Anda di halaman 1dari 11

TEORI DAN KONSEP BUDAYA ORGANISASI

MATA KULIAH : PERILAKU ORGANISASI (CP)


Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Gede Riana, S.E., M.M.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 11
1. Ni Luh Putu Priska Sri Utami (1907531043)
2. Putu Friska Devi Lionita Putri (1907531058)
3. Ni Putu Ari Kusmirawati (1907531172)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Budaya organisasi/budaya perusahaan kini sudah menjadi pembicaraan yang intens,
baik di kalangan para pakar maupun di kalangan para praktisi bisnis maupun para
eksekutif. Karena budaya organisasi tersebut banyak yang berhasil membuat suatu
organisasi/perušahaan menjadı stabil, lebih maju, lebih antisipatif terhadap perubahan
lingkungan. Suatu budaya organisasi yang kuat dapat memberikan kontribusi yang cukup
signifikan bagi anggota organisasi dalam hal pemahaman yang jelas dan lugas tentang
suatu persoalan yang harus diselesaikan. Budaya memiliki pengaruh berarti pada sikap dan
perilaku anggota-anggota organisasi. Banyak bukti yang menggambarkan bahwa
suksesnya suatų organisasi disebabkan karena budayanya yang begitu kuat yang membuat
organisasi itu lebih percaya diri dan akhirnya menjadi lebih efektif.
Dalam hal ini banyak perusahaan yang mengubah budayanya agar dapat menunjang
kemajuan perusahaan tersebut. Hal ini akan semakin membuktikan bahwa budaya suatu
organisasi dapat sedemikian mempengaruhi sebuah organisasi. Namun, dalam hal
menciptakan serta menumbuhkan sebuah budaya organisasi tidak hanya bertitik tumpu
pada kenyamanan anggota saja. Ada banyak faktor-faktor lainnya yang harus diperhatikan.
Diperlukan pemikiran yang matang untuk dapat menciptakan, menumbuhkan dan
mengembangkan budaya yang akan dapat berdampak baik bagi perusahaan

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud dengan budaya organisasi?
b. Apa saja fungsi budaya dalam organisasi tersebut?
c. Bagaimana tipologi budaya, menciptakan dan mempertahankan budaya dalam
organisasi?
d. Bagaimana karyawan dapat mempelajari budaya dalam organisasi?

1.3 TUJUAN
a. Mengetahui pengertian dari budaya organisasi
b. Memahami fungsi budaya dalam organisasi tersebut
c. Memahami tipologi budaya, menciptakan, mempertahankan budaya dalam organisasi
d. Mengetahui cara karyawan mempelajari budaya dalam organisasi?
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI

Sudah lama para ahli manajemen berusaha mendefinisikan budaya organisasi, di


antaranya adalah sebagai berikut :

1) Sebagai nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi dan cara-cara bekerja yang dianut bersama
oleh para anggota organisasi dan mempengaruhi cara mereka bertindak serta
berperilaku (Robbins dan Coulter, 2015).
2) Cara berpikir dan lakukan sesuatu yang mentradisi yang dianut bersama oleh semua
anggota organisasi dan para anggota baru harus mempelajari atau paling sedikit
menerimanya sebagian agar mereka diterima sebagai bagian dari organisasi (Eliott
Iaeques dalam Duncan, 1989).
3) Himpunan dari kepercayaan, harapan dan nilai yang dianut bersama oleh anggota
organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Wheelen dan
Hunger, 1988 dalam NIMRAN, 1999).
4) Seperangkat asumsi, Keyakinan dan nilai-nilai yang membantu anggota organisasi
untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dapat diterima dan tindakan-tindakan yang
tidak dapat diterima (Davis dan Newstroom, 2002).

Jadi, dapat dikatakan bahwa budaya organisasi atau perusahaan suatu sistem dari nilai
bersama, yang akan dipakai sebagai pedoman dalam bertindak oleh para anggota
organisasi. Tidak semua budaya organisasi sama kuatnya dalam mempengaruhi perilaku
anggota.

