Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PEMEGANG HAK CIPTA ATAS PEMBAJAKAN

FILM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 28 TAHUN 2014

Ditulis untuk memenuhi persyaratan akademik


guna memperoleh gelar sarjana hukum

Oleh :

Nama : Gracia Rumia Sarah Taida

NIM : 01051190144

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2022
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………………….... 1

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………... 14

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 15

1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 15

1.4.1. Manfaat Teoritis ……………….…………………………………. 16

1.4.2. Manfaat Praktis …………………………………………………….. 16

1.5. Sistematika Penulisan ………………………………………………. 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………... 19

2.1. Landasan Teori ……………………………………………………… 19

2.1.1 Teori Perlindungan Hukum …………………………………………. 19

2.1.2. Teori Penegakan Hukum ………...………………………………... 22

2.2. Landasan Konseptual ……………………………………………..… 23

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………... 28

3.1. Jenis Penelitian ……………………………………………………. 28

3.2. Jenis Data ………...……………………………………………….. .29

i
3.3. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 30

3.4 Jenis Pendekatan ………………………………………………… 31

3.5 Analisa Data……………………………………………………….. 31

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman baik dari suku bangsa,

agama, etnis dan budaya. Keanekaragaman tersebut, mendorong setiap orang untuk

menghasilkan suatu karya yang bernilai tinggi dan berharga. Karya-karya yang

dihasilkan tersebut memerlukan perlindungan hukum. Hal ini disebabkan karena

situasi dan kondisi perkembangan baik itu teknologi, perdagangan,industri semakin

pesat sehingga terus diperlukan peningkatan perlindungan terhadap pemegang hak

cipta atas suatu karya yang dihasilkannya. 1 Suatu karya merupakan hak milik bagi

penciptanya baik itu hak milik atas benda berwujud (Real Property) maupun atas

benda tidak berwujud (Intellectual Property). Salah satu bagian dari Intellectual

Property adalah Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). HAKI dibagi menjadi 2

bagian yaitu hak cipta dan hak kekayaan industri. Hak kekayaan industri

didalamnya mencakup paten, merek, desain tata letak sirkuit terpadu, desain

industri, rahasia dagang dan varietas tanaman.. Alasan HAKI perlu dilindungi

diantaranya karena hak tersebut merupakan hak alamiah, perlindungan atas reputasi

dan mendorong serta menghargai reputasi pencipta.2 Sehingga prinsip dasar dari

HAKI yaitu melindungi para pemegang atas hak tersebut dan karya yang dihasilkan.

1
M.Abdul Aziz, “Perlindungan Hukum Bagi Pengarang Terhadap Hak Ciptanya dan
Sanksi Bagi Pelanggaran Hak Cipta Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta”, Skripsi, Palembang : Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang, 2016, hal 2.
2
Ibid

1
Dalam perkembangannya, HAKI menghadapi permasalahan, dimana

permasalahan ini telah menyentuh berbagai aspek lainnya. Namun, aspek yang

paling penting jika dikaitkan dengan perlindungan bagi seluruh kekayaan

intelektual adalah aspek hukum. Aspek hukum menjadi sangat penting karena

hukum sebagai suatu peraturan diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan

yang berkaitan dengan HAKI. Hukum harus bisa memberikan perlindungan bagi

karya cipta intelektual, sehingga dapat mengembangkan kreasi masyarakat.

Pelanggaran yang biasa terjadi pada HAKI dapat berupa pemalsuan, pembajakan,

peniruan, reproduksi, plagiat dan lain sebagainya. Motif dari pelanggaran tersebut

adalah bermotif ekonomi yang dapat merugikan pemegang hak cipta yang

menciptakan karya nya tersebut. Hak Cipta sebagai salah satu bagian dari hak atas

kekayaan intelektual didalamnya memiliki ruang lingkup objek yang sangat luas

dan dilindungi, diantaranya yaitu ilmu pengetahuan, seni dan sastra dan program

komputer.3 Hak Cipta merupakan hak khusus pagi pencipta untuk

mengumumkan,memperbanyak ciptaan dan memberikan ijin kepada pihak lain

sehingga ciptaan tersebut dapat dibaca, dilihat, didengar oleh pihak lain. Hak Cipta

merupakan hak eksklusif bagi penciptanya yang timbul berdasarkan prinsip

deklaratif setelah suatu ciptaan tersebut telah diwujudkan dalam bentuk yang nyata

tanpa mengurangi pembatasan sesuai yang ada dengan ketentuan perundang-

undangan. Sehingga dengan adanya hak tersebut, maka pihak lain tidak boleh

3
Robby Noviandy, “Perlindungan Hukum Bagi Pencipta Film Terhadap Situs Penyedia
Jasa Unduh Film Gratis Di Media Internet”, Naskah Publikasi,Yogyakarta : Fakultas Hukum
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2016, hal 1.

2
memanfaatkannya tanpa izin dari penciptanya. Pada dasarnya, pencipta memiliki

hak eksklusif yang muncul secara alami sesudah karya cipta tersebut diwujudkan

dalam bentuk nyata tanpa harus memerlukan pendaftaran ke Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI). Namun ciptaan tersebut juga dapat

didaftarkan dalam Daftar Umum Ciptaan Ditjen HAKI. 4

Hak Cipta lahir secara otomatis atau yang dikenal dengan Automatic

Protection. Artinya bahwa Hak Cipta tersebut akan lahir secara otomatis dalam diri

pencipta setelah karya cipta tersebut selesai dibuat. Terdapat dua hak yang melekat

pada diri pencipta yaitu hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right).

Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk mendapatkan

manfaat ekonomi atas ciptaan tersebut dan mengkomersialkannya dengan cara-cara

seperti reproduksi ciptaan, mempertontonkan, mempublikasikan, mengalihkan dan

melisensikan. Sedangkan hak moral berarti hak yang melindungi kepentingan

pribadi pencipta dan tidak dapat dipisahkan dari pencipta karena hak tersebut telah

melekat selama hidup pencipta bahkan setelah pencipta meninggal dunia. 5 Saat

pencipta meninggal dunia, karya yang dihasilkannya tersebut tidak boleh dilakukan

perubahan seperti judul, anak judul ciptaan, pencantuman dan perubahan nama

samaran pencipta kecuali dengan adanya persetujuan dari ahli warisnya. 6 Kedua

hak ini menjadi hak dasar yang harus dilindungi Negara karena hal ini sudah

dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara

4
Ras Elyta Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia( Analisa Teori dan Praktek),(Bandung :
Citra Aditya Bakti), hal 64.
5
Budi Santoso, Hak Kekayaan Intelektual, (Semarang : Pustaka Magister),, hal 90-100
6
Ibid

3
Indonesia, dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 28 C ayat 1 Undang-Undang

Dasar 1945 yang pada intinya menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk

mengembangkan diri dan mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari

seni, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan manusia.Pada

pasal ini jelas mengatakan bahwa setiap orang berhak untuk memperjuangkan

haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat dan negara. Hak Cipta ini

juga merupakan suatu bentuk penghargaan pemerintah untuk masyarakat yang

memiliki kreativitas dalam membuat suatu karya cipta dan seni.

