Anda di halaman 1dari 17

Tinjauan Yuridis Pelanggaran Hak Cipta Lagu Virgoun Dalam Platform

TikTok Ditinjau Melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang


Hak Cipta Dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Disusun untuk memenuhi tugas

Cyber Law

Disusun Oleh:

Nathania Abigail Hanson 110110180289


Bagas Nurcahya Ifieliano 110110180290
Billiam 110110180294
Sergio 110110180295
Shafa Dinda Putri 110110180297
Berlian Pramesthi 110110180305

Dosen Pengampu:

Dr. Danrivanto Budhijanto, S.H., LL.M.,in IT Law, FCB.Arb.,FIIArb/Dr. Not. Ranti


Fauza Mayana S.H./ Dr. Prita Amalia, S.H.,M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti memiliki ide dan kreativitas yang unik antara satu manusia
dengan yang lain. Ide dan kreativitas yang dihasilkan oleh setiap orang bukanlah
sesuatu yang mudah karena membutuhkan pemikiran serta waktu yang cukup lama,
maka seluruh karya cipta haruslah dilindungi oleh rezim Hak Cipta. Seiring dengan
perkembangan zaman yaitu pada tahun 2012 Indonesia mengalami perkembangan
yang cukup pesat pada bidang industri kreatif1. Industri kreatif adalah industri yang
berbasis talenta dan keterampilan seseorang untuk menghasilkan suatu karya dan
dapat dilakukan komersialisasi terhadap karya tersebut, salah satunya adalah musik
dan lagu2. Kekayaan Intelektual dapat melindungi karya sastra dan karya artistik,
serta invensi dari penggunaan atau peniruan yang dilakukan oleh pihak-pihak secara
tanpa sah dan tanpa izin3. Masalah pelanggaran hak cipta bukanlah sesuatu yang
baru lagi, karena sudah sejak puluhan tahun yang lalu perbuatan ini telah menjadi
salah satu masalah di Indonesia4.
Salah satu pelanggaran Hak Cipta di dunia maya yang terjadi pada tahun 2021
ini adalah kasus Tiktok dan perusahaan induknya yaitu ByteDance yang digugat
oleh PT Digital Rantai Maya (“PT DRM”) karena TikTok diduga telah melakukan
pelanggaran hak cipta lagu Virgoun yang hak terkaitnya dipegang oleh PT DRM 5.

1
Aisyah Nurul Fitriana, Pengembangan Industri Kreatif di Kota Batu, Jurnal Administrasi Publik Vol 2
No 2, 2014, hal 281.
2
M. Hawin, Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, UGM Press: 2018, Yogyakarta, hal
159
3
Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar, Alumni: 2006, Bandung, hal 2.
4
Gatot Supramono, S.H., M.Hum., Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Rineka Cipta: 2010,
Jakarta, hal 149.
5
Agustin Setyo Wardani, TikTok DIgugat Rp13,1 Miliar Terkait Dugaan Pelanggaran Hak Cipta Lagu
Virgoun, https://www.liputan6.com/tekno/read/4464417/tiktok-digugat-rp-131-miliar-terkait-dugaan-
pelanggaran-hak-cipta-lagu-virgoun, diakses pada 14 April 2021.
Gugatan ini dilayangkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan nomor perkara
4/Pdt.Sus-HKI/Cipta/2021 dikarenakan PT DRM sebagai pemegang hak terkait
merasa dirugikan karena TikTok telah tanpa izin menggandakan, mengedarkan, dan
menyebarkan lagu Virgoun yang sebelumnya telah melakukan kerjasama dengan
PT DRM dengan nomor label rekaman No.DRM: Legal/DRM/055/X/2015. PT
DRM meminta ganti kerugian secara materiil sebesar Rp3,1 miliar dan immateril
sebesar Rp10 miliar serta membuat permohonan minta maaf yang diterbitkan pada
media cetak sebesar seperempat halaman dan selama 3 hari berturut turut.
Setelah ditelusuri, rupanya TikTok memiliki kebijakan privasi untuk
melindungi dan menghormati berbagai Kekayaan Intelektual yang ada, namun
dalam prakteknya TikTok tidak melakukan hal yang demikian, padahal berdasarkan
ketentuan layanan TikTok, seharusnya apabila ada konten yang melanggar
Kekayaan Intelektual, TikTok berhak untuk menghapus konten tersebut.
Berdasarkan latar belakang dari kasus ini, kelompok kami tertarik untuk
menganalisa bentuk perlindungan karya cipta lagu dalam TikTok berdasarkan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (“Undang-Undang
Hak Cipta”), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU
ITE”), dan peraturan terkait lainnya.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka akan dikaje beberapa aspek yang kemudian
dikonkrtikan dalam suatu identifikasi masalah yakni :
1) Bagaimana pelanggaran hak cipta yang dilakukan TikTok terhadap PT
DRM berdasarkan hukum cyber?
2) Bagaimana pertanggungjawaban TikTok bila terjadi pelanggaran Hak Cipta
pada aplikasinya berdasarkan peraturan yang berlaku?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelanggaran Hak Cipta Yang Dilakukan Tiktok Terhadap PT Digital Rantai


