapkan akan memperoleh gambaran
global dari budaya organisasi tertentu. Gambaran ini menjadi dasar organisasi tersebut, bagaimana
masalah deselesaikan didalamnya, dan cara paraanggota diharapkan berperilaku.
1. Memberikan spesifikasi apa yang utama yang harus dilakukan buat organisasi,sehingga ada
standar pengukuran baik terhadap keberhasilan ataupunkegagalan;
3. Menetapkan apa yang dapat diharapkan oleh organisasi dari karyawan, dansebaliknya;
4. Membuat metode pengawasan perilaku dalam organisasi, mana yang sah, danmana yang tidak
sah, dimana letak kekuasaan dan bagai mana menggunakankekuasaan;
5. Menetapkan mana perilaku yang boleh dilakukan dan mana yang tidak, danmenetapkan
hukuman atau penghargaan;
3. budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada kepentingan individu.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu serta membentuk
sikap dan perilaku karyawan.
Dari pengertian tersebut budaya perusahaan merupakan suatu ciri khas darisuatu perusahaan yang
mencakup sekumpulan nilai-nilai kepercayaan yang membantu karyawan untuk mengetahui
tindakan apa yang boleh dilakukan atau tidak bolehdilakukan yang berhubungan dengan struktur
formal dan informal dalam lingkungan perusahaan. Selain itu budaya perusahaan juga merupakan
suatu kekuatan tak terlihatyang mempengaruhi pemikiran, persepsi, dan tindakan manusia yang
bekerj di dalam perusahaan, yang menentukan dan mengharapkan bagaimana cara mereka
bekerjasehari-hari dan membuat mereka lebih senang dalam menjalankan tugasnya.
Dengan adanya budaya perusahaan akan memudahkan karyawan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan perusahaan, dan membantu karyawan untuk mengetahui tindakan apa yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam perusahaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai
tersebut sebagai pedomankaryawan untuk berperilaku yang dapat dijalankan dalam melaksanakan
tugas danpekerjaannya.
Di samping itu dari pendapat ahli tersebut di atas lingkungan kerjamerupakan suatu alat ukur yang
akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan jikalingkungan kerja yang ada di perusahaan itu baik.
Lingkungan kerja yangmenyenangkan bagi karyawan melalui pengikatan hubungan yang harmonis
denganatasan, rekan kerja, maupun bawahan, serta didukung oleh sarana dan prasarana
yangmemadai yang ada di tempat bekerja akan membawa dampak yang positif bagikaryawan,
sehingga kinerja karyawan dapat meningkat.
Lingkungan kerja yang baik diciptakan oleh perusahaan akan sangatbermanfaat bagi kelangsungan
hidup dari perusahaan karena tidak jarang terjadi suatuperusahaan gulung tikar karena adanya
lingkungan kerja yang tidak kondusif.
Linkungan kerja yang kondusif yang diciptakan oleh karyawan dan perusahaan akanmendorong
efektivitas dari perusahaan tersebut didalam menjalankan rodaorganisasinya. Serta akan
menimbulkan semangat dan gairah kerja yang tinggi karenaadanya lingkungan kerja yang baik dan
menyenangkan.
Untuk itu budaya perusahaan dan lingkungan kerja sebagai dua faktor yangmempengaruhi kinerja
karyawan sebaiknya dilakukan dengan baik, karena kedua halini akan sangat menentukan baik itu
untuk karyawan maupun untuk perusahaan,karena jika kedua hai ini mendapat perhatian dari
perusahan maka keuntungan yangdiperoleh tentu sangat besar dan berguna, baik untuk masa kini
dan masa yang akandatang, perusahaan memperoleh keuntungan berupa pencapaian tujuan
danproduktivitas yang tinggi dan bagi karyawan akan memperoleh kinerja yang tinggi.
Berdasarkan uraian para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabelX1 mengenai budaya
perusahaan dan variabel X2 mengenai lingkungan kerjamempunyai keterkaitan atau pengaruh
dengan variabel Y yaitu kinerja karyawan,dimana kinerja karyawan ini akan tercapai apabila budaya
perusahaan di lingkungankerja mendapat perhatian dari perusahaan untuk mencapai tujuan yang
telahditetapkan.
BAB III
PENUTUP
Perusahaan yang ingin maju harus memiliki Budaya Organisasi, yang sudah tertera dengan baik,
serta diikuti oleh seluruh personal organisasi. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam salah satu
elemen budaya, harus segera diperbaiki, agar anggota organisasi tidak terlanjur membiasakan diri
dalam kelemahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
file:/// /Downloads/makalah-kebudayaan.htm