Anda di halaman 1dari 15

RESUME PENGANTAR HUKUM BISNIS

HAK CIPTA

DISUSUN OLEH :

NI LUH PUTU PRISKA SRI UTAMI

1907531043

MATA KULIAH : PENGANTAR HUKUM BISNIS

DOSEN PENGAMPU : Dr. I Ketut Westra, SH., MH.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat dan
karunia-Nya resume dari tugas mata kuliah Pengantar Hukum Bisnis ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan resume ini selain berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak Dr. I Ketut Westra, SH., MH. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar
Hukum Bisnis serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang ikut
membantu dalam memberikan informasi terkait penulisan resume ini. Penulis menyadari
bahwa dalam proses penulisan resume ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun
cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan oleh karenanya,
penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan kritik
guna penyempurnaan resume ini. Akhirnya penulis berharap semoga resume ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca. Terlepas dari itu penulis mengharapkan saran dan kritikan
yang membangun dari berbagai pihak.

Tabanan, 11 Mei 2021

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi saat ini dengan berbagai teknologi yang sudah semakin maju, setiap
orang dapat memanfaatkan teknologi saat ini dengan mudah untuk melakukan usaha guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi dengan kemajuan teknologi tersebut dapat
dengan mudah melakukan pembajakan terhadap hasil karya orang lain dan di jual untuk
mendapatkan keuntungan dari hasil pembajakan tersebut. Berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan bahwa pembajakan merupakan pelanggaran hak cipta,
dikatakan pelanggaran hak cipta karena telah melanggar hak eksklusif dari pencipta atau
pemegang hak cipta. Hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi
pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan seperti
mengumumkan atau memperbanyak hak tersebut tanpa izin pemegangnya.
Dalam pengertian “mengumumkan atau memperbanyak” adalah termasuk didalamnya
kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, menjual, menyewa dan mengomunikasikan
ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.
Hak cipta adalah hak dari pembuat sebuah ciptaan terhadap ciptaannya dan
salinannya. Pembuat sebuah ciptaan memiliki hak penuh terhadap ciptaannya tersebut
serta salinan dari ciptaannya tersebut. Hak-hak tersebut misalnya adalah hak-hak untuk
membuat salinan dari ciptaannya tersebut, hak untuk membuat produk derivatif, dan hak-
hak untuk menyerahkan hak-hak tersebut ke pihak lain. Hak cipta berlaku seketika setelah
ciptaan tersebut dibuat. Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut
untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak
cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak cipta merupakan salah satu jenis
Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), namun hak cipta berbeda secara mencolok dari
HaKI lainnya (seperti paten yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi),
karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan
hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat dibuat adalah
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana sejarah hak cipta?
1.2.2 Apa pengertian dan dasar hukum hak cipta?

3
1.2.3 Apa fungsi dan sifat hak cipta?
1.2.4 Apa jenis-jenis hak cipta?
1.2.5 Bagaimana penegakan hukum hak cipta?
1.2.6 Perkecuailan dan batasan hak cipta?
1.2.7 Bagaimana cara pendaftaran hak cipta?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dalam pembahasan resume ini, berdasarkan rumusan masalah di atas, adalah untuk
membahas hal-hal yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan antara lain:
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana sejarah hak cipta
1.3.2 Untuk mengetahui apa pengertian dan dasar hukum hak cipta
1.3.3 Untuk mengetahui apa fungsi dan sifat hak cipta
1.3.4 Untuk mengetahui apa jenis-jenis hak cipta
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana penegakan hukum hak cipta
1.3.6 Untuk mengetahui perkecuailan dan batasan hak cipta
1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana cara pendaftaran hak cipta

1.4 Metode Pembahasan


Dalam penulisan resume ini penulis menggunakan metode literatur kaji pustaka terhadap
buku-buku yang berhubungan dengan tema resume yang dibuat dan juga bersumber dari
beberapa artikel dari internet.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Hak Cipta

Konsep hak cipta di Indonesia merupakan terjemahan dari konsep copyright dalam
bahasa Inggris (secara harafiah artinya "hak salin"). Copyright ini diciptakan sejalan dengan
penemuan mesin cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh Gutenberg, proses untuk membuat
salinan dari sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama dengan
proses pembuatan karya aslinya. Sehingga, kemungkinan besar para penerbitlah, bukan para
pengarang, yang pertama kali meminta perlindungan hukum terhadap karya cetak yang dapat
disalin.

Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada penerbit untuk menjual
karya cetak. Baru ketika peraturan hukum tentang copyright mulai diundangkan pada tahun
1710 dengan Statute of Anne di Inggris, hak tersebut diberikan ke pengarang, bukan penerbit.
Peraturan tersebut juga mencakup perlindungan kepada konsumen yang menjamin bahwa
penerbit tidak dapat mengatur penggunaan karya cetak tersebut setelah transaksi jual beli
berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi
pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang kemudian setelah itu karya tersebut
menjadi milik umum.

Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works ("Konvensi Bern
tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra" atau "Konvensi Bern") pada tahun 1886 adalah
yang pertama kali mengatur masalah copyright antara negara-negara berdaulat. Dalam
konvensi ini, copyright diberikan secara otomatis kepada karya cipta, dan pengarang tidak
harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright. Segera setelah sebuah karya
dicetak atau disimpan dalam satu media, si pengarang otomatis mendapatkan hak eksklusif
copyright terhadap karya tersebut dan juga terhadap karya derivatifnya, hingga si pengarang
secara eksplisit menyatakan sebaliknya atau hingga masa berlaku copyright tersebut selesai.

Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari
Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan
karsa bangsa asing tanpa harus membayar royalti.

Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta
berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan Undang-

5
undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta
yang pertama di Indonesia[1]. Undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, dan pada akhirnya
dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 yang kini berlaku.

Perubahan undang-undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam
pergaulan antarnegara. Pada tahun 1994, pemerintah meratifikasi pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia (World Trade Organization – WTO), yang mencakup pula Agreement on
Trade Related Aspects of Intellectual Propertyrights - TRIPs ("Persetujuan tentang Aspek-
aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual"). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994. Pada tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali
Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan juga meratifikasi
World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty ("Perjanjian Hak Cipta WIPO")
melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.

2.2 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta

Hak cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur
penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta
merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan
pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada
umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak Cipta adalah hak
eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa Hak Cipta adalah hak
yang mengatur karya intelektual di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang dituangkan
dalam bentuk yang khas dan diberikan pada ide, prosedur, metode atau konsep yang telah
dituangkan dalam wujud tetap. Untuk mendapatkan perlindungan melalui Hak Cipta, tidak
ada keharusan untuk mendaftarkan. Pendaftaran hanya semata-mata untuk keperluan
pembuktian belaka. Dengan demikian, begitu suatu ciptaan berwujud, maka secara otomatis
Hak Cipta melekat pada ciptaan tersebut. Biasanya publikasi dilakukan dengan
mencantumkan tanda Hak Cipta ©.

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan,

6
keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau
penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet, atau
melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat di baca, didengar atau dilihat
orang lain. Perbanyakan adalah penambahan jumlah suatu ciptaan baik secara keseluruhan
maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama
ataupun tidak sama, termasuk pengalihwujudan secara permanen atau temporer.

Indonesia saat ini telah meratifikasi konvensi internasional dibidang hak cipta yaitu
namanya Berne Convension tanggal 7 Mei 1997 dengan Kepres No. 18/ 1997 dan
dinotifikasikan ke WIPO tanggal 5 Juni 1997, dengan konsekuensi Indonesia harus
melindungi dari seluruh negara atau anggota Berne Convention. Perlindungan Hak Cipta
diatur dalam Undang-undang no.6 tahun 1982 tentang Hak Cipta , diubah UU no.7 tahun
1987, diubah lagi UU no. 12 1987beserta Peraturan pelaksanaannya.

Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the


World Trade Organization (WTO)
Undang-undang Nomor 10/1995 tentang Kepabeanan
Undang-undang Nomor 12/1997 tentang Hak Cipta
Undang-undang Nomor 14/1997 tentang Merek
Keputusan Presiden RI No. 15/1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the
Protection of Industrial Property dan Convention Establishing the World Intellectual
Property Organization
Keputusan Presiden RI No. 17/1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty
Keputusan Presiden RI No. 18/1997 tentang Pengesahan Berne Convention for the
Protection of Literary and Artistic Works
Keputusan Presiden RI No. 19/1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty

2.3 Fungsi dan Sifat Hak Cipta

Berdasarkan Pasal 2, 3, dan 4 UU No 19 Tahun 2002:


“Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu
ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan
yang berlaku.”

