Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“ HAK CIPTA “

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hukum Bisnis

OLEH :

ADIS ERFIQOVINA

2102125010

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT. Yang hanya


kepadanya kita mengaharapkan solusi dari berbagai kegagalan kita.
Penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” HAK CIPTA “
dengan baik dan tepat waktu.

Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang


telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.

Selanjutnya penyusun mengucapkan permintaan maaf kepada para


pembaca, atas kesalahan dari data data, penulisan dan penyajian yang ada di
dalam makalah. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan
kritikan dan saran yang sifatnya positif dari para pembaca agar makalah
yang dibuat oleh penyusun dapat diterima dikalangan mana saja, terutama
para pendidikan.

Pekanbaru, 24 September 2021

ADIS ERVIQOVINA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
2.1 Pengertian Hak Cipta.............................................................................................6
2.2 Pemilik dan Pemegang Hak Cipta.........................................................................9
2.3 Fungsi dan Sifat Hak Cipta.................................................................................10
2.4 Pendaftaran Hak Cipta.................................................................................................12
2.5 Pelanggaran Hak Cipta.......................................................................................19
BAB III.................................................................................................................................23
PENUTUP............................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak Cipta adalah hak privat. Hak keperdataan yang melekat pada
diri si pencipta. Pencipta boleh pribadi, kelompok orang, badan hukum
public atau badan hukum privat. Hak cipta lahir atas kreasi pencipta. Kreasi
yang muncul dari “olah piker” dan “olah hati”. Atau dalam terminologi
antropologi, hak yang lahir dari cipta, rasa dan karsa manusia. Oleh karena
itu hak cipta haruslah benar-benar lahir dari kreatifitas manusia, bukan yang
telah ada diluar aktivitas atau diluar hasil kreatifitas manusia.

Setiap karya yang dihasilkan secara khas oleh seseorang atau beberapa
orang sudah menjadi hak kekayaan intelektual baginya. Karya dari kekayaan
intelektual di bidang Hak Cipta akan mendapatkan perlindungan hukum
apabila diwujudkan maupun diekspresikan secara nyata bukan ide semata.
Perlindungan hukum Hak Cipta bersistem perlindungan otomatis
(automatically protection) sebagaimana dilandasi oleh Konvensi Berne. 1
Dalam Pasal 1 angka 1 UU Hak Cipta bahwa:
“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.’’
Hak eksklusif berdasarkan UU Hak Cipta adalah hak yang hanya
diperuntukkan bagi Pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat
memanfaatkan hak tersebut tanpa izin Pencipta. Hak eksklusif terdiri atas
hak moral dan hak ekonomi. Hasil karya cipta yang mendapat perlindungan
hukum diantaranya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 UU Hak Cipta.

Popularitas, ekonomi, dan gaya hidup mendorong seseorang untuk


bertindak yang kadang malah merugikan orang lain. Salah satunya dilihat
dari perbuatan yang memenuhi unsur pelanggaran di bidang Hak Cipta
(Copyright) yang mengabaikan hak eksklusif pencipta maupun pemilik hak
terkait. Hal ini akan berpengaruh buruk bagi motivasi pencipta maupun
pemilik hak terkait untuk berkreasi. Langkah dari penguasa untuk lebih
menjamin hak eksklusif pencipta dan pemilik hak terkait dengan mengganti
Undang-Undang tentang Hak Cipta sebelumnya menjadi Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang selanjutnya disebut UU Hak
Cipta. Terbentuknya UU Hak Cipta salah satunya dilandasi dengan
konsideran UU Hak Cipta huruf b, dengan upaya meningkatkan
perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi pencipta, pemegang hak
cipta, dan pemilik Hak Terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni maupun sastra.

Upaya penguasa dalam menegakkan keadilan dalam menjamin hak


eksklusif pencipta atau pemilik hak terkait, diatur mengenai penyelesaian
sengketa pelanggaran di bidang Hak Cipta. Berdasarkan Pasal 95 ayat (1)
UU Hak Cipta, penyelesaian sengketa dapat melalui alternatif penyelesaian
sengketa, arbitrase, dan pengadilan yang dalam hal ini berdasarkan Pasal 95
ayat (1) UU Hak Cipta adalah kompetensi absolut dari Pengadilan Niaga.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud hak cipta?
2. Siapa Pemilik dan pemegang hak cipta?
3. Apa Fungsi dan sifat hak cipta?
4. Bagaimana Pendaftaran hak cipta?
5. Apa saja Pelanggaran hak cipta?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu hak
cipta dan mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan hak cipta,
serta mengetahui pengaruh yang ditimbulkan jika melanggar hak cipta.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Cipta


Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Hak Cipta didefinisikan sebagai hak eksklusif bagi para pencipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberikan izin
kepada pihak lain untuk melakukan hal yang sama dalam batasan hukum
yang berlaku. Yang penting untuk diingat adalah hak tadi mengizinkan
pemegang Hak Cipta untuk mencegah pihak lain memperbanyak tanpa izin.