Ada budaya organisasinya yang kuat dan tidak sedikit juga terdapat organisasi yang
budayanya lemah. yaitu nilai-nilai dasarnya tertanam secara kokoh dan diterima secara luas
oleh para anggota. Budaya yang lemah biasanya karena nilai-nilai hanya dianut oleh segelintir
orang saja, biasanya di kalangan pimpinan puncak saja, sebagian besar yang lainnya tidak
begitu peduli terhadap nilai-nilai tersebut.

2.2 FUNGSI BUDAYA ORGANISASI

Robbins dan Jungde (2011) mengatakan bahwa fungsi budaya organisasi itu adalah sebagai
berikut :

3
1) Berperan sebagai tapal batas, yang secara jelas membedakan suatu organisasi dengan
organisasi yang lain.
2) Sebagai identitas bagi anggota.
3) Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas.
4) Memantapkan sistem sosial yang membantu mempersatukan organisasi.
5) Sebagai pemandu dalam membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Wheelen dan Hunger (dalam Nimran, 1997) mengemukakan fungsi budaya sebagai berikut :

1) Membantu menciptakan rasa memiliki jati diri bagi pekerja.


2) Dapat dipakai untuk mengembangkan kekuatan pribadi dengan perusahaan.
3) Membantu stabilitas perusahaan sebagai sistem sosial.
4) Menjadi pedoman perilaku, sebagai hasil dari norma-norma perilaku yang sudah
terbentuk.

L. Smircich (1983) yang dikutip oleh Robert Kreiner dan Angelo Kinicki (2003)
mengatakan bahwa wa budaya organisasi itu memiliki empat fungsi sebagai berikut :

1) Memberikan identitas organisasi kepada karyawan.


2) Memudahkan komitmen kolektif.
3) Mempromosikan stabilitas sistem sosial.
4) Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan keberadaannya.

2.3 TIPOLOGI BUDAYA, MENCIPTAKAN DAN MEMPERTAHANKAN BUDAYA


2.3.1 Tipologi Budaya
Pengertian Tipologi Budaya
Luasnya pengertian budaya organisasi juga membuka peluang timbulnya
berbagai pandangan pula tentang adanya tipe-tipe budaya organisasi. Pendapat mereka
beragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Di dalam bukunya Noe and
Mondy menuliskan ada dua tipe Budaya Organisasi, yaitu:
1) Budaya terbuka dan partisipatif
Budaya ini ditandai dengan pencapaian tujuan output yang tinggi dengan didukung
oleh adanya rasa percaya terhadap bawahan, sistem komunikasi terbuka,
kepemimpinan yang supportif dan perhatian, penyelesaian masalah secara tim,
adanya otonomi pekerja, dan berbagi informasi.
2) Budaya tertutup dan autokratis

4
Budaya ini dapat dinilai dengan pencapaian tujuan output yang tinggi, tetapi
pencapaian tersebut barangkali lebih ditetapkan dan dipaksakan kepada suatu
organisasi dengan kepemimpinan yang otokrasi dan kuat.

Menurut Robert Kreitner and Angelo Kinicki, terdapat tiga tipe umum budaya
organisasi. Setiap tipe berhubungan dengan seperangkat keyakinan normatif yang
berbeda.

1) Budaya konstruktif adalah budaya dimana para karyawan didorong untuk


berinteraksi dengan orang lain dan mengerjakan tugas dan proyeknya dengan cara
yang akan membantu mereka dalam memuaskan kebutuhannya, berhubungan
dengan pencapaian tujuan aktualisasi diri, penghargaan yang manusiawi, dan
persatuan.
2) Budaya pasif-defensif bercirikan keyakinan yang memungkinkan bahwa
karyawan berinteraksi dengan karyawan lain dengan cara yang tidak mengancam
keamanan kerjanya sendiri. Budaya ini mendorong keyakinan normatif yang
berhubungan dengan persetujuan, konvensional, ketergantungan, dan
penghindaran.
3) Budaya agresif-defensif mendorong karyawannya untuk mengerjakan tugasnya
dengan keras untuk melindungi keamanan kerja dan status mereka. Tipe budaya
ini lebih bercirikan keyakinan normatif yang mencerminkan oposisi, kekuasaan
dan kompetitif.

