Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK EKSKLUSIF


PEMILIK KARYA LAGU ATAS PENGUMUMAN
KARYA CIPTAANNYA OLEH ORANG LAIN
DI MEDIA STREAMING DIGITAL

Oleh:

MUH. FADHIL ASHARI


NIM. 21709077

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2022
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK EKSKLUSIF


PEMILIK KARYA LAGU ATAS PENGUMUMAN
KARYA CIPTAANNYA OLEH ORANG LAIN
DI MEDIA STREAMING DIGITAL

Oleh:

MUH. FADHIL ASHARI


NIM. 21709077

Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji


Proposal Penelitian Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Kendari

Kendari, Desember 2022

Pembimbing I, Pembimbing II,

Rasmuddin, S.H., M.Hum. Dr. Muryanto Lanontji, S.H., M.H.


NIDN. 0021087403 NIDN. 091910850
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................8

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................8

D. Manfaat Penelitian........................................................................................8

1. Manfaat Teoritis......................................................................................8

2. Manfaat Praktis........................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10

A. Perlindungan Hukum.................................................................................10

B. Bentuk Perlindungan Hukum.....................................................................15

C. Hak Kekayaan Intelektual..........................................................................20

D. Hak Cipta...................................................................................................22

E. Hak Eksklusif Pemegang Hak Cipta..........................................................25

F. Media Streaming Digital............................................................................26

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................31

A. Jenis Penelitian...........................................................................................31

B. Jenis Pendekatan Hukum...........................................................................32


D. Teknik Analisa Bahan Hukum...................................................................34

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia modern saat ini melesat dengan akselerasi luar

biasa. Dikala banyak dari masyarakat di daerah Timur dan pelosok Indonesia

yang belum merasakan laju perkembangan jaman yang begitu signifikan,

Dunia seaakan tidak peduli sama sekali.

Saat ini jaman yang kita tinggali seperti kehilangan batasan-

batasannya dan semakin sulit bagi kita membedakakan apa yang memisahkan

dunia kita benar-benar hidup dan dunia digital dimana kita menunjukan jati

diri kita melalui angka dan bahasa program yang dikonversi kedalam desain

grafis. Jika menelisik pada cara manusia bersosialisasi saja, sudah kita dapati

bahwa interaksi banyak terjadi melalui Internet dan media sosial maya yang

seperti menggantikan esensi dari dunia nyata tempat raga kita berdiri. Untuk

itu, Hukum yang merupakan payung dan landasan segala tindakan kita di

Dunia ini tentu saja progresif ke arah digital. Semakin majunya

perkembangan Dunia digital tentu saja membuat hukum harus ikut melaju

untuk kemudian melindungi hak-hak manusia yang mulai banyak

menghabiskan banyak aktivitas dan interaksinya dalam Dunia Maya.

Di dalam hukum ada istilah Hak dan Kewajiban. Pendukung hak dan

kewajiban ini hanyalah subjek hukum dan yang masuk ke dalam kategori

subjek hukum adalah:

1
2

1. Persoon (Orang/Manusia)

2. Rechtpersoon (Badan Hukum)

3. Bahkan janin dalam kandungan, jika keperluannya menghendaki

maka masuk ke dalam kategori subjek hukum.1

Lalu selain Subjek hukum, ada pula objek hukum yang merupakan

kebalikan dari subjek hukum, objek hukum dikatakan juga sebagai segala

sesuatu yang bermanfaat bagi subjek Hukum. Sekalipun subjek dan objek

hukum dalam kehidupan hampir tidak memiliki garis batas yang jelas namun

keduanya merupakan satu kesatuan yang saling mengisi dan melengkapi.

Objek hukum dalam hal ini adalah Hak serta Kewajiban yang dimiliki oleh

Subjek Hukum itu.

Salah satu hak yang saat ini terancam oleh perkembangan society pada

era kemajuan Digital adalah Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau

juga Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

HKI merupakan Hak eksklusif manusia atas karya ciptaannya yang

berasal dari pengolahan kekayaan intelektual manusia tersebut. Di dalam

Pasal 1 angka 1, Undang-Undang nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

dikatakan bahwa setiap orang memiliki hak eksklusif atas karya ciptaannya

yang terdiri dari hak moral dan hak ekonomi dimana hak tersebut lahir secara

deklaratif sejak suatu karya sudah lahir dan berwujud.

1
Andi Fariana, Subyek Hukum, Obyek Hukum? https://dosen.perbanas.id/subyek-
hukum-obyek-hukum/
3

Salah satu produk turunan dari Hak Kekayaan Intelektual adalah Hak

Cipta yang secara garis besar meliputi tiga hal, yaitu: 2

 Seni;

 Sastra, dan;

 Ilmu Pengetahuan.

Era digital turut menyadurkan karya-karya hak cipta tersebut menjadi

semakin global. Semua orang di dunia, asalkan memiliki koneksi internet

dapat mengakses segala hal yang diunggah ke media digital / internet.

Tentunya hal tersebut membuat hukum perlu memberikan perlindungan atas

hak-hak eksklusif pencipta yang melekat pada karya yang sudah lahir

tersebut. Untuk Indonesia, banyak dari masyarakatnya yang meskipun secara

budaya sudah banyak menelurkan berbagai penemuan dan beragam karya

cipta, namun kemajuan dalam masa sekarang yang memberikan asas

pemikiran bagi masyarakat bahwa kita lebih baik mengonsumsi ketimbang

memproduksi setidaknya menjadi satu alasan yang rasanya menjadi satu dari

sekian pondasi dasar pemikiran masa bodoh dalam melanggar hukum terkait

Hak Kekayaan Intelktual. Selain itu, pemahaman masyarakat belum terlalu

jauh prihal Hak Cipta ini. Banyak pelanggaran didasarkan oleh ketidaktahuan

masyarakat akan adanya regulasi yang mengatur perlindungan atas suatu

karya ciptaan. Pun demikian, tidak dapat menjadi alasan pemaaf atas alasan

ketidaktahuan atas hukum.3 Oleh karenanya, pemerintah memegang peranan


2
Rahmi Janed, Hukum Hak Cipta (Copyrights Law). PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2014, Hal. 28.
3
Mys, Ketidaktahuan Undang-Undang Tak Dapat Dibenarkan
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4dc100992a35a/ketidaktahuan-undangundang-tak-
4