Hak Cipta adalah suatu hak yang memenuhi unsur:

a. Adanya hak yang dapat dipindahkan atau dialihkan kepada pihak


lain
b. Adanya hak moral yang dalam keadaan bagaimana pun dan dengan
jalan apapun tidak dapat lepas daripadanya.

Hak cipta secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “hak” berarti suatukewenangan yang
diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau
tidak.Sedangkan kata “cipta” atau “ciptaan” tertuju pada hasil karya
manusia dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan,
imajinasi dan pengalaman. Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta
berkaitan erat dengan intelektual manusia. Secara yuridis, istilah hak cipta
telah dipergunakan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 sebagai
pengganti istilah hak pengarang yang dipergunakan dalam Auteurswet 1912.

Hak cipta didalam ilmu hukum sebagai hak kebendaan yang dikelompokkan
dalam hak kekayaan intelektual, hak ini dapat memberikan kekuasaan
langsung atas suatu benda untuk dipertahankan kepada siapa pun, dan hak
kebendaan tersebut merupakan hak mutlak yang berarti absolut, yang
dipertentangkan atau dihadapkan dengan hak relative yang hanya dapat di
pertahankan kepada orang tertentu saja.

Istilah hak cipta di Indonesia pertama kali dikemukakan melalui


kongres kebudayaan di Bandung tahun 1951, oleh Prof. Mr. Soetan Moh.
Sjah, yang kemudian diterima sebagai pengganti istilah hak mengarang
yang dianggap kurang luas cangkupan pengertiannya. Istilah hak mengarang
merupakan terjemahan dari AuteursbRechts. Karena memberikan kesan
bahwa ada penyempitan arti seolah-olah yang dicakup hak pengarang itu
hanyalah hak dari pengarang saja, atau yang ada sangkut pautnya dengan
karang mengarang, sedangkan istilah hak cipta itu lebih dan didalamnya
mencakup tentang karang mengarang, sehingga istilah hak cipta digunakan
dan dipakai dalam Undang-undang Hak Cipta Indonesia.

Dalam keputusan hukum di Indonesia yang pertama dikenal adalah hak


pengarang (Author Right) yaitu setelah berlakunya Undang-undang hak
pengarang (Auteurswet 1912 stb.1912 No.600) dan kemudian muncul istilah
hak cipta, istilah hak pengarang muncul di daratan Eropa yang menganut
hokum sipil, sedangkan istilah hak cipta menganut sistem cammon law.
Secara harfiah hak kekayaan intelektual, hak cipta terdiri atas dua kata
“Hak” dan “Cipta”, kata hak yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah
suatu kewenangan yang diberikan kepada pihak.

Hukum Hak Cipta didapati dalam UU Nomor 19 Tahun 2002


tentang Hak Cipta. Di Indonesia terdapat pelbagai perlahirannya Undang-
undang Hak Cipta Nasional dan Iternasional. Lahirnya Undang-undang Hak
Cipta yang baru ini tidak lepas dari kecenderungan masyarakat dunia pada
umumnya dan Indonesia pada khususnya untuk memberikan perlindungan
hokum kekayaan intelektual. Bagi bangsa Indonesia perlindungan hukum
intelektual merupakan perkembangan yang baru, tetapi dikalangan Negara-
megara maju telah berabad-abad lamanya dikenal dan malahan mempunyai
manfaat ekonomi atau nilai ekonomi yang cukup besar bagi pendapatan
Negara.
Semakin tinggi tingkat peradaban manusia dan meningkatnya karya-karya
intelektual manusia, kebutuhan akan jaminan perlindungan hukum atas
karya-karya intelektual tersebut menjadi hal yang sangat utama untuk
terhindar dari tindakan-tindakan persaingan curang seperti pemalsuan,
peniruan, penjiplakan, pendomplengan, dan pembajakan. Menyadari akan
pentingnya perlindungan karya intelektual maka lahirlah konvensi-konvensi
internasional yang mengatur perlindungan karya-karya intelektual tersebut.

