Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan serta
rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
dalam mata kuliah matematika ekonomi.

Makalah yang berisikan dengan judul “Budaya Organisasi” ini telah penulis susun secara
maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis banyak berterimakah kepada
semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya selama
ini.

Karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu, sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun dari para pembaca.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima
Kasih.

Sungai penuh, 04 September 2022

Kelompok 2
BAB I PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Budaya organisasi merupakan bagian dari kurikulum mata pelajaran Sumber Daya Manusia
(MSDM) serta bagian dari teori orgnisasi.

Setiap organsasi mempunyai budayanya masing-masing yang menjadi ciri khas suatu organisasi.
Budaya sebuah organisasi memegang peranan yang cukup penting dalam organisasi tersebut karena
budaya yang baik akan dapat memberikan kenyamanan yang kemudian menunjang kinerja
anggotanya. Sebaliknya budaya organisasi yang kurang baik atau yang kurang sesuai dengan pribadi
anggotanya akan memicu penurunan kinerja setiap anggota.

Dalam hal ini banyak perusahaan yang mengubah budayanya agar dapat menunjang kemajuan
perusahaan tersebut. Hal ini akan semakin membuktikan bahwa budaya suatu organisasi dapat
sedemikian mempengaruhi sebuah organisasi.

Namun, dalam hal menciptakan serta menumbuhkan sebuah budaya organisasi tidak hanya bertitik
tumpu pada kenyamanan anggota saja. Ada banyak faktor-faktor lainnya yang harus diperhatikan.
Diperlukan pemikiran yang matang untuk dapat menciptakan, menumbuhkan dan mengembangkan
budaya yang akan dapat berdampak baik bagi perusahaan.

1 Rumusan Masalah

 Berdasarkan latar belakang diatas, yang ingin dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan dari budaya organisasi?

2. Bagaimana karakteristik budaya organisasi?

3. Apa fungsi dari budaya organisasi?

4. Apa peran dari budaya organisasi?

1 Tujuan 

Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mempelajari secara mendasar mengenai budaya organisasi,
sebagai referensi dalam berbudaya di lingkungan kerja, mengetahui karakteristik budaya dalam dunia
kerja, dan menambah wawasan mengenai budaya yang ada di suatu perusahaan.
b. Chester J “Organisasi adalah kerja sama dua orang atau lebih, suatu sistem dari aktivitas-a

ktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan yang dikoordinasikan secara sadar,. c. Philip Selznick
“Organisasi adalah pengaturan personil guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah
ditetapkan melalui alokasi fungsi dan tanggung jawab. Berdasarkan ketiga definisi organisasi di atas,
dapat diketahui bahwa hal- hal yang tercakup dalam organisasi terdiri atas:

1. Kumpulan dua orang atau lebih


2. Kerja sama
3. Tujuan bersama
4. Sistem koordinasi kegiatan
5. Pembagian tugas dan tanggung jawab personil.

Budaya organisasi telah didefinisikan oleh beberapa ahli, antara lain sebagai berikut.

a. Peter F dalam buku Robert G. Owens, Organizational Behavior In Education, “Budaya organisasi
adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan
secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru
sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah- masalah
terkait seperti di atas”. b. Phiti Sithi Amnuai dalam tulisannya How to Build a Corporation Culture
dalam majalah Asian Manajer (September 1989) mendefinisikan budaya organisasi sebagai “Budaya
organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota- anggota
organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi
eksternal dan masalah integrasi internal. c. Budaya organisasi menurut Susanto adalah nilai-nilai
yang menjadi dasar sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal. Dan usaha
penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan. Sehingga masing-masing anggota organisasi harus
memahami nilai-nilai yang ada. Serta bisa mengetahui sebagaimana mereka harus bertingkah laku
atau berperilaku. d. Budaya organisasi menurut Robbins adalah suatu sistem makna bersama yang
dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan yang lain. e. Pengertian
budaya organisasi menurut Walter R. Freytag adalah anggapan-anggapan dan nilai-nilai yang
disadari atau tidak, dan mampu mengikat kesatuan suatu organisasi. Anggapan dan nilai tersebut
menentukan pola perilaku para anggota di dalam suatu organisasi.

f. Budaya organisasi menurut Sarpin adalah sistem nilai, serta kepercayaan dan kebiasaan dalam
suatu organisasi yang saling berhubungan dengan struktur sistem resminya. Sehingga dapat
menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.

Berdasarkan definisi budaya organisasi di atas, dapat diketahui bahwa hal-hal yang tercakup dalam
budaya organisasi terdiri atas:

1. Asumsi Dasar Dalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfunsi sebagai
pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk berperilaku.
2. Keyakinan yang dianut. Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan
dilaksanakan oleh para anggota organisasi (mengandung nilai-nilai yang data berbentuk
slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi/perusahaan atau prinsip-prinsip yang
mejelaskan usaha.
3. Pemimpin atau kelompok dan pengembangan budaya organisasi Suatu organisasi sangat
membutuhan pemimpin untuk mengembangkan perusahaan tersebut.
4. Pedoman mengatasi masalah
5. Berbagi nilai
6. Pewarisan Anggota organisasi perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam
organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam berorganisasi.
7. Penyesusaian Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan yang berlaku dalam
kelompok atau organisasi tersebut.

2 Karakteristik Budaya Organisasi Stepen P. Robbins menyatakan ada 10 karakteristik yang


apabila dicampur dan dicocokkan, akan menjadi budaya organisasi. Kesepuluh karakteristik budaya
organisasi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Inisiatif Individual Adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang
dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat.
2. Toleransi terhadap Tindakan Berisiko Dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh
mana para pegawai dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko.
Suatu budaya organisasi dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada
anggota/para pegawai untuk dapat bertindak agresif dan inovatif
3. Orientasi hasil ( outcome orientation ). Memiliki perhatian dan harapan yang tinggi terhadap
hasil, capaian dan tindakan.
4. Orientasi tim dan kolaborasi ( team orientation and collaboration ), bekerja bersama secara
terkoordinasi dan berkolaborasi.
5. Keagresifan dan perjuangan ( aggressiveness and competition ), mengambil tindakan-
tindakan tegas di pasar-pasar menghadapi para pesaing.
6. Perhatian pada hal-hal detail ( Attention to Detail ). Dimana pekerja dielemenkan
menunjukkan ketepatan, melakukan analisis, dan perhatian pada hal-hal rinci.

Didalam budaya organisasi terdapat contoh yang sangat banyak. Berikut ini beberapa contoh budaya
organisasi yang harus diketahui.

1. Kerapian Administrasi Budaya organisasi dalam hal kerapian administrasi, merupakan aspek
yang harus diperhatikan dalam organisasi. Baik itu dalam hal surat-menyurat, pengelolaan
keuangan, pendapatan karyawan, barang masuk atau keluar, dan lain sebagianya.
2. Pembagian Wewenang Yang Jelas Hal ini merupakan kunci yang dapat menentukan
keberhasilkan akan kinerja dalam perusahaan. Jika tidak ada pembagian kekuasaan kinerja,
mungkin para anggota atau karyawan dalam perusahaan tersebut akan kebingungan. Mana
yang dijalankan atau dikerjakan dan mana yang tidak.
3. Kedisiplinan Kedisiplinan adalah contoh budaya organisasi yang melekat dimana saja, baik
dalam perorangan atau kelompok. Dimana disiplin merupakan karakter dan sifat dari orang-
orang atau kelompok yang sukses.
4. Inovasi Budaya organisasi kebanyakan akan memajukan anggota tim untuk melahirkan suatu
ide-ide kreatif dan inovasi baru. Tujuannya agar dapat memajukan organisasinya.

Tosi, Rizzo, Carroll (1994) mengatakan bahwa budaya organisasi dipengaruhi oleh empat factor,
yaitu: 1. Pengaruh umum dari luar yang luas 2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
( societal values) 3. Faktor-faktor spesifik dari organisasi 4. Nillai-nilai dari kondisi dominan.

Pengaruh eksternal yang luas. (Broad external influences). Mencakup factor- faktor yang tidak dapat
dikedalikan oleh organisasi, seperti lingkungan alam (adanya empat musim atau iklim tropis saja)
dan kejadian-kejadian bersejarah yang membentuk masyarakat (sejarah raja-raja dengan nilai0nilai
feudal).
Nilai-nilai budaya dan budaya nasional (soctetal values and national culture). Keyakinan dan nilai-
nilai yang dominan dari masyarakat luas (misalnya kebebasan individu, kolektivisme,
kesopansantunan, kebersihan, dan sebagainya).

Unsur-unsur khas dari organisasi (organization specifis elements). Organisasi selalu berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam usaha mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi
akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Penyelesaian yang merupakan
ungakapan dari nilai-nilai dan keyakinan- keyakinan. Keberhasilan mengatasi masalah tersebut
merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi. Misalnya masalah menghadapi kesulitan usaha,
biaya produksi terlalu tinggi, pemasaran biayanya tinggi juga, maka dicari jalan bagaimana
penghematan di segala bidang dapat dilakukan. Jika ternyata upayanya berhasil, biaya produksi dapat
diturunkan demikian juga biaya pemasaran, maka nilai untuk bekerja hemat (efisien) menjadi nilai
utama dalam perusahaan. Dalam sumber budaya yang ketiga di atas, unsure-unsur khas dari
organisasi, kita temukan konsep budaya organisasi dari Schein.