penting sebagai garda depan demi memberikan perlindungan atas warga dan

pemahaman serta penyuluhan yang lebih konsisten dan efektif ke tengah

masyarakat untuk meminimalisir pelanggaran-pelanggaran dalam ranah

HAKI khususnya bidang Hak Cipta, lebih spesifik lagi dalam Karya Cipta

Musik atau lagu sebagai produk karya intelektual bidang seni.4

Masalah yang menjadi urgensi saat ini bagi pemilik Hak Cipta Lagu

adalah orang lain yang mengumumkan lagu tanpa adanya pemberian lisensi

atau izin dari pemilik karya terlebih dahulu. Sangat banyak kita temukan

pengumuman karya ciptaan Lagu dan musik yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Beberapa kasus telah menunjukan kenyataan

ini, bahwa pengumuman karya tidak melewati prosedur yang sesuai dan

pengumuman ditujukan untuk kepentingan komersial. Hal ini jelas telah

melanggar Hak Eksklusif yang dimiliki pencipta sebagai pemilik karya dan

tentu saja dirugikan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Beberapa waktu lalu sempat beredar kasus yang melibatkan mantan

Vokalis Band Folk Indonesia, Payung Teduh, Mas Is. Ia melaporkan Hanin

Dhiya, seorang musisi Youtube yang mengcover (membawakan kembali)

lagu milik payung teduh berjudul Akad dengan yang sempat booming dan

menjadi lagu yang sangat fenomenal saat itu. Dengan ketenaran lagu tersebut,

saduran milik Hanin Dhiya yang diunggah ke Media Youtube mampu

mendapatkan keuntungan yang sangat besar, namun menjadi ironi ketika

dapat-dibenarkan
4
Muh. Luth Septian Vasri, Skripsi: Tinjauan Yuridis Pembayaran Royalti Atas
Penggunaan Komersial Musik Oleh Pelaku Usaha Cafe di Kota Kendari (Kendari: UMK, 2021),
Hal. 43.
5

pemilik aslinya malah tidak mendapatkan hasil yang lebih daripada Hanin.

Bukan Cuma itu saja, menutur perkataan Mas Is, bahwa yang menjadi poin

utaman disini bukan semata keuntungan yang tidak imbang, namun tidak

adanya izin terlebih dahulu untuk mengumumkan karya ciptaannya,

mengubah dasar Key Note, mengaransemen ulang, hingga mengumunkan

secara komersial digital. Hal ini tentu saja soal Hak Eksklusif, yakni Hak

Moral dan Hak Ekonomi. Hanin jelas sudah melanggar Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, namun masyarakat yang

merupakan End User dalam ekosistem Media Digital, terpecah menjadi dua

kubu. Ada dari masyarakat yang beraggapan bahwa kelakuan Hanin Dhiya

pantas menerima ganjaran sebagai bentuk contoh bagi musisi digital lain yang

sudah banyak pula melakukan pengumuman lagu milik orang lain. Namun,

tidak sedikit pula dari kubu lainnya yang beranggapan bahwa tindakan Mas Is

malah tidak mencerminkan sikap kedewasaan. Bagi sebagian orang, tindakan

Hanin dikatakan sebagai satu bentuk “mencari rejeki” yang mana semua

orang berhak mencari rejeki lewat usaha masing-masing. Tentu saja, arahnya

pasti Mas Is dikatakan hanya iri sebab Hanin mendapatkan Kepopuleran,

Keuntungan dan eksposure yang jauh lebih besar ketimbang Payung Teduh

yang dikomandoi Mas Is. Kasus ini berakhir dengan damai melalui proses

mediasi tanpa menempuh jalur pengadilan.

Kasus serupa yang berada di luar lingkup karya musik juga sempat

beredar pada pertengahan Tahun 2021 ini. Warkop DKI yang merupakan

grup Lawak beranggotakan Alm. Dono, Alm Kasino, dan Pakde Indro sempat
6

mencuat dan menghebohkan jagat Indonesia. Bagaimana tidak, ada grup lain

beranggotakan 3 (tiga) orang yang menamai diri mereka Warkopi, plesetan

dari kata Warkop. Mereka menggunakan nama yang diplesetkan,

menggunakan nama dari tiap-tiap personil Warkop DKI sebagai nama

pangguang, dan bahkan sampai mengkomersialkan kegiatan mereka untuk

meraih keuntungan secara eksposure dan ekonomi. Hingga Indro Warkop,

satu-satunya personil dari Warkop DKI yang masih ada, melayangkan

teguran kepada pihak manajemen Warkopi untuk setidaknya meminta ijin

terlebih dahulu, meskipun tidak ada respon lanjut dari pihak tergugat.

Sehingga manajemen Warkop DKI yang merasa bahwa Hak Kekayaan

Intelektual mereka yang sudah meliputi Merk dan Hak Cipta telah

diekploitasi, berniat melaporkan dan membawa kasus ini ke ranah Hukum.

Namun kembali, akhir dari kasus ini adalah mediasi Damai dari kedua pihak

yang bersangkutan dan tanpa menepuh jalur pengadilan. Warkop DKI

padahal sudah mendaftarkan Merk Warkop DKI kepada Direktorat Jendral

Kekayaan Intelektual (DJKI), Kemnterian Hukum dan Ham, sehingga tentu

saja hal ini sudah tidak dapat di tampik lagi dapat legal di proses secara

hukum.

Kasus-kasus tersebut sudah cukup menampilkan bagaimana sebagian

besar masyarakat kita, khususnya di daerah-daerah kecil yang masih memiliki

pemahaman kolot, sama halnya dengan masa kemerdekaan Indonesia yang

tidak memasukan Autersweet 1912, produk Hukum peniggalan Kolonial

Belanda kedalam Peraturan Perundang-undangan Indonesia saat masa Rech


7

Vacuum demi dapat mengalihkan kepemilikan berbagai literatur Luar Negeri

untuk menjadi milik dan aset bagi Negara Indonesia.