Maya (DRM) Berdasarkan Hukum Cyber
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak
Cipta, Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata
tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Hak Cipta muncul sebagai apresiasi terhadap pengorbanan tenaga,
waktu, biaya, dan pikiran yang menjadikan suatu karya intelektual tersebut menjadi
nyata dan memiliki nilai.6 Hak Cipta merupakan hak eksklusif yang hanya melikat
dan terikat pada pemilik atau pemegang asli Hak Cipta tersebut. Sehingga apabila
ada pihak lain yang ingin memanfaatkan atau menggunakan hak tersebut untuk
menciptakan, memproduksi, atau mendisteibusikan benda material yang
diwujudkan dari sutu ciptaan wajib memperoleh lisensi (izin) dari pemilik atau
pemegang hak.7
Secara teoritis, pelanggaran Hak Cipta dibagi menjadi dua jenis pelanggaran,
yaitu pelanggaran langsung yang berarti pelanggaran yang secara langsung
melanggar Hak Cipta dan pelanggaran tidak langsung yang berarti pelanggaran
yang membantu, memudahkan, atau mengakibatkan pihak lain yang menjadi
pelanggar langsung untuk melakukan pelanggaran terkait.8
Pelanggaran Hak Cipta timbul jika ada pihak lain yang melaksanakan apa yang
menjadi hak eksklusif dari Pemegang Hak Cipta secara tanpa izin, bisa juga
dianggap pelanggaran jika pihak lain melanggar norma pembatasan (limitation)
atau penggunaan wajar (fair dealing).9 Pada saat ini, telah terjadi pergeseran wujud

6
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Jakarta: PT Raya
Grafindo, 2004, h. 31.
7
Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2001, h. 1.
8
Feil, Jonathan I., “United States” dalam Copyright Infringement, Dennis Campbell (ed.), Belanda: Kluwer Law
International B.V., 2018.
9
Revian Tri Pamungkas dan Djulaeka, “Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta atas Lagu yang Diunggah pada
Aplikasi TikTok”, Simposium Hukum Indonesia, Vol. 1, No.1, 2019, h. 403.
dari bentuk penggunaan Ciptaan seperti lagu, dari bentuk fisik berupa kaset atau
compact disk menjadi bentuk digital berupa file Moving Picture Expert Group
Layer-3 Audio atau yang biasa dikenal MP3.10
Salah satu contoh pelanggaran Hak Cipta yang terjadi dalam aplikasi TikTok
adalah penggunaan lagu tanpa seizin Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak
Terkait. Kasus pelanggaran Hak Cipta yang baru saja terjadi adalah kasus
digugatnya TikTok Pte., Ltd dan ByteDance Inc. selaku perusahaan induk dari
TikTok karena dianggap secara tidak sah dan tanpa izin melakukan penggandaan,
pengedaran, dan penyebaran lagu-lagu pada master sound atau master rekaman lagu
yang dinyanyikan oleh Virgoun Teguh Putra, dimana PT DRM selaku Penggugat
merupakan Pemilik Hak Terkait atas lagu yang dinyanyikan Virgoun berdasarkan
perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak.
Di era globalisasi dan teknologi yang kian modern, tidak dipungkiri
pelanggaran terhadap hak ekonomi atas ciptaan yang dimiliki secara eksklusif oleh
pencipta dan/atau pemegang Hak Cipta kian kali dilanggar dengan dikomersialkan
dengan tanpa hak di platform-platform media sosial, sehingga pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab ini mendapatkan manfaat ekonomi dari ciptaan yang
seharusnya menjadi milik pencipta atau pihak yang mempunyai lisensi atas ciptaan
tersebut.
Hukum siber sebagai aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek
yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai
online dan memasuki dunia siber atau maya,11 berfungsi sebagai pencegahan,
pengawasan, dan penindaklanjutan kejahatan atau pelanggaran yang terjadi di cyber
space yang kian marak berkembang seiring dengan berkembangnya tekonologi
informasi dan komunikasi di masa kini.
Dengan dukungan kemajuan teknologi dan informasi pada saat ini, banyak yang
menciptakan berbagai aplikasi hiburan terutama untuk smartphone seperti aplikasi
mengedit foto, mengedit video, permainan game online dan yang sedang terkenal
pada saat ini adalah aplikasi suara lipsing (yaitu hanya melakukan gerak bibir sesuai