2 Fungsi Budaya Organisasi 

Ada beberapa pendapat mengenai fungsi budaya organisasi, yaitu sebagai berikut.

1. Stephen P. Robbins dalam buku Organizational behavior membagi lima fungsi budaya
organisasi, sebagai berikut a. Berperan menetapkan batasan. b. Mengantarkan suatu
perasaaan identitas bagi anggota organisasi. c. Mempermudah timbulnya komitmen yang
lebih luar daripada kepentingan individual seseorang. d. Meningkatkan stabilitas sistem social
karena merupakan perekat sosiak yang membantu mempersatukan organisasi. e. Sebagai
mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku
para karyawan.
2. Schein dalam bukunya Organizational Culture and Leadership membagi fungsi budaya
organisasi berdasarkan tahap pengembangannya, yaitu a. Fase awal merupakan tahap
pertumbuhan suatu organisasi Pada tahap ini, fungsi budaya organisasi terletak pada
pembeda, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kelompok atau organisasi lain. b. Fase
pertengahan hidup organisasi Berfungsi sebagai integrator karena munculnya sub-sub budaya
baru sebagai penyelamat krisis identitas dan membuka kesempatan untuk mengarahkan
perubahan budaya organisasi. c. Fase dewasa Dapat sebagai penghambat dalam berinvasi
karena berorientasi pada kebesaran masa lalu dan menjadi sumber nilai untuk berpuas diri.

2 Pembentukan Budaya Organisasi 


Ada beberapa unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan budaya organisasi. Deal & Kennedy
dalam bukunya Corporate Culture: The Rolex and Ritual of Corporate membagi lima unsur
pembentukan budaya sebagai berikut:

a. Lingkungan usaha, merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan
perusahaan agar berhasil. b. Nilai-Nilai, adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi.
c. Pahlawan, adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai budaa dalam kehidupan
nyata. d. Ritual, merupakan tempat di mana perusahaan secara simbolis menghormati pahlawan-
pahlawannya. e. Jaringan budaya, merupakan jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya
merupakan saluran komunikasi primer.

Robbins (2003:729) menyatakan bahwa proses penciptaan budaya organisasi terjadi dalam tiga cara.
Pertama, para pendiri hanya mempekerjakan dan mempertahankan karyawan yang memiliki pola
pikir sama dan sependapat dengan cara- cara yang mereka tempuh. Kedua, mereka
mengindoktrinasikan dan mensosialisasikan para karyawan ini dengan cara berpikir dan cara
berperasaan mereka. Bila organisasi berhasil, maka visi pendiri menjadi terlihat sebagai penentu
utama keberhasilan. Pada titik ini, keseluruhan kepribadian pendiri menjadi tertanam ke dalam
budaya organisasi. Robbins (2003:724) membedakan budaya yang kuat dan budaya yang lemah.
Budaya yang kuat mempunyai dampak yang lebih besar pada prilaku karyawan dan lebih langsung
terkait dengan pengutangan turn-over karyawan. Dalam budaya yang kuat, nilai inti organisasi
dipegang secara mendalam dan dianut bersama secara meluas. Makin banyak anggota yang
menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai tersebut, maka makin
kuat budaya tersebut. Budaya yang kuat juga memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan
anggota mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi. Kebulatan maksud tersebut selanjutnya
membina keakraban, kesetiaan, dan komitmen organisasi.

Brown (1998:743) menyatakan bahwa para pemimpin menyampaikan budaya melalui apa yang
mereka katakan dan apa yang mereka lakukan. Schein dalam Yukl (1998:300-301) mengemukakan
peranan pemimpin dalam budaya organisasi, dimana

para pemimpin mempunyai potensi yang paling besar dalam menanamkan budaya dan memperkuat
aspek-aspek budaya dengan mekanisme sebagai berikut :