Pada Tahun 2021 ini tidak berlebihan jika kita katakan bahwa tahun

ini merupakan tahun dimana Hak Kekayaan Intelektual menjadi satu bahasan

utama yang mendapatkan perhatian lebih di tanah air. Pada awal Tahun 2021,

tepatnya pada tanggal 31 Februari, Presiden Jokowidodo telah

menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 Tentang

Pengelolaan Royalti Atas Musik dan/atau Lagu. Hal ini didasari oleh UUHC

nomor 28 Tahun 2014, pasal 87, pasal 88, dan Pasal 89 yang menjabarkan

tentang fungsi Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) yang memiliki fungsi

dan tugas untuk menghimpun dan mendistribusikan Royalti milik Pemilik

Hak Cipta dan Pemilik Hak Terkait. LMK diberi Kuasa oleh pemilik Hak

Cipta untuk melakukan hal-hal tersebut. Dalam PP 56, diatur bahwa di atas

LMK ada lagi Lembaga Manajemen Kolektif Nasional yang menjadi pucuk

tertinggi dalam tugas menghimpun dan mendistribusikan Royalti milik

Pemilik Hak Cipta.

Pada awalnya ada kerancuan yang terjadi sebab fungsi penarikan,

penghimpunan dan pendistribusian Royalti dilakukan oleh dua Lembaga tadi.

LMK saja sudah terbagi menjadi 8 Lembaga, dan di atas mereka ada LMKN

yang juga memiliki fungsi yang sama dengan 8 lembaga tadi. Hal ini

kemudian menjadi cikal bakal pertemuan 8 LMK dan LMKN di Gedung

DJKI untuk memutuskan pembagian fungsi dan tugas tiap-tiap lembaga.

Pertemuan ini menghasilkan keputusan bahwa LMK akan melakukan


8

penarikan kepada pengguna komersial (Commercial Users) bagi setiap

pemilik hak yang terdaftar dalam keanggotaan tiap-tiap LMK untuk

kemudian diserahkan kepada LMKN, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem

pembayaran bagi pengguna komersial adalah sistem pembayaran satu pintu.

Berdasrakan pada apa yang sudah terurai di atas, penulis kemudian

bertujuan untuk mengambil tema penelitian dalam hal tersebut dengan judul

Perlindungan HukumTerhadap Hak Eksklusif Pemilik Karya Lagu Atas

Pengumuman Karya Ciptaannya Oleh Orang Lain di Media Streaming

Digital.

B. Rumusan Masalah

Dari jabaran yang sudah tertera dalam Latar Belakang, maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap hak eksklusif

pemilik karya lagu atas pengumuman karya pencipta oleh orang lain di media

streaming digital ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum

terhadap hak eksklusif pemilik karya lagu atas pengumuman karya pencipta

oleh orang lain di media streaming digital.

D. Manfaat Penelitian

Dalam berbagai penelitian pasti selalu di harapkan adanya manfaat

dan kegunaan terkait hasil penelitian tersebut. Adapun manfaat penelitian ini

adalah:
9

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan menjadi sumber pemikiran tambahan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan hukum secara umum serta

menyeluruh, dan pengetahuan hukum secara khusus dalam ranah hak

cipta setiap karya.

b. Sebagai salah satu sumber referensi terkait pendalaman keilmuan

hukum Hak Kekayaan Intelektual, khususya dalam bidang hak cipta

karya lagu dan musik.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan bagi pemerintah dapat menjadikan penelitian ini sebagai

masukan untuk semakin memperkuat penerapan perlindungan hak

cipta dan penerapan Undang-Undang terkait hak cipta khususnya

karya cipta lagu dan musik.

b. Bagi masyarakat diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

pengetahuan, khususnya pelaku usaha yang menggunakan karya

musik sebagai elemen pendukung dan/atau hiburan dalalam

menjalankan usahanya, serta menjadi pedoman bagi para pemegang

hak dan/atau pencipta karya serta musisi dalam memperoleh hak yang

wajib mereka terima.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum

Pengertian Hukum menurut J.C.T Simorangkir sebagaimana yang

dikutip C.S.T Kansil, “Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat

memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan

masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran

mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu

dengan hukuman tertentu”.17 Menurut Kamus Hukum pengertian Hukum

adalah “peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah

laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan

resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat

diambilnya tindakan”.18 Pengertian hukum juga dikatakan oleh Sudikno

Martokusumo bahwa: “hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang

bersifat umum dan normatif, hukum bersifat umum karena berlaku bagi setiap

orang, dan bersifat normatif karena menentukan apa yang seyogyanya

dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta

menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaedah-

kaedah”.5

Perlindungan yang diberikan terhadap konsumen bermacam-macam,

dapat berupa perlindungan ekonomi, sosial, politik. Perlindungan konsumen

5
Sudikno Martokusumo, Mengenal Hukum Satu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
2005, hlm. 4.
11

yang paling utama dan yang menjadi topik pembahasan ini adalah

perlindungan hukum. Perlindungan hukum merupakan bentuk perlindungan

yang utama karena berdasarkan pemikiran bahwa hukum sebagai sarana yang

dapat mengakomodasi kepentingan dan hak konsumen secara komprehensif .

Di samping itu, hukum memiliki kekuatan memaksa yang diakui secara resmi

di dalam negara, sehingga dapat dilaksanakan secara permanen. Berbeda

dengan perlindungan melalui institusi lainnya seperti perlindungan ekonomi

atau politik misalnya, yang bersifat temporer atau sementara. Fungsi Hukum

menurut Satjipto Raharjo adalah melindungi kepentingan seseorang dengan

cara mengalokasikan suatu kekusaan kepadanya untuk bertindak dalam

rangka kepentingan tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara

terukur, dalam arti ditentukan keluasan dan kedalamannya. Perlindungan

diartikan sebagai perbuatan memberi jaminan, atau ketentraman, keamanan,

kesejahteraan dan kedamaian dari pelindungan kepada yang dilindungi atas

segala bahaya atau resiko yang mengacamnya.

Menurut Soedjono Dirdjosisworo bahwa pengertian hukum dapat

dilihat dari delapan arti, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam arti

para petugas, hukum dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti sistem

kaidah, hukum dalam arti jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum, hukum

dalam arti ilmu hukum, hukum dalam arti disiplin hukum. Beberapa arti

hukum dari berbagai macam sudut pandang yang dikemukakan oleh Soedjono

Dirdjosisworo menggambarkan bahwa hukum tidak semata-mata peraturan

perundang-undangan tertulis dan aparat penegak hukum seperti yang selama


12

ini dipahami oleh masyarakat umum yang tidak tahu tentang hukum. Tetapi

hukum juga meliputi hal-hal yang sebenarnya sudah hidup dalam pergaulan

masyarakat. Kata perlindungan secara kebahasaan tersebut memiliki

kemiripan atau kesamaan unsur-unsur, yaitu

1. unsur tindakan melindungi;

2. unsur pihak-pihak yang melindungi; dan

3. unsur cara-cara melindungi.

Dengan demikian, kata perlindungan mengandung makna, yaitu suatu

tindakan perlindungan atau tindakan melindungi dari pihak-pihak tertentu

yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu.

Dalam memahami hukum terdapat konsep konstruksi hukum. Terdapat tiga

jenis atau tiga macam konstruksi hukum yaitu, pertama, konstruksi hukum

dengan cara perlawanan. Maksudnya adalah menafsirkan hukum antara

aturan aturan dalam peraturan perundang-undangan dengan kasus atau

masalah yang dihadapi. Kedua, konstruksi hukum yang mempersempit adalah

membatasi proses penafsiran hukum yang ada di dalam peraturan perundang-

undangan dengan keadaan yang sebenarnya. Ketiga, konstruksi hukum yang

memperluas yaitu konstruksi yang menafsirkan hukum dengan cara

memperluas makna yang dihadapi sehingga suatu masalah dapat dijerat dalam

suatu peraturan perundang-undangan.

Menurut Hans Kelsen, hukum adalah ilmu pengetahuan normatif dan

bukan ilmu alam. Lebih lanjut Hans Kelsen menjelaskan bahwa hukum

merupakan teknik sosial untuk mengatur perilaku masyarakat.


13

Secara kebahasaan, kata perlindungan dalam bahas Inggris disebut

dengan protection. Istilah perlindungan menurut KBBI dapat disamakan

dengan istilah proteksi, yang artinya adalah proses atau perbuatan

memperlindungi, sedangkan menurut Black’s Law Dictionary, protection

adalah the act of protecting.

Perlindungan secara umum berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal

yang membahayakan atau lebih bersifat negatif, sesuatu itu bisa saja berupa

kepentingan maupun benda atau barang. Selain itu perlindungan juga

mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh seseorang kepada

orang yang lebih lemah. Dengan demikian, perlindungan hukum artinya

dengan segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum

untuk memberi perlindungan kepada warga negara agar haknya sebagai

seorang warga negara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggar akan dapat

dikenakan sanksi sesuai peraturan yang ada.

Dalam KBBI yang dimaksud dengan perlindungan adalah cara,

proses, dan perbuatan melindungi. Sedangkan hukum adalah peraturan yang

dibuat oleh pemerintah data yang berlaku bagi semua orang atau warga dalam

masyarakat sebangsa dan setanah air.

Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang

diberikan kepada subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang

bersifat preventif maupun yang bersifat represif, ada yang tertulis maupun

tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran
14

dari fungsi hukum itu sendiri, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan

suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

Adapun pendapat yang dikutip dari bebearpa ahli mengenai

perlindungan hukum sebagai berikut:

1. Menurut Philipus Hardjo perlindungan hukum bagi rakyat ada dua

yaitu:

a. Perlindungan hukum preventif artinya rakyat diberi kesempatan

mengajukan pendapatnya sebelum keputusan pemerintah

mendapat bentuk yang definitif yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya sengketa.

b. Perlindungan hukum refrensif yang bertujuan menyelesaikan

sengketa. Perlindungan hukum adalah suatu jaminan yang

diberikan oleh Negara kepada semua pihak untuk dapat

melaksanakan hak dan kepentingan hukum yang dimilikinya

dalam kapasitasnya sebagai subyek hukum.

2. Menurut Satjito Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu

Hak Asasi Manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam

rangka kepentingannya tersebut.

3. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya

untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh

penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan


15

ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk

menikmati martabatnya sebagai manusia.

4. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk

melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau

kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam

menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antara sesama

manusia.

B. Bentuk Perlindungan Hukum

Menurut R. La Porta dalam Jurnal of Financial Economics, bentuk

perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat,

yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).31

Bentuk perlindungan hukum yang paling nyata atau jelas yaitu adanya

institusi-institusi penegak hukum seperti pengadilan, kejaksaan, kepolisian,

dan lembaga-lembaga penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non-litigasi)

lainnya. Dengan demikian sejalan dengan pengertian hukum menurut

Soedjono Dirdjosisworo yang menyatakan bahwa hukum memiliki pengertian

beragam dalam masyarakat dan salah satunya yang paling nyata dari

pengertian tentang hukum adalah adanya institusi-institusi penegak hukum.

Penegakan hukum dalam bentuk perlindungan hukum dalam kegiatan

ekonomi khususnya penanaman modal tidak bisa dilepaskan dari aspek

hukum perusahaan khususnya mengenai perseroan terbatas karena

perlindungan hukum dalam penanaman modal melibatkan beberapa pihak

pelaku usaha turutama pihak penanam modal, direktur, komisaris, pemberi


16

izin dan pemegang kekuasaan, serta pihak-pihak penunjang terjadinya

kegiatan penanaman modal seperti notaris yang mana para pihak tersebut

didominasi oleh subjek hukum berupa badan hukum berbentuk perseroan

terbatas.6

Subjek hukum dalam hukum perdata terdapat dua subjek hukum, yaitu

subjek hukum orang pribadi dan subjek hukum berupa badan hukum. Subjek

hukum orang pribadi atau natuurlijkepersoon adalah orang atau manusia yang

telah dianggap cakap menurut hukum. orang sebagai subjek hukum

merupakan pendukung atau pembawa hak sejak dia dilahirkan hidup hingga

dia mati. Walaupun ada pengecualian bahwa bayi yang masih ada di dalam

kandungan ibunya dianggap telah menjadi sebagai subjek hukum sepanjang

kepentingannya mendukung untuk itu.7

Perlindungan hukum sangat erat kaitannya dengan aspek keamanan

dan keadilan. Menurut Soedirman Kartohadiprodjo, pada hakikatnya tujuan

hukum itu sendiri adalah mencapai keadilan. Maka dari itu, adanya

perlindungan hukum merupakan salah satu media untuk menegakkan

berbagai keadilan salah satunya penegakan keadilan di bidang ekonomi

khususnya penanaman modal.