Menurut Robert E. Quinn and Kim S. Cameron terdapat empat jenis atau tipe budaya
organisasi, yaitu:
1) Kebudayaan Klan (Clan Culture)
Dalam organisasi yang berkebudayaan klan ini, setiap anggota dalam organisasi
memiliki rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Para pemimpin organisasi dianggap
sebagai mentor dan bahkan sebagai figur seorang ayah yang bertindak sebagai
kepala keluarga. Tipe kebudayaan klan ini mirip dengan organisasi tipe keluarga
yang berusaha untuk mencapai mufakat dan komitmen melalui keterlibatan dan
komunikasi antar anggota serta menghargai kerjasama, partisipasi dan konsesus.
2) Kebudayaan Adhokrasi (Adhocracy Culture)
Budaya organisasi jenis ini didasarkan pada energi dan kreativitas. Anggota
organisasi atau didorong untuk berani mengambil risiko, bereksperimen dan

5
berpikir di luar kebiasaan untuk menyelesaikan sesuatu. Para pemimpin organisasi
dianggap sebagai inovator dan pengusaha (entrepreneur). Kebudayaan adhokrasi ini
mendorong organisasi atau perusahaan untuk berkembang dengan menciptakan
produk-produk dan layanan yang inovatif dan cepat menanggapi perubahan pasar.

3) Kebudayaan Pasar (Market Culture)


Budaya ini dibangun atas dasar dinamika persaingan dan pencapaian hasil nyata,
fokusnya adalah pada tujuan atau hasil. Organisasi tipe kebudayaan pasar ini
berpusat pada lingkungan eksternal yaitu pelanggannya. Mereka lebih
mendahulukan kepentingan pelanggan atau pangsa pasar dan laba perusahaan
dibandingkan dengan kepuasan karyawannya maupun pengembangan sumber daya
manusianya. Tujuan bersama pada organisasi yang berkebudayaan pasar ini adalah
meraih keuntungan terbesar, mendapatkan pangsa pasar terbesar dan mengalahkan
pesaingnya.
4) Kebudayaan Hirarki (Hierarchy culture)
Budaya Organisasi jenis kebudayaan hirarki ini dilandasi oleh struktur dan kendali.
Lingkungan kerja bersifat formal dan pengendalian yang ketat. Kepemimpinan
didasarkan pada koordinasi dan pemantauan yang terorganisir dengan budaya yang
menekankan efisiensi dan prediktabilitas. Nilai dari kebudayaan hirarki ini adalah
konsistensi dan keseragaman.
2.3.2 Menciptakan Budaya
Menurut Deal and Kennedy dalam bukunya Corporate Culture: The Rolex and Ritual
of Corporate, terdapat beberapa unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan budaya
organisasi yang dibagi ke dalam lima unsur pembentukan budaya, sebagai berikut:
1. Lingkungan usaha, merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang
harus dilakukan perusahaan agar berhasil.
2. Nilai-nilai, adalah keyakinan dasar yang dianut bersama oleh sebuah
organisasi.
3. Pahlawan (keteladanan), adalah tokoh yang dipandang mempunyai
kepribadian terbaik sehingga berhasil mewujudkan nilai-nilai budaya dalam
kehidupan nyata
4. Ritual, merupakan upacara simbolis untuk merayakan dan memperkuat
interpretasi nilai- nilai budaya organisasi.
5. Jaringan budaya, merupakan jaringan komunikasi informal yang digunakan
6
untuk memperkenalkan anggota terhadap budaya organisasi, pada dasarnya
merupakan saluran komunikasi primer.
Stephen P. Robbins menyatakan bahwa proses penciptaan budaya organisasi terjadi
dalam tiga cara, yaitu:
1) Pendiri hanya merekrut dan mempertahankan anggota-anggota yang memiliki
pola pikir sama dan sependapat dengan cara-cara yang mereka tempuh.
2) Pendiri mensosialisasikan, menanamkan serta mengindoktrinasi seluruh anggota
organisasi mengenai cara berpikir dan perilaku mereka.
3) Perilaku pendiri bertindak sebagai model bagi perilaku seluruh anggota dan
bertindak sebagai pendorong bagi seluruh anggota untuk mengidentifikasi dan
akhirnya dapat menginternalisasi keyakinan, nilai dan asumsi dari pendiri
tersebut.
Apabila organisasi mencapai keberhasilan dan kesuksesan, visi dari para pendiri tersebut
dijadikan sebagai acuan dan faktor utama dari keberhasilan dan kesuksesan tersebut
sehingga seluruh pemikiran, perilaku dan kepribadian pendiri melekat dalam budaya
organisasi. Makna bersama dari budaya organisasi dijadikan sebagai alat potensial untuk
menuntun dan membentuk perilaku.
2.3.3 Mempertahankan Budaya
Ketika suatu budaya sudah terbentuk, dibutuhkan praktik-praktik di dalam suatu
organisasi yang berfungsi untuk mempertahankan budaya tersebut dengan cara
memberikan sejumlah pengalaman yang sama kepada para anggotanya. Cara-cara
tersebut antara lain:
1. Seleksi
Tujuan eksplisit dari proses seleksi adalah untuk menemukan dan mempekerjakan
individu yang mempunyai pengetahuan, kepandaian dan kemampuan untuk
berprestasi dalam pekerjaan-pekerjaan di organisasi dengan berhasil. Proses seleksi
memberi informasi kepada para pelamar mengenai organisasi itu, dan jika mereka
merasakan konflik antara nilai mereka dengan nilai organisasi itu, mereka dapat
mengundurkan diri dari pencalonannya. Dengan demikian, proses seleksi tersebut
mempertahankan budaya organisasi dengan menyaring individu yang mungkin
akan menyerang atau mengacaukan nilai-nilai intinya.
2. Manajemen Puncak
Tindakan manajemen puncak juga mempunyai dampak penting terhadap budaya
organisasi. Para pegawai memperhatikan perilaku manajemen dimana kejadian-
7
kejadian yang diamati oleh para pegawai dalam kurun waktu tertentu dapat
menetapkan norma- norma yang kemudian meresap ke bawah melalui organisasi.
Adanya sosok Leadership sebagai panutan dalam bertindak merupakan cara untuk
mempertahankan Budaya Organisasi yang telah ada.
3. Sosialisasi
Bagaimanapun sebaiknya sebuah organisasi melakukan rekrutmen dan seleksi,
pegawai baru tidak akan sepenuhnya terindokrinasi pada budaya organisasi. Proses
sosialisasi merupakan langkah yang tepat untuk mempertahankan budaya organisasi,
terutama sosialisasi yang ditujukan bagi anggota baru untuk menyesuaikan diri
dengan budayanya. Seluruh anggota organisasi seharusnya mengetahui dan
memahami mengenai terbentuknya budaya organisasi, pentingnya bagi kemajuan
organisasi, termasuk bagi pengembangan dirinya. Maka sebuah organisasi harus
selalu mensosialisasikan setiap pegawai selama karirnya dalam organisasi

2.4 CARA KARYAWAN MEMPELAJARI BUDAYA

Pada umumnya, budaya organisasi mengacu ke sistem makna bersama yang dianut oleh
anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Budaya
organisasi itu berkaitan dengan cara karyawan mempersepsikan karakteristik budaya
organisasi. Oleh sebab itu, harus ada usaha khusus agar para anggota organisasi
mentransformasikan elemen-elemen budaya organisasi itu kepada anggota. Robbins dan
Coulter (2016) mengatakan bahwa budaya organisasi itu dapat ditransformasikan kepada para
pegawai dengan berbagai macam cara, yang mana yang paling banyak digunakan adalah cara-
cara sebagai berikut:

A. Cerita
Cerita-cerita mengenai bagaimana kerasnya perjuangan pendiri organisasi di dalam
memulai usaha sehingga kemudian menjadi maju seperti sekarang merupakan hal yang
baik untuk disebar luaskan. Bagaimana sejarah pasang surut perusahaan dan bagaimana
perusahaan mengatasi kemelut dalam situasi tak menentu merupakan kisah yang dapat
mendorong dan memotivasi karyawan untuk bekerja keras. Contohnya: Bagaimana
Henry Ford II memajukan perusahaan dan oleh para elit perusahaannya diceritakan
kepada karyawan.
B. Ritual atau Upacara

8
Upacara yakni serangkaian kegiatan berulang yang dilakukan oleh perusahaan bersama
karyawan yang berusaha mengungkapkan sekaligus meneguhkan nilai-nilai
perusahaan, target perusahaan, serta siapa saja orang-orang penting di dalam sebuah
perusahaan atau organisasi. Di dalam perusahaan tidak jarang ditemui acara-acara ritual
yang sudah mengakar dan menjadi bagian-bagian hidup perusahaan sehingga tetap
dipelihara keberadaannya.
C. Simbol-Simbol Material
Simbol-simbol material seperti pakaian seragam, ruang kantor dan lain-lain, atribut
fisik yang dapat diamati merupakan unsur penting budaya organisasi yang harus
diperhatikan sebab dengan simbol itulah dapat dengan cepat diidentifikasi bagaimana
nilai, keyakinan, norma dan berbagai hal lain itu menjadi milik bersama dan dipatuhi
anggota organisasi.
D. Bahasa
Banyak organisasi dan unit di dalam organisasi memakai bahasa sebagai cara untuk
mengidentifikasi budaya. Dari waktu ke waktu organisasi sering mengembangkan
istilah-istilah khas untuk menggambarkan peralatan, orang-orang penting, para
pemasok, pelanggan atau produk-produk yang berkaitan dengan bisnis, yang bisa
sebagai alat pemersatu anggota organisasi. Bahasa berperan sebagai sebuah identitas
bersama yang mengikat dan menyatukan para anggota. Bahasa oleh Nimran (1999)
dikatakan sebagai suatu media terpenting dalam transformasi nilai-nilai, dan dalam
setiap organisasi di bidang-bidang tertentu memiliki bahasa khas atau jargon-jargon
tertentu yang kadang hanya dipahami oleh kalangan terbatas.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Budaya organisasi adalah rangkaian sistem prinsip yang diakui bersama dan diaplikasikan
oleh seluruh elemen organisasi. Hal ini menjadi pembeda antara organisasi satu dengan
lainnya. Budaya organisasi dalam perusahaan tidak muncul dengan sendirinya di kalangan
anggota organisasi, tetapi perlu dibentuk dan dipelajari karena pada dasarnya budaya organisasi
merupakan sekumpulan nilai dan pola perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama, oleh semua
anggota organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ketika suatu
budaya sudah terbentuk, dibutuhkan praktik-praktik di dalam suatu organisasi yang berfungsi
untuk mempertahankan budaya tersebut dengan cara memberikan sejumlah pengalaman yang
sama kepada para anggotanya. Adapun cara untuk mempertahankan budaya organisasi adalah
seleksi, manajemen puncak, dan sosialisasi. Oleh sebab itu, harus ada usaha khusus agar para
anggota organisasi mentransformasikan elemen-elemen budaya organisasi itu kepada anggota
yakni melalui cerita, ritual, simbol dan bahasa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang dkk. 2020. Perilaku Organisasional. Bali: CV Sastra Utama

11

Anda mungkin juga menyukai