Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MINI RISET BUDAYA PERUSAHAAN

“KOPERASI PERMATA PATI”

Dosen Pengampu : Drs. Achmad Sobirin M.B.A., Ph.D., Ak

Disusun oleh: Kelompok 2

Umar Rasyid (19311049)

Sendi Muhammad Dikri (19311050)

Muhammad Faishal B (19311063)

Gido Caesar M (19311092)

Alifia Mizana (19311122)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Budaya perusahaan itu bisa dirasakan keberadaannya melalui perilaku anggota karyawan
di dalam organisasi itu sendiri. Kebudayaan tersebut memberikan pola, cara-cara berfikir, merasa
menanggapi dan menuntun para anggota dalam organisasi. Oleh karena itu, budaya perusahaan
akan berpengaruh juga terhadap efektif atau tidaknya suatu organisasi.
Dalam rangka mewujudkan budaya perusahaan yang cocok diterapkan pada sebuah
organisasi, maka diperlukan adanya dukungan dan partisipasi dari semua anggota yang ada
dalam lingkup organisasi tersebut. Para karyawan membentuk persepsi keseluruhan berdasarkan
karakteristik budaya perusahaan yang antara lain meliputi inovasi, kemantapan, kepedulian,
orientasi hasil, perilaku pemimpin dan orientasi tim, karakteristik tersebut terdapat dalam sebuah
organisasi atau perusahaan mereka. Persepsi karyawan mengenai kenyataan terhadap budaya
organisasinya menjadi dasar karyawan berperilaku. Dari persepsi tersebut memunculkan suatu
tanggapan berupa dukungan pada karakteristik organisasi yang selanjutnya mempengaruhi
kinerja karyawan.
Selanjutnya, budaya perusahaan merupakan elemen penting dalam bidang perilaku
organisasi. Hal ini sesuatu yang benar apabila kita ingin lebih memahami konteks dari sebuah
organisasi dan orang-orang yang menjalankannya. Artinya, budaya perusahaan dapat
mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan suatu organisasi. Namun, harus dipastikan bahwa
komitmen orang-orang di dalam suatu organisasi juga merupakan hal yang sangat penting untuk
memastikan bahwa keberhasilan kebijakan dan rencana organisasi dapat tercapai. Selain dari
membentuk nilai dan budaya yang tepat dan penting bagi organisasi, perencanaan organisasi
merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa komitmen yang diperlukan dari karyawan
maupun manajer untuk mencapai keberhasilan ketika menerapkan strategi dan rencana aksi
organisasi.
Untuk objek penelitian kali ini, kami akan meneliti bagaimana budaya perusahaan yang
ada pada koperasi “Permata Pati” serta bagaimana efeknya terhadap kinerja dari perusahaan
secara garis besar maupun kinerja dari para karyawannya serta efeknya terhadap strategi dari
organisasi tersebut.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja budaya yang berkembang di perusahaan “koperasi permata pati”?
2. Bagaimana elemen-elemen budaya perusahaan yang ada di “koperasi permata pati”?
3. Bagaimana budaya perusahaan dapat mempengaruhi strategi “koperasi permata pati”?
4. Bagaimana implikasi dari budaya perusahaan terhadap kinerja perusahaan “koperasi
permata pati”?
5. Seperti apa lingkungan kerja yang ada di organisasi “koperasi permata pati”
6. Seperti apa hubungan antara para karyawan maupun karyawan dengan pimpinan di
“koperasi permata pati”?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui budaya apa saja yang berkembang di “koperasi permata pati”
2. Untuk mengetahui elemen-elemen budaya perusahaan pada “koperasi permata pati”
3. Untuk mengetahui strategi pada “koperasi permata pati”
4. Untuk mengetahui kinerja karyawan pada “koperasi permata pati”
5. Untuk mengetahui seperti apa lingkungan kerja yang ada di “koperasi permata pati”
6. Untuk mengetahui seperti apa hubungan yang ada antara sesama karyawan maupun antara
karyawan dengan pimpinan di “koperasi permata pati”

D. Manfaat penelitian
1. Bagi Organisasi
Manfaat penelitian ini bagi perusahaan adalah diharapkan dapat memberikan insight bagi
para manajer/pimpinan perusahaan mengenai seperti apa budaya yang terdapat di organisasi
lain dan bagaimana implikasinya terhadap kinerja organisasi serta dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

2. Bagi Peneliti
Manfaat dari penelitian ini bagi peneliti adalah diharapkan dapat memberikan
pengetahuan serta wawasan mengenai seperti apa budaya yang ada di dalam suatu
organisasi serta bagaimana budaya tersebut dapat mempengaruhi kinerja dari organisasi
tersebut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian terdahulu
Fleury (1987) Mengemukakan bahwa ada hubungan antara budaya dan variabel
organisasi lainnya, yang dengan demikian memprediksi keberhasilan organisasi, di mana budaya
dipandang sebagai seperangkat nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh para anggotanya.

Weber dan Camerer, (2003) Mengemukakan bahwa budaya organisasi biasanya


dipahami sebagai pemahaman sosial bersama, menghasilkan asumsi dan sudut pandang bersama
dari anggota organisasi.

Wisna, (2015); Inah, Tapang dan Uket, (2014); Okpara, (2014); Denison, (2000)
Mengemukakan bahwa budaya organisasi merupakan parameter penting bagi kelangsungan dan
pertumbuhan bisnis. Manajemen yang efektif harus memperhitungkan tidak hanya data
keuangan, seperti yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan bisnis, tetapi juga cara budaya
mempengaruhi variabel organisasi kuantitatif dan kualitatif.

Schwartz dan Davis, (1981); Scholz, (1987); Choe, (1993); Rashid dan
Anantharaman, (1997) Mengemukakan bahwa budaya perusahaan terkait dengan strategi
organisasi, khususnya dalam penerapan strategi yang dipilih dalam suatu organisasi

Deal dan Kennedy, (1982); Quinn, (1988) Mengemukakan bahwa budaya perusahaan
juga merupakan nilai-nilai dominan yang dianut oleh suatu organisasi atau seperangkat nilai dan
asumsi yang mendasari pernyataan: “inilah cara kita melakukan sesuatu di sekitar sini”.

B. Landasan teori
1. Definisi Budaya Organisasi
Konsep budaya organisasi bisa dikatakan masih relatif baru karena konsep
negosiasi mulai berkembang pada awal tahun 1980. Konsep tersebut diakui oleh para
pelaku teoritisi organisasi dan diambil dari konsep budaya yang telah lebih dulu
berkembang pada disiplin antropologi. Secara umum konsep budaya organisasi dibagi
menjadi dua mazhab yaitu ideational dan adaptationist school. Mazhab Ideational akan
lebih melihat budaya organisasi dari apa yang dipahami oleh anggota organisasi tersebut.
sedangkan mazhab adaptationist school akan lebih melihat budaya dari apa yang dapat
dilakukan observasi pada bangunan organisasi seperti lokasi bangunan tempat organisasi
dan pola perilaku anggota organisasi ketika sedang berkomunikasi.
Menurut Schein (1992), budaya organisasi adalah sebuah pola dari berbagai
asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh sebuah kelompok.
Tujuannya, organisasi bisa belajar mengatasi dan menanggulangi masalah-masalah yang
timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan baik.
Maka, semua anggota harus mengenal budaya organisasi sebagai cara untuk memahami,
memikirkan, dan merasakan masalah-masalah yang sedang dihadapi.
Jadi, budaya organisasi adalah sebuah norma dan nilai yang akan membentuk
perilaku anggota organisasi tersebut. Adanya budaya organisasi ini juga bertindak sebagai
kode etik bagi para anggotanya ketika berperilaku di luar lingkungan organisasinya.

2. Elemen - elemen budaya organisasi


Budaya organisasi juga disebut budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai- nilai
atau norma-norma yang telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota
organisasi pegawai sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah
organisasi. Berikut elemen elemen budaya organisasi menurut para ahli, Eugene
McKenna dan Nic Beech (2000) :
● Artifacts
Merupakan hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, jika seseorang
berhubungan dengan sebuah kelompok baru dengan budaya yang tidak dikenalnya.
Artifacts termasuk struktur organisasi dan proses yang tampak, seperti produk, jasa, dan
tingkah laku anggota kelompok.
● Espoused Values
Yaitu alasan-alasan tentang mengapa orang berkorban demi apa yang dikerjakan.
Budaya sebagian besar organisasi dapat melacak nilai-nilai yang didukung kembali ke
penemu budaya. Meliputi strategi, sasaran, dan filosofi.
● Basic Underlying Assumption
Yaitu keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota suatu organisasi. Budaya
menetapkan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu di organisasi, seringkali melalui
asumsi yang tidak diucapkan namun anggota organisasi meyakini ketepatan tindakan
tersebut.
3. Fungsi Budaya Organisasi
Tika (2008:14) dalam bukunya yang berjudul “Budaya Organisasi dan Peningkatan
Kinerja Perusahaan”, menyatakan bahwa terdapat 10 fungsi utama budaya organisasi,
diantaranya:
● Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun kelompok lain.
Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh suatu
organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki organisasi atau kelompok lain.
● Sebagai perekat bagi anggota organisasi dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan
bagian dari komitmen kolektif dari anggota organisasi. Mereka bangga sebagai
seorang pegawai suatu organisasi ataupun perusahaan. Para pegawai mempunyai rasa
memiliki, partisipasi, dan memiliki rasa tanggung jawab atas kemajuan
perusahaannya.
● Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan dimana lingkungan
kerja dirasakan positif, mendukung, dan konflik serta perubahan diatur secara efektif.
● Sebagai mekanisme dalam memandu dan membentuk sikap serta perilaku
anggota-anggota organisasi. Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol,
didatarkannya struktur, diperkenalkannya tim-tim dan diberi kuasanya anggota
organisasi oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang
kuat memastikan bahwa semua orang diarahkan ke arah yang sama.
● Sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan integrator karena adanya
sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh adanya
perusahaan-perusahaan besar dimana setiap unit terdapat sub budaya baru.
● Membentuk perilaku bagi anggota-anggota organisasi. Fungsi ini dimaksudkan agar
anggota-anggota organisasi dapat memahami bagaimana mencapai suatu tujuan
organisasi.
● Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi. Budaya
organisasi diharapkan dapat mengatasi masalah adaptasi terhadap lingkungan
eksternal dan masalah integrasi internal.
● Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pemasaran, segmentasi pasar, penentuan
positioning yang akan dikuasai perusahaan tersebut.
● Sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi
antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta antar anggota organisasi. Budaya
sebagai alat komunikasi tercermin pada aspek-aspek komunikasi yang mencakup
kata-kata, segala sesuatu yang bersifat material dan perilaku.
● Sebagai penghambat berinovasi. Budaya organisasi dapat juga menjadi penghambat
dalam berinovasi. Hal ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu mengatasi
masalah-masalah yang menyangkut lingkungan eksternal dan integrasi internal.
Oleh karena itu, fungsi budaya organisasi sebagai pedoman kontrol dalam
membentuk sikap dan perilaku karyawan dalam menyelesaikan masalah-masalah
organisasi melalui nilai-nilai dan norma yang dianut untuk lebih berinovasi. Budaya
organisasi dapat pula berfungsi sebagai kontrol atas sikap dan perilaku anggota-anggota
organisasi dalam mencapai tujuan.

BAB 3
HASIL TEMUAN

A. Hasil temuan dan diskusi


Berdasarkan dari interview yang sudah dilakukan bersama Mbak Analisa dyah P.
selaku manajer dari Koperasi Permata Pati yang berlokasi di Jl. Raya Tayu Jepara Km.12,
Plaosan, Kec. Cluwak, Kabupaten Pati, Jawa Tengah 59157, secara garis besar ditemukan
bahwa terdapat beberapa budaya yang ada di dalam organisasi ini, yang mungkin
memang tidak terlalu berbeda dengan budaya yang “biasanya” ditemukan di organisasi
lainnya. Budaya-budaya tersebut ialah:
1. Apa saja budaya yang berkembang di perusahaan “Koperasi Permata Pati”?
Budaya yang berkembang dalam Koperasi Permata Pati, yang pertama
adalah adanya budaya 5S, yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santun. Yang
mana budaya ini sangat ditekankan terhadap setiap anggota untuk memastikan
bahwa “image” dari Koperasi serta karyawan nya ini adalah baik, ramah serta
profesional dalam melakukan segala kegiatan usaha. Selain itu, budaya lain yang
sangat ditekankan juga adalah kejujuran dan kekeluargaan, Dimana, dengan
budaya kejujuran ini bukan hanya ditopang dengan adanya peraturan saja namun,
dari pihak manajer Koperasi juga selalu mengingatkan kepada bawahan nya untuk
selalu bersikap jujur baik itu secara lisan serta tulisan dan dalam segala kegiatan
pekerjaan. Budaya kekeluargaan juga lumayan menonjol di organisasi ini,
utamanya seperti penyelesaian masalah yang terjadi di lingkungan Koperasi untuk
diselesaikan melalui jalur kekeluargaan sebisa mungkin baik itu seperti pemberian
nasihat/teguran maupun musyawarah untuk memastikan bahwa setiap anggota
dari organisasi ini mempunyai rasa memiliki bahwa mereka adalah seperti
anggota keluarga dari organisasi ini.
2. Bagaimana elemen-elemen budaya perusahaan yang ada di “koperasi permata
pati”?
Elemen budaya yang ada di organisasi ini adalah seperti struktur
organisasi dari organisasi ini yang memang lumayan sederhana, yaitu adanya
seorang pemilik yang membawahi seorang manajer, yang mana manajer tersebut
memiliki 10 orang karyawan lain yang dipimpinnya. Selain itu, perusahaan juga
memiliki strategi yaitu pertama untuk memajukan kesejahteraan semua
anggotanya lalu untuk selalu membangun dan meningkatkan tata kelola yang baik
di organisasi.
3. Bagaimana budaya perusahaan dapat mempengaruhi strategi “koperasi permata
pati”?
Diharapkan dengan adanya budaya-budaya yang disebutkan tadi seperti
5S, kejujuran dan kekeluargaan. Maka, strategi koperasi seperti memajukan
kesejahteraan semua anggotanya lalu untuk selalu membangun dan meningkatkan
tata kelola yang baik dapat tertunjang dan tercapai, seperti contohnya, dengan
adanya budaya kekeluargaan maka semua anggota koperasi diharapkan akan
merasa seperti keluarga sendiri dan tercipta lingkungan kerja yang baik sehingga
dapat menurunkan turnover rate di organisasi seperti kehilangan anggota atau
karyawan yang keluar.
4. Bagaimana implikasi dari budaya perusahaan terhadap kinerja perusahaan “koperasi
permata pati”?
Implikasi dari budaya yang ada di koperasi terhadap kinerja perusahaan
sejauh ini terlihat lumayan baik, yang mana, selama awal tahun 2022 ini (dari
bulan Januari sampai Juli ini) koperasi tidak kehilangan anggota maupun adanya
karyawan yang keluar/mengundurkan diri, selain itu, para karyawan juga merasa
puas dengan lingkungan kerja yang ada di organisasi ini.
5. Seperti apa lingkungan kerja yang ada di organisasi “koperasi permata pati”
Lingkungan kerja yang ada di koperasi ini bisa dikatakan nyaman dan
aman, dimana lingkungan kerja dilengkapi cctv sehingga semua pihak dapat
merasa aman serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai seperti alat
memasak kopi dan dispenser air minum serta tv di ruang istirahat dan kamar kecil
yang bersih, selain itu, semua karyawan yang ada juga saling menghormati dan
menghargai serta peduli dan selalu menjaga tali silaturahmi dengan satu sama
lain.
6. Seperti apa hubungan antara para karyawan maupun karyawan dengan pimpinan di
“koperasi permata pati”?
Hubungan yang ada di Koperasi ini, baik itu antara sesama karyawan
maupun karyawan dengan pimpinan, terjalin dengan sangat erat dimana semua
pihak selalu menghormati dan menghargai satu sama lain, sehingga dapat
terciptanya lingkungan kerja yang baik.

BAB 4
KESIMPULAN

A. Kesimpulan dan saran


Berdasarkan hasil dari yang didapatkan dari interview dengan pihak manajemen Koperasi
Permata Pati, hasil temuan yang didapatkan dari interview telah menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada. Selain itu, sebagai contoh, budaya yang ada di
organisasi ini seperti budaya kekeluargaan yang mengedepankan diskusi/musyawarah dll
dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. Ini berkaitan dengan konsep/teori
budaya oleh Schein (1992), dimana, budaya organisasi adalah sebuah pola dari berbagai
asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh sebuah kelompok.
Yang mana, tujuannya, organisasi bisa belajar mengatasi dan menanggulangi
masalah-masalah yang timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah
berjalan dengan baik. Dengan adanya budaya-budaya yang dimiliki/ada di organisasi
“Koperasi Permata Pati” ini, diharapkan, bahwa kegiatan jalannya koperasi dapat berjalan
dengan lancar serta lingkungan kerja organisasi dapat selalu aman, nyaman dan tentram
serta dapat menopang dan menjalankan strategi organisasi dan menjaga serta
meningkatkan kinerja organisasi beserta seluruh anggota nya.
Sebagai saran, untuk kedepannya, mungkin Koperasi Permata Pati, dapat selalu
meningkatkan kinerjanya, baik itu dengan menjaga budaya kekeluargaan nya, ataupun
dengan mengedepankan budaya 5S, sehingga mungkin dapat menarik lebih banyak
anggota baru ke dalam Koperasi.

Daftar Pustaka

Fleury, M.T.L. (1987), “Estorias, mitos, herois – cultura organizacional e relações de trabalho”,
Revista de Administração de Empresas, Vol. 27 Nomor 4.

Weber, R. and Camerer, C. (2003), "Cultural conflict and merger failure: An experimental
approach", Management Science, Vol. 49 No 4, pp. 400-415.

Achmad Sobirin (2009), Budaya Organisasi, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Inah, E.U., Tapang, A.T. and Uket, E.E. (2014), “Organizational culture and financial reporting
practices in Nigeria”, Research Journal of Finance and Accounting, Vol. 5 No. 13

Okpara, J.O. (2014), “The effects of national culture on managers’ attitudes toward business
ethics: implications for organizational change”, Journal of Accounting and Organizational
Change, Vol. 10 No. 2, pp. 174-189.

Denison, D.R. (2000), “Organizational culture: can it be a key lever for driving organizational
change?”, in Cooper, C.L., Cartwright, S. and Earley, P.C. (Eds), The International Handbook of
Organizational Culture and Climate, John Wiley and Sons, Chichester, pp. 347-372.
Schwartz, H. and Davis, S.M. (1981), “Matching corporate culture and business strategy”,
Organisational Dynamics, Winter, pp. 30-48.

Scholz, C. (1987), “Corporate culture and strategy: the problem of strategic fit”, Long Range
Planning, Vol. 20 No. 4, pp. 78-87.

Choe, M.K. (1993), “An empirical study of corporate strategy and culture in Korea”, Quarterly
Review of Economics and Business, Vol. 21 No. 2, pp. 73-92.

Rashid, Md.Z.A. and Anantharaman, R.N. (1997), “A study of corporate culture strategy and
culture”, Malaysian Management Review, Vol. 32 September, pp. 25-9.

Deal, T.E. and Kennedy, A.A. (1982), Corporate Cultures, Addison-Wesley, Reading, MA.

Quinn, R.E. and Rohrbaugh, J. (1983), “A spatial model of effectiveness criteria: towards a
competing values approach to organisational analysis”, Management Science, Vol. 29 No. 3, pp.
363-79.

LAMPIRAN

Foto/Screenshot Interview

Anda mungkin juga menyukai