Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat,bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana
juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Dalam konteks yang lebih luas pengkajian tema budaya organisasi ini harus
senantiasa dikaitkan dengan aspek-aspek lainnya dari perilaku organisasi
yang menurut Sweeney & McFarlin (2002: 4) berkaitan dengan bagaimana dan
mengapa orang-orang bertindak, berpikir, dan merasa dalam suatu organisasi.
Untuk dapat lebih memperjelas pengertian mengenai konsep budaya
organisasi, maka kedua kata “budaya” dan “organisasi” akan penulis paparkan
dalambagian berikut ini, yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang
dimensi-dimensi yang terkait dengan budaya organisasi, dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang ingin dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan dari budaya organisasi?
2. Bagaimana karakteristik budaya organisasi?
3. Apa fungsi dari budaya organisasi?
4. Apa peran dari budaya organisasi?

C. Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mempelajari secara mendasar mengenai
budaya organisasi, sebagai referensi dalam berbudaya di lingkungan kerja,
mengetahui karakteristik budaya dalam dunia kerja, dan menambah wawasan
mengenai budaya yang ada di suatu perusahaan.

D. Manfaat
Untuk memberikan informasi dan masukan mengenai budaya organisasi dan
membantu para freshgraduate maupun yang sudah senior dapat berbudaya dengan
baik dalam lingkungan pekerjaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya Organisasi


Pengertian budaya telah banyak didefiniskan oleh para ahli budaya. Oleh karena
itu, definisi yang akan dikemukakan dalam tulisan ini hanya yang terkait dengan budaya
organisasi.
a. Taliziduhu Ndraha dalam bukunya Budaya Organisasi mengemukakan pendapat
Edward Burnett yang mengatakan “Budaya mempunyai pengertian teknografis
yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan/percaya, seni, moral, hukum,
adat istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat
sebagai anggota masyarakat”.
b. Vijay Sathe berpendapat “Budaya adalah seperangkat asumsi penting yang
dimiliki bersama anggota masyarakat”.

Dari definisi budaya di atas, dapat diketahui bahwa unsur- unsur yang terdapat
dalam budaya terdiri dari :

a. Ilmu pengetahuan
b. Kepercayaan
c. Seni
d. Moral
e. Hukum
f. Adat istiadat
g. Perilaku/kebiasaan (norma) masyarakat
h. Asumsi-asumsi dasar
i. Sistem nilai
j. Pembelajaran/pewarisan
k. Masalah adaptas eksternal dan integrasi internal serta cara mengatasinya.
Demikian pula organisasi telah banyak didefinisikan oleh para ahli organisasi
dan manajemen antara lain sebagai berikut.
a. Chester J.Bernard “Organisasi adalah kerja sama dua orang atau lebih,
suatu sistem dari aktivitas-aktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan
yang dikoordinasikan secara sadar,.

2
Berdasarkan definisi organisasi di atas, dapat diketahui bahwa hal-hal yang
tercakup dalam organisasi terdiri atas:
1. Kumpulan dua orang atau lebih
2. Kerja sama
3. Tujuan bersama
4. Sistem koordinasi kegiatan
5. Pembagian tugas dan tanggung jawab personil.

Budaya organisasi telah didefinisikan oleh beberapa ahli, antara lain sebagai
berikut.

a. Peter F.Druicker dalam buku Robert G. Owens, Organizational Behavior In


Education, “Budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah
eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh
suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru
sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan
terhadap masalah-masalah terkait seperti di atas”.
b. Phiti Sithi Amnuai dalam tulisannya How to Build a Corporation Culture
dalam majalah Asian Manajer (September 1989) mendefinisikan budaya
organisasi sebagai “Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan
keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian
dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi
eksternal dan masalah integrasi internal.
c. Budaya organisasi menurut Susanto adalah nilai-nilai yang menjadi dasar
sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal. Dan usaha
penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan. Sehingga masing-masing
anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada. Serta bisa
mengetahui sebagaimana mereka harus bertingkah laku atau berperilaku.

Berdasarkan definisi budaya organisasi di atas, dapat diketahui bahwa hal-


hal yang tercakup dalam budaya organisasi terdiri atas:

1. Asumsi Dasar
Dalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfunsi
sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk
berperilaku.

3
2. Keyakinan yang dianut.
Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan
dilaksanakan oleh para anggota organisasi (mengandung nilai-nilai yang
data berbentuk slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum
organisasi/perusahaan atau prinsip-prinsip yang mejelaskan usaha.
3. Pemimpin atau kelompok dan pengembangan budaya organisasi
Suatu organisasi sangat membutuhan pemimpin untuk mengembangkan
perusahaan tersebut.
4. Pedoman mengatasi masalah
5. Berbagi nilai
6. Pewarisan
Anggota organisasi perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam
organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam
berorganisasi.
7. Penyesusaian
Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan yang berlaku
dalam kelompok atau organisasi tersebut.

B. Karakteristik Budaya Organisasi


Stepen P. Robbins menyatakan ada 10 karakteristik yang apabila dicampur dan
dicocokkan, akan menjadi budaya organisasi. Kesepuluh karakteristik budaya
organisasi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Inisiatif Individual
Adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang dipunyai
setiap individu dalam mengemukakan pendapat.
2. Toleransi terhadap Tindakan Berisiko
Dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai dianjurkan
untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko. Suatu budaya
organisasi dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada
anggota/para pegawai untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk
memajukan organisasi/perusahaan serta berani mengambil resiko terhadap apa
yang dilakukannya.

4
3. Pengarahan
Adalah sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat menciptakan dengan jelas
sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas
tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi. Kondisi ini dapat berpengaruh
terhadap kinerja organisasi/perusahaan.
4. Integrasi
Adalah sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat mendorong unit-unit
organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
5. Dukungan Manajemen
Adalah sejauh mana para manajer dapat memberikan komunikasi atau arahan,
bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.
6. Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma
yang berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan.
7. Identitas
Adalah sejauh mana para anggota/karyawan suatu organisasi /perusahaan dapat
mengindentifiaksikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan bukan
sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional tertentu.
8. Sistem Imbalan
Adalah sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji, promosi dan
sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya didasarkan
atas senioritas, sikap pilih kasih dan sebagainya.
9. Toleransi terhadap konflik
Adalah sejauh mana para pegawai/karyawan didorong untuk mengemukakan
konflik dan kritik secara terbuka.
10. Pola komunikasi
Adalah sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.

Didalam budaya organisasi terdapat contoh yang sangat banyak. Berikut ini beberapa
contoh budaya organisasi yang harus diketahui.

1. Kerapian Administrasi

5
Budaya organisasi dalam hal kerapian administrasi, merupakan aspek yang harus
diperhatikan dalam organisasi. Baik itu dalam hal surat-menyurat, pengelolaan
keuangan, pendapatan karyawan, barang masuk atau keluar, dan lain sebagianya.
2. Pembagian Wewenang Yang Jelas
Hal ini merupakan kunci yang dapat menentukan keberhasilkan akan kinerja
dalam perusahaan. Jika tidak ada pembagian kekuasaan kinerja, mungkin para
anggota atau karyawan dalam perusahaan tersebut akan kebingungan. Mana yang
dijalankan atau dikerjakan dan mana yang tidak.
3. Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah contoh budaya organisasi yang melekat dimana saja, baik
dalam perorangan atau kelompok. Dimana disiplin merupakan karakter dan sifat
dari orang-orang atau kelompok yang sukses.
4. Inovasi
Budaya organisasi kebanyakan akan memajukan anggota tim untuk melahirkan
suatu ide-ide kreatif dan inovasi baru. Tujuannya agar dapat memajukan
organisasinya.
Tosi, Rizzo, Carroll (1994) mengatakan bahwa budaya organisasi dipengaruhi oleh
empat factor, yaitu:
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat (societal values)
3. Faktor-faktor spesifik dari organisasi
4. Nilai-nilai dari kondisi dominan.

Nilai-nilai budaya dan budaya nasional (soctetal values and national culture).
Keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas (misalnya kebebasan individu,
kolektivisme, kesopansantunan, kebersihan, dan sebagainya).
Unsur-unsur khas dari organisasi (organization specifis elements). Organisasi selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam usaha mengatasi baik masalah eksternal maupun
internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Penyelesaian
yang merupakan ungakapan dari nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan. Keberhasilan
mengatasi masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi. Misalnya
masalah menghadapi kesulitan usaha, biaya produksi terlalu tinggi, pemasaran biayanya
tinggi juga, maka dicari jalan bagaimana penghematan di segala bidang dapat dilakukan. Jika
ternyata upayanya berhasil, biaya produksi dapat diturunkan demikian juga biaya pemasaran,

6
maka nilai untuk bekerja hemat (efisien) menjadi nilai utama dalam perusahaan. Dalam
sumber budaya yang ketiga di atas, unsure-unsur khas dari organisasi, kita temukan konsep
budaya organisasi dari Schein.

C. Fungsi Budaya Organisasi


Ada beberapa pendapat mengenai fungsi budaya organisasi, yaitu sebagai berikut.

1. Stephen P. Robbins dalam buku Organizational behavior membagi lima fungsi


budaya organisasi, sebagai berikut
a. Berperan menetapkan batasan.
b. Mengantarkan suatu perasaaan identitas bagi anggota organisasi.
c. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luar daripada kepentingan
individual seseorang.
d. Meningkatkan stabilitas sistem social karena merupakan perekat sosiak yang
membantu mempersatukan organisasi.
e. Sebagai mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
2. Menurut Siagian
a. Sebagai penetap batas-batas perilaku, maksudnya adalah menentukan yang boleh
dan tidak boleh dilakukan atau menentukan yang benar dan salah
b. Membangkitkan landasan prinsip suatu organisasi dan para anggotanya
c. Membangkitkan kewajiban kepada kepentingan bersama, di atas kepentingan
individua atau kelompok sendiri
d. Sebagai tali pengikat bagi seluruh anggota organisasi
e. Sebagai alat pengendali perilaku para anggota organisasi yang bersangkutan

Dari berbagai pendapat di atas, dapat diketahui bahwa fungsi utama budaya
organisasi adalah sebagai berikut.

a. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun kelompok lain.


b. Sebagai perekat bagi karyawan dalam suatu organisasi.
c. Mempromosikan stabilitas sistem sosial.
d. Sebagai mekanisme kontrol dalam memadu dan membentuk sikap serta perilaku
karyawan.
e. Sebagai integrator.
f. Membentuk perilaku bagi para karyawan.

7
g. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi.
h. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan.
i. Sebagai alat komunikasi.
j. Sebagai penghambat berinovasi.

D. Pembentukan Budaya Organisasi


Ada beberapa unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan budaya organisasi.
Deal & Kennedy dalam bukunya Corporate Culture: The Rolex and Ritual of Corporate
membagi lima unsur pembentukan budaya sebagai berikut:

a. Lingkungan usaha, merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus
dilakukan perusahaan agar berhasil.
b. Nilai-Nilai, adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi.
c. Pahlawan, adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai budaa
dalam kehidupan nyata.
d. Ritual, merupakan tempat di mana perusahaan secara simbolis menghormati
pahlawan-pahlawannya.
e. Jaringan budaya, merupakan jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya
merupakan saluran komunikasi primer.

Robbins (2003:729) menyatakan bahwa proses penciptaan budaya organisasi terjadi


dalam tiga cara. Pertama, para pendiri hanya mempekerjakan dan mempertahankan karyawan
yang memiliki pola pikir sama dan sependapat dengan cara-cara yang mereka tempuh.
Kedua, mereka mengindoktrinasikan dan mensosialisasikan para karyawan ini dengan cara
berpikir dan cara berperasaan mereka. Bila organisasi berhasil, maka visi pendiri menjadi
terlihat sebagai penentu utama keberhasilan. Pada titik ini, keseluruhan kepribadian pendiri
menjadi tertanam ke dalam budaya organisasi.
Brown (1998:743) menyatakan bahwa para pemimpin menyampaikan budaya
melalui apa yang mereka katakan dan apa yang mereka lakukan. Schein dalam Yukl

8
(1998:300-301) mengemukakan peranan pemimpin dalam budaya organisasi, dimana para
pemimpin mempunyai potensi yang paling besar dalam menanamkan budaya dan
memperkuat aspek-aspek budaya dengan mekanisme sebagai berikut :

a. Perhatian (attention)
Perhatian para pemimpin berarti para pemimpin di dalam menjalankan
kepemimpinannya akan mengkomunikasikan prioritas-prioritas, nilai-nilai, perhatian mereka
dengan cara menanyakan, memberi pendapat, memuji, dan menyampaikan kritik. Pemimpin
yang memarahi seorang bawahan karena tidak mengetahui masalah yang terjadi di unit
kerjanya, misalnya, akan memiliki efek yang kuat dalam mengkomunikasikan nilai-nilai dan
perhatian. Pemimpin yang tidak menanggapi sesuatu maka hal ini menyampaikan pesan
bahwa hal itu tidak penting. Sebagai contoh, restoran cepat saji McDonald dikenal
kebersihannya karena secara berulang-ulang pendiri perusahaan menceritakan bagaimana dia
mengejar-ngejar lalat untuk menjaga agar para pelanggan yang sedang menikmati
hidangannya tidak terganggu oleh lalat tersebut.

b. Reaksi terhadap Krisis


Reaksi pemimpin dalam menghadapi krisis, merupakan potensi bagi para pegawai
untuk mempelajari nilai-nilai dan asumsi-asumsi. Misalnya perusahaan yang sedang
mengalami kesulitan keuangan cukup serius tetapi menghindari pemberhentian pegawai
(PHK) dan membuat kebijakan untuk membuat para pegawai bekerja dengan waktu lebih
pendek dan dengan demikian menerima pemotongan gaji. Pemimpin tersebut
mengkomunikasikan dengan kuat bahwa ia mempertahankan pekerjaan para pegawai, dan
berdasarkan prilakunya tersebut para pegawai meyakini bahwa pemimpinnya menjunjung
tinggi nilai kebersamaan.
c. Pemodelan Peran
Para pemimpin mengkomunikasikan nilai-nilai dan harapan-harapan mereka melalui
tindakan mereka sendiri. Hal tersebut khususnya tindakan-tindakan yang memperlihatkan
kesetiaan istimewa, pengorbanan diri, dan pelayanan yang melebihi apa yang ditugaskan.
Seorang pemimpin yang membuat sebuah kebijakan atau prosedur tetapi tidak memberikan
perhatian yang besar terhadap hal tersebut maka dalam hal ini pemimpin
mengkomunikasikan pesan bahwa hal itu tidaklah penting atau tidak diperlukan. Seorang
pemimpin yang bekerja keras dan selalu tepat waktu, misalnya, akan mengkomunikasikan
bahwa bekerja keras dan tepat waktu merupakan hal yang penting dan dihargai dalam

9
organisasi. Sebaliknya pemimpin yang selalu meminta anak buahnya untuk disiplin tetapi dia
sendiri tidak disiplin maka sekeras apapun dia menyerukan kedisiplinan, karyawan tetap akan
menganggap bahwa kedisiplinan bukanlah hal yang penting dalam organisasi.
d. Alokasi Imbalan-imbalan
Kriteria-kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan imbalan-
imbalan seperti peningkatan upah, atau promosi mengkomunikasikan apa yang dinilai oleh
pemimpin dan organisasi tersebut. Pengakuan formal dan acara-acara seremonial dan pujian
yang tidak formal mengkomunikasikan perhatian serta prioritas seorang pemimpin.
Ketiadaan pengakuan terhadap kontribusi dan keberhasilan mengkomunikasikan bahwa hal
tersebut bukan merupakan hal yang penting. Pemberian simbol-simbol terhadap status orang-
orang tertentu juga mengkomunikasikan tentang apa yang penting dalam perusahaan.
Pembedaan status yang terlalu mencolok tentu saja menunjukkan bahwa organisasi tidak
menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Misalnya saja perusahaan-perusahaan di Amerika
Serikat relatif menggunakan simbol-simbol perbedaan status dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan Jepang. Keistimewaan tersebut misalnya berupa ruang makan dan
tempat parkir khusus.

e. Kriteria Menyeleksi dan Memberhentikan Karyawan


Para pemimpin dapat mempengaruhi budaya dengan merekrut orang yang memiliki
nilai-nilai, ketrampilan-ketrampilan, atau ciri-ciri tertentu dan mempromosikan mereka ke
posisi-posisi kekuasaan. Para pelamar yang tidak cocok dapat diskrining dengan prosedur-
prosedur formal dan informal, dan ada juga prosedur-prosedur untuk meningkatkan seleksi
diri sendiri, seperti memberi kepada pelamar informasi yang realistis tentang kriteria dan
persyaratan bagi keberhasilan dalam organisasi. Kriteria serta prosedur-prosedur yang
digunakan untuk mengeluarkan atau memberhentikan para anggota dari sebuah organisasi
mengkomunikasikan juga nilai-nilai serta perhatian dari pemimpinnya.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Jadi telah sampailah keakhir dari makalah ini, maka kesimpulannya adalah:

1. Budaya organisasi adalah sebuah sistem yang mempunyai makna bersama yang
dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-
organisasi lainnya.
2. Sikap keberanian dalam mengambil resiko, perhatian terhadap detail, berorientasi
terhadap hasil dan tim adalah hal yang sangat diperlukan dalam sebuah budaya
organisasi.
3. Budaya organisasi sangat penting di dalam sebuah perusahaan dikarenakan terdapat
manfaat yang sangat penting yaitu mementingkan tujuan bersama.
4. Dalam berkomunikasi sangat diutamakan pola komunikasi karena bersifat dibatasi
oleh hierarki kewenangan yang formal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sembiring, Masana. 2012. Budaya dan Kinerja Organisasi. Bandung: Fokusmedia

Tika, Pabundu. 2014. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT.
Bumi Aksara

Umam, Khaerul. 2012. Manajemen Organisasi. Bandung: CV Pustaka Setia

https://contohmakalahdocx.blogspot.com/2018/05/contoh-makalah-budaya-rganisasi.html

12

Anda mungkin juga menyukai