10
Andry Setiawan (et.al.), “Diseminasi Hukum Hak Cipta pada Produk Digital di Kota Semarang”, Jurnal
Pengabdian Hukum Indonesia, Vol. 1, No. 1, 2018, h. 54.
11
Bapenda Jabar, “Pengertian Cyber Crime dan Cyber Law”,
https://bapenda.jabarprov.go.id/2017/11/07/pengertian-cyber-crime-dan-cyber-law/, diakses pada 17 April 2021.
suara dari lagu) disertai dengan menggunakan gerakan pada anggota badan dan
aplikasi yang sedang terkenal pada saat ini adalah aplikasi Tiktok. Aplikasi Tiktok
ini mengambil lagu yang telah terpotong secara otomatis, yang dibuat menarik
dengan suara dan gaya yang lucu. Kemudian dapat lagu dapat dipergunakan oleh
orang lain dengan gayanya masing-masing melalui video dalam waktu kurang dari
15 detik, selanjutnya hasil video yang menggunakan potongan suara dari lagu dari
aplikasi tersebut dapat dibagikan dan disebarkanluaskan di media sosial seperti
Instagram, Facebook, Twitter atau aplikasi media sosial yang lainnya dan bisa
menjadi viral atau terkenal di media sosial.12 Pada dasarnya Tiktok sendiri sebagai
platform media sosial yang dapat diartikan sebagai wujud konkrit dari cyber space
yang menjadi wadah berkomunikasi masyarakat secara virtual telah mencantumkan
dalam ketentuan Layanan Tiktok bahwa pengguna dilarang untuk menggunakan
aplikasi TikTok untuk melanggar hak atas kekayaan intelektual apapun dan berhak
untuk menghapus konten atau akun pengguna yang dianggap melanggar hak
kekayaan intelektual orang lain.13
Sejalan dengan hal tersebut, TikTok melakukan kerja sama melalui perjanjian
lisensi dengan berbagai label rekaman dalam jangka waktu tertentu agar dapat
menyediakan banyak pilihan lagu untuk pengguna gunakan saat membuat konten
di TikTok tanpa melanggar Hak Cipta yang dimiliki oleh Pemegang Hak Cipta atau
Pemilik Hak Terkait.14 Selain itu, TikTok juga bekerja sama dengan publisher dan
musisi secara langsung untuk mendapatkan izin penggunaan lagu dalam rangka
memperluas perpustakaan lagu yang dapat digunakan oleh pengguna TikTok.15
Ketentuan Layanan tersebut sebenarnya sudah menjadi Cyber Law yang ingin
ditegakkan oleh Tiktok guna menghormati hak atas kekayaan intelektual yang
dimiliki oleh pencipta. Adapun perkembangan teknologi yang mengubah bentuk-

12
Revian Tri Pamungkas dan Djulaeka, Op. Cit., h. 397.
13
TikTok, “Ketentuan Layanan TikTok”, https://www.tiktok.com/legal/terms-of-use?lang=id-ID, diakses pada
tanggal 17 April 2021.

14
James Hale, “TikTok Strikes Short-Term Licensing Deals with Sony, Warner, Universal (Report)”,
https://www.tubefilter.com/2020/04/01/tiktok-music-licensing-sony-warner-universal/, diakses pada tanggal
17 April 2021.

15
Yogi Rachman, “TikTok Menjawab Soal Perlindungan Hak Cipta Lagu”,
https://www.antaranews.com/berita/1820520/tiktok-menjawab-soal-perlindungan-hak-cipta-lagu, diakses
pada tanggal 17 April 2021.
bentuk konvensional menjadi konten dalam cyber space tidak berarti membuat
suatu Hak Cipta terhadap ciptaannya gugur, melainkan tetap melekat sekalipun
dalam cyber space. Oleh karena itu pencipta tetap berhak mempertahankan haknya
dan berhak untuk menggugat pelanggar atas tindakannya tersebut. Terhadap suatu
pelanggran Hak Cipta yang terjadi dalam cyber space berdasarkan sistem elektronik
yaitu dalam hal digunakan secara komersial tanpa hak, pendistribusian tanpa hak,
penggandaan tanpa hak, terhadap pelanggaran tersebut, pencipta dan/atau
pemegang Hak Cipta dapat mempertahankan haknya terhadap pelanggar dengan
bentuk gugatan ganti rugi.
Gugatan tersebut didasarkan pada gugatan perbuatan melawan hukum, karena
telah melanggar Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta yang
menimbulkan kerugian bagi pencipta atas tindakannya, sehingga pelanggar wajib
membayar ganti rugi, biaya, bunga, atas tindakan pelanggaran yang dilakukannya.
Dalam gugatannya, PT Digital Rantai Maya mengatakan bahwa tergugat TikTok
PTE., LTD dan Bytedance Inc melanggar hak cipta lagu Virgoun Teguh Putra.
Dalam petitumnya, PT Digital Rantai Maya menyatakan sebagai pemegang hak
cipta lagu Virgoun Teguh Putra sesuai perjanjian tentang Label Produk Rekaman
No. DRM: Legal/DRM/055/X/2015 tertanggal 3 Nopember 2015. TikTok dan
Bytedance juga diminta membayar ganti rugi tiga miliar seratus juta rupiah kepada
PT Digital Rantai Maya karena dianggap tanpa izin menggandakan, mengedarkan
dan menyebarkan lagu Virgoun Teguh Putra. TinTok dan Bytedance juga diminta
membayar kerugian immateril kepada PT Digital Rantai Maya sebesar sepuluh
miliar rupiah.16
Namun, berdasarkan fakta yang ada yaitu TikTok tidak menyediakan lagu milik
Virgoun dalam perpustakaan lagunya, melainkan lagu Virgoun yang banyak
digunakan oleh pengguna TikTok didapatkan dari konten pengguna lainnya yang
mengunggah lagu milik Virgoun. Jika kita lihat, pada aplikasi Tiktok sendiri sudah
terdapat Term of Services atau syarat penggunaan yang berkaitan dengan konten
yang diunggah pada aplikasi yang terdapat pada bagian UserGenerated Content
yang berbunyi “When you submit User Content through the Services, you agree and

16
Muhamad Agil Aliansyah, “TikTok Digugat Rp13,1 Miliar Terkait Pelanggaran Hak Cipta Lagu Virgoun”,
https://www.merdeka.com/peristiwa/tiktok-digugat-rp-131-miliar-terkait-pelanggaran-hak-cipta-lagu-
virgoun.html, diakses pada 17 April 2021.
represent that you own that User Content, or you have received permission from,
or are authorised by, the owner of any part of the content to submit it to the
Services”. Hal ini menjelaskan tentang ketika pengguna mengirimkan konten
melalui aplikasi, pengguna setuju dan menyatakan bahwa pengguna yang memiliki
konten tersebut, atau pengguna telah menerima izin, atau diberi wewenang oleh
pemilik dari setiap bagian konten untuk mengirimkannya ke layanan aplikasi, akan
tetapi dari fakta yang ada pengguna aplikasi memang tidak melakukan izin terlebih
dahulu kepada pemilik hak cipta dari bagian konten yang dikirimkan tersebut.
Selanjutnya pada User-Generated Content menjelaskan “We accept no liability in
respect of any content submitted by users and published by us or by authorised third
parties”. Disini menjelaskan bahwa pihak aplikasi ini tidak bertanggung jawab atas
segala konten yang dikirimkan oleh pengguna dan dipublikasikan oleh pihak
aplikasi atau oleh pihak ketiga yang berwenang berarti dalam hal ini tanggung
jawab dari konten yang dikirimkan ditanggung oleh pengguna itu sendiri.17
Jadi, berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pihak yang
seharusnya digugat oleh PT DRM bukanlah TikTok melainkan pengguna aplikasi
TikTok yang mengunggah konten dengan lagu Virgoun. Lebih lanjut, jika dikaitkan
dengan cyber law, penulis berpendapat bahwa pengguna aplikasi TikTok telah
melakukan pelanggaran dalam ranah cyber space, yaitu melanggar terms and
conditions yang sudah mereka setujui ketika menggunakan aplikasi TikTok.

B. Bagaimana Pertanggungjawaban TikTok terhadap Pelanggaran Hak Cipta


pada Aplikasinya Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang
Berlaku di Indonesia?
Secara teoritis, pelanggaran Hak Cipta dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis
pelanggaran, yaitu pelanggaran langsung yang secara langsung melanggar Hak
Cipta dan pelanggaran tidak langsung yang membantu, memudahkan atau
mengakibatkan pihak lain yang merupakan pelanggar langsung melakukan
pelanggaran Hak Cipta.18 Terdapat 2 (dua) cara untuk membuktikan pelanggaran
tidak langsung, yakni melalui pertanggungjawaban pengganti (vicarious liability)
dan pelanggaran membantu (contributory infringement). Pertanggungjawaban

17
Revian Tri Pamungkas dan Djulaeka, Op. Cit., h. 398.
18
Feil, Jonathan I., “United States” dalam Copyright Infringement, Dennis Campbell (ed.), Belanda: Kluwer Law International
B.V., 2018.
pengganti merupakan konsep dimana pertanggungjawaban atas suatu perbuatan
hukum dilimpahkan kepada satu pihak yang tidak melakukan perbuatan hukum
yang dimaksud secara langsung sebab pihak tersebut mendapatkan keuntungan dari
terjadinya pelanggaran. Terdapat 2 (dua) unsur penting yang harus dipenuhi dalam
pertanggungjawaban pengganti yaitu pihak tersebut harus memiliki kontrol atas
pelanggaran tersebut dan harus mendapatkan keuntungan secara finansial karena
pelanggaran tersebut.19 Sementara itu, pada konsep pertanggungjawaban
pelanggaran membantu, suatu pihak dianggap telah berkontribusi terhadap suatu
tindakan yang melanggar hak pihak lain. Kontribusi yang dimaksud adalah pelaku
pelanggaran membantu harus “mengetahui” tindakannya. Artinya, pelaku
pelanggaran membantu mempunyai kapasitas untuk mencegah terjadinya
pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggar langsung.20 Unsur penting dari
pelanggaran membantu adalah adanya pengetahuan pihak tersebut atas pelanggaran
yang terjadi dan adanya kontribusi secara materiil atas pelanggaran dari pihak
tersebut.21
Salah satu contoh pelanggaran Hak Cipta yang terjadi dalam aplikasi TikTok
adalah penggunaan lagu tanpa seizin Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak
Terkait. Kasus pelanggaran Hak Cipta yang penulis soroti adalah kasus digugatnya
TikTok Pte., Ltd dan ByteDance Inc. selaku perusahaan induk dari TikTok karena
dianggap secara tidak sah dan tanpa izin melakukan penggandaan, pengedaran, dan
penyebaran lagu-lagu pada master sound atau master rekaman lagu yang
dinyanyikan oleh Virgoun Teguh Putra oleh PT DRM yang merupakan Pemilik Hak
Terkait atas lagu yang dinyanyikan Virgoun berdasarkan perjanjian kerjasama
antara kedua belah pihak. Hak Terkait sendiri adalah hak eksklusif yang diberikan
kepada pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau lembaga penyiaran yang
meliputi hak moral dan hak ekonomi pelaku pertunjukan, hak ekonomi produser
fonogram, dan hak ekonomi lembaga penyiaran.22
Berdasarkan Pasal 24 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

19
Cornell Law School, Vicarious Infringement, https://www.law.cornell.edu/wex/vicarious_infringement, diakses pada tanggal 2
Maret 2021

20
William M. Landes dan Douglas Gary Lichtman, Indirect Liability for Copyright Infringement: An Economic Perspective, Harvard
Journal of Law and Technology Vol. 16 No. 2, 2003, hal. 396

21
Gershwin Publishing Corp. v. Columbia Artists Management, Inc., 443 F.2d 1159, 1162 (2d Cir. 1971).

22
Pasal 5 dan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
tentang Hak Cipta, PT DRM selaku produser fonogram memiliki hak ekonomi
berupa hak untuk melaksanakan sendiri, memberi izin, atau melarang pihak lain
untuk melakukan penggandaan, pendistribusian, penyewaan, dan penyediaan atas
fonogram, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh Virgoun berdasarkan perjanjian
kerjasama antara PT DRM dan Virgoun. Selain itu, berdasarkan Pasal 99 ayat (1)
dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, pemilik Hak
Terkait berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas
pelanggaran Hak Terkait berupa penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan
yang diperoleh. Ketentuan ini memberikan hak kepada PT DRM untuk mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Niaga terhadap siapapun yang melanggar Hak Terkait
miliknya yakni hak PT DRM untuk melakukan penggandaan, pengedaran, dan
penyebaran lagu-lagu Virgoun dalam bentuk master sound/master rekaman.
Dalam kasus ini, TikTok sendiri tidak menyediakan lagu milik Virgoun dalam
perpustakaan lagunya. Lagu Virgoun yang banyak digunakan oleh pengguna
TikTok didapatkan dari konten pengguna lainnya yang mengunggah lagu milik
Virgoun. Ketentuan TikTok yang memperbolehkan pengguna untuk menggunakan
sebagian atau seluruh bagian dari konten pengguna lainnya membuat penggunaan
konten dengan lagu milik Virgoun semakin meluas. Padahal, Ketentuan Layanan
TikTok telah jelas menyatakan bahwa konten yang diunggah oleh pengguna
haruslah milik pengguna tersebut atau pengguna telah mendapatkan izin kepada
pihak yang bersangkutan untuk menggunakan Ciptaannya dalam pembuatan konten
dan pihak TikTok tidak akan bertanggung jawab jika konten yang diunggah oleh
pengguna ternyata melanggar Hak Cipta atau Hak Terkait.
Berdasarkan fakta tersebut, menurut penulis pihak yang seharusnya digugat
oleh PT DRM bukanlah TikTok melainkan pengguna aplikasi TikTok yang
mengunggah konten dengan lagu Virgoun. Lebih lanjut, jika dikaitkan dengan dua
teori pelanggaran tidak langsung, TikTok juga tidak dapat dimintakan
pertanggungjawaban atas pelanggaran Hak Terkait yang terjadi pada sengketa ini
karena tidak memenuhi unsur-unsur untuk dimintakan pertanggungjawaban
mengingat TikTok merupakan aplikasi yang ditujukan dan digunakan untuk
mewadahi konten-konten pengguna yang tidak melanggar hak kekayaan intelektual
orang lain dan tidak mendapatkan keuntungan atas pelanggaran Hak Terkait yang
terjadi.
Namun, fakta yang diuraikan di atas dan adanya Ketentuan Layanan TikTok
tidak serta merta menghilangkan tanggung jawab TikTok sebagai penyedia layanan
karena TikTok memiliki kontrol atas konten yang ada di aplikasinya dan berhak
untuk menghapus konten pengguna atau menutup akun pengguna yang dianggap
telah melanggar Hak Cipta atau hak kekayaan intelektual orang lain. Maka dari itu,
TikTok harus lebih maksimal dalam melakukan pengawasan terhadap konten-
konten yang diunggah oleh pengguna dan bertindak sigap jika terdapat laporan
terkait adanya konten yang melanggar Hak Cipta atau hak kekayaan intelektual
pihak lain. Hal ini sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 15 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun
2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik. yang mengharuskan Penyelenggara Sistem
Elektronik untuk menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman serta
bertanggung jawab terhadap operasional Sistem Elektroniknya.23
Keseluruhan uraian di atas merupakan hasil analisis penulis yang tidak menutup
kemungkinan bahwa nantinya putusan yang dikeluarkan oleh Majelis Hakim
terhadap kasus tersebut akan berbeda. Namun, untuk mencegah terjadinya kembali
kasus seperti ini, penulis menyarankan agar TikTok dapat melakukan kerjasama
dengan PT DRM dalam bentuk perjanjian lisensi atas lagu yang dinyanyikan
Virgoun atau penyanyi lainnya yang berada di bawah naungan PT DRM agar dapat
ditambahkan ke dalam perpustakaan lagu TikTok, sehingga tidak akan terjadi
pelanggaran Hak Cipta yang sama di kemudian hari. Selain itu, pengguna TikTok
juga harus memiliki kesadaran dengan membaca terlebih dahulu secara lengkap
mengenai Ketentuan Layanan TikTok agar mengetahui konten apa saja yang
diperbolehkan untuk diunggah dan tidak. Selain itu, pengguna TikTok yang
mengunggah konten dengan lagu Virgoun juga harus memiliki kesadaran untuk
menghapus konten tersebut tanpa perlu menunggu pihak TikTok yang
menghapusnya terlebih dahulu.

23
Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
BAB III

PENUTUP

TikTok pada dasarnya merupakan platform yang dipergunakan dalam rangkai untuk
hiburan dan memicu kreatifitas penggunanya. Dari segi substansial. TikTok secara dominan
berisikan ekspresi pengguna yang disimbolkan melalui musik dan fitur efek yang berbagai
macam. Namun, dalam hal musik ini tidak terlepas dari suatu permasalahan hukum. Hal ini
menjadi jelas dikarenakan dalam musik terdapat unsur hak cipta yang dilindungi berdasarkan
hukum positif Indonesia yang antara lain Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta (“Undang-Undang Hak Cipta”), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”). Permasalahan
ini dapat dilihat dari kasus PT Digital Rantai Maya (“PT DRM”) dengan TikTok dan
ByteDance. Dalam hal ini, TikTok dianggap secara tidak dah tanpa izin menggunakan lagu
Virgoun yang dianggap kepemilikan PT DRM.

Dalam hal ini, apabila dilihat kembali dari prespektif pelanggaran Hak Cipta dalam
kaitannya dengan kasus diatas, maka dapat dilihat bahwa memang secara materil tindakan
menggunakan lagu secara tidak sah dan tanpa izin dalam suatu platform adalah suatu
pelanggaran Hak Cipta, namun TikTok tidak serta merta dapat dipersalahkan atas hal ini. Hal
ini menjadi jelas apabila dikaitkan dengan kemampuan suatu platform untuk menciptakan
filtrasi terhadap keseluruhan konten. Adapun TikTok pada dasarnya menghendaki adanya
penghargaan kekayaan intelektual yang dibuktikan dengan adanya kerjasama dibidang musik
dan terdapat suatu terms and conditions kepada pengguna untuk melimitasi adanya
pelanggaran Hak Cipta. Sehingga dalam hal ini menurut penulis TikTok tidak dapat
dipersalahkan atas pelanggaran Hak Cipta melainkan penggunanya, dikarenakan pengguna
secara jelas dalam hal ini melanggar ranah cyberspace yakni melalui ketentuan dan syarat yang
telah disediakan oleh pihak TikTok.

Dengan telah jelasnya TikTok tidak menyediakan lagu tersebut dan pengguna lah yang
menggunakan secara tidak sah dan tanpa izin, maka telah jelas dalam hal ini yang harus digugat
adalah pengguna tersebut. Gugatan tersebut menjadi jelas apabila melihat hak ekonomi PT
DRM berdasarkan Pasal 24 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta. Namun, hal ini tidak dapat serta merta menghapuskan pertanggungjawaban TikTok,
dimana TikTok harus memiliki sistem pengawasan yang lebih tinggi sehingga pelanggaran ini
tidak berlarut-larut dalam suatu platform. Hal ini selaras dengan ketentuan Pasal 15 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
dimana mewajibkan Penyelenggara Sistem Elektronik atau dalam hal ini TikTok untuk
menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap
operasional Sistem Elektroniknya. Selain itu juga dibutuhkan kesadaran dari pengguna untuk
menghapus dan tidak melakukan pelanggaran Hak Cipta.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Gatot Supramono, S.H., M.Hum., Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Rineka Cipta:

2010, Jakarta.

M. Hawin, Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, UGM Press: 2018,

Yogyakarta.Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar, Alumni: 2006,

Bandung.

Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung:

PT Citra Aditya Bakti, 2001.

Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,

Jakarta: PT Raya Grafindo, 2004.

Feil, Jonathan I., “United States” dalam Copyright Infringement, Dennis Campbell (ed.),

Belanda: Kluwer Law International B.V., 2018.

JURNAL

Aisyah Nurul Fitriana, Pengembangan Industri Kreatif di Kota Batu, Jurnal Administrasi

Publik Vol 2 No 2, 2014.

Andry Setiawan (et.al.), “Diseminasi Hukum Hak Cipta pada Produk Digital di Kota

Semarang”, Jurnal Pengabdian Hukum Indonesia, Vol. 1, No. 1, 2018.

Revian Tri Pamungkas dan Djulaeka, “Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta atas

Lagu yang Diunggah pada Aplikasi TikTok”, Simposium Hukum Indonesia, Vol. 1,

No.1, 2019.
Landes, William M. dan Lichtman, Douglas Gary, “Indirect Liability for Copyright

Infringement: An Economic Perspective”, Harvard Journal of Law and Technology

Vol. 16, No. 2, 2003.

INTERNET

Agustin Setyo Wardani, TikTok DIgugat Rp13,1 Miliar Terkait Dugaan Pelanggaran Hak

Cipta Lagu Virgoun, https://www.liputan6.com/tekno/read/4464417/tiktok-digugat

rp-131-miliar-terkait-dugaan-pelanggaran-hak-cipta-lagu-virgoun, diakses pada 14

April 2021.

Bapenda Jabar, “Pengertian Cyber Crime dan Cyber Law”,

https://bapenda.jabarprov.go.id/2017/11/07/pengertian-cyber-crime-dan-cyber-law/,

diakses pada 17 April 2021.

James Hale, “TikTok Strikes Short-Term Licensing Deals with Sony, Warner, Universal

(Report)”, https://www.tubefilter.com/2020/04/01/tiktok-music-licensing-
sonywarner-universal/, diakses pada tanggal 17 April 2021.

Muhamad Agil Aliansyah, “TikTok Digugat Rp13,1 Miliar Terkait Pelanggaran Hak

Cipta Lagu Virgoun”, https://www.merdeka.com/peristiwa/tiktok-digugat-rp-131-


miliar-terkait-pelanggaran-hak-cipta-lagu-virgoun.html, diakses pada 17 April 2021.

TikTok, “Ketentuan Layanan TikTok”,

https://www.tiktok.com/legal/terms-ofuse?lang=id-ID, diakses pada tanggal 17 April


2021.

Yogi Rachman, “TikTok Menjawab Soal Perlindungan Hak Cipta Lagu”,

https://www.antaranews.com/berita/1820520/tiktok-menjawab-soal-perlindungan-
hak-cipta-lagu, diakses pada tanggal 17 April 2021.
Cornell Law School, “Vicarious Infringement”,

https://www.law.cornell.edu/wex/vicarious_infringement, diakses pada tanggal 16


April 2021.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik.

DOKUMEN HUKUM:

Gershwin Publishing Corp. v. Columbia Artists Management, Inc., 443 F.2d 1159, 1162

(2d Cir. 1971).

Anda mungkin juga menyukai