Selanjutnya, subjek hukum dalam hukum perdata adalah badan

hukum atau rechtspersoon. Badan hukum merupakan kumpulan manusia

pribadi atau dapat pula merupakan kumpulan dari badan hukum. Menurut

6
Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan :
Bentuk-bentuk Perusahaan yang berlaku di Indonesia, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 1996,
hlm. 5-8
7
H.R. Sardjono dan Frieda Husni Hasbullah, Bunga Rampai Perbandingan Hukum
Perdata, INDHILL, Jakarta, 2003, hlm. 143.
17

Satjipto Rahardjo, hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara

mengalokasikan kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya secara terukur. Kepentingan merupakan sasaran dari hak

karena hak mengandung unsur perlindungan dan pengakuan.8

Dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum atau legal protection

merupakan kegiatan untuk menjaga atau memelihara masyarakat demi

mencapai keadilan. Kemudian perlindungan hukum dikonstruksikan sebagai

bentuk pelayanan, dan subjek yang dilindungi.9

Hak itu sendiri adalah sesuatu yang harus kita dapatkan sedangkan

kewajiban adalah sesuatu yang harus kita kerjakan. Suatu kontrak akan

menimbulkan suatu hubungan hukum perikatan yang mengakibatkan

timbulnya hak dan kewajiban. Pemenuhan hak dan kewajiban itu yang

menjadi akibat hukum dari adanya suatu kontrak. Dengan kata lain, akibat

hukum kontrak sebenarnya yaitu pelaksanaan dari isi kontrak itu sendiri.

Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa suatu

kontrak tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan

dalam kontrak tersebut, tetapi juga segala sesuatu yang menurut sifatnya

kontrak itu diharuskan atau diwajibkan oleh kebiasaan dan undang-undang.

Tentang hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak tertuang dalam

isi perjanjian yang disepakati kedua belah pihak. Pasal 4 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjamin hak

8
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cet. VI, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006,
hlm. 54.
9
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini, “Penerapan Teori Hukum pada Penelitian
Tesis dan Disertasi”, cet. 1, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 261.
18

konsumen atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang atau jasa. Hak-hak tersebut adalah:

1. Hak untuk memilih barang dan jasa;

2. Hak mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur atas barang

dan jasa;

3. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya;

4. Hak-hak yang ditentukan dalam perundang-undangan lain.

5. Hak untuk diberlakukan dengan secara benar, jujur dan tidak

diskriminatif;

6. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan atas barang dan

jasa;

7. Hak dalam pembinaan dan pendidikan konsumen;

8. Hak untuk mendapatkan bantuan hukum (advokasi), perlindungan dan

penyelesaian sengketa;

9. Hak untuk mendapatkan kompensasi atas barang atau jasa yang

merugikan;

Kewajiban yang harus di penuhi oleh para konsumen itu sendieri

diantaranya meliputi:

1. Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa.

2. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.


19

3. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi atau prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan jasa atau demi keamanan dan

keselamatan.

Didalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa perlindungan konsumen

adalah suatu upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan hukum kepada konsumen. Cakupan perlindungan konsumen itu

dapat dibedakan dalam dua aspek, yaitu:

1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada

konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepekati;

2. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil

kepada konsumen.

Keinginan yang akan didapatkan dalam perlindungan konsumen

adalah menciptakan rasa aman dan nyaman bagi konsumen dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Perlindungan konsumen seharusnya mendapatkan

perhatian yang lebih, terutama konsumen muslim, dimana sebagian besar

penduduk Indonesia beragama Islam. Perlindungan konsumen merupakan hal

yang sangat penting dalam Islam. Karena didalam agama islam, bahwa

perlindungan konsumen bukanlah sebagai salah satu hubungan keperdataan,

melainkan menyangkut kepentingan publik secara meluas, bahkan

menyangkut hubungan antara manusia dan Allah SWT. Maka perlindungan

konsumen Muslim merupakan kewajiban negara.


20

Hukum perlindungan konsumen menurut islam mengacu kepada

konsep halal dan haram, serta keadilan ekonomi berdasarkan nilai-nilai atau

prinsip-prinsip ekonomi Islam. Aktivitas ekonomi Islam dalam perlindungan

konsumen meliputi perlindungan terhadap zat, distribusi, tujuan produksi,

hingga pada akibat mengonsumsi barang dan atau jasa. Didalam Islam,

barang atau jasa yang halal dari segi zatnya yang dapat menjadikan haram,

ketika cara memproduksi dan tujuan mengonsumsinya melanggar

ketentuanketentuan syara’. Karena itulah tujuan dari konsumen muslim

berbeda dengan tujuan konsumen non-muslim. Konsumen muslim dalam

mengkonsumsi makanan atau minuman bertujuan untuk memenuhi kewajiban

sebagai muslim dan menjauhi segala sesuatu yang menjadi larangan Allah

SWT.

C. Hak Kekayaan Intelektual

Hak atas Kekayaan Intelektual adalah suatu hak yang timbul dari hasil

olah fikir manusia, yang menghasilkan suatu produk atau proses yang

berguna bagi manusia.10

Sedangkan menurut Ismi Hariyani dalam bukunya menyebutkan

bahwa Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) atau Intellectual Property

Rights adalah hak hukum yang bersifat ekslusif (khusus) yang dimiliki oleh

para pencipta/penemu sebagai hasil aktivitas intelektual dan kreativitas yang

bersifat khas dan baru.11

10
Syafrinaldi, Fahmi dan M. Abdi Almaktsur, Hak Kekayaan Intelektual, (Pekanbaru:
Suska Press, 2008), h. 18.
11
Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI yang Benar, (Yogyakarta: Pustaka
Yustisia, 2010), Cet 1, h. 16.
21

Dalam prinsipnya HaKI berbeda dengan Hak Milik Kebendaan karena

HaKI bersifat tidak nyata sehingga tidak mudah hilang, tidak dapat disita, dan

lebih langgeng. HaKI mengenal adanya hak moral di mana nama

pencipta/penemu tetap melekat bersama hasil ciptaan/temuannya meskipun

hak tersebut telah dialihkan kepada pihak lain. HaKI juga mengenal adanya

hak ekonomi di mana para pencipta, penemu, dan masyarakat dapat

mengambil manfaat ekonomis dari suatu karya cipta atau temuan.

HaKI merupakan hak privat di mana seorang pencipta/penemu bebas

mengajukan ataupun tidak mengajukan permohonan pendaftaran karya

intelektualnya. Sedangkan pemberian hak ekslusif kepada para pelaku HaKI

(pencipta, penemu, pendesain, dan sebagainya) dimaksudkan sebagai

penghargaan atas hasil karya kreativitasnya, sehingga orang lain ikut

terangsang untuk mengembangkan lebih lanjut. Pengembangan HaKI

ditentukan melalui mekanisme pasar yang sehat dan diarahkan untuk

memajukan masyarakat, sehingga HaKI mengenal adanya pembatasan

tertentu untuk melindungi kepentingan masyarakat. Sistem HaKI mendorong

adanya sistem dokumentasi yang baik sehingga dapat mencegah timbulnya

ciptaan atau temuan yang sama. Melalui dokumentasi HaKI yang baik maka

individu-individu dalam masyarakat didorong untuk selalu kreatif dan

inovatif menghasilkan karya-karya intelektual yang khas dan baru demi

kemajuan bangsa dan peradaban umat manusia.12

12
Ibid.
22

Ada 4 prinsip dasar dalam sistem HaKI untuk menyeimbangkan

kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat:13

1. Prinsip Keadilan: Para investor berhak mendapatkan imbalan berupa

materi maupun imateri atas karyanya berdasarkan kemampuan

intelektualnya.

2. Prinsip Ekonomi: Hak Kekayaan Intelektual yang dituangkan dalam

berbagai bentuk kepada publik memiliki manfaat dan nilai ekonomi

yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

3. Prinsip Kebudayaan: Perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra

sangat besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan

martabat manusia.

4. Prinsip Sosial: Hukum berfungsi menyeimbangkan kepentingan

individu dengan masyarakat, terlebih dalam dunia global yang

memandang bahwa seluruh komunitas manusia di seluruh belahan

dunia adalah satu masyarakat.

D. Hak Cipta

Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual

yang memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup

ilmu pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang di dalamnya

mencakup pula program komputer. Perkembangan ekonomi kreatif yang

menjadi salah satu andalan Indonesia dan berbagai negara dan berkembang

pesatnya teknologi informasi dan komunikasi mengharuskan adanya

pembaruan Undang-Undang Hak Cipta, mengingat Hak Cipta menjadi basis


13
Syafrinaldi, Fahmi dan M. Abdi Almaktsur, op. cit., h. 19.
23

terpenting dari ekonomi kreatif nasional. Dengan Undang-Undang Hak Cipta

yang memenuhi unsur pelindungan dan pengembangan ekonomi kreatif ini

maka diharapkan kontribusi sektor Hak Cipta dan Hak Terkait bagi

perekonomian negara dapat lebih optimal.

Kemudian untuk melangkah lebih dalam, maka dapat kita definisikan

makna hak cipta dan hak terkait menurut Dirjen Kekayaan Intelektual, Yaitu:

 Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

 Hak Terkait itu adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang

merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram,

atau lembaga penyiaran.

Lalu Hak Cipta yang dilindungi meliputi beberapa item, dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta telah dijabarkan

apa-apa saja dari Hak Cipta yang masuk perlindungan di Indonesia, Yakni:

1. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (layout) karya tulis

yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;


24

5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan

pantomim;

6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,

seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;

7. Arsitektur;

8. Peta;

9. Seni Batik;

10. Fotografi;

11. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya lain dari hasil

pengalihwujudan.

Untuk jangaka waktu perlindungan hak cipta dalam Undang-Undang

Tersebut sudah pula diterangkan dengan rinci, berikut adalah rinciannya:

1. Perlindungan Hak Cipta : Seumur Hidup Pencipta + 70 Tahun.

2. Program Komputer : 50 tahun Sejak pertama kali dipublikasikan.

3. Pelaku : 50 tahun sejak pertama kali di pertunjukkan.

4. Produser Rekaman : 50 tahun sejak Ciptaan di fiksasikan.

5. Lembaga Penyiaran : 20 tahun sejak pertama kali di siarkan.14

14
Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual, Kekayaan Intelektual,
https://www.dgip.go.id/tentang-djki/kekayaan-intelektual
25

E. Hak Eksklusif Pemegang Hak Cipta

Hak Eksklusif atau juga disebut sebagai hak subtantif pencipta

merupakan hak yang berisi hak moral serta hak ekonomi berdasarkan

pengumuman atau perbanyakan ciptaan. Hak ini adalah hak yang timbul

akibat lahirnya suatu ciptaan. Dengan danya hak ini, maka tidak ada orang

yang boleh/dapat melakukan ciptaan serupa tanpa ijin dari sang pencipta.

Dalam dunia hukum kita mengenal dua istilah yakni Common Law

dan Civil Law. Menurut civil Law, hak eksklusif yang lahir akibat suatu

ciptaan menghasilkan perlindungan hukum atas hak cipta. Di dalam Civil Law

jugalah hak moral bersanding dengan hak ekonomi. Hak moral dalam hal ini

menyatakan bahwa ada ikatan dalam dimensi moral dimana keterikatan antara

pribadi pencipta dan ciptaannya, sedangkan hak ekonomi berhubungan

dengan dimensi atas pemanfaatan suatu ciptaan hingga ekploitasinya maka

perlu ada fee berupa hak ekonomi yang perlu diwujudkan dan diberikan oleh

pegguna.

Namun hal ini berbeda dengan Common Law dimana hukum ini hanya

mengenal adanya hak ekonomi saja, hak moral dalam lingkup ini masih

merupakan suatu diskusi semata.

Berdasarkan pada apa yang dipaparkan diatas, maka perlu ditinjau

lebih jauh apa saja yang merupakan bentuk pengumuman atau eksploitasi

dalam ranah hak cipta, sehingga kerterkaitan antara pemanfaatan dan hak

eksklusif pencipta dapat di tenun dengan jelas. Berikut adalah hak yang
26

diberikan oleh hak ekonomi kepada pemilik dan pemegang hak cipta dan hak

terkait, yaitu:

1. Hak Penerjemahan

2. Hak Reproduksi

3. Hak Publikasi

4. Hak Penampilan Publik

5. Hak Pengkomunikasian Pada Publik

6. Hak Adaptasi

7. Hak Penyewaan

F. Media Streaming Digital

Media streaming digital adalah sebuah teknolgi untuk menayangkan

video atau audio secara langsung atau denga pre-recorder dari mesin server

(web serve). Media streaming sendiri sudah banyak berkembang dimasa

sekarang dan sudah lama beredar di Indonesia. Di Indonesia sendiri sudah ada

media streaming digital sepeti Hooq yang didirikan tahun 2015 dan Iflix yang

berdiri pada tahun 2014. Perkembangan media streaming digital yang sangat

pesat akhir-akhir ini didukung juga dengan adanya masa pandemi Covid-19,

kondisi spesial tersebut tentunya membawa keuntungan untuk media

streaming digital, sebab kegiatan diluar rumah sudah dibatasi, hampir semua

pekerjaan dilakukan di rumah, mulai dari sekolah dilakukan secara daring dan

pekerjaan lainya dialihkan menggunakan media digital.15

15
Rafida Ilma N, Meningkatnya Penggunaan Media Streaming Digital Menjadikan
Budaya Populer di Masa Pandemi Covid-19
27

Terdapat beberapa pengertian streaming yang dapat dipahami, ada

yang mengatakan bahwa streaming adalah proses pengiriman konten baik

audio atau video yang dikirim dalam bentuk yang sudah terkompres melalui

internet, yang kemudian dimainkan secara langsung tanpa harus melakukan

pengunduhan terlebih dahulu.

Ada juga yang mendefinisikan streaming sebagai proses mengalirkan

atau mentransfer data dari server kepada host dimana data yang ditransfer

merepresentasikan informasi yang haru disampaikan secara langsung. Data

yang dikirimkan melalui proses ini berupa video, audio, grafik, web

tours atau aplikasi real time lain.

1. Pengertian Streaming secara Umum

Dari dua definisi tadi, dapat dikatakan bahwa streaming adalah

proses transfer data atau informasi dari satu pengguna ke pengguna

lain, baik secara langsung atau melalui aplikasi tertentu, yang sifatnya

tidak perlu melakukan pengunduhan dan akan secara langsung

ditampilkan untuk data yang sudah berhasil dipindahkan.

Jadi ketika Anda menggunakan media sosial seperti YouTube

atau Instagram, Anda tidak perlu melakukan pengunduhan untuk

menyaksikan video yang ada pada platform tersebut. Cukup dengan

mengklik video yang akan disaksikan, dan secara langsung Anda akan

dapat menikmati video tersebut secara bertahap sesuai dengan

kecepatan transfer data yang dimiliki.


28

Streaming sendiri kini juga tak hanya dimanfaatkan pada

media baru seperti YouTube dan Instagram, melainkan juga radio-

radio modern yang mengandalkan jaringan internet untuk mengudara.

Tidak sedikit yang kemudian memanfaatkan keberadaan

radio online ini untuk mencari informasi berupa berita terkini atau

sekedar konten hiburan yang dapat menemani ketika di perjalanan.

2. Jenis Streaming yang Kini Digunakan

Jika dilihat dari jenisnya, setidaknya ada dua

macam streaming yang digunakan oleh masyarakat saat ini. Pertama

adalah Prerecord Streaming dan kedua adalah Live Streaming. Tentu

terdapat perbedaan pada kedua jenis streaming ini.

3. Prerecord Streaming

Jenis yang pertama ini dijalankan dengan terlebih dahulu

merekam video atau konten yang akan disiarkan, kemudian

menyimpannya pada media tertentu (bisa media online atau media

fisik seperti hardisk). Setelah disimpan, baru kemudian host dapat

melakukan akses pada konten tersebut jika akses diberikan secara

bebas oleh pemilik konten.

4. Live Streaming

Sedikit berbeda dengan Prerecord Streaming, Live Streaming

dilakukan dengan konsep kerja seperti siaran langsung pada televisi.

Artinya, pemilik konten melakukan kegiatan perekaman pada suatu

konten dan secara langsung disiarkan pada media yang dimilikinya.


29

Nantinya host dapat melihat secara langsung setiap detik yang dilalui

oleh pemilik konten tersebut, sehingga engagement yang terjalin dapat

lebih erat.

5. Penerapan Streaming Di Era Kekinian

Dalam era kekinian, streaming sendiri dapat menjadi satu cara

penyiaran atau publikasi yang lebih efektif karena menghemat waktu

dan dapat membuat host atau penonton merasa lebih terkait dengan

pembuat konten. Bayangkan jika Anda harus mengunduh semua

konten yang akan Anda lihat terlebih dahulu, akan berapa banyak

waktu dan paket data yang Anda habiskan dalam proses tersebut?

Meski streaming memiliki kesan mengkonsumsi banyak data,

nyatanya cara ini dipilih oleh sebagian besar masyarakat untuk

menikmati konten dari berbagai media baru. Hal ini dikarenakan

dengan melakukan streaming, host dapat menyaksikan konten apapun

tanpa perlu menunggu proses pengunduhan, yang disatu sisi akan

menghabiskan waktu dan di sisi lain akan menghabiskan media

penyimpanan.

Streaming sendiri banyak digunakan oleh tokoh publik untuk

menyiarkan kegiatannya secara langsung, atau mendokumentasikan

kegiatannya dalam format tertentu yang dapat dilihat lagi di lain waktu.

Penerapan streaming yang paling terasa mungkin adalah pada

industri esports, dimana hampir setiap turnamen yang diadakan akan


30

disiarkan secara langsung pada media yang dipilih agar dapat dinikmati oleh

penggemarnya.16

16
Bakti Kominfo, Pengertian Streaming Serta Jenis Dan Penerapannya:
https://www.baktikominfo.id/id/informasi/pengetahuan/pengertian_streaming_serta_jenis_dan_pen

erapannya-1065
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini mengambil metode penelitian Hukum Normatif.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan analisa yang lebih bersumber

kepada data yang sudah ada, serta menemukan norma-norma yang dapat

menjadi acuan serta basis data bagi pendekatan serta perumusan hasil dan

kesimpulan dalam proses penyelesaian masalah. Ketika norma serta bahan

yakni regulasi sudah ditemukan dan ditentukan, maka kemudian akan

dilakukan analisis berdasarkan berbagai data yang sudah terkumpul tadi.

Untuk menganalisis data, ada beberapa metode yang dapat dilakukan yang

akan di jabarkan lebih jauh pada sub bab selanjutnya.

Penelitian Hukum Normatif menurut Soerjono Soekanto “penelitian

merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada analisis dan

konstruksi yang dilakukan secara sistematis, metodologis dan konsisten dan

bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi

keinginan manusia untuk mengetahui apa yang sedang dihadapinya”.17

Selain itu ada beberapa pengertian lagi yang sudah tertera dalam

literatur Hukum lainnya, seperti:

17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 3.