7
Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program
Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut unt uk kepentingan yang bersifat komersial.
Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak
Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena:
▪ Pewarisan
▪ Hibah
▪ Wasiat
▪ Perjanjian tulis
▪ Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Hak Cipta yang dimiliki oleh Pencipta, yang setelah Penciptanya meninggal dunia,
menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta tersebut tidak dapat
disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum. Hak Cipta yang tidak atau
belum diumumkan yang setelah Penciptanya meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya
atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu
diperoleh secara melawan hukum. Selanjutnya mengenai kedudukan hak cipta, sudah pula
ditetapkan oleh UUHC, bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak (Pasal 3 ayat 1).
Sebagai benda Bergerak, hak cipta dapat beralih atau dialihkn baik seluruhnya maupun
sebagian karena: Pewarisan, Hibah, Wasiat, Dijadikan milik negara, dan Perjanjian. Khusus
mengenai perjanjian, Pasal 3 ayat 2 menyaratkan harus dilakukan dengan akta, dengan
ketentuan bahwa perjanjian itu hanya mengenai wewenang yang disebut di dalam akta
tersebut. Pentingnya akta perjanjian itu adalah tidak lain dimaksudkan untuk memudahkan
pembuktian peralihan hak cipta apabila terjadi persengketaan di kemudian hari.

2.4 Jenis-Jenis Hak Cipta

2.4.1 Hak-hak yang tercakup dalam Hak Cipta

A. Hak Ekslusif
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta adalah
hak untuk:
1) Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut
(termasuk, pada umumnya, salinan elektronik).
2) Mengimpor dan mengekspor ciptaan. Menciptakan karya turunan atau
derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan).

8
3) Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum.
4) Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak
lain.

Yang dimaksud dengan "hak eksklusif" dalam hal ini adalah bahwa hanya
pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut, sementara
orang atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan
pemegang hak cipta.

B. Hak Ekonomi dan Moral


Banyak negara mengakui adanya hak moral yang dimiliki pencipta suatu ciptaan,
sesuai penggunaan Persetujuan TRIPs WTO (yang secara inter alia juga mensyaratkan
penerapan bagian-bagian relevan Konvensi Bern). Secara umum, hak moral
mencakup hak agar ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa persetujuan, dan hak
untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut.
Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak moral". Hak
ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan
hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku (seni, rekaman,
siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta atau
hak terkait telah dialihkan. Contoh pelaksanaan hak moral adalah pencantuman nama
pencipta pada ciptaan, walaupun misalnya hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual
untuk dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur dalam pasal 24–26 Undang-undang
Hak Cipta.

2.4.2 Ciptaan yang dilindungi

UUHC menganut sistem terbatas dalam melindungi karya cipta seseorang.


Perlindungan ciptaan hanya diberikan dalam bidang ilmu pengetahun, seni dan sastra. Untuk
itu Pasal 11 ayat 1 merinci ketiga bidang tersebut meliputi:

Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya.


Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya.
Pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari, pewayangn, pantomim dan karya
siaran antara lain untuk media radio, televisi dan film serta karya rekaman radio.
Ciptaan tari (koreografi), ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks, dan karya
rekaman suara atau bunyi.

9
Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni patung, dan kaligrafi yang
perlindungnnya diatur dalam Pasal 10 ayat 2.
Seni batik, arsitektur, peta, sinematografi, dan fotografi.
Program komputer, terjemahan, tafsir, saduran, dan penyusunan bunga rampai.

Selain itu UUHC juga melindungi karya melindungi karya seseorang yang berupa
pengolahan lebih lanjut daripada ciptaan aslinya, sebab bentuk pengolahan ini dipandang
merupakan suatu ciptan baru dan tersendiri, yang sudah lain dari ciptaan aslinya. Tidak ada
hak cipta untuk karya sebagai berikut:

Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga negara.


Peraturan perundang-undangan.
Putusan pengadilan dan penetapan hakim.
Pidato kenegaraan pidato pejabat pemerintah.
Keputusan badan Arbitrase (lembaga seperti pengadilan tetapi khususnya di dalam
bidang perdagangan)

2.4.3 Masa Berlakunya Hak Cipta

Dalam mengtur jangka waktu berlakunya hak cipta, UUHC tidak menyaratkan
melainkan membeda-bedakan. Perbedaan itu dikelompokkan sebagai berikut:

1) Kelompok I (Bersifat Orisinal)


Untuk karya cipta yang sifatnya asli atau orisinal, perlindungan hukumnya berlaku
selama hidup pencipta dan terus berlanjut sampai dengan 50 tahun setelah pencipta
meninggal. Mengenai alasan penetapan jangka waktu berlakunya hak cipta orisinal
yang demikian lama itu, undang-undang tidak memberikan penjelasan. Karya cipta ini
meliputi:
▪ Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya.
▪ Ciptaan tari (koreografi).
▪ Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni patung
dan seni batik.
▪ Ciptan lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
2) Kelompok II (Bersifat Derivatip)
Perlindungan hukum atas karya cipta yang bersifat tiruan (derivatip) berlaku selama
50 tahun, yang meliputi hak cipta sebgai berikut:

10
▪ Karya pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari,
pewayangan, pantomim dan karya siaran antara lain untuk media
radio, televisi dan film serta karya rekaman radio.
▪ Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya.
▪ Peta
▪ Karya sinematografi, karya rekaman suara atau bunyi, terjemahan
dan tafsir.
3) Kelompok III (Pengaruh Waktu)
Terhadap karya cipta yang aktulitasnya tidak begitu tahan, perlindungan hukumnya
berlaku selama 25 tahun meliputi hak cipta atas ciptaan:
▪ Karya fotografi.
▪ Program komputer atau komputer program.
▪ Saduran dan penyusunan bunga rampai.

2.5 Penegakan Hukum Hak Cipta

Penegakan hukum atas hak cipta biasanya dilakukan oleh pemegang hak cipta dalam
hukum perdata, namun ada pula sisi hukum pidana. Sanksi pidana secara umum dikenakan
kepada aktivitas pemalsuan yang serius, namun kini semakin lazim pada perkara-perkara lain.
Sanksi pidana atas pelanggaran hak cipta di Indonesia secara umum diancam hukuman
penjara paling singkat satu bulan dan paling lama tujuh tahun yang dapat disertai maupun
tidak disertai denda sejumlah paling sedikit satu juta rupiah dan paling banyak lima miliar
rupiah, sementara ciptaan atau barang yang merupakan hasil tindak pidana hak cipta serta
alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dirampas oleh Negara
untuk dimusnahkan (UU 19/2002 bab XIII).

2.6 Pengecualian dan Batasan Hak Cipta

Perkecualian hak cipta dalam hal ini berarti tidak berlakunya hak eksklusif yang
diatur dalam hukum tentang hak cipta. Contoh perkecualian hak cipta adalah doktrin fair use
atau fair dealing yang diterapkan pada beberapa negara yang memungkinkan perbanyakan
ciptaan tanpa dianggap melanggar hak cipta.

Dalam Undang-undang Hak Cipta yang berlaku di Indonesia, beberapa hal diatur
sebagai dianggap tidak melanggar hak cipta (pasal 14–18). Pemakaian ciptaan tidak dianggap
sebagai pelanggaran hak cipta apabila sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan
hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat nonkomersial termasuk untuk kegiatan

11
sosial, misalnya, kegiatan dalam lingkup pendidikan dan ilmu pengetahuan, kegiatan
penelitian dan pengembangan, dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar
dari penciptanya. Kepentingan yang wajar dalam hal ini adalah "kepentingan yang didasarkan
pada keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan". Termasuk dalam
pengertian ini adalah pengambilan ciptaan untuk pertunjukan atau pementasan yang tidak
dikenakan bayaran. Khusus untuk pengutipan karya tulis, penyebutan atau pencantuman
sumber ciptaan yang dikutip harus dilakukan secara lengkap. Artinya, dengan mencantumkan
sekurang-kurangnya nama pencipta, judul atau nama ciptaan, dan nama penerbit jika ada.
Selain itu, seorang pemilik (bukan pemegang hak cipta) program komputer dibolehkan
membuat salinan atas program komputer yang dimilikinya, untuk dijadikan cadangan semata-
mata untuk digunakan sendiri.

Selain itu, Undang-undang Hak Cipta juga mengatur hak pemerintah Indonesia untuk
memanfaatkan atau mewajibkan pihak tertentu memperbanyak ciptaan berhak cipta demi
kepentingan umum atau kepentingan nasional (pasal 16 dan 18), ataupun melarang
penyebaran ciptaan "yang apabila diumumkan dapat merendahkan nilai-nilai keagamaan,
ataupun menimbulkan masalah kesukuan atau ras, dapat menimbulkan gangguan atau bahaya
terhadap pertahanan keamanan negara, bertentangan dengan norma kesusilaan umum yang
berlaku dalam masyarakat, dan ketertiban umum" (pasal 17). ketika orang mengambil hak
cipta seseorang maka orang tersebut akan mendapat hukuman yang sesuai pada kejahatan
yang di lakukan.
Tidak ada hak cipta atas hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara, peraturan
perundang-undangan, pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah, putusan pengadilan
atau penetapan hakim, ataupun keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis
lainnya (misalnya keputusan-keputusan yang memutuskan suatu sengketa). Di Amerika
Serikat, semua dokumen pemerintah, tidak peduli tanggalnya, berada dalam domain umum,
yaitu tidak berhak cipta.
Pasal 14 Undang-undang Hak Cipta mengatur bahwa penggunaan atau perbanyakan
lambang Negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli tidaklah melanggar hak
cipta. Demikian pula halnya dengan pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun
sebagian dari kantor berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain,
dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.

12
2.7 Cara Pendaftaran Hak Cipta
Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam
bentuk yang nyata. Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan
hak cipta. Namun demikian, pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan
ciptaannya akan mendapat surat pendaftaran ciptaan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti
awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut.
Ciptaan dapat didaftarkan ke Kantor Hak Cipta, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual-Departemen Hukum dan HAM (Ditjen HKI-DepkumHAM).
Syarat untuk permohonan pendaftaran Hak Cipta:
1) mengisi formulir pendaftaran ciptaan rangkap dua
2) surat permohonan pendaftaran ciptaan mencantumkan: nama, kewarganegaraan
3) uraian ciptaan rangkap dua
Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan:
1) melampirkan bukti kewarganegaraan pencipta dan pemegang hak cipta berupa
fotokopi KTP.
2) permohonan pendaftaran ciptaan diajukan atas nama lebih dari seorang dan satu
Badan Hukum dengan demikian nama-nama harus ditulis semuanya , dengan
menetapkan satu alamat pemohon .
3) melampirkan contoh ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya atau penggantinya.
4) membayar biaya permohonan pendaftaran sebesar Rp. 75.000 (tujuh puluh lima ribu
rupiah)

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hak cipta adalah hak dari pembuat sebuah ciptaan terhadap ciptaannya dan
salinannya. Pembuat sebuah ciptaan memiliki hak penuh terhadap ciptaannya tersebut
serta salinan dari ciptaannya tersebut. Hak-hak tersebut misalnya adalah hak-hak untuk
membuat salinan dari ciptaannya tersebut, hak untuk membuat produk derivatif, dan hak-
hak untuk menyerahkan hak-hak tersebut ke pihak lain. Hak cipta berlaku seketika setelah
ciptaan tersebut dibuat. Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut
untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak
cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak cipta merupakan salah satu jenis
Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), namun hak cipta berbeda secara mencolok dari
HaKI lainnya (seperti paten yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi),
karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan
hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya. Oleh karena itu perlu adanya
sosialisasi di dalam masyarakat Indonesia berkenaan dengan Hak Cipta, Supaya kita
semua dapat menghargai karya-karya orang lain dan supaya tidak terjadi pelanggaran hak
cipta.

14
DAFTAR PUSTAKA

Makalah Hak Cipta, diakses pada (DOC) Makalah "HAK CIPTA" (Minus Cover Page) |
Reza Rahmadi - Academia.edu. Diakses pada tanggal 12 Mei 2021.

Makalah Hak Kekayaan Intelektual, diakses di http://www.makalah.co.id/2015/04/makalah-


hak-kekayaan-intelektual.html?m=0. Diakses pada tanggal 12 Mei 2021.

Hak Kekayaan Intelektual, diakses pada MAKALAH HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


(HAKI) (123dok.com). Diakses pada tanggal 12 Mei 2021.

Hak Kekayaan Intelektual, diakses pada Hak Kekayaan Intelektual [ HaKI ] (slideshare.net).
Diakses pada tanggal 12 Mei 2021.

Makalah Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), diakses pada


https://www.scribd.com/document/269401426/Makalah-Hukum-Hak-Kekayaan-
Intelektual-HAKI. Diakses pada tanggal 12 Mei 2021.

Makalah Tentang HAKI, diakses pada Makalah Tentang Haki (scribd.com). Diakses pada
tanggal 12 Mei 2021.

15

Anda mungkin juga menyukai