Pelanggaran-pelanggaran terhadap hak cipta pada dasarnya dapat dibedakan

menjadi dua, diantaranya adalah pelanggaran langsung dan tidak langsung.

Pelanggaran langsung seperti pihak lain tidak izin kepada pemegang hak cipta

untuk melakukan perbanyakan terhadap suatu karya. Pelanggaran tidak langsung

adalah pelanggaran yang dilakukan dengan cara memberikan fasilitas dan

mendukung terjadinya suatu pelanggaran.Tolak ukur yang dipakai adalah bahwa

pelaku tahu bahwa perbuatan mereka tersebut adalah suatu pelanggaran.

Pelanggaran yang sering terjadi oleh para pihak tersebut seperti pembajakan

terhadap film-film yang diunggah di website ilegal tanpa adanya persetujuan dari

pencipta. Sejak tahun 80-an, pembajakan pada bidang perfilman sudah dilakukan

dengan cara melakukan penggandaan dari betamax yang kemudian berkembang

kepada laser disk, VCD hingga sampai penyebarluasan ke situs ilegal. Pembajakan

terhadap karya cipta film layar lebar yang sangat marak ini disebabkan karena

semakin banyaknya perminatan masyarakat atas film tersebut yang menyebabkan

4
masyarakat merasa rugi apabila harus membeli DVD/VCD atau membeli paket

nonton layanan streaming di berbagai aplikasi seperti Netflix, Disney Hot Star, We

Tv, dan lain sebagainya.

Perfilman di Indonesia telah berkembang dari industri perfilman tahun 80-

an. Pada tahun tersebut film hanya ditayangkan hitam putih, tanpa suara dan narasi

sangat sederhana.Namun dengan adanya inovasi yang dilakukan oleh para

sinemator di Indonesia maka sekarang ini dunia perfilman sudah meningkat dengan

lebih bagus sehingga makin dinikmati oleh banyak orang. Film yang sekarang

ditampilkan sudah berwarna, suara terdengar dan animasi-animasi yang disajikan

sudah sangat berkembang. Dalam dunia perfilman tentunya melibatkan banyak

pihak untuk menghasilkan karya yang sempurna. Maka dari itu hasil dari sebuah

karya tentu memerlukan apresiasi dan perlindungan oleh semua pihak termasuk

didalamnya pemerintah Republik Indonesia, yang dikenal dengan Hak Atas

Kekayaan Intelektual. 7

Film merupakan suatu karya cipta dan seni budaya yang merupakan pranata

sosial dan media komunikasi yang dibuat berdasarkan pada kaidah sinematografi

dengan dan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Sebagai karya seni budaya,

film tidak hanya berfungsi sebagai hiburan namun juga sebagai pendidikan,

informasi dan pendorong karya kreatif seseorang. Sebagai suatu karya cipta, maka

film merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang melekat pada diri

penciptanya dan dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang

7
Liza Anggrayni, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Cipta Film Bioskop
Yang Ditayangkan Pada Media Sosial”, Skripsi, Batam : Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora Universitas Putera Batam, 2020, hal 3.
5
Hak Cipta. Film sebagai karya cipta merupakan media komunikasi pada massa

pandang-dengar, pembinaan dan pengembangannya diarahkan untuk mampu

memantapkan nilai-nilai budaya bangsa, menggelorakan semangat pengabdian dan

perjuangan bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan, mempertebal

kepribadian dan mencerdaskan bangsa, serta meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, yang pada gilirannya akan memantapkan ketahanan nasional. 8

Pada saat proses mewujudkan ide film tersebut ke bentuk nyata maka

seorang produser atau pencipta tersebut mengeluarkan modal untuk menunjang

pembuatan suatu film. Modal yang dimaksud yaitu sumber daya manusia,ilmu

pengetahuan, teknologi dan dana. Ketika suatu film telah selesai dibuat dan telah

dilakukan pengumuman maka pencipta akan mendapatkan apresiasi dari

penontonnya sehingga hal ini juga bisa menjadi celah bagi para pihak-pihak yang

tidak bertanggungjawab untuk memanfaatkan popularitas film tersebut dengan

melakukan pelanggaran Hak Cipta untuk mencari keuntungannya sendiri. Cara

yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut yaitu dengan menggunakan internet untuk

memasukkan film tersebut ke dalam situs penyedia layanan streaming ilegal.

Seperti contoh pada tahun 2018, seseorang bernama Aditya Fernando Phasyah

terbukti dan dinyatakan bersalah karena telah melakukan pembajakan film pada

film Keluarga Cemara milik rumah produksi Visinema Pictures yang ditampilkan

pada website Dunia Film 21. Ia juga melakukan pembajakan terhadap 3.000 judul

8
Ahmad M. Ramli, dan Fathurahman, Film Indefenden dalam hukum perspektif hukum
hak cipta dan hukum perfilman indonesia, (Bogor: penerbit Ghalia Indonesia, 2004), hal 9.

6
film lokal dari sejak tahun 2018 untuk mencari keuntungan dari iklan yang di

daftarkan.9 Contoh lainnya yaitu kasus pembajakan film Warkop DKI Reborn.

Kemajuan teknologi dan informasi sangat mempengaruhi masyarakat global

terutama di bidang internet. Internet adalah salah satu hasil ciptaan yang

berkembang dari tahun 1962 hingga saat ini. Kehadiran internet dimaknai sebagai

sebuah kemajuan teknologi yang menjadi penyebab terjadinya percepatan terhadap

arus globalisasi. Kehadiran internet juga menghasilkan hal positif dan hal negatif.