Sistem Hukum Hak Cipta didasarkan pada dasar pemikiran untuk


melindungi suatu ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, satra dan seni yang
telah berwujud. Ciptaan yang telah berwujud harus merupakan ciptaan yang
dapat dibaca, didengar atau dilihat. Sunaryati Hartono menyatakan ada
empat prinsip dalam system hak kekayaan intelektual untuk
menyeimbangkan kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat
sebagai berikut:

a. Prinsip keadilan
b. Prinsip ekonomi
c. Prinsip kebudayaan
d. Prinsip social

Setelah memperoleh sedikit gambaran tentang hak cipta dalam bentuk


definisi, untuk memperoleh pengertian lebih baik tentang hak cipta, perlu
diberikan penjelasan tentang dasar hokum yang dapat digunakan sebagai
dasar pemikiran untuk menunjang beberapa pengertian hak cipta. Dasar
hokum yang diberikan adalah hokum alam.

Ha katas Hak Cipta adalah sejak suatu gagasan itu dituangkan atau
diwujudkan dalam bentuk yang nyata (tangible form). Pengakuan lahirnya
ha katas hak cipta tersebut tidak diperlukan suatu formalitas atau bukti
tertentu, berbeda dengan hak-hak daripada hak kekayaan intelektual lainnya
seperti hak paten, hak merek, hak desain industry dan hak desain tata letak
sirkuit terpadu. Misalnya, kekayaan intelektual dapat diperjualbelikan
seperti sebuah buku. Hak kekayaan intelektual dapat juga disewakan selama
kurun waktu tertentu dan pihak penyewa membayar sejumlah uang kepada
pihak yang menyewakan hak tersebut untuk menggunakan kekayaan
intelektual tersebut. Perjanjian tersebut disebut ‘Lisensi’ .

(TRIP’s) yang menyatakan bahwa perlindungan hak cipta diperluas kepada


pengekspresian karya dan bukan kepada ide, prosedur, metode pelaksanaan
atau konsep-konsep matematis semacamnya.

Hak Cipta semestinya tidak hanya berkaitan dengan pembatasan informasi


atau pengetahuan dan pencegahan penyebaran ide tersebut. Hak Cipta
berkaitan dengan perlindungan atas bentuk ekspresi suatu ide.

2.2 Pemilik dan Pemegang Hak Cipta


Yang dimaksud dengan pemegang hak cipta tercantum dalam Pasal
1 angka 4 UU Hak Cipta yang berbunyi:

Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang
menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara
sah.

UU Hak Cipta membedakan penggolongan pencipta atau pemegang hak


cipta dalam beberapa kualifikasi, sebagai berikut :

1. Seseorang, yakni :

a. Orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada


Direktorat Jendral HKI;

b. Orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai


pencipta pada suatu ciptaan;

c. Seseorang yang berceramah yang tidak menggunakan bahan atau tidak


tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa penciptanya;

d. Seseorang yang membuat ciptaan dalam hubungan dinas dengan pihak


lain
dalam lingkungan pekerjaannya atau hubungan dinas berdasarkan pesanan
atau hubungan kerja atau berdasarkan pesanan.

2. Dua orang atau lebih


Jika suatu ciptaan diciptakan oleh beberapa orang, maka yang dianggap
sebagai penciptanya adalah :

a. Orang yang memimpin serta yang mengawasi penyelesaian seluruh


ciptaan yang bersangkutan atau penghimpunan;

b. Perancang ciptaan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi Hak


Cipta masing-masing atas bagian ciptaannya.

2.3 Fungsi dan Sifat Hak Cipta


 Fungsi Hak Cipta
Fungsi Hak Cipta menurut Harjowidigdo yaitu untuk
mengumumkan, memperbanyak, memberi izin untuk
mengumumkan dan memperbanyak atas ciptaan itu dengan
pihak lain.
 Sifat Dasar Hak Cipta
Hukum Hak Cipta bersifat melindungi ciptaan-ciptaan para
pencipta yang dapat terdiri dari pengarang, artis, musisi,
dramawan, penasehat, programmer computer dan
sebagainya. Hak-hak para pencipta ini perlu dilindungi dari
perbuatan orang lain yang tanpa izin mengumumkan atau
memperbanyak karya cipta pencipta.
Pada dasarnya, Hak Cipta adalah sejenis kepemilikan pribadi
atas suatu ciptaan yang berupa perwujudan dari suatu ide
pencipta di bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Ketika
anda membeli sebuah buku, anda hanya membeli hak untuk
menyimpan dan meminjamkan buku tersebut sesuai
keinginan anda. Buku tersebut adalah milik anda pribadi
dalam bentuknya yang nyata atau dalam wujud benda berupa
buku. Namun ketika anda membeli buku ini anda tidak
membeli Hak Cipta karya tulis yang dalam buku yang
dimiliki oleh pengarang ciptaan karya tulis yang diterbitkan
sebagai buku.
Dengan kerangka berfikir tentang sifat dasar Hak Cipta yang
demikian, anda tidak memperoleh hak untuk mengcopy
ataupun memperbanyak buku tanpa seizing dari pengarang.
Apalagi menjual secara komersial hasil pembanyakan buku
yang dibeli tanpa seizing dari pengarang. Hak
memperbanyak karya tulis adalah hak eksklusif pengarang
atau seseorang kepada siapa pengarang mengalihkan hak
perbanyakan dengan cara memberikan lisensi. Pencipta
sebagai pemilik Hak Cipta memiliki suatu kekayaan
intelektual dalam bentuk tidak berwujud (intangible) yang
bersifat sangat pribadi.
Seorang pengarang Hak Cipta yaitu pengarang itu sendiri,
memiliki suatu kekayaan intelektual yang bersifat pribadi dan
memberikan kepadanya sebagai pencipta untuk
mengeksploitasi hak-hak ekonomi dari suatu ciptaan yang
tergolong dalam bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan.
Pasal 1 ayat1 Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun
2002 membuat definisi Hak Cipta sebagai berikut:
Hak Cipta didefinisikan sebagai hak eksklusif bagi para
pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberikan izin kepada pihak lain untuk
melakukan hal yang sama dalam batasan hukum yang
berlaku. Yang penting untuk diingat adalah hak tadi
mengizinkan pemegang Hak Cipta untuk mencegah pihak
lain memperbanyak tanpa izin.
Pasal 1 ayat 2 UU mendefinisikan pencipta atau pengarang
sebagai seseorang yang memiliki inspirasi dan dengan
inspirasi tersebut menghasilkan karya yang berdasarkan
kemampuan intelektual, imajinasi, keterampilan, keahlian
mereka dan diwujudkan dalam bentuk karya yang memiliki
sifat dasar pribadi mereka.
Pasal 1 ayat 3 mendefinisikan ciptaan sebagai karya cipta si
pengarang/pencipta dalam segala format materi yang
menunjukkan keaslian dalam bidang ilmu pengetahuan, seni
atau sastra. Dalam pasar 12, tertera ciptaan yang memperoleh
perlindungan Hak Cipta. Pasal 12 juga hendaknya dikaitkan
dengan pasal 49 yang memperluas perlindungan hak-hak
yang terkait dengan Hak Cipta (neighbouring rights).
Sebelum menelaah dengan seksama berbagai ciptaan tadi,
sangat penting jika kita memperoleh pemahaman umum
mengenai berbagai perjanjian internasional yang terkait
dengan Hak Cipta yang mempengaruhi pengaturan hukum
Hak Cipta di Indonesia.

Perjanjian-perjanjian Internasional

Indonesia berperan aktif dalam peraturan ekoomi global. Hak Cipta


menjadi komoditi yang sangat berharga, dan transaksi yang berhubungan
dengan Hak Cipta ini diatur dalam konvensi-konvensi internasional.

Usaha untuk mengatur perlindungan hak cipta hanya dalam satu Negara
dirasa sangat sulit, apalagi dalam skala internasional. Contohnya di Thailand
terjadi kasus pembajakan film James Bond terbaru dalam bentuk VCD yang
dijual sebelum film aslinya diputar atau diumumkan di bioskop-bioskop
Amerika Serikat.

2.4 Pendaftaran Hak Cipta


1. MAKSUD DAN TUJUAN PENDAFTARAN HAK CIPTA

a. Maksud Pendaftaran Hak Cipta

Pendaftaran ciptaan diatur dalam undang-undang dimaksud untuk


mengatur pendaftaran ciptaan agar dapat menctakan ketertiban dan
keteraturan masyarakat dibidang hak cipta terutama dari segi
administrasi. Sebagaimana diketahui diatas bahwa pendaftaran
ciptaan bukan suatu kewajiban karena bukan untuk memperoleh hak
cipta, sehingga penyelenggaraan pendaftaran ciptaan tidak
bertanggung jawab atas isi, arti, maksud, atau bentuk ciptaan yang
telah terdaftar.

b. Tujuan Pendaftaran Hak Cipta

Tujuan pendaftaran penciptaan dari segi pemerintah sebenarnya


untuk memberikaan dokumen atau surat-surat yang menyangkut
pendaftaran tersebut yang bentuknya bukan berupa sertifikat
melainkan seperti surat tanda penerimaan pendaftaran dan petikan
daftar umum ciptaan. Dengan pendaftaran itu memberikan akibat
kepada orang yang telah mendaftarkan ciptaan dianggap sebagai
penciptanya.

Untuk memperoleh pencatatan ciptaan dikementrian Hukum dan HAM


Republik Indonesia. Pemohon dapat melakukan pengajuan permohonan
melalui 3 alternatif , yaitu:

1. Melalui Diretorat Jendral Hak Keyakinan Intelektual (Ditjen HKI).


Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 8-9, Jakarta Selatan 12940, Indonesia
Telp/Fax (021)57905619.
2. Melalui kantor wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia di seluruh Indonesia (terlampir), dan
3. Melalui Kuasa Hukum Konsultan HKI yang terdaftar

Adapun tahapan-tahapan dalam mendaftarkan hak cipta senagai berikut:

 Alur Pengajuan Permohonan Pencatatan Ciptaan


Alur perngajuan permohonan pencatatan ciptaan merupakan
tahapan yang harus dilalui oleh pemohon hingga memperoleh
bukti/tanda bukti mengajukan permohonan pencatatan
ciptaan. Alur pengajuan permohonan pencatatan ciptaan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Pemohon/kuasa mengisi formulir
Pemohon/kuasa
Pemohon/kuasa melampirkan semua kelengkapan permohonan

Verifikator melakukan pemeriksaan kelengkapan permohonan.


customer service Verifikator memberi perintah bayar.
(verificator)

Pemohon melakukan pembayaran


Bank BRI
BRI memberikan bukti pembayaran

Pemohon menyerahkan:1. Formulir yang telah diisi lengkap. 2. kelengkapan


permohonan, dan 3. Bukti pembayaran dari BRI.
Loket
Permohonan Petugas loket memberikan bukti penerimaan permohonan.

Setelah tahapan ini, akan diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam peraturan perundang-undangan mengenai pencatatan ciptaan
dan produk hak terkait, hingga dengan dikeluarkannya keputusan akhir,
yaitu diterima atau ditolaknya permohonan tersebut.

 Prosedur Pencatatan Ciptaan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Hak Cipta,


Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor M.01-HC.03.01 Tahun 1987
tentang Pendaftaran Ciptaan, dan Keptusan Ditjen Hak Kekayaan
Intelektual Nomor H-01.PR.07.06 Tahun 2004 tentang petunjuk
Pelaksanaan Penerimaan Permohonan Hak Kekayaan Intelektual Melalui
Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM RI.

2. PENDAFTARAN CIPTAAN

1. Mengisi Formulir Pendaftaran

Permohonan Pendaftaran Ciptaan diajukan kepada Menteri Hukum


dan HAM RI dengan cara mengisi formulir yang disediakan dalam
Bahasa Indonesia dan diketik rangkap 2 (dua). Pendaftaran juga
dapat dilakukan secara elektronik melalui situs e-hakcipta.
dgip.go.id Untuk pertama kali, Pendaftaran hak cipta secara
elektronik hanya dapat dilakukan oleh kepala kantor Wilayah
Kementrian Hukum dan HAM, konsultan Hak Kekayaan Intelektual,
Rektor Perguruan Tinggi, dan Ketua Sentra Hak Kekayaan
Intelektual yang telah terdaftar dan memiliki password.
Adapun, formulir pendaftaran tersebut berisi:
 Nama, Kewarganegaraan, dan Alamat pencipta;
 Nama, Kewarganegaraan, dan Alamat pemegang hak cipta;
 Nama, Kewarganegaraan, dan Alamat kuasa;
 Jenis dan judul ciptaan
 Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali;
 Uraian ciptaan yang dibuat rangkap tiga.

Formulir pendaftaran dibubuhi materai Rp6000 (pada lembar


pertama) dan ditandatangani oleh pemohon atau kuasa yang khusus
dikuasakan. Apabila pemohon pendaftaran ciptaan diajukan atas
nama lebih dari satu orang. Nama-nama pemohon tersebut harus
ditulis semuanya dengan menetapkan satu alamat pemohon.
Sementara itu, apabila pemohon berasal dari luar wilayah NKRI,
permohonan wajib dilakukan melalui konsultan kekayaan intelektual
yang terdaftar sebagai kuasa. Formulir pendaftaran ciptaan hanya
dapat diajukan untuk satu ciptaan.

2. Melampirkan Contoh Ciptaan dan Uraian atas Ciptaan yang


Dipermohonkan

Pemohon wajib melampirkan contoh ciptaan dengan ketentuan


sebagai berikut.
 Buku dan karya tulis lainnya: 2 buah yang telah dijilid
dengan edisi terbaik.
Apabila buku tersebut berisi foto seseorang harus disertai
surat pernyataan tidak keberatan dari orang yang difoto atau
ahli warisnya.
 Program computer: 2 buah disket disertai buku petunjuk
pengoprasian dari program computer tersebut.
 CD/VCD/DVD: 2 buah disertai dengan uraian ciptaannya.
 Alat peraga: 1 buah disertai dengan buku petunjuk.
 Drama: 2 buah naskah tertulis atau rekamannya.
 Tari (koreografi): 10 buah gambar atau 2 buah rekamannya.
 Pewayangan; 2 buah naskah tertulis atau rekamannya; 10
buah gambar atau 2 buah rekamannya.
 Karya pertunjukan: 2 buah rekaman.
 Karya siaran: 2 buah rekamannya.
 Seni lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo, dan
gambar: masiang-masing 10 lembar berupa foto.
 Seni ukir, seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan, dan
kolase: masing-masing 10 lembar berupa foto.
 Arsitektur: satu buah gambar arsitektur.
 Peta: satu buah.
 Fotografi: 10 lembar; sinematografi; 2 buah rekamannya.
 Terjemahan: 2 buah naskah yang disertai izin dari pemegang
hak cipta.
 Tafsir, sduran, dan bunga rampai: 2 buah naskah.

3. Melampirkan Bukti Kewarganegaraan Pencipta atau Pemegang


Hak Cipta

Pemohon wajib melampirkan fotocopy kartu tanda penduduk (KTP)


atau bukti tertulis yang menerangkan tentang kewarganegaraannya.

4. Melampirkan Bukti Badan Hukum Bila Permohonan adalah


Badan Hukum

Apabila pemohon adalah suatu badan hokum, pada surat


permohonannya harus dilampirkan salinan resmi akta pendirian
badan hokum tersebut atau fotocopynya yang dilegalisasi notaris.
5. Melamprkan Surat Kuasa Bila Melalui Kuasa

Apabila permohonan diajukan dan ditandatangani melalui seorang


kuasa, surat permohonan tersebut harus dilampirkan surat kuasa.
Kuasa tersebut harus warga Negara Republik Indonesia dan
bertempat tinggal diwilayah Republik Indonesia, sehingga pada
permohonan pendaftaran tersebut harus melampirkan bukti yang
menerangkan tentang kewarganegaraan kuasanya.

6. Membayar Biaya Pemohon

Biaya pemohon yang dibebankan dalam pendaftaran dan biaya


administrative lainnya prihal hak cipta merupakan penerimaan
Negara bukan pajak yang dipungut sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dibidang penerimaan Negara bukan
pajak.

3. PEMERIKSAAN ADMINISTRATIF

Pemohon diberikan tanda terima yang berisi nama pencipta,


pemegang hak cipta, nama kuasa, jenis, dan judul ciptaan, serta tanggal dan
jam surat permohonan diterima, sebagaimana terdapat dalam berkas
penerimaan permohonan pendaftaran ciptaan, sebagai bukti penyerahan
permohonan pendaftaran ciptaan. Apabila surat permohonan pendaftaran
ciptaan tidak memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pendaftaran ciptaan (yang telah diuraikan sebelumnya), Ditjen HKI atas
nama Menteri Hukum dan HAM RI memberikan secara tertulis kepada
pemohon agar memenuhi syarat-syarat tersebut. Namun apabila pemohon
dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal pengiriman pemberitahuan
tersebut ternyata tidak memenuhi atau melengkapi syarat-syarat yang telah
ditetapkan dalam peraturan, permohonannya menjadi batal demi hukum.

4. EVALUASI

Ditjen HKi melakukan pemeriksaan terhadap permohonan yang telah


memenuhi persyaratan administrative. Pemeriksaan tersebut dilakukan
untuk mengetahui apakah ciptaan atau produk hak terkait yang dimohonkan
tersebut secara esensial sama atau tidak dengan ciptaan yang tercatat dalam
daftar umum ciptaan atau objek kekayaan intelektual lainnya, atau dengan
kata lain, apakah permohonan benar-benar pencipta atau pemegang hak atas
ciptaan yang dimohonkan. Hasil pemeriksaan tersebut disampaikan kepada
menteri Hukum dan HAM RI dan digunakan sebagai bahan pertimbangan
menteri untuk menerima atau menolak permohonan. Sementara itu, menteri
memberikan keputusan menerima atau menolak permohonan dalam waktu
paling lama 9 (Sembilan) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya
permohonan yang telah memenuhu persyaratan. Keputusan menteri ini
diberitahukan kepada pemohon melalui Ditjen HKI.

 Ditolak
Jika permohonan pendaftaran ciptaan ditolak, menteri
memberitahukan penolakan tersebut secara tertulis kepda pemohon
disertakan alas an. Dalam hal permohonan tersebut ditolak oleh
Menteri Hukum dan HAM RI melalui Ditjen HKI, pemohon dapat
mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dengan surat gugatan yang ditandatangani pemohon atau kuasanya
agar ciptaan yang dimohonkan pendaftarnya didaftarkan dalam
daftar umum ciptaan di Ditjen HKI. Permohonan kepada pengadilan
negeri tersebut harus diajukan dalam waktu 3 bulan setelah
diterimanya penolakan pendaftaran tersebut oleh pemohon atau
kuasanya. Apabila surat pendaftaran permohonan ciptaan telah
memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pendaftaran
ciptaan, ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya tersebut
didaftarkan oleh Ditjen HKI dalam daftar umum ciptaan dengan
menerbitkan surat pendaftraan ciptaan dalam rangkap 2. Kdeua
lembar surat pendaftaran ciptaan tersebut ditandatangani oleh
Direktur Ditjen HKi atau pejabat yang ditunjuk, sebgai bukti
pendaftaran. Lembar kedua surat pendaftaran ciptaan tersebut
beserta surat permohonan pendaftaran ciptaan dikirim kepada
pemohon, dan lembar pertama disimpan di Ditjen HKI.
 Didaftarkan
Jika permohonan ciptaan diterima, menteri menerbitkan surat
pencatatan ciptaan dan mencatat dalam daftar umum ciptaan. Daftar
umum ciptaan tersebut memuat:
1. Nama pencipta dan pemegang hak cipta, atau nama pemilik hak
produk terkait
2. Tanggal penerimaan surat permohonan
3. Tanggal lengkapnya persyaratan pendaftraan ciptaan
4. Nomor pencatatan ciptaan atau produk hak terkait.

Daftar umum ciptaan tersebut dapat dilihat oleh setiap orang tanpa
dikenakan biaya. Sementara itu, surat pencatatan ciptaan merupakan
bukti awal kepemilikan suatu ciptaan atau produk hak terkait,
kecuali bila terbukti sebaliknya. Ciptaan atau produk hak terkait
yang tercatat dalam daftar umum ciptaan dapat diterbitkan petikan
resmi. Setiap orang dapat memperoleh petikan resmi dengan
dikenakan biaya.

2.5 Pelanggaran Hak Cipta

Umumnya, hak cipta dilanggar jika Menteri Hak Cipta tersebut digunakan
tanpa izin dari pencipta yang mempunyai hak eksklusif atau ciptaannya.

Untuk terjadinya pelanggaran, harus ada kesamaan antara dua ciptaan yang
ada. Namun, pencipta atau pemegang Hak Cipta harus membuktikan bahwa
karyanya telah dijiplak, atau karya lain tersebut berasal dari karyanya. Hak
Cipta tidak dilanggar jika karya-karya sejenis diproduksi secara independen,
dalam hal ini masing-masing pencipta akan memperoleh Hak Cipta atas
karya mereka.

Hak cipta juga dilanggar jika seluruh atau bagian substansial dari suatu
Ciptaan yang dilindungi Hak Cipta diperbanyak pengadilan akan
menentukan apakah suatu bagian yang ditiru merupakan bagian substansial
dengan meneliti apakah bagian yang digunakan itu penting. Memiliki unsur
pembeda atau bagian yang mudah dikenalii. Bagian ini tidak harus dalam
jumlah atau bentuk besaran (kuantitas) untuk menjadi bagian substansial.
Cara lain yang dianggap sebagai pelanggaran oleh seseorang terhadap suatu
Hak Cipta adalah saat seseorang:

a) Memberi wewenang (berupa persetujuan atau dukungan) kepada


pihak lain untuk melanggar hak cipta.
b) Memiliki hubungan dagang/komersial dengan barang bajakan
ciptaan-ciptaan yang dilindungi Hak Cipta.
c) Mengimpor barang-barang bajakan ciptaan yang dilindungi Hak
Cipta untuk dijual eceran atau distribusikan.
d) Memperbolehkan suatu tempat pementasan umum untuk digunakan
sebagai tempat melanggar pementasan atu penayangan karya yang
melanggar Hak Cipta.

Pelanggaran-pelanggaran semacam ini dapat dikenakan denda/sanksi


pidana secara khusus yang diatur dalam UU Hak Cipta.

Pelanggaran Pidana

UUHC NO. 19 Tahun 2002 menetapkan barang siapa dengan sengaja dan
tanpa hak melakukan perbuatan mengumumkan atau memperbanyak suatu
Ciptaan atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukan, yang
dilindungi hak cipta dikategorikan sebagai perbuatan pidana dan diancam
dengan hukuman pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau pidana penjara
paling banyak Rp 5 milyar (pasal 72 ayat 1). UUHC No.19 Tahun 2002
pasal 72 mengatur secara rinci dalam delapan ayat berikutnya, Pelanggaran-
pelanggaran Hak Cipta yang lain dengan macam-macam ancaman hukuman.
Keseluruhan rincian ancaman hukuman pidana sebagaimana diatur dalam
pasal 72 ayat 1 s.d. ayat 8.

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)
dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan,memamerkan,
mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
(3) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak
penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(4) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(5) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau
Pasal 49ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan/ataudenda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima
puluh juta rupiah).
(6) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau
Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2(dua) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima
puluh juta rupiah).
(7) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah).
(8) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah).

Pelanggaran Hak Cipta Dengan Internet Sebagai Alatnya

Bentuk pelanggaran hak cipta yang sering terjadi diantaranya :

1. Tindakan pembajakan yang masuk dalam kategory piracy adalah


pencurian terhadap hasil karya orang lain dengan cara menyimpan,
menyebarkan atau mengakui hasil karya orang lain tanpa izin.
Tindakan piracy diantaranya download software secara ilegal.
Software adalah
bentuk ciptaan digital yang memang mudah digandakan tanpa harus
mengurangi kualitas dan hasil bajakannya pun dapat memiliki fungsi
yang sama dengan software aslinya.
2. Plagiarisme

Plagiarisme adalah sebagai bentuk penyalahgunaan hak kekayaan


intelektual milik orang lain, dimana seseorag mengakui,mengadopsi,
mengcopy sebagian atau seluruh hasil karya orang lain tanpa izin.
Dengan mengambil sebagian atau isi tulisan orang lain tanpa
menuliskan sumbernya itu merupakan tindakan plagiarisme.

3. Penyalahgunaan Gambar
Gambar hasil desain atau dalam bentuk foto yang diupload di
internet seringkali dipergunakan untuk kepentingan lain tanpa izin
dari pemilik atau pembuatnya. Sebaiknya saat mengupload gambar
atau foto diberikan watermark yang setidaknya dapat memberikan
keterangan bahwa gambar tersebut tidak diperkenankan digunakan
tanpa izin pemiliknya.
4. Penggunaan Backsound dengan lagu atau instrumen ciptaan orang
lain tanpa menyebutkan sumbernya indakan ini pun dikategorikan
sebagai pelanggaran hak cipta karena seringkali pembuat video tanpa
sadar membuat video dengan menggunakan instrumen atau lagu
sebagai penambah daya tarik video dan kemudian mengunggahnya
di situs berbagi. Untuk saat ini beberapa situs berbagi akan otomatis
memblokir video unggahan tersebut dan tidak dapat diakses selama
masih mengandung indikasi pelanggaran hak cipta.

Ketentuan mengenai hak cipta ini diatur dalam Undang-Undang No. 12


Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang No.6 tahun 1982
tentang Hak Cipta sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang
No.7 tahun 1987 (UU No.12/1997) yang menggantikan Undang-Undang
No. 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.6 tahun
1982 tentang Hak Cipta yang sebelumnya telah menggantikan Undang-
Undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. UU No.12/1997, khususnya
pasal 11 (1) menyebutkan bahwa program komputer merupakan ciptaan
yang dilindungi dengan jangka waktu perlindungan selama 50 (lima puluh)
tahun sejak pertama kali diumumkan, termasuk di dalamnya web content
(teks, grafik, gambar, video, dan audio yang terdapat pada halaman web).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa


setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda beda dan tidak akan
mungkin seseorang membuat karya yang sama persis dengan yang
lainya dalam waktu yang bersamaan, tentunya akan ada ciri khas yang
muncul dalam setiap karya yang dibuat. Hak cipta adalah wujud nyata
penghargaan terhadap hasil karya yang dibuat oleh pencipta karya
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai