Budaya berasal dari kata culture ini diadaptasi dari bahasa Latin, yaitu cult yang berarti
mendiami, mengerjakan, atau memuja, dan are yang berarti hasil dari sesuatu. Warner dan Joynt
(2002: 3) mengartikan budaya dari Berthon (1993) sebagai hasil dari tindakan manusia. Budaya
dalam suatu organisasi merupakan karakteristik semangat atau suasana (spirit) dan kepercayaan
(belief) yang dilakukan di dalam organisasi tersebut (Torrington, 1994: 31).
Menurut Kast (dalam Robins, 2005) memberikan definisi budaya organisasi sebagai sistem nilai
dan kepercayaan yang dianut bersama yang berinteraksi dengan orang-orang suatu perusahaan,
strukur organisasi dan sistem pengawasan untuk menghasilkan norma-norma perilaku.
Sedangkan Schein (dalam Gibson et.al, 2005) mendefinisikan budaya sebagai pola dari asumsi
dasar yang telah ditentukan atau dikembangkan untuk mempelajari cara-cara berintegrasi, yang
telah berfungsi dengan baik yang telah dianggap baru oleh karenanya harus diajarkan kepada
anggota baru sebagai cara yang besar untuk memikirkan, memandang dan merasa
berkepentingan dengan masalah tersebut. Berbagai definisi tentang budaya perusahaan tersebut
menyimpulkan betapa budaya perusahaan sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
bisnis.
Budaya organisasi pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks budaya secara umum yang
ada dalam masyarakat. Berdasarkan pengertian Kast (dalam Robbins, 2003) dimana budaya
organisasi merupakan seperangkat sistem nilai dan kepercayaan yang dianut bersama yang
berinteraksi dengan orang-orang suatu perusahaan, strukur organisasi dan sistem pengawasan
untuk menghasilkan norma-norma perilaku, maka sebenarnya budaya organisasi kalau
merupakan bagian dari budaya umum yang berkembang dalam masyarakat dalam lingkup
spesifik yang bersifat abstrak. Atas dasar itu, pemahaman terhadap unsur-unsur dan karakteristik
budaya organisasi dalam suatu organisasi maka merupakan hal yang sangat penting dalam
mempelajari atau mengkajinya.
Budaya organisasi merupakan serangkaian nilai-nilai dan strategi, gaya kepemimpinan, visi dan
misi serta norma-norma kepercayaan dan pengertian yang dianut oleh anggota organisasi dan
dianggap sebagai kebenaran bagi anggota yang baru yang nantinya akan menjadi sebuah
tuntunan bagi setiap elemen organisasi suatu perusahaan untuk membentuk sikap dan perilaku.
Hakikatnya, budaya organisasi bukan merupakan cara yang mudah untuk memperoleh
keberhasilan, dibutuhkan strategi yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu andalan daya saing
organisasi. Budaya organisasi merupakan sebuah konsep sebagai salah satu kunci keberhasilan
suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.
Menurut Harvey dan Brown (Terjemahan Cahyono dalam Bahan Bacaan Pengantar Imu
Administrasi Bisnis, 2009:135) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem nilai dan
kepercayaan bersama yang berinteraksi dengan orang-orang, struktur dan sistem suatu organisasi
untuk menghasilkan norma-norma perilaku. Budaya organisasi merupakan pedoman berperilaku
bagi orang-orang dalam perusahaan. Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran
kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku
anggota-anggotanya. Budaya organisasi dapat menjadi instrumen keunggulan kompetitif yang
utama, yaitu bila budaya organisasi mendukung startegi organisasi. Budaya organisasi adalah
seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam
organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi
masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal (Mangkunegara, 2005:113).
Berdasarkan pengertian tersebut maka ditarik kesimpulan bahwa pengertian budaya organisasi
merupakan seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dianut oleh
setiap anggota organisasi yang dijadikan sebagai pedoman membentuk dan mengarahkan
perilaku dalam mengatasi masalah akibat adanya perubahan.
Menurut Stepen P. Robbins 2006:10 dengan bukunya yang berjudul “Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan”, menyatakan bahwa terdapat 10 karakteristik budaya
organisasi, diantaranya :
1. Inisiatif Individual
Inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepedensi yang dipunyai
setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif individual tersebut perlu
dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk
memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan.
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko
Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota atau
para pegawai agar dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi atau
perusahaan serta berani mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.
3. Pengarahan
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi atau perusahaan dapat menciptakan
dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum
dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja organisas
ataupun perusahaan.
4. Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat mendorong unit-unit
organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-unit tersebut dapat
mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
5. Dukungan manajemen
Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan komunikasi
atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.
6. Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku di
dalam suatu organisasi atau perusahaan.
7. Identitas
Identitas dimaksudkan untuk sejauh mana para anggota suatu organisasi atau perusahaan dapat
mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai
kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.
8. Sistem imbalan
Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi dan
sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan didasarkan atas senioritas, sikap pilih
kasih, dan sebagainya.
Sejauh mana para karyawan di dorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Namun, perbedaan pendapat dan kritik tersebut bisa digunakan untuk melakukan
perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan. Kadang-kadang hierarki kewenangan
dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan
itu sendiri.
1. Inovasi dan Keberanian Mengambil Resiko (Innovation and Risk Taking), yaitu sejauh mana
para anggota organisasi didorong untuk Bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.
2. Perhatian Terhadap Detail (Attention To Detail), yaitu sejauh mana Anggota organisasi
diharapkan untuk memperlihatkan kecermatan, Analisis dan perhatian terhadap detail.
3. Berorientasi Pada Hasil (Outcome Orientation), yaitu sejauh mana Manajemen berfokus
kepada hasil dibandingkan dengan perhatian Terhadap proses yang digunakan untuk meraih
hasil tersebut.
4. Berorientasi Kepada Manusia (People Orientation), yaitu sejauh Mana keputusan yang dibuat
oleh manajemen memperhitungkan Efek terhadap anggota – anggota organisasi.
5. Berorientasi Kepada Kelompok (Team Orientation), yaitu sejauh Mana pekerjaan secara
kelompok lebih ditekankan dibandingkan Dengan pekerjaan secara individu.
6. Agresivitas (Aggressiveness), yaitu sejauh mana anggota – anggota Organisasi berperilaku
secara agresif dan kompetitif dibandingkan Dengan berperilaku secara tenang.
7. Stabilitas (Stability), yaitu sejauh mana organisasi menekankan Status sebagai kontras dari
pertumbuhan. Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Budaya lahir dan dikembangkan
oleh manusia, melalui akal dan pikiran, kebiasaan dan tradisi. Setiap manusia memiliki
kebudayaan tersendiri, bahkan budaya diklaim sebagai hak paten manusia. Kebudayan
merupakan hasil belajar yang sangat bergantung pada pengembangan kemampuan manusia
yang unik yang memanfatkan simbol, tanda-tanda, atau isyarat yang tidak ada paksaan atau
hubungan alamiah dengan hal-hal yang mereka pertahankan. Dengan demikian, setiap
manusia baik individu atau kelompok dapat mengembangkan kebudayaan sesuai dengan
cipta, rasa, dan karsa masing-masing.
NIM: 1198030273
Fungsi budaya organisasi berpengaruh pada perilaku anggota atau individu serta kelompok
dalam suatu organisasi. Budaya organisasi bisa dikatakan kuat apabila nilai-nilai serta sikap
dipahami bersama oleh anggota organisasi sehingga menciptakan rasa kebersamaan.
1. Peran yang kuat dalam mendefinisikan batasan yang sangat berarti agar dapat membedakan
organisasi yang satu dengan yang lainnya.
5. Menjadi mekanisme akal dan kontrol yang memandu dan membentuk perilaku anggota
masyarakat.
Tujuan budaya organisasi ini memberikan gambaran yang jelas mengenai organisasi yang
dimasukinya. Selain itu, budaya organisasi membantu anggota organisasi menyesuaikan diri
dengan lingkungan organisasi. Budaya organisasi juga diharapkan meningkatkan kinerja
organisasi secara keseluruhan.
1. Membentuk sikap dasar, kebiasaan, dan nilai-nilai yang memupuk kerja sama, integritas, dan
komunikasi dalam organisasi.
Sumber: https://studilmu.com/blogs/details/budaya-organisasi-pengertian-fungsi-jenis-dan-
karakteristiknya
Budaya organisasi ini terbagi menjadi empat bentuk yang beragam, diantaranya :1
1. Network Culture
Organisasi memandang anggota sebagai keluarga dan teman (high on sociability but low
on solidarity). Orang-orang dalam network culture sangat bersahabat dan bersuka ria
1
Ilmumanajemenindustri.com. Budi Khoerudin. 2017. Dasar-Dasar Manajemen. Diakses pada 17 Desember pukul
11.20 WIB.
dalam gaya, cenderung berbicara tentang bisnis secara bebas, kebiasaan informal, dan
menggunakan banyak waktu untuk sosialisasi, dan tanpa masalah, serta saling
mengetahui satu sama lain dengan cepat dan merasa bahwa mereka adalah bagian dari
organisasi.
2. Mercenary Culture
Organisasi berorientasi pada tujuan (low on sociability but high on solidarity).
Komunikasi cenderung cepat, langsung, dan dikendalikan dengan cara yang tidak ada
yang tidak mungkin, tidak toleran pada kebiasaaan menghabiskan waktu, meninjolkan
bisnis dan omong kosong, toleransi dalam menggunakan waktu yang lama untuk
mewujudkan tujuannya.
3. Fragmented Culture
Low on sociability and low on solidarity. Budaya ini menggambarkan orang yang
bekerja dengan sedikit melakukan kontak bahkan tidak saling mengenal, tidak
menampakkan idnetifikasi organisasi, serta cenderung mengidentifikasi dengan profesi
dimana mereka diposisikan.
4. Communal Culture
High on sociability and high on solidarity. Anggota organisasi sangat bersahabat dan
bergaul, baik secara pribadi maupun secara profesional, umumnya terjadi pada
perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi, individu dalam organisasi cenderung
berbagai banyak hal, komunikasi mengalir dengan sangat mudah, mereka mengenakan
logo perusahaan, hidup dalam kepercayaan perusahaan dan membela perusahaan dari
orang lain.
Schein menyatakan bahwa pembentukan budaya organisasi tidak bisa dipisahkan dari peran para
pendiri organisasi. Prosesnya mengikuti alur berikut :
1. Para pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar, nilai-nilai,
prespektif, artefak ke dalam organisasi dan menanamkannya kepada para karyawan.
2. Budaya muncul ketika para anggota berinteraksi satu sama lain untuk memecahkan
masalah-masalah pokok organisasi yakni masalah integrasi internal dan adaptasi eksternal.
Berikut ini adalah proses pembentukan budaya organisasi menurut para ahli :
1. Robbins
Robbins menyatakan bahwa proses penciptaan budaya organisasi terjadi dalam tiga cara.
Pertama, para pendiri hanya mempekerjakan dan mempertahankan karyawan yang memiliki pola
pikir sama dan sependapat dengan cara-cara yang mereka tempuh. Kedua, mereka
mengindoktrinasikan dan mensosialisasikan para karyawan ini dengan cara berpikir dan cara
berperasaan mereka. Bila organisasi berhasil, maka visi pendiri menjadi terlihat sebagai penentu
utama keberhasilan.Pada titik ini, keseluruhan kepribadian pendiri menjadi tertanam ke dalam
budaya organisasi.
Robbins membedakan budaya yang kuat dan budaya yang lemah. Budaya yang kuat mempunyai
dampak yang lebih besar pada prilaku karyawan dan lebih langsung terkait dengan pengutangan
turn-over karyawan. Dalam budaya yang kuat, nilai inti organisasi dipegang secara mendalam
dan dianut bersama secara meluas.Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan
makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai tersebut, maka makin kuat budaya tersebut.
Budaya yang kuat juga memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota mengenai
apa yang dipertahankan oleh organisasi. Kebulatan maksud tersebut selanjutnya membina
keakraban, kesetiaan, dan komitmen organisasi.
Rahmayanti Leni. 2018. Budaya Organisasi Tentang Terbentuknya Budaya Organisasi dari
https://pondokilmiah-lombok.blogspot.com/2019/01/terbentuknya-budaya-organisasi.html?m=1
Sebuah teori tak terlepas dari asumsi-asumsi, begitu juga Teori Budaya Organisasi. Asumsi-
asumsinya antara lain:
• Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi. Ketika
seseorang dapat memahami simbol tersebut, maka seseorang akan mampu bertindak menurut
budaya organisasinya.
Asumsi pertama mendeskripsikan bahwa manusia adalah faktor vital dalam kehidupan
berorgananisasi. Dengan hal tersebut diharapkan setiap individu mampu menjaga realitas yang
telah mengakar dalam sebuah organisasi agar tetap tertanam kuat. Realitas ini sendiri terbentuk
dari rangkaian nilai yang dipercayai dan dianggap berharga oleh setiap individu komponen
sebuah organisasi. Nilai juga bersifat “menjadi acuan standardisasi” segala hal yang dianggap
penting dan seharusnya dilakukan oleh setiap anggota. Dan tentunya juga “nilai” ini tidak
mungkin dengan ramah-tamah memperkenalkan diri secara pribadi, melainkan harus ada proses
pentransmisian dari setiap individu yang memegang nilai tersebut sebagai acuan kepada mereka
yang masih awam terhadap hal itu. Sosialisasi ini sendiri berlangsung dalam proses komunikasi
antar anggota dari segala hierarki, baik secara langsung maupun melalui pesan implisit
Asumsi kedua, simbol dan esensi di baliknya adalah sebuah hal yang diwajibkan untuk mendapat
interpretasi dari mereka-mereka yang menjadi anggota organisasi. Dari, oleh, dan untuk mereka.
Menciptakan, menggunakan dan memahami makna dari simbol-simbol adalah rutinitas yang
dilakukan sebagai proses adaptasi dan modal untuk tetap survive dalam jejaring interaksi. Simbol
dalam sebuah organisasi sendiri mampu mengkomunikasikan nilai yang telah melekat dan
terjaga dalam organisasi itu sendiri. Hal inilah yang disebutkan, bahwa begitu pentingnya
pemaknaan simbol-simbol oleh setiap anggota yang terlibat demi sebuah kejelasan mendasar
akan hal-hal yang telah, sedang dan akan selalu dijaga dalam sebuah kegiatan berorganisasi.
Dan ketiga sekaligus menjadi asumsi yang terakhir, mendukung bahwa multikulturalisme juga
berlaku dalam ranah pengorganisasian, yang terlihat jelas saat kita menyaksikan betapa
heterogennya bentuk-bentuk budaya yang diaplikasikan dalam satu organisasi dengan organisasi
lainnya. Bukan saja dalam aspek kemajemukan budaya antar organisasi, namun juga secara
internal, saat antar individu dalam sebuah organisasi memiliki interpretasi yang warna-warni
dalam melihat kebudayaan yang melekat pada institut dan pranata yang mereka tempati.