Disusun Oleh :
KELOMPOK 11
1. Ni Luh Putu Priska Sri Utami (1907531043)
2. Putu Friska Devi Lionita Putri (1907531058)
3. Ni Putu Ari Kusmirawati (1907531172)
1.3 TUJUAN
a. Mengetahui pengertian dari budaya organisasi
b. Memahami fungsi budaya dalam organisasi tersebut
c. Memahami tipologi budaya, menciptakan, mempertahankan budaya dalam organisasi
d. Mengetahui cara karyawan mempelajari budaya dalam organisasi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1) Sebagai nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi dan cara-cara bekerja yang dianut bersama
oleh para anggota organisasi dan mempengaruhi cara mereka bertindak serta
berperilaku (Robbins dan Coulter, 2015).
2) Cara berpikir dan lakukan sesuatu yang mentradisi yang dianut bersama oleh semua
anggota organisasi dan para anggota baru harus mempelajari atau paling sedikit
menerimanya sebagian agar mereka diterima sebagai bagian dari organisasi (Eliott
Iaeques dalam Duncan, 1989).
3) Himpunan dari kepercayaan, harapan dan nilai yang dianut bersama oleh anggota
organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Wheelen dan
Hunger, 1988 dalam NIMRAN, 1999).
4) Seperangkat asumsi, Keyakinan dan nilai-nilai yang membantu anggota organisasi
untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dapat diterima dan tindakan-tindakan yang
tidak dapat diterima (Davis dan Newstroom, 2002).
Jadi, dapat dikatakan bahwa budaya organisasi atau perusahaan suatu sistem dari nilai
bersama, yang akan dipakai sebagai pedoman dalam bertindak oleh para anggota
organisasi. Tidak semua budaya organisasi sama kuatnya dalam mempengaruhi perilaku
anggota.
Ada budaya organisasinya yang kuat dan tidak sedikit juga terdapat organisasi yang
budayanya lemah. yaitu nilai-nilai dasarnya tertanam secara kokoh dan diterima secara luas
oleh para anggota. Budaya yang lemah biasanya karena nilai-nilai hanya dianut oleh segelintir
orang saja, biasanya di kalangan pimpinan puncak saja, sebagian besar yang lainnya tidak
begitu peduli terhadap nilai-nilai tersebut.
Robbins dan Jungde (2011) mengatakan bahwa fungsi budaya organisasi itu adalah sebagai
berikut :
3
1) Berperan sebagai tapal batas, yang secara jelas membedakan suatu organisasi dengan
organisasi yang lain.
2) Sebagai identitas bagi anggota.
3) Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas.
4) Memantapkan sistem sosial yang membantu mempersatukan organisasi.
5) Sebagai pemandu dalam membentuk sikap serta perilaku karyawan.
Wheelen dan Hunger (dalam Nimran, 1997) mengemukakan fungsi budaya sebagai berikut :
L. Smircich (1983) yang dikutip oleh Robert Kreiner dan Angelo Kinicki (2003)
mengatakan bahwa wa budaya organisasi itu memiliki empat fungsi sebagai berikut :
4
Budaya ini dapat dinilai dengan pencapaian tujuan output yang tinggi, tetapi
pencapaian tersebut barangkali lebih ditetapkan dan dipaksakan kepada suatu
organisasi dengan kepemimpinan yang otokrasi dan kuat.
Menurut Robert Kreitner and Angelo Kinicki, terdapat tiga tipe umum budaya
organisasi. Setiap tipe berhubungan dengan seperangkat keyakinan normatif yang
berbeda.
Menurut Robert E. Quinn and Kim S. Cameron terdapat empat jenis atau tipe budaya
organisasi, yaitu:
1) Kebudayaan Klan (Clan Culture)
Dalam organisasi yang berkebudayaan klan ini, setiap anggota dalam organisasi
memiliki rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Para pemimpin organisasi dianggap
sebagai mentor dan bahkan sebagai figur seorang ayah yang bertindak sebagai
kepala keluarga. Tipe kebudayaan klan ini mirip dengan organisasi tipe keluarga
yang berusaha untuk mencapai mufakat dan komitmen melalui keterlibatan dan
komunikasi antar anggota serta menghargai kerjasama, partisipasi dan konsesus.
2) Kebudayaan Adhokrasi (Adhocracy Culture)
Budaya organisasi jenis ini didasarkan pada energi dan kreativitas. Anggota
organisasi atau didorong untuk berani mengambil risiko, bereksperimen dan
5
berpikir di luar kebiasaan untuk menyelesaikan sesuatu. Para pemimpin organisasi
dianggap sebagai inovator dan pengusaha (entrepreneur). Kebudayaan adhokrasi ini
mendorong organisasi atau perusahaan untuk berkembang dengan menciptakan
produk-produk dan layanan yang inovatif dan cepat menanggapi perubahan pasar.
Pada umumnya, budaya organisasi mengacu ke sistem makna bersama yang dianut oleh
anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Budaya
organisasi itu berkaitan dengan cara karyawan mempersepsikan karakteristik budaya
organisasi. Oleh sebab itu, harus ada usaha khusus agar para anggota organisasi
mentransformasikan elemen-elemen budaya organisasi itu kepada anggota. Robbins dan
Coulter (2016) mengatakan bahwa budaya organisasi itu dapat ditransformasikan kepada para
pegawai dengan berbagai macam cara, yang mana yang paling banyak digunakan adalah cara-
cara sebagai berikut:
A. Cerita
Cerita-cerita mengenai bagaimana kerasnya perjuangan pendiri organisasi di dalam
memulai usaha sehingga kemudian menjadi maju seperti sekarang merupakan hal yang
baik untuk disebar luaskan. Bagaimana sejarah pasang surut perusahaan dan bagaimana
perusahaan mengatasi kemelut dalam situasi tak menentu merupakan kisah yang dapat
mendorong dan memotivasi karyawan untuk bekerja keras. Contohnya: Bagaimana
Henry Ford II memajukan perusahaan dan oleh para elit perusahaannya diceritakan
kepada karyawan.
B. Ritual atau Upacara
8
Upacara yakni serangkaian kegiatan berulang yang dilakukan oleh perusahaan bersama
karyawan yang berusaha mengungkapkan sekaligus meneguhkan nilai-nilai
perusahaan, target perusahaan, serta siapa saja orang-orang penting di dalam sebuah
perusahaan atau organisasi. Di dalam perusahaan tidak jarang ditemui acara-acara ritual
yang sudah mengakar dan menjadi bagian-bagian hidup perusahaan sehingga tetap
dipelihara keberadaannya.
C. Simbol-Simbol Material
Simbol-simbol material seperti pakaian seragam, ruang kantor dan lain-lain, atribut
fisik yang dapat diamati merupakan unsur penting budaya organisasi yang harus
diperhatikan sebab dengan simbol itulah dapat dengan cepat diidentifikasi bagaimana
nilai, keyakinan, norma dan berbagai hal lain itu menjadi milik bersama dan dipatuhi
anggota organisasi.
D. Bahasa
Banyak organisasi dan unit di dalam organisasi memakai bahasa sebagai cara untuk
mengidentifikasi budaya. Dari waktu ke waktu organisasi sering mengembangkan
istilah-istilah khas untuk menggambarkan peralatan, orang-orang penting, para
pemasok, pelanggan atau produk-produk yang berkaitan dengan bisnis, yang bisa
sebagai alat pemersatu anggota organisasi. Bahasa berperan sebagai sebuah identitas
bersama yang mengikat dan menyatukan para anggota. Bahasa oleh Nimran (1999)
dikatakan sebagai suatu media terpenting dalam transformasi nilai-nilai, dan dalam
setiap organisasi di bidang-bidang tertentu memiliki bahasa khas atau jargon-jargon
tertentu yang kadang hanya dipahami oleh kalangan terbatas.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Budaya organisasi adalah rangkaian sistem prinsip yang diakui bersama dan diaplikasikan
oleh seluruh elemen organisasi. Hal ini menjadi pembeda antara organisasi satu dengan
lainnya. Budaya organisasi dalam perusahaan tidak muncul dengan sendirinya di kalangan
anggota organisasi, tetapi perlu dibentuk dan dipelajari karena pada dasarnya budaya organisasi
merupakan sekumpulan nilai dan pola perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama, oleh semua
anggota organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ketika suatu
budaya sudah terbentuk, dibutuhkan praktik-praktik di dalam suatu organisasi yang berfungsi
untuk mempertahankan budaya tersebut dengan cara memberikan sejumlah pengalaman yang
sama kepada para anggotanya. Adapun cara untuk mempertahankan budaya organisasi adalah
seleksi, manajemen puncak, dan sosialisasi. Oleh sebab itu, harus ada usaha khusus agar para
anggota organisasi mentransformasikan elemen-elemen budaya organisasi itu kepada anggota
yakni melalui cerita, ritual, simbol dan bahasa.
10
DAFTAR PUSTAKA
11