31
32

a) “Penelitian Hukum Normatif merupakan penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder”.18

b) ”Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal.

Menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum normatif adalah

suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip

hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum

yang dihadapi”.19

c) “Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan

sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau

hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan

patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas”.20

B. Jenis Pendekatan Hukum

Pendekatan Hukum ini merupakan proses dimana penentuan bahan uji

dilakukan. Pedekatan-pendekatan dalam metode penelitian ini akan

menggunakan metode pendekatan undang-undang atau constitutuom

Approach.

C. Sumber Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum yang kemudian akan menjadi instrumen

penyusun dalam penelitian ini. Hasil akan bersumber dari data yang sudah

terkumpul dalam beberapa hierarki. Mulai dari primer hingga bahan tersier.

18
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat, PT. Jakarta :Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 13.
19
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta,:Kencana Prenada, 2010, hal.
35.
20
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 118.
33

Untuk lebih jelasnya berikut ini jabaran dari tiga golongan sumber bahan

hukum:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang mempunyai

kekuatan hukum mengikat, meliputi Norma-norma dasar Pancasila,

Peraturan Dasar (UUD 1945, Ketetapan MPR,), Peraturan Perundang-

undangan, Hukum Kebiasaan, Yurisprudensi, dan Traktat. Dalam

penelitian ini bahan primer yang digunakan berupa Peraturan

Peruandang-undangan terkait Hak Cipta, Peraturan Pemerintah Tentang

Pengelolaan Royalti Musik, Peraturan Menteri Hukum dan HAM, dan

peraturan lain yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang masih erat

kaitannya dengan Bahan Hukum Primer dan bisa dikatakan sebagai

penerangan bagi hukum primer yang terkesan kaku. Bahan Hukum

Sekunder meliputi Buku, Jurnal, Ensiklopedia, dan kamus yang terkait

hukum. Selain itu Pandangan para ahli hukum yang termuat dalam media

massa, ensiklopedia, dan internet dalam situs resmi juga merupakan salah

satu bahan hukum sekunder.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier merupakan bahan hukum yang memberikan

petunjuk serta penjelasan terhadap kedua bahan di atas dan dalam hal ini
34

adalah Internet atau media massa berbasis daring yang memuat bahasan

hukum terkait penelitian ini.

D. Teknik Analisa Bahan Hukum

Saat bahan-bahan hukum sudah terkumpul maka dilakukanlah analisis

data terkait yang bertujuan menetapkan argumentasi akhir yang berupa

jawaban dari masalah yang diteliti. Penelitian ini menggunakan beberapa

teknik analisis, yaitu:

a. Deskriptif yang menggambarkan serta menguraikan suatu kondisi dari

proposisi-proposisi hukum atau nonhukum secara apa adanya.

b. komparasi dengan cara melakukan perbandingan berupa tepat atau

tidak tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah

oleh peneliti terhadap suatu pandangan, proposisi, penyataan rumusan

c. Interpretatif yang merupakan teknik analisa oleh peneliti berdasarkan

masalah terkait dengan beberapa penafsiran (Penafsiran Otentik,

Penafsiran menurut penjelasan Undang-Undang, Yurispridensi, dan

Menurut Doktrin)

d. Argumentatif, memberi argumentasi yang didasarkan pada alasan-

alasan yang bersifat penalaran hukum demi menjawab permasalahan

dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Jurnal


Janed, Rahmi. Hukum Hak Cipta (Copyrights Law), 2014, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.

Vasri, Muh. Luth Septian. Skripsi: “Tinjauan Yuridis Pembayaran Royalti


Atas Penggunaan Komersial Musik Oleh Pelaku Usaha Cafe di Kota
Kendari, 2021, Universitas Muhammadiyah Kendari, Kendari.

Mertokusumo, Sudikno. Mengenal Hukum Satu Pengantar, 2005, Liberty,


Yogyakarta.

Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum


Perusahaan : Bentuk-bentuk Perusahaan yang berlaku di Indonesia,
1996, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

H.R. Sardjono dan Frieda Husni Hasbullah, Bunga Rampai Perbandingan


Hukum Perdata, 2003, INDHILL, Jakarta.

Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum, cetakan. VI, 2006 , PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini. Penerapan Teori Hukum pada


Penelitian Tesis dan Disertasi, cet. 1, 2013, PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta.

Syafrinaldi, Fahmi dan M. Abdi Almaktsur, Hak Kekayaan Intelektual, 2008,


Suska Press, Pekan Baru.

Hariyani, Iswi. Prosedur Mengurus HAKI yang Benar, 2010, Pustaka


Yustisia, Yogyakarta.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, 1986, UI Press, Jakarta.

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu


Tinjauan Singkat, PT. Jakarta :Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 13.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum, 2010, Kencana Prenada, Jakarta.

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, 2006,


Raja Grafindo Persada, Jakarta.

B. Internet

35
Andi Fariana, “Subyek Hukum, Obyek Hukum?”
https://dosen.perbanas.id/subyek-hukum-obyek-hukum/ (diakses pada
4 Desember 2021, Pukul 23.52)

Mys, “Ketidaktahuan Undang-Undang Tak Dapat Di benarkan”


https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4dc100992a35a/ketidakta
huan-undangundang-tak-dapat-dibenarkan (Diakses pada 5 Desember
2021, pukul 13.49 WITA)

Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual, Kekayaan Intelektual,


https://www.dgip.go.id/tentang-djki/kekayaan-intelektual (Diakses
pada 6 Desember 2021, pada pukul 21.56 WITA)

Rafida Ilma N, Meningkatnya Penggunaan Media Streaming Digital


Menjadikan Budaya Populer di Masa Pandemi Covid-19,
https://www.kompasiana.com/rafidailma/5fed67e6d541df19ce1ef754/
meningkatnya-penggunaan-media-streaming-digital-menjadikan-
budaya-populer-di-masa-pandemi-covid-19, (diakses pada 10
Desember 2021, Pukul 13.22 WITA)

Bakti Kominfo, Pengertian Streaming Serta Jenis Dan Penerapannya:


https://www.baktikominfo.id/id/informasi/pengetahuan/pengertian_str
eaming_serta_jenis_dan_penerapannya-1065, (Diakses Pada 10
Desember 2021, Pukul 13.28 WITA).

C. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Hak Cipta. 16 Oktober 2014.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 266.
Jakarta

36

Anda mungkin juga menyukai