a. Perhatian ( attention ) Perhatian para pemimpin berarti para pemimpin di dalam menjalankan
kepemimpinannya akan mengkomunikasikan prioritas-prioritas, nilai-nilai, perhatian mereka dengan
cara menanyakan, memberi pendapat, memuji, dan menyampaikan kritik. Pemimpin yang memarahi
seorang bawahan karena tidak mengetahui masalah yang terjadi di unit kerjanya, misalnya, akan
memiliki efek yang kuat dalam mengkomunikasikan nilai-nilai dan perhatian. Pemimpin yang tidak
menanggapi sesuatu maka hal ini menyampaikan pesan bahwa hal itu tidak penting. Sebagai contoh,
restoran cepat saji McDonald dikenal kebersihannya karena secara berulang-ulang pendiri
perusahaan menceritakan bagaimana dia mengejar-ngejar lalat untuk menjaga agar para pelanggan
yang sedang menikmati hidangannya tidak terganggu oleh lalat tersebut. Cerita ini diterjemahkan
para pegawai bahwa perusahaan sangat peduli pada kebersihan dan peduli kepada pelanggannya.

b. Reaksi terhadap Krisis Reaksi pemimpin dalam menghadapi krisis, merupakan potensi bagi para
pegawai untuk mempelajari nilai-nilai dan asumsi-asumsi. Misalnya perusahaan yang sedang
mengalami kesulitan keuangan cukup serius tetapi menghindari pemberhentian pegawai (PHK) dan
membuat kebijakan untuk membuat para pegawai bekerja dengan waktu lebih pendek dan dengan
demikian menerima pemotongan gaji. Pemimpin tersebut mengkomunikasikan dengan kuat bahwa ia
mempertahankan pekerjaan para pegawai, dan berdasarkan prilakunya tersebut para pegawai
meyakini bahwa pemimpinnya menjunjung tinggi nilai kebersamaan.

c. Pemodelan Peran Para pemimpin mengkomunikasikan nilai-nilai dan harapan-harapan mereka


melalui tindakan mereka sendiri. Hal tersebut khususnya tindakan-tindakan yang memperlihatkan
kesetiaan istimewa, pengorbanan diri, dan pelayanan yang melebihi apa yang ditugaskan. Seorang
pemimpin yang membuat sebuah kebijakan atau prosedur tetapi tidak memberikan perhatian yang
besar terhadap hal tersebut maka dalam hal ini pemimpin mengkomunikasikan pesan bahwa hal itu
tidaklah penting atau tidak diperlukan. Seorang pemimpin yang bekerja keras dan selalu tepat waktu,
misalnya, akan mengkomunikasikan bahwa bekerja keras dan tepat waktu merupakan hal yang
penting dan dihargai dalam organisasi. Sebaliknya pemimpin yang selalu meminta anak buahnya
untuk disiplin tetapi dia sendiri tidak disiplin maka sekeras apapun dia menyerukan kedisiplinan,
karyawan tetap akan menganggap bahwa kedisiplinan bukanlah hal yang penting dalam organisasi.

d. Alokasi Imbalan-imbalan Kriteria-kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan


imbalan- imbalan seperti peningkatan upah, atau promosi mengkomunikasikan apa yang dinilai oleh
pemimpin dan organisasi tersebut. Pengakuan formal dan acara-acara seremonial dan pujian yang
tidak formal mengkomunikasikan perhatian serta prioritas seorang pemimpin. Ketiadaan pengakuan
terhadap kontribusi dan keberhasilan mengkomunikasikan bahwa hal tersebut bukan merupakan hal
yang penting. Pemberian simbol-simbol terhadap status orang-orang tertentu juga
mengkomunikasikan tentang
BAB III

PENUTUP

1 Kesimpulan

Jadi telah sampailah keakhir dari makalah ini, maka kesimpulannya adalah:

1. Budaya organisasi adalah sebuah sistem yang mempunyai makna bersama yang dianut oleh
para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi- organisasi lainnya.
2. Sikap keberanian dalam mengambil resiko, perhatian terhadap detail, berorientasi terhadap
hasil dan tim adalah hal yang sangat diperlukan dalam sebuah budaya organisasi.
3. Budaya organisasi sangat penting di dalam sebuah perusahaan dikarenakan terdapat manfaat
yang sangat penting yaitu mementingkan tujuan bersama.
4. Dalam berkomunikasi sangat diutamakan pola komunikasi karena bersifat dibatasi oleh
hierarki kewenangan yang formal.
DAFTAR PUSTAKA

Sembiring, Masana. 2012. Budaya dan Kinerja Organisasi. Bandung: Fokusmedia

Tika, Pabundu. 2014. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara

Umam, Khaerul. 2012. Manajemen Organisasi. Bandung: CV Pustaka Setia

 2011-2014 SMP Patria Dharma, Selatpanjang


 2014-2017 SMK Patria Dharma, Selatpanjang
 2017 Universitas Putra Batam

Anda mungkin juga menyukai