Dalam sisi positif, internet memudahkan masyarakat untuk melakukan berbagai

aktivitas seperti berkomunikasi jarak jauh, mengakses informasi, menyalurkan

kreativitas dan bisa digunakan sebagai hiburan. Kemudahan yang diberikan oleh

internet yang dapat dilihat yaitu seperti saat ingin menyaksikan suatu film, tidak

perlu lagi untuk mengantri dan pergi ke bioskop ataupun membeli CD (Compact

Disc). Melainkan dapat mengaksesnya secara mudah melalui situs di internet yang

menyediakan berbagai macam film yang ingin disaksikan. Di sisi negatif, internet

menjadi salah satu hal penyebab munculnya kejahatan yang erat kaitannya dengan

perkembangan masyarakat. Kehidupan masyarakat yang semakin maju dan

berkembang, juga akan mendorong kejahatan untuk semakin ikuti maju.10

Pertukaran informasi, kebebasan dan kemudahan yang diberikan dalam

mengakses internet membuat banyak pihak memiliki ruang tersendiri untuk

melakukan tindakan pelanggaran dan kejahatan. Akibat dari kemajuan teknologi

9
Gresi Plasmanto, “Jejak Seorang Gamers Jadi Pembajak Film Keluarga Cemara”, 2021.
https://www.liputan6.com/regional/read/4548779/jejak-seorang-gamers-jadi-pembajak-film-
keluarga-cemara diakses pada 14 Maret 2022.
10
Abdul Wahid, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime),(Bandung : refika Aditama, 2010),
hal 21.
7
informasi yang begitu pesat membuat perubahan kegiatan dalam kehidupan

manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung membuat lahirnya bentuk-

bentuk perbuatan hukum baru. Selain itu, kemajuan teknologi yang berkembang

secara pesat menjadikan keadaan yang sangat rentan untuk para pencipta dari karya

tersebut, sehingga karya tersebut lebih mudah untuk disebarluaskan ke situs-situs

ilegal tanpa adanya ijin dari pencipta. Penggunaan internet sebagai media informasi

dan komunikasi membuat beragam karya dapat terus menerus digandakan dan

disebarluaskan ke ribuan orang dalam waktu yang singkat yang dilakukan oleh

pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Kemampuan internet untuk

menggandakan dan menyebarluaskan karya cipta seseorang, tentunya membuat

kekhawatiran bagi banyak pihak khususnya pemegang hak cipta tersebut.

Tindakan pelanggaran yang sering ditemukan di internet yaitu pelanggaran

hak cipta.11Salah satunya adalah penggandaan suatu ciptaan yang dilakukan secara

tidak sah dan pendistribusian ciptaan tersebut dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan atau dengan kata lain hal ini disebut dengan Pembajakan. Pembajakan

dalam film layar lebar biasnya dilakukan dengan melakukan download dari website

film yang disediakan dan kegiatan ini ada yang berbayar maupun yang tidak

berbayar atau gratis. Perbedaan yang dapat dilihat yaitu apabila website film

berbayar seperti Netflix, Disney Hot Star, We Tv, dan lain sebagainya, memiliki izin

dari penciptanya untuk mengumumkan dan memperbanyak karya ciptanya.

11
Baru Tulus Obtain Siambaton, “Modul Hukum Cyber & Transaksi Elektronik”, Medan
: Fakultas Hukum Universitas HKBP NOMMENCEN, 2018, hal, 196.

8
Sebaliknya, yang tidak berbayar atau gratis tersebut tidak memiliki izin untuk

mengumumkan dan memperbanyak dari penciptanya.

Situs-situs online tersebut turut membantu mempermudah aktivitas

daripada pihak yang tidak bertanggung jawab seperti melakukan upload film,

download film secara ilegal dan aktivitas lainnya yang sering dilakukan dalam

aktivitas online. Perbuatan ini tanpa disadari telah melanggar hukum. Perbuatan

mengupload dan mendownload ini secara tidak langsung masuk ke dalam kategori

pembajakan film secara online yang dapat memperbanyak keuntungan pagi

penyedia layanan situs ilegal tersebut. Adanya situs-situs yang menayangkan dan

menyebarluaskan film tanpa izin dari pencipta memberikan dampak kerugian bagi

pemegang hak cipta yang memiliki hak ekonomi atas ciptaan yang ia buat.

Pemegang hak cipta tidak akan mendapat royalti dengan adanya penanyangan dan

penyebarluasan film yang dilakukan di situs-situs tersebut. Pada bulan Januari

tahun 2020, Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memblokir

beberapa situs straming ilegal yang banyak digunakan seperti Juragan Film, LK21,

LayarKaca21, Gudangfilm, Nonton Movie,IndoXXI dan beberapa situs lainnya. 12

Johnny G.Plate selaku Menteri Kemkominfo mengatakan bahwa situs-situs seperti

yang telah disebutkan diatas melanggar kekayaan intelektual pembuat film,

sehingga harus ditutup.

12
Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia,”22 Situs Diduga
Pembajak Film Diblokir Kemenkominfo” ,2015. https://kominfo.go.id/content/detail/5651/22-situs-
diduga-pembajak-film-diblokir-kemenkominfo/0/sorotan_media diakses pada 14 Maret 2022.

9
Menurut Deputi Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Ari Juliano

Gema, Indonesia masiuk ke peringkat 10 (sepuluh) besar negara dengan angka

pembajakan film tertinggi. 13 Pada bulan Desember 2019, YouGov yang merupakan

perusahaan riset dan analisis data film mengatakan bahwa 63% konsumen daring
14
di Indonesia menonton film di situs ilegal. Apabila dilihat pada survei Asosiasi

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2019-kuartal 2020, pengguna Internet

di Indonesia sebesar 196,7 juta jiwa, sehingga jumlah pengguna yang terlibat pada

pembajakan ini 110 sampai 125 juta pengguna. Dari total jumlah responden, 44

responden berusia 18 tahun sampai 24 tahun mengaku menggunakan layanan ilegal

tersebut.15 Akibat dari maraknya pembajakan terhadap film di Indonesia, Indonesia

diperhadapkan dengan berbagai masalah yang serius. Antara lain yaitu

berkurangnya pemasukan Negara dalam bentuk pajak, merusak reputasi dan nama

baik negara, terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat di pasar dalam

negeri.Indonesia juga telah dikenal sebagai salah satu negara pembajak kekayaan

intelektual yang paling banyak kasusnya sehingga julukan tersebut dapat

membahayakan bagi perekonomian Indonesia kedepannya.

Indonesia sebagai negara yang tergabung dalam World Trade Organization

(WTO) dan World Intellectual Property Organization (WIPO), tentunya harus

13
Relys Sandi, Luna Dezeana, Herlin Sri, “Mengoptimalkan Peran Badan Perfilman
Indonesia : Analisis Aspek Hak Cipta terhadap Praktik Siaran Video Ilegal”, Jurnal Kajian
Pembaruan Hukum Universitas Jember, 2021, hal 8.
14
Hidayat Setiaji, “Serupa IndoXXI, Situs Ini Punya Koleksi Melebihi Netflix!”, 2019.
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20191224185849-37-125487/serupa-indoxxi-situs-ini-
punya-koleksi-melebihi-netflix , diakses pada 14 Maret 2022
15
Luki Safriana, “Kembali ke Bioskop dan Upaya Melawan Pembajakan di Era Internet”,
2021. https://katadata.co.id/muchamadnafi/indepth/6062929b63666/kembali-ke-bioskop-dan-
upaya-melawan-pembajakan-di-era-internet , pada 14 Maret 2022.
10
melaksanakan kewajibannya di bidang legislasi dalam pengaturan mengenai Hak

Cipta. Maka dari itu, pemerintah Indonesia mengundangkan peraturan yang

melindungi Hak Cipta tersebut. Di Indonesia, peraturan mengenai Hak Cipta

pertama kali yaitu dengan lahirnya Undang-Undang No 7 Tahun 1987 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang No 6 Tahun 1982, kemudian berubah menjadi

Undang-Undang No 12 Tahun 1997, kemudian berubah menjadi Undang-Undang

No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

Pada Undang-Undang No 7 Tahun 1987, diatur lebih khusus mengenai

perlindungan terhadap karya cipta di Indonesia dan ditambahkan beberapa

pengertian dan istilah yang sebelumnya tidak ada dalam Undang-Undang No 6

Tahun 1982, yaitu pengertian pemegang hak cipta dan program komputer.

Kemudian saat diubah ke Undang-Undang No 12 Tahun 1997, perubahan ini

memberikan beberapa perubahan dan tambahan ketentuan-ketentuan yang tidak

diatur dalam Undang-Undang sebelumnya.Pada Undang-Undang No 12 Tahun

1997 ditambahkan 4 ketentuan baru diantaranya yaitu pengertian pelaku, produser,

lembaga penyiaran, kantor hak cipta dan rekaman suara. Dalam Undang-Undang

ini ditambahkan ketentuan baru yaitu mengenai hak pemegang hak cipta untuk

memberi izin atau melarang orang lain untuk menyewakan ciptaan tersebut tanpa

adanya izin dari pemegang hak cipta.Pada Undang-Undang ini juga muncul sebuah

bab baru yaitu Bab V A yang mengatur mengenai hak-hak yang berkaitan dengan

hak cipta. Perubahan selanjutnya yaitu menjadi Undang-

11
No 19 Tahun 2002 yang didalamnya diatur ketentuan baru yaitu mengenai

perlindungan hak ekonomi pencipta, peralihan hak ekonomi, hak ekonomi

pemegang hak terkait, hak ekonomi atas potret, kepemilikan hak ekonomi pencipta

untuk sold flat dan kepemilikan hak ekonomi lagu dan musik yang beralih setelah

25 tahun. Dalam Undang-Undang ini juga mengatur mengenai Teknologi Informasi

dan Komunikasi. Kemudian disadari bahwa karena adanya pengembangan

kemampuan intelektual masyarakat Indonesia maka memerlukan perlindungan

hukum yang memadai. Maka dibentuklah Undang-Undang No 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta agar sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan

masyarakat.16 Perubahan terakhir yaitu Undang-Undang No 28 Tahun 2014

mengatur mengenai pendaftaran ciptaan dan mengubah ketentuan dalam Undang-

Undang sebelumnya yaitu tentang lama perlindungan hak cipta setelah penciptanya

meninggal.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta, diharapkan dapat memberikan perlindungan dan rasa keadilan terutama

untuk para pemegang hak cipta sehingga karya cipta tersebut dapat memiliki

pengakuan secara hukum dan mendapat penghargaan atas karya cipta yang ia buat.

Dengan adanya perlindungan secara hukum diharapkan dapat meminimalisir segala

bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab

terhadap hak cipta khususnya terhadap karya cipta film.

16
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPS, (Bandung : Alumni,
2005), hal 105.

12
Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta juga menerapkan

sanksi pidana dan denda terutama untuk para oknum yang melakukan pembajakan

atas karya cipta.Hal ini diatur dalam pasal 116 ayat 3 Undang-Undang No 28 Tahun

2014 sehingga dengan adanya ketentuan tersebut seharusnya dapat memberikan

efek jera terhadap para pelaku pembajakan karya cipta film. Selain itu juga,

diharapkan dapat memberi kepastian hukum apabila terjadi pelanggaran terhadap

hak cipta. Undang-Undang No 28 Tahun 2014 ini juga memberikan pedoman bagi

para aparat penegak hukum hak cipta untuk meningkatkan penegakan hukum hak

cipta. Walaupun Undang-Undang Hak Cipta sudah terus dilakukan pergantian dan

diperluas mulai dari ruang lingkup hak cipta sampai dengan pasal-pasal yang

mengatur mengenai sanksi dan ketentuan pidana bagi yang melanggar, tetapi pada

faktanya pelanggaran tersebut terutama pembajakan terhadap karya cipta seni film

tanpa ijin masih sering dilakukan.

Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tersebut menjadi payung hukum yang

tentunya harus ditegakkan dalam masyarakat. Penegakan hukum tersebut

bergantung pada tiga hal yaitu, pertama, substansi hukum yaitu yang menentukan

apakah hukum tersebut dapat dilaksanakan. Kedua, struktur hukum yang

menentukan apakah hukum yang berlaku dapat dilaksanakan oleh para aparat

penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan. Ketiga, budaya hukum

yaitu sikap manusia terhadap hukum yang ada dan kaitannya dengan kesadaran

hukum dalam masyarakat. Ketiga unsur penegakan hukum tersebut tidak dapat

dipisahkan dan memiliki keterkaitan antara yang satu dan lainnya.

13
Dalam pelaksanaannya, ketiga unsur tersebut harus mendukung satu dengan yang

lainnya. Tujuannya adalah agar terciptanya pola hidup masyarakat yang taat aturan,

aman dan tentram. Namun, pada prakteknya payung hukum dan penegakan hukum

tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga pelanggaran hak cipta

khususnya pembajakan film yang disebarkan di situs ilegal semakin marak dan

terus bertambah.

Berdasarkan pemaparan yang telah penulis uraikan diatas, penulis tertarik

untuk meneliti lebih lanjut dan memofukskan apakah Undang-Undang No 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta sudah menyentuh sampai pada perlindungan

terhadap pembajakan karya cipta film dan apakah Undang-Undang No 28 Tahun

2014 sudah memiliki kecukupan yang khususnya mengatur tentang perlindungan

bagi pencipta yang akan saya kaji lebih lanjut. Oleh karena itu, judul penelitian ini

adalah PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK

CIPTA ATAS PEMBAJAKAN FILM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NO.28 TAHUN 2014.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang hak cipta

atas pembajakan film yang dilakukan di website ilegal ditinjau dari

Undang-Undang Hak Cipta?

14
2. Bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemegang

hak cipta dan implementasi dari Undang-Undang Hak Cipta yang

sudah ada guna perlindungan dari pembajak?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang didapatkan oleh

pemegang hak cipta atas pembajakan film yang dilakukan di website

ilegal.

2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan oleh

pemegang hak cipta film atas pembajakan film yang dilakukan di

website ilegal yang dilakukan oleh pihak lain.

3. Untuk memahami dan menganalisis mengenai implementasi dari

Undang-Undang Hak Cipta untuk perlindungan dari pembajak.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah

wawasan yang lebih luas para pembaca khususnya para pemegang

hak cipta atas pembajakan film yang disiarkan di website ilegal yang

dilakukan oleh para pihak yang tidak bertanggung jawab atas

perbuatannya tersebut. Penulis juga berharap hasil penelitian ini

dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu hukum

dan HAKI khususnya pada bidang hak cipta dan dapat menjadi

referensi bagi penelitian selanjutnya.

15
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat

Agar masyarakat lebih bisa menghargai atas suatu karya

yang dimiliki oleh pencipta dan lebih cerdas dalam membagikannya

di internet.

2. Bagi pemerintah

Agar pemerintah dapat memberikan sosialisasi kepada

masyarakat terkait dengan pentingnya hak cipta atas suatu karya

yang dibuat.

3. Bagi pemegang hak cipta

Agar para pemegang hak cipta dapat mengetahui apa saja

perlindungan yang didapat dari peraturan perundang-undangan di

Indonesia dan upaya hukum apa yang dapat dilakukan bila terjadi

pembajakan film miliknya di website ilegal.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penguraian dan

pembahasan terhadap materi yang disajikan, maka Penulis menyusun

sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

16
Dalam bab ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian yang

akan diuraikan yaitu tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan yang berisi

tentang substansi penulisan skripsi dari Bab I sampai

dengan Bab V

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu

Tinjauan Teori dan Tinjauan Konseptual yang akan

digunakan sebagai dasar dalam masalah penelitian

yang akan diteliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian ,

jenis data, cara perolehan data, jenis pendekatan dan

analisa data yang akan digunakan penulis dalam

meneliti masalah yang akan diteliti.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Dalam bab ini akan membahas dan menguraikan

tentang permasalahan dan pemecahannya yang

17
berlandaskan pada teori-teori hukum dan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan topik

yang akan diteliti.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini terdapat kesimpulan dan saran dari

penelitian yang dilakukan sehingga dapat menjawab

inti penyelesaian dari permasalahan yang telah

dibahas pada bab sebelumnya dan memberikan saran

atas permasalahan dalam penelitian ini.

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Teori Perlindungan Hukum

Hukum hadir dalam kehidupan bermasyarakat berguna untuk

mengatur kehidupan-kehidupan di masyarakat agar tidak bertentangan satu dengan

yang lainnya. Oleh sebab itu, perlindungan hukum diperlukan untuk bisa

memberikan pengayoman kepada masyarakat sehingga benturan-benturan

kepentingan itu dapat ditekan seminimal mungkin. Perlindungan hukum terkait

dengan adanya hak dan kewajiban yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek

hukum dalam interaksinya dengan manusia lain serta lingkungannya. Sehingga

manusia sebagai subyek hukum memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan

tindakan hukum. 17 Adapun pengertian perlindungan hukum yang disampaikan

menurut para ahli. Pertama, menurut Muschin, perlindungan hukum digunakan

untuk melindungi subyek-subyek hukum melalui perundang-undangan yang

berlaku dan dipaksakan pelaksanaanya dengan suatu sanski. Menurut pendapatnya,

perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 18 :

a. Perlindungan Hukum Preventif

17
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. (Jakarta :Balai
Pustaka,1989),hal 102
18
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta :
Universitas Sebelas Maret, 2003), hal 20.

19
Perlindungan ini diberikan oleh pemerintah yang bertujuan untuk mencegah

sebelum pelanggaran tersebut terjadi. Peraturan perundang-undangan

menjadi wadah untuk mencegah suatu pelanggaran tersebut terjadi serta

memberikan rambu-rambu atau batasan kepada setiap orang dalam

melakukan suatu kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan ini berupa sebuah sanksi yang diberikan seperti penjara,

denda, hukuman tambahan yang diberikan kepada setiap orang yang

melakukan pelanggaran.

Kedua, menurut Satjipto Rahardjo, Perlindungan Hukum adalah memberikan

pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan

perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-

hak yang diberikan oleh hukum. 19 Ketiga, pandangan menurut Lili Rasijidi dan I.B

Wyasa Putra bahwa hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan

yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, namun juga predektif dan

antipatif. 20

Dari pendapat yang telah dipaparkan diatas, dapat dipahami bahwa

perlindungan hukum adalah suatu gambaran bahwa fungsi dari hukum bekerja

untuk mewujudkan keadilan, tujuan-tujuan hukum, kepastian serta manfaat

hukum.Pada dasarnya, perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria

19
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum ,( Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 53
20
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung : Remaja
Rusdakarya, 1993) hal. 118.

20
atau wanita. Indonesia sebagai negara hukum harus memberikan perlindungan

hukum kepada seluruh warga masyarakatnya.Oleh sebab itu maka perlindungan

hukum tersebut tentunya akan melahirkan pengakuan terhadap hak asasi manusia

dalam wujudnya sebagai makhluk sosial sehingga akan menjunjung tinggi

semangat kekeluargaan demi kesejahteraan bersama terutama di negara Indonesia

sebagai negara kesatuan.

Menurut pendapat David Bainbridge, justifikasi perlindungan hak atas

kekayaan intelektual dapat digambarkan dengan ungkapan sederhana. Ia

mengatakan bahwa setiap orang harus diakui dan berhak untuk memiliki apa yang

dihasilkannya.Apabila hak itu diambil darinya maka ia tak lebih dari seorang budak.

Dengan adanya ungkapan ini maka tentunya menjadi pengingat bagi setiap individu

dalam perspektif hak atas kekayaan intelektual, bahwa karya yang dihasilkan

merupakan hasil dari otak dan kemampuan intelektual manusia. 21 Perlindungan

hukum terhadap hak cipta di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Perlindungan hukum terhadap hak cipta

dimaksudkan untuk mendorong setiap individu yang memiliki kemampuan

intelektual untuk lebih bersemangat menciptakan karya cipta. Perlindungan ini juga

diarahkan untuk melindungi hak terkait yaitu hak eksklusif yang dimiliki oleh

pencipta. Sehingga, tujuan dari adanya perlindungan terhadap hak cipta ini yaitu

untuk melindungi para pemegang hak cipta dari segala kegiatan yang merugikan

21
Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, (Jakarta :Rajawali Pers, 2011), hal. 21.
21
dirinya dan melindungi semua hak yang melekat pada diri pencipta supaya hak-hak

tersebut tidak diambil oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

2.1.2 Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum bertujuan untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian

hukum dalam masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menertibkan fungsi, tugas, dan

wewenang dari lembaga-lembaga yang bertugas menegakkan hukum menurut

proporsi ruang lingkup masing-masing. Adapun pengertian penegakan hukum yang

disampaikan menurut para ahli. Pertama, menurut pendapat Jimly Asshidiqie,

penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk berfungsinya norma-

norma hukum sebagai perilaku dalam lalu lintas dalam kehidupan bermasyarakat

dan bernegara. Kedua, Soerjono Soekanto mengatakan bahwa penegakan hukum

adalah kegiatan yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah/pandangan-pandangan

nilai yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian

penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan

kedamaian hidup. 22 Menurutnya terdapat 5 faktor yang mempengaruhi penegakan

hukum,yaitu faktor hukumnya sendiri, penegak hukum, sarana atau fasilitas,

masyarakat dan kebudayaan.23

22
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta :
Rajawali Pers,, 2010), hal. 5.
23
Fajar Alamsyah Akbar, “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Menurut Pasal 12
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Di Indonesia”, Jurnal Fakultas Hukum
Volume III No 2, 2016, hal 5.

22
Menurut pendapat Moeljanto, penegakan hukum adalah bagian dari

keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang mengadakan unsur-unsur

dan aturan-aturan yaitu :

a. Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan dengan

disertai ancaman berupa sanksi pidana tertentu bagi yang melanggar

larangan tersebut.

b. Menentukan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan-

larangan itu dapat dikenakan dan dijatuhi pidana sebagaimana yang telah

diancamkan

c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana tersebut dapat

dilaksanakan apabila orang tersebut melanggar larangan.

Penegakan hukum ini terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-

nilai yang tertera dalam kaidah-kaidah yang yang sesuai dalam masyarakat dengan

tujuan untuk menciptakan, memelihara dam mempertahankan kedamaian pergaulan

hidup. Artinya bahwa hukum dapat ditegakkan jika komponen-komponen hukum

tersebut serasi, selaras dan seimbang.Menurut Lawerence M Friedman adalah

substansi, struktur dan kultur. Apabila ketiga komponen tersebut berjalan serasi,

selaras dan seimbang maka hukum juga dapat ditegakkan.

2.2 Tinjauan Konseptual

Perkembangan teknologi dan informasi membuat kegiatan pembajakan

terhadap karya cipta orang lain semakin berkembang di kehidupan masyarakat.

23
Dalam menyikapi pembajakan yang terjadi tentunya perlu dilakukan pembentukan

produk hukum yang mengatur secara tegas serta memberikan sanksi bagi para

oknum yang melakukan kegiatan pembajakan terutama pembajakan film atas karya

cipta orang lain. Pembajakan hak cipta pada dasarnya adalah suatu kegiatan dengan

menggunakan hasil dari karya cipta orang lain, tanpa adanya izin dari pemegang

hak cipta tersebut. Pengertian pembajakan menurut Undang-Undang No 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta adalah suatu bentuk penggandaan ciptaan atau produk hak

terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan tersebut

untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Undang-Undang No 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta adalah sebuah produk hukum yang dibuat secara khusus

mengatur mengenai masalah terkait Hak Cipta. Undang-Undang No 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta mengatur beberapa pengecualian terhadap perbuatan-perbuatan

tertentu, dimana perbuatan-perbuatan tersebut tidak dapat dianggap sebagai

pelanggaran Hak Cipta. Merujuk pada pasal 43 Undang-Undang No 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta, perbuatan-perbuatan yang dimaksud yakni24 :

1. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan

lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli

2. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan segala

sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama pemerintah, kecuali

dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, pernyataan

24
Dita Shahnaz, “Analisis Hukum Pelanggaran Hak Cipta Terhadap Cuplikan Film
Bioskop Yang Diunggah Ke Instastory Oleh Pengguna Instagram”, Skripsi : Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, 2020, hal 30.

24
pada Ciptaan tersebut, atau ketika terhadap Ciptaan tersebut dilakukan

Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan.

3. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor

berita, lembaga penyiaran dan surat kabar atau sumber sejenis lainnya.

4. Pembuatan dan penyebarluasan konten Hak Cipta melalui media teknologi

informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial.

5. Penggandaan, pengumuman dan pendisribusian potret presiden, wakil

presiden, mantan presiden, mantan wakil presiden, pahlawan nasional,

pimpinan lembaga negara dan kepala daerah yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Pelanggaran Hak Cipta merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh orang-

orang yang tidak bertanggung jawab atas karya cipta seseorang sebagai pencipta

dengan tujuan untuk memperkaya diri pribadi dengan cara memperbanyak,

menyebarluaskan dan menjiplak hasil karya milik orang lain tersebut. Sehingga

dengan adanya perbuatan tersebut, pencipta sangat membutuhkan perlindungan

hukum. Perlindungan hukum terhadap hak cipta terutama karya cipta pembajakan

film menjadi tugas bagi pemerintah dan juga masyarakat untuk semakin menjaga

dan memiliki rasa menghargai atas karya orang lain tersebut. Di Indonesia,

penegakan hukum berpacu kepada hukum pidana dengan memberikan hukum yang

berat serta meminta ganti kerugian kepada pelaku atas perbuatan yang

dilakukannya tersebut.

Pemegang hak cipta dapat mengajukan upaya hukum dan berhak untuk

25
mengajukan ganti rugi kepada pengadilan niaga atas pelanggaran hak yang

dilakukan kepada ciptaannya. 25 Hal ini diatur pada pasal 56 ayat 1 sampai 3

Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang berisi26 :

1) Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada

Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Ciptaannya dan meminta penyitaan

terhadap benda yang diumumkan atau hasil Perbanyakan Ciptaan itu.

2) Pemegang Hak Cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga

agar memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang

diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan

atau pameran karya, yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta.

3) Sebelum menjatuhkan putusan akhir dan untuk mencegah kerugian yang

lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan

pelanggar untuk menghentikan kegiatan Pengumuman dan/atau

Perbanyakan Ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran Hak

Cipta.

Namun ketentuan diatas tidak berlaku bagi para pihak yang dengan itikad baik

memperoleh ciptaan tersebut dan semata-mata untuk keperluan sendiri dan tidak

digunakan untuk kegiatan komersial. Hal ini telah diatur dalam pasal 57 Undang-

Undang No 28 Tahun 2014

25
M. Abdul Aziz, “Perlindungan Hukum Bagi Pengarang Terhadap Hak Ciptanya dan
Sanksi Bagi Pelanggar Hak Cipta Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta”, Skripsi :Universitas Muhammadiyah Palembang, 2016, hal 47.
26
Ibid, hal 48

26
Pada ketentuan pasal 113 ayat 4 Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta, pada intinya mengatakan bahwa setiap orang yang melakukan

pelanggaran pembajakan akan dipidana penjara paling lama 10 tahun dan atau

pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000 (empat miliar rupiah). Jika selama

ini pemidanaan bagi pelaku kejahatan pelanggaran pembajakan atas karya cipta

dalam Undang-Undang No 19 Tahun 2002, maka dengan adanya peraturan baru

yakni Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, pidana bagi pelaku

yang melanggar lebih diperberat. Dengan diperberatnya ancaman ini maka

diharapkan setiap orang yang ingin melakukan maupun sudah melakukan

pelanggaran tersebut dapat menerima efek jera sehingga tidak akan mengulangi hal

tersebut atau mendapatkan efek jera.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam proses penelitian terdapat hal penting yang harus diperhatikan yaitu

tentang jenis penelitian. Tujuan adanya jenis penelitian ini adalah agar suatu proses

penelitian bisa terarah sesuai dengan objek yang akan diteliti. Pada jenis penelitian

terdapat tiga jenis penelitian hukum, diantaranya adalah :

1. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mencakup tentang asas-

asas hukum, sistematika hukum, taraf sinkronasi vertikal dan horizontal,

perbandingan hukum dan sejarah hukum. 27 Penelitian ini dilakukan dengan

cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Pada penelitian jenis ini,

peraturan perundang-undangan dikonsepkan sebagai suatu kaidah yang

menjadi patokan berperilaku manusia yang dianggap sesuai dengan hukum

yang berlaku.28

2. Penelitian hukum empiris adalah penelitian yang meneliti tentang pola

perilaku masyarakat.29 Penelitian ini mencakup tentang penerapan hukum

di masyarakat, sejarah hukum, permasalahan hukum yang terjadi di

27
Depri Liber Sonata, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris : Karakteristik
Khas Dari Metode Meneliti Hukum”, Fakultas Hukum Universitas Lampung :Jurnal Ilmu Hukum
Volume 8 No.1,(2014), hal 12
28
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006), hal. 118.
29
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : CitraAditya Bakti,
2004), hal. 54.

28
masyarakat, peran lembaga hukum serta penegakan hukum yang dikaji

melalui perspektif sosiologis dan nilai-nilai keadilan.

3. Penelitian hukum normatif-empiris adalah penelitian yang menggunakan

studi kasus hukum normatif-empiris berupa produk perilaku hukum.30

Terdapat tiga kategori dalam penelitian ini yaitu non-judicial case study,

judicial case study, dan live case study. Penelitian ini menggunakan data

primer yang digunakan untuk mendukung data sekunder seperti bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka Penulis menggunakan jenis

penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif-empiris tersebut

dilakukan dengan meneliti serta menganalisis menggunakan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan doktrin-doktrin yang

ada.

3.2 Jenis Data

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian hukum normatif atau

kepustakaan yang bersumber dari data sekunder. Terdapat tiga bahan

hukum yang digunakan dalam sumber data sekunder, diantaranya adalah

bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Dalam menjawab rumusan

masalah penelitian, penulis menggunakan bahan hukum primer yang

merupakan bahan utama seperti peraturan perundang-undangan serta

30
Ibid

29
catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan perundang-undangan

tersebut.31 Adapun peraturan perundang-undangan yang digunakan Penulis

sebagai bahan utama adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum pelengkap yang terdiri

dari buku-buku yang ditulis oleh para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum,

pendapat para sarjana,skripsi, tesis yang berkaitan dengan topik

penelitian. 32 Bahan hukum terakhir yang digunakan oleh penulis adalah

bahan hukum tersier yang merupakan bahan hukum yang merupakan bahan

hukum diluar bidang hukum yang berisi tentang informasi dan penjelasan

terhadap topik penelitian. Bahan yang digunakan yaitu situs internet, kamus,

dan lain sebagainya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam pembuatan

karya tulis ilmiah ini yaitu studi kepustakaan. Teknik ini diartikan sebagai

sebuah metode untuk mengumpulkan informasi dan data-data melalui

dokumen, buku, jurnal, artikel dan lain sebagainya.Penulis akan

mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang bersifat teoritis ilmiah yang

berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.Menurut Sarwono, studi

31
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2013), hal. 181.
32
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum (Depok : Prenadamedia
Group), 2018, hlm. 153.

30
kepustakaan dapat mempelajari berbagai referensi dari buku serta hasil

penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan

landasan teori tentang masalah akan yang diteliti oleh penulis. 33

3.4 Jenis Pendekatan

Pendekatan analisis data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

dengan menganalisis seluruh data yang telah dikumpulkan oleh penulis

sehingga selanjutnya dapat disusun jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

yang diteliti. Pendekatan yang dilakukan oleh penulis disini yaitu

pendekatan terhadap sistematika hukum. Pendekatan ini dilakukan terhadap

sumber-sumber atau bahan-bahan hukum yang dikumpulkan, yang

mengatur mengenai hak, kewajiban, kewenangan dan tugas warga negara,

pemerintah dan sebagainya.

3.5 Analisa Data

Analisa data membahas mengenai garis besar dari hasil penelitian

yang nantinya data tersebut akan disajikan dan dapat diambil kesimpulan

dalam penulisan tugas akhir. Menurut Patton, analisa data merupakan proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori,

dan satuan uraian dasar sehingga data-data lebih mudah dibaca dan

33
Yusuf Abdhul, “Studi Pustaka : Pengertian, Tujuan, Metode”,
https://penerbitbukudeepublish.com/studi-pustaka/#Sarwono diakses pada 11 Maret 2020

31
disimpulkan. 34 Teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis dalam

penelitian ini yaitu kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan proses

pengumpulan data dan catatan lapangan yang telah diperoleh dari

wawancara, survey dan studi kepustakan yang diperoleh agar dapat

melaporkan hasil penelitian.Analisis data kualitatif tidak bisa diukur atau

dinilai dengan angka secara langsung. Dengan demikian maka setelah

semua data telah lengkap maka penulis akan menganalisisnya dengan

peraturan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Setelah semua data didapatkan, maka penulis akan menganalisis

dengan menggunakan penjelasan dari data yang didapatkan dengan metode

deduktif. Teknik analisis deduktif berpangkal pada prinsip-prinsip dasar,

dimana peneliti disini menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang

bersifat umum terhadap suatu permasalahan yang bersifat konflik ke

khusus.35

34
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008),
hal. 103.
35
Sutrisno Hadi, Metode Research II, (Jogjakarta : Andi Ofset, 1989), hal 193.

32
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : CitraAditya


Bakti, 2004)
Abdul Wahid, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime),(Bandung : refika Aditama,
2010)
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, (Bandung :
Alumni, 2005)
Ahmad M. Ramli, dan Fathurahman, Film Indefenden dalam hukum perspektif
hukum hak cipta dan hukum perfilman indonesia, (Bogor: penerbit Ghalia
Indonesia, 2004)
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:
Raja Grafindo)
Budi Santoso, Hak Kekayaan Intelektual, (Semarang : Pustaka Magister, 2008)
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. (Jakarta :Balai
Pustaka,1989)
Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, (Jakarta :Rajawali Pers, 2011)
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum (Depok :
Prenadamedia Group,2018)
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2008)
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung : Remaja
Rusdakarya, 1993)
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,
(Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2003)
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2013)
Ras Elyta Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia( Analisa Teori dan Praktek),
(Bandung : Citra Aditya Bakti),
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum ,( Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000)
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
(Jakarta : Rajawali Pers,, 2010)
Sutrisno Hadi, Metode Research II, (Jogjakarta : Andi Ofset, 1989)

Jurnal

Baru Tulus Obtain Siambaton, “Modul Hukum Cyber & Transaksi Elektronik”,
Medan : Fakultas Hukum Universitas HKBP NOMMENCEN, 2018
Depri Liber Sonata, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris :
Karakteristik Khas Dari Metode Meneliti Hukum”, Fakultas Hukum
Universitas Lampung :Jurnal Ilmu Hukum Volume 8 No.1,2014
Relys Sandi, Luna Dezeana, Herlin Sri, “Mengoptimalkan Peran Badan Perfilman
Indonesia : Analisis Aspek Hak Cipta terhadap Praktik Siaran Video
Ilegal”, Jurnal Kajian Pembaruan Hukum Universitas Jember, 2021

Hasil Penelitian
M. Abdul Aziz, “Perlindungan Hukum Bagi Pengarang Terhadap Hak Ciptanya dan
Sanksi Bagi Pelanggar Hak Cipta Menurut Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”, Skripsi :Universitas Muhammadiyah
Palembang, 2016
Dita Shahnaz, “Analisis Hukum Pelanggaran Hak Cipta Terhadap Cuplikan Film
Bioskop Yang Diunggah Ke Instastory Oleh Pengguna Instagram”, Skripsi
: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2020
Liza Anggrayni, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Cipta Film
Bioskop Yang Ditayangkan Pada Media Sosial”, Skripsi, Batam : Program
Studi Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Putera
Batam, 2020
Robby Noviandy, “Perlindungan Hukum Bagi Pencipta Film Terhadap Situs
Penyedia Jasa Unduh Film Gratis Di Media Internet”, Naskah
Publikasi,Yogyakarta : Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, 2016.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta


(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5599)

Internet

Gresi Plasmanto, “Jejak Seorang Gamers Jadi Pembajak Film Keluarga Cemara”,
2021. https://www.liputan6.com/regional/read/4548779/jejak-seorang-
gamers-jadi-pembajak-film-keluarga-cemara diakses pada 14 Maret 2022.
Hidayat Setiaji, “Serupa IndoXXI, Situs Ini Punya Koleksi Melebihi Netflix!”,
2019. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20191224185849-37-
125487/serupa-indoxxi-situs-ini-punya-koleksi-melebihi-netflix , diakses
pada 14 Maret 2022
Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, ”22 Situs Diduga
Pembajak Film Diblokir Kemenkominfo” ,2015.
https://kominfo.go.id/content/detail/5651/22-situs-diduga-pembajak-film-
diblokir-kemenkominfo/0/sorotan_media diakses pada 14 Maret 2022.
Luki Safriana, “Kembali ke Bioskop dan Upaya Melawan Pembajakan di Era
Internet”, 2021.
https://katadata.co.id/muchamadnafi/indepth/6062929b63666/kembali-ke-
bioskop-dan-upaya-melawan-pembajakan-di-era-internet , pada 14 Maret
2022.
Sutrisno Hadi, Metode Research II, (Jogjakarta : Andi Ofset, 1989), hal 193.
Yusuf Abdhul, “Studi Pustaka : Pengertian, Tujuan, Metode”,
https://penerbitbukudeepublish.com/studi-pustaka/#Sarwono diakses pada
11 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai