DISUSUN OLEH :
NAMA : YERPI
NPM : 22170043
BAB I
Di Yunani Kuno pemikiran mengenai negara sudah mulai ada sejak tahun
450 S.M. di India dan China ± 350-500 S.M telah banyak tulisan politik yang
bermutu. Di Indonesia pun ± abad ke 13-15 Masehi sudah ada karya tulis mengenai
sejarah dan kenegaraan. Sayangnya pemikiran tentang politik di negara-negara Asia
mengalami kemunduran karena terdesak pemikiran Barat. Di negara Eropa bahasan
mengenai politik banyak dipengaruhi ilmu hukum. Di Inggris ilmu poltik dianggap
termasuk filsafat. Pada tahun 1904 Amerika Serikat mendirikan American Political
Science Assosiation (APSA).
Setelah Perang Dunia II selesai, perkembangan ilmu politik semakin cepat.
Di Amsterdam, Belanda didirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sejak tahun
1947. Di Indonesia pun didirikan fakultas serupa.
Hal 5-7
2. Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan (Science)
Sarjana ilmu politik di Paris (1948) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan
adalah keseluruhan dari pengetahuan yang terkoordinasi mengenai pokok pemikiran
tertentu. Pendekatan perilaku (behavioral approach) muncul dalam dekade 1950-an.
Namun 10 tahun kemudia banyak pula yang megkritik pendekatan tersebut. Dan
muncullah kelompok pasca-perilaku. Dalam perkembangan selanjutnya muncul
pendapat bahwa pendapat behavioralis, dalam usaha meneliti perilaku manusia,
terlalu meremehkan negara beserta lembaga-lembaganya padahal pentingnya
lembaga-lembaga itu tidak dapat dinafikan.
Hal 8-13
3. Definisi Ilmu Politik
Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau kepolitikan. Politik
adalah usaha mencapai kehidupan yang baik. Politik menjadi sangat penting karena
sejak dahulu kala masyarakat mengatur kehidupan kolektf dengan baik mengingat
masyarakat sering menghadapi terbatasnya summber daya alam, atau perlu dicari
satu cara distribusi sumber agar semua warga merasa bahagia dan puas. Usaha itu
dpat dilakukan dengan berbagai cara meskipun bertentangan satu dengan yang
lainnya. Kesimpulannya, bahwa politik dalam suatu negara berkaitan dengan
masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik, dan alokasi atau
distribusi. Konsep- konsep pokok politik: negara, kekuasaan, pengambian keputusan,
kebijakan, pembagian atau alokasi. Hal 8-17
- Negara
Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.
- Kekuasaan
- Pengambilan Keputusan
- Kebijakan Umum
Hal 22-25
Hal 25-38
BAB II
KONSEP-KONSEP POLITIK
1. Teori Politik
Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena. Dalam
menyusun generalisasi, teori selalu menggunakan konsep-konsep. Konsep aalah
abstrak dari atau mencerminkan ppersepsi-persepsi mengenai realitas, atas dasar
kosep atau seperangkat konsep dapat disusun atau dirumuskan generalisasi.
Generalisasi adalah proses melalui mana suatu observasi mengenai satu fenomena
tertentu berkembang menjadi suatu observasi mengenai lebih dari satu fenomena.
Teori politik adalah bahasan dan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik.
Ada teori non-valutional adapula teori valuanational. Berikut beberapa teori-teori
politik:
- Filsafat politik
Pokok pikiran dari filsafat politik adalah bahwa menyangkut alam semesta,
seperti metafisika dan epistemologi harus dipecahkan dulu sebelum persoalan-
persoalan politik yang kita alami sehari-hari dapat ditanggulangi.
- Teori politik sistematis
Teori politik sistematis tidak menjelaskan asal usul atau caralahirnya norma-
norma, tetapi hanya mencoba untuk merealisasikan norma-norma itu dalam suatu
program politik.
- Ideologi politik
Ideology politik dalah himpunan nilai-nilai, ide-ide atau norma-
norma,kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang
atas dasar mana ia menentukan sikapknya terhadap kejadian dan problematika
politik yang dihadapinya dan menentukan peerilaku politiknya. Ideologi, berbeda
dengan filsafat yang sifatnya meranung-renung, mempunyai tujuan untuk
menggerakkan kegiatan dan aksi.
Hal 43-45
2. Masyarakat
Masyaarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antar manusia.
Manusia mempunyai naluri untuk hidup sebagai anggota kelompok. Di dalam
kehidupan beerkelompok dan falam hubungannya dengan manusia lainya, pada
dasarnya manusia menginginkan beberapa nilai. Dengan adanya nilai dan kebutuhan
yang harus dilayani itu, maka manusia menjadi beberapa anggota dari beberapa
keompok.
Hal 46-47
3. Negara
Negara adalah aorganisasi yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan
kekuasaanya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainya dan menetapkan
tujuan dai kehidupan bersama itu. Dalam rangka ini ada 2 tugas pokok yaitu:
mengendalikan dan mengatur gejala gejala sosial yang asosial serta mengorganisir
dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan kearah tercapainya
tujuan dari masyarakat keseluruhan.
Definisi Mengenai Negara
Sifat-Sifat Negara
Setiap negara umumnya mempunyai sifat-sifat berikut:
- Sifat memaksa. Dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan
fisik secara legal.
- Sifat memonopoli. Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan
bersama dari masyarakat.
- Sifat mencakup semua. Semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk
semua orang tanpa terkecuali.
Unsur-Unsur Negara
- Wilayah. Kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah tetapi
juga laut di sekelilingnya dan angkasa di atasnya.
- Penduduk. Semua negara pasti memiliki penduduk dan kekuasaan negara
menjangkau semua penduduk di dalam wilayahnya.
- Pemerintah. Setiap negara mempunyai organisasi yang berwenang untuk
memutuskan dan merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang
mengikat bagi seluruh penduduk di dalamnya.
- Kedaulatan. Adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan segala cara yang tersedia.
Tujuan dan Fungsi Negara
Tujuan negara Republik Indonesia tencantum dalam Undang-Undang Dasar
1945. Beberapa fungsi mutlak negara:
- Melaksanakan penertiban
- Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
- Pertahanan
- Menegakkan keadilan
Istilah Negara dan Istilah Sistem Politik
Pada dasarnya konsep sistem politik dipakai untuk keperluan analisa, dimana
suatu sistem bersifat abstrak pula. Umumnya dalam sistem politik terdaat 4
variabel:
- Kekuasaan
- Kepentingan
- Kebijaksanaan
- Budaya politik
Hal 47-59
4. Konsep Kekuasaan
Hal 59-67
BAB III
1. Pengantar
2. Pendekatan
- Pendekatan Legal/Institusional
- Pendekatan Perilaku
Salah satu pemikirannya adalah tidak ada gunanya membahas lembaga formal,
karena tidak banyak memberi informasi tentang proses politik sebenarnya. Mereka
pada umumnya meneliti tidak hanya pada perilaku dan kegiatan manusia,
melainkan juga orientasnya terhadap kegiatan tertentu. Pendekatan perilaku
menampilkan ciri khas revousioner yaitu suatu orientasi kuat untuk lebih
mengilmiahkan politik. Ada lagi cirinya, pandangan bahwa masyarakat dapat
dilihat sebagai suatu sistem sosial dan negara sebagai suatu sistem politik yang
menjadi subsistem dari sistem nasional.
Perbedaan istilah “state” dan “negara”
- pendekatan Neo-Marxis
Hal 72-100.
BAB IV
DEMOKRASI
2. Demokrasi Konstitusional
Ciri khasnya adalah gagasan bahwa pemerintah yang demokrats ialah pemerintah
yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-
wenangterhadap warga negaranya. Pada waktu demokrasi konstitusional muncul
pada abad ke-19 dianggap bahwa pembatasan atas kekuasaan negara sebaiknya
diselenggarakan dengan satu konstitusi tertulis yang dengan tegas menjamin hak
asasi dari warga negara. Perumusa yuridis ini terkenal dengan istilah Negara Hukum
(Rechtsstaat) dan Rule of law.
Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dianggap paling penting. Negara hanya
dapat dilihat manfaatnya sebagai Penjaga Malam (Nacthwachtersstaat). Tetapi
demokrasi tidak merupakan sesuatu yag statis, setelah perang dunia II, negara teah
melepaskan pandangan bahwa peran negara hanya mengurus kepentingan bersama.
Hal 107-108.
3. Sejarah Perkembangan
Sistem demokrasi yang ada di negara-kota (city-state) Yunani Kuno merupakan
demokrasi langsung. Dalam negara modern demokrasi tidak berjalan langsung, tetapi
demokrasi berdasarkan perwakian. Dilihat dari sudut pandang Abad Pertengahan
(600-1400) menghasilkan suatu dokumen yang penting, yaitu Magna Charta (Piagam
Besar) 1215. Magna Charta merupakan semi koontrak antara beberapa bangsawan
dan Raja John dari Inggris di mana untuk pertama kali seorang raja yang berkkuasa
mengikat diri untuk mengakui dan menamin beberapa hak dan privileges dari
bawahannya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang dan
sebagainya.
Reinassance adalah aliran yang dihidupkan kembali minat kepada kesusastraan
dan kebudayaan Yunani Kuno yang selamaa Abad Pertengahan telah
disisihkan.timbul pula gagasan mengenai perlu adanya kebebasan beragama serta
ada garis pemisah yang tegas antara soal agama dan soal keduniawian khususnya di
bidang pemerintahan. Ini dinamakan “pemisah antara gereja dan negara”. Monarki-
monarki absolut ini telah muncul pada masa 1500-1700. Raja absolut mengangga
dirinya berhak atas takhtanya berdasarkan konsep Hak Suci Raja (Divine Right of
Kings). Pendobrakan terhadap kedudukan raja-raja absolut ini didasarkan atas suatu
teori rasionalistis yang umumnya dikenal sebagai social contract. Paada hakikatnya
teori-teori kontrak sosial merupakan usaha untuk mendobrak dasar dari
pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat. Montesquieu
menyusun sistem uang dapat menjamn hak-hak politik, yang kemudian dikenal
dengan Trias Politika.
Hal 108-111
Gagasan bahwa pemerintah hanya sebagai penjaga malam lambat laun berubah
menjadi gagasan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan
karenanya harus mengatur kehidupan ekonomi dan sosial. International Commission
of Jurists dalam konferensinya memperluas konsep mengenai Rule of Law yag
dinamakan the dynamic aspectscof the rule of law in the modern age. Konsep
dinamis mengenai rule of law dibanding rule of law abad ke-19 sudah jauh berbeda.
Untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan beberapa lembaga
sebagai berikut:
Hal 114-120
6. Perkembangan Demokrasi di Asia: Pakistan dan Indonesia
- Pakistan
Pada tahun 1947 Pakistan terdiri atas dua bagian, Pakistan Barat dan Pakistan
Timur. Pakistan Timur lebih banyak penduduknya, tetapi mayoritas pegawai
negeri. Pakistan Barat lebih pesat lebih maju ekonominya. Presiden Ayub Khan
berpendapat bahwa sistem parlementer kurang cocok untuk Pakistan yang 80%
rakyatnay masih buta huruf. Pada bulan juni 1962 mulai berlaku Demokrasi Dasar
di Pakistan. Selanjutnya dalam undang-undang dasar ditetapkan adanya seorang
presiden sebagai Kepala Eksekutif yang tidak dapat dijatuhkan oleh dewan
perwakilan rakyat selama masa jabatan tahun. Ada yang berpendapat bahwa sistem
pemerintahan yang kemudian dianut oleh Pakistan adalah sistem semi-presidensial.
Uud pakistan mengatur bahwa presiden memegang apa yang dinamakan sebagai
reserve power. Sejak tahun 1990 terjadi ketidakstabilan politik di Pakistan di mana
presiden dan perdana menteri berkonflik.
- Indonesia
Masa Republik Indonesia I (1945-1959): Masa Demokrasi Konstitusional
Hal 127-135
BAB V
Karl Marx (1818-1883) dari Jerman berpendapat bahwa masyarakat tidak dapat
diperbaiki secara timbal sulam dan harus diubah secara radikal melalui pendobrakan
sendi-sendinya. Menurut Karl max “semua filsafat hanya menganalisa masyarakat
tetapi masalah sebenarnya adalah bagaimana mengubahnya”. Dari ajaran Hegel,
Marx mengambil dau unsur yaitu gagasan mengenai terjadinya pertentangan antar
segi-segi yang berlawanan dan gagasan bahwa semua berkembang terus. Pokok
materialisme dialektis dipakai oleh Marx untuk menganalisa masyarakat mulai dari
permuaan zaman sampai masyarakat di mana Marx berada. Masyarakat komunis
yang dicita-citakan Marx merupakan masyarakat di mana tidak ada kelas sosial, d
mana unsur manusia dibedakan dari keterkaitannya kepada milik pribadi, dan di
mana tidak ada eksploitasi, penindasan serta paksaan.
Hal 139-145
Beberapa gagasan Lennin ialah: pertama, melihat pentingnya peranan kaum
petani dalam menyelenggarakan revolusi (marx hanya kaum buruh); kedua, melihat
peranan suatu partai politik yang militant untuk memimpin kaum proletar (marx
berpendapat kaum proletar akan bangkit sendiri) dan merumuskan cara-cara merebut
kekuasaan; ketiga, melihat imprealisme sebagai gejala yang memperpanjang hidup
kapitalisme (marx berpendapat bahwa kapitalisme pada puncak perkembangannya
akan menemui ajalnya dan diganti oleh komunisme), sehingga kapitalisme sampai
saat ini belum mati. Karangan-karangan Stalin ynag terkenal adalah Dasar-Dasar
Leninisme (Foundations of Leninism, 1924) dan Problema-Problema Leninisme
(Problems of Leninism, 1926). Menurut Khruschev, perang dapat dihindari dan
bukan lagi tak terelakkan. Lalu, membuka kemungkinan untuk hidup berdampingan
dengan negara yang berlainana sistem sosialnya. Khruschev digantikan Leonid
Brezhnev pada tahun 1964. Dan brezhnev digantikan oleh Mikhail Gorbachev sejak
tahun 1985. Vladimir Putin terpilih menggantikan Boris Yeltsin sebagai pejabat
Presiden sejak tanggal 1 Januari 2000.
Hal 146-152
Hal 152-156
4. Demokrasi Rakyat
Hal 157-161
5. Demokrasi Nasional
Pada tahun 1960, dalam pertemuan ke-81 partai komunis di Moskow gagasan
Khruscev dirumuskan secara lebih terperinci dan dicetuskan suatu pola baru yaitu
demokrasi nasional yang dianggap suatu tahapan dalam perkembangan negara
demokrasi borjuis menjadi demokrasi rakyat sebagai suatu dictator proletariat. Pada
tahun 1964 disadari bahwa konsep Demokrasi Nasional tidak realistis , karena
beberapa negara yang tadinya dianggap sudah matang terbentuknya Demokrasi
Nasional ada yang tidak memperlihatkan kemajuan ke arah demokrasi rakyat. Stratei
Uni Soviet yang menyandarkan diri pada konsep demokrasi nasional yang dapat
disesuaikan menurut keadaan rupanya berhasil.
Hal 161-164.
Kecaman terhadap komunisme dating baik dari kalangan non komunis dan anti
komunis maupun dari dunia komunis itu sendiri. Dari dunia komunis terutama
ditujukan kepada unsur pemaksaan dan kekerasan, kepada pembatasan atas
kebebasan-kebebasan politik, seperti menyatakan pendapat, dan kepada
diabaikannya martabat perorangan untuk “kepentingan umum” yang pada hakikatnya
ditentukan dan dirumuskan suatu elit yang kecil. Dari dalam Uni Soviet sendiri
terdengar pula suara kritik dan perbedaan pendapat dari kelompok kecil cendikiawan
yang bergerak bidang kesusastraan dan ilmiah.
Hal 164-165
BAB VI
UNDANG-UNDANG DASAR
1. Pengantar
Terjemahan dari kata conctituantion dengan kata UUD memang sesuai dengan
kebiasaan Orang Belanda dan Jerman. Sebenarnya ada kesukaran atau kekurangan
dengan pemakaian istilah UUD, yakni kita langsung membayangkan suatu naskah
tertulis. Padahal istilah constitution bagi banyak sarjana ilmu politik merupakan
sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang
tertulis,maupun yang tidak yang mengatur secara mengikat cara-cara pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Hal 169
Hal 169-171
3. Konstitusionalisme
Hal 171-177
Walaupun UUD satu Negara berbeda dengan negara lain, kalau diperhatikan
secara cermat ada ciri-ciri yang sama, yaitu biasanya memuat ketentuan-ketentuan
mengenai soal-soal sebagai berikut:
- Organisasi Negara
- Hak-hak asasi manusia
- Prosedur mengubah UUD (amandemen)
- Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.
- Merupakan aturan hukum yang tertinggi yang mengikat semua warga negara dan
lembaga negara tanpa terkecuali.
Hal 177-179
Hal 179-180
Hal 181-182
Hal 182-183
Karena dibuat secara istimewa, maka UUD dapat dianggap sesuatu yang luhur.
Ditinjau dari sudut politis, dapat dikatakan bahwa undang-undang dasar sifatnya
lebih sempurna dan lebih tinggi daripada undang-undang biasa.
Hal 184-185
10. Undang-Undang Dasar yang Fleksibel dan Undang-undang Dasar yang Kaku
- Undang-Undang Dasar yang Fleksibel
Selandia Baru: Di Selandia Baru perubahan dari negara federal menjadi
negara kesatuan dalam tahun 1876, dilakukan dengan undang-undang biasa;
begiyu pula pembubaran Majelis Tinggi dalam tahun 1951. Dalam ketentuang-
ketentuan konstitusional Selandia Baru yang berupa naskah dikatakan secara
eksplisit bahwa Parlemen boleh bertindak dengan leluasa termasuk mengubah
UUD. Inggris: gaasan mengenai UUD yang fleksibel berdasarkan konsep
supremasi parlemen.
- Undang-Undang Dasar yang Kaku
Kebanyakan UUD menentukan perlunya partisipasi dari beberapa badan lain
di samping Parlemen untuk mengambil keputusan semacam ini.
HAL 193-194
Hal 194-207
BAB VII
1. Pengantar
1) Hak sipil yang sudah lama dikenal dan selalu diasiosiasikan dengan
pemikiran di negara-negara Barat
Di Eropa Barat pemikiran mengenai hak asasi berawal dari abad ke-17 dengan
timbulnya konsep Hukum Alam serta hak-hak alam. Akan tetapi, sebenarnya
beberapa abad sebelumnya, yaitu pada Zaman Pertengahan, masalah hak manusia
sudah mulai mencuat di Inggris. pada abad ke-17 dan ke-18 pemikiran mengenai hak
asasi manusia maju dengan pesat. John Locke mengatakan bahwa “life, liberty and
property” serta “goverment by consent”.
HAL 213-215
3. Hak Asasi Manusia pada Abad ke-20 dan Awal Abad ke-21
Dalam perkembangan berikutnya terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai
hak asasi, antara lain terjadinya depresi besar sekita tahun 1929 hingga 1934, yang
melanda sebagian besar dunia. Presiden Amerika Serikat, Roosevelt pada 1941
mermuskan Emapt Kebebasan, yaitu kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat,
kebebasan beragama, kebebasan dari ketakutan, dan kebebasan dari kemiskinan.
Kebetulan sistem ekonomi kapitalis yang berlaku, terutama sesudah Perang Dunia II,
berhasil meningkatkan produksi sehingga membawa kemakmuran bagi rakyat. Di
Rusia pada tahun 1917 telah terjadi revolusi menentang kekuasan.
o Dekalarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948)
Deklarasi Universal dimaksud dengan pedoman sekaligus standar minimum
yang dicita-citakan oleh seluruh umat manusia. Maka dari itu berbagai hak dan
kebebasan dirumuskan secara sangat luas, seolah-olah bebas tanpa batas. Pada
1948 Universal Declaration of Human Rghts diterima 48 negara.
o Dua Kovenan Internasional
Ditentukan pula bahwa setiap hak akan dijabarkan, dan prosedur serta aparatur
pelaksanaan dan pengawasan dirumuskan secra rinci. Juga diputuskan untuk
menyusun dua perjanjian (kovenan) yakni, yang pertama mencakup hak politik
dan sipil, dan yang kedua meliputi hak ekonomi, sosial, dan budaya. Dengan
demikian, setiap negara memperoleh kesempatan memilih salah satu atau kedua-
duanya.
o Perdebatan dalam Forum PBB
Salah satu kesukaran adalah perbedaan sifat antara hak politik dan hak
ekonomi, yang kadang-kadang menuju ke suatu ‘ketegangan’ antara dua jenis hak
asasi ini. Perbedaan lain ialah, jika pelaksaan hak politik memerlukan dibatasinya
peran pemerintah, maka untuk melaksanakan hak ekonomi tidak cuckup hanya
melalui perundang-undangan saja. Pada hakikatnya, konvenan hanya
merumuskan kewajiban bagi negara masing-masing untuk mengikat kesejahteraan
rakyatnya, dan tidak dimaksudkan untuk mengadakan sanksi.
o Pembatasan dan Konsep Non-Derogable
Pelaksanaan beberapa hak politik secara khusus diberi pembatasan yaitu
perundang-undangan yang menyangkut ketertiban dan keamanan nasional dalam
negara masing-masing. Hak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan
pendapat dinyatakan terbatas oleh undang-undang nasional yang berlaku untuk a)
menghormati hak dan nama baik orang lain, dan b) untuk menjaga keamanan
nasional atau ketertiban umum atau kesehatan atau kesusilaan umum (pasal 19).
o Masalah Ratifikasi
Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa negara yang bersangkutan
mengikat diri untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian dan bahwa
ketentuan0ketentuan itu menjadi bagian dari hukum nasionalnya.
o Hak dan Kewajiban
Dalam bagian sebelumnya mengenai hak asasi, telah diuraikan bahwa dalam
pasal 29 dan Deklarasi Hak Asasi Manusia maupun dalam beberapa pasal
Kovenan Hak Sipil dan Politik, mengenai hak mengeluarkan pendapat telah juga
disebutkan bahwa di samping hak juga ada kewajiban terhadap masyarakat,
terutama untuk mematuhi undang-undang yang mengatur keamanan dan
kesusilaan masyarakat.
Hal 213-232
4. Peran Negara-Negara Dunia Ketiga
Pada dasawarsa 1980-an, berkat usaha Dunia Krtiga dicanangkan “generasi ketiga
hak asasi”, yaitu hak atas perdamaian dan hak atas pembangunan.
Berisi hak untuk hidup, hak untuk memperoleh keadilan, hak persamaan,
kewajiban untuk memenuhi apa yang sesuai dengan hukum serta hak untuk tidak
patuh kepada apa yang tidak sesuai dengan hukum, hak kebebasan, hak kebebasan
kepercayaan, hak untuk menyatakan kebenaran, hak mendapatkan perlindungan
terhadap penindasan karna perbedaan agama, hak mendapatkan kehormatan dan
nama baik, hak ekonomi, dan hak untuk memiliki.
· Bangkok Declaration
Hal 245-246
Hal 246-243
BAB VIII
1. Pengantar
Secara vertikal : yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya dan dalam hal
ini yang dimaksud ialah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan
Amerika : Dalam abad ke-18 ada 13 negara yang berdaulat; kemudian bersekutu
dalam perang melawan inggris, dan dalam tahun 1781-1789 mengadakan
konfederasi; mulai tahun 1789 merupakan negara federal. H. 276
Hal 276-80
Trias Politika adalah anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam
kekuasaan. Trias Politika adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan
ini sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
Hal 281-291
BAB IX
1. Badan Eksekutif
Hal 295-315
2. Badan Legislatif
Fungsi Legislasi
Funsgi Kontrol
Fungsi Lainnya
3. Badan Yudikatif
Suatu studi mengenai kekuasaan yudikatif sebenarnya lebih bersifat teknis yuridis
dan termasuk bidang ilmu hukum daripada bidang ilmu politik, kecuali di beberapa
negara di mana Mahkamah Agung memainkan peranan politik berdasarkan konsep
“judicial review”.
Akan tetapi dari perkembangannya telah kita ketahui bahwa doktrin pemisahan
kekuasaan yang mutlak dan murni tersebut tidak mungkin dipraktikkan di zaman
modern karena tugas negara dalam abad ini sudah demikian kompleksnya, sehingga
doktrin itu diartikan sebagai pembagian kekuasaan; artinya hanya fungsi pokoknya
yang dipisahkan, sedangkan selebihnya letiga cabang kekuasaan itu terjalin satu
sama lain.
BAB X
PARTISIPASI POLITIK
Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan
seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,
antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak
langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah.
Salah satu sebab adalah bahwa orang mulai menyadari bahwa suara satu orang
(misalnya dalam pemilihan umum) sangat kecil pengaruhnya, terutama di negara-
negara yang penduduknya berjumlah besar. Melalui kegiatan menggabungkan diri
dengan orang lain menjadi suatu kelompok, diharapkan tuntutan mereka akan lebih
didengar oleh pemerintah.
BAB XI
PARTAI POLITIK
1. Pengantar
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Dewasa ini partai politik sudah
sangat akrab di lingkungan kita.
2. Sejarah Perkembangan Partai Politik
Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Pada awal
perkembangannya, pada akhir dekade 18-an di negara-negara Barat seperti Inggris
dan Prancis, kegiatan politik dipusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam
parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitis dan aristokratis, mempertahankan
kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tuntutan raja.
Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu
diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah
lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu
pihak dan pemerintah di lain pihak.
3. Definisi Partai Politik
Carl J.Friedrich : Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir
secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintah bagi pimpinan partainya berdasarkan penguasaan ini, memberikan
kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.
4. Fungsi Partai Politik
Di negara demokrasi partai relatif dapat menjalankan fungsinya sesuai harkatnya
pada saat kelahirannya, yakni menjadi wahana bagia warga negara untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan memperjuangkan
kepentingannya di hadapan penguasa. Sebaliknya di negara otoriter partai tidak
dapat menunjukkan harkatnya, tetapi lebih banyak menjalankan kehendak penguasa.
5. Klasifikasi Sistem kepartaian
Di atas telah dibahas bermacam-macam jenis partai. Akan tetapi beberapa sarjana
menganggap perlu analisis ini ditambah dengan meneliti perilaku partai-partai
sebagai bagian dari suatu sistem, yaitu bagaimana partai politik berinteraksi satu
sama lain dan berinteraksi dengan unsur-unsur lai dari sistem itu.
Hal 422-424
BAB XII
Disamping itu ada beberapa varian seperti Block Vote, Alternative Vote, sistem
Dua Putaran atau Two-Round System, Sistem Paralel, Limited Vote, Single Non-
Transferable Vote,Mixed member proportional, dan Single Transferable Vote.
h.461-466
Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi
yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu.
Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat dibendung.
Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal pleh
komunitasnya, sehingga hubungan dengan konstituen lebih erat.
Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dapat
meraih suara pemilih lain.
Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam
parlemen.
Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggrakan.
Hal 46-469
Profesor Miriam Budiardjo, lahir di Kediri 20 November 1923. Ia adalah anak ketiga
dari empat bersaudara keluarga Prof. Dr. K.R.T. Mohammad Saleh Mangodiningrat –
dokter generasi pertama Indonesia yang mendapatkan gelar Doktor di bidang ilmu
kedokteran pada Gemeete Universiteit Amsterdam, Belanda (1929). Ia lahir dan
dibesarkan dalam sebuah keluarga yang dapat dikatakan sebagai model “keluarga
intelektual” Indonesia. Profesor Miriam mempunyai dua kakak kandung bernama Siti
Wahyunah Sjahir S.H., yang kemudian dikenal sebagai Poppy Sjahrir, istri mantan
Perdana Mentri Sutan Sjahrir, dan Dr. Soejatmoko (mantan Duta Besar RI untuk Amerika
Serikat dan mantan Rektor Universitas PBB), serta satu adik kandung Nugroho
Wisnumurti, S.H., LLM (mantan Duta Besar RI untuk PBB di New York, Amerika Serikat
dan di Jenewa, Swiss).
Berbeda dengan ayahnya yang selama hidup mengabdikan diri sebagai dokter,
Profesor Miriam Budiardjo memilih menjadi dosen ilmu politik pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIF-UI). Selain itu, ia juga pernah mengajar
pada Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sastra UI, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut
(SEKSOAL). Perguruan Tinggi Hukum Militer (PTHM). Program Pasca Sarjana Ilmu
Kepolisian, dan sebagai dosen tamu pada SESKOAD, SESKABAG dan LEMHANAS.
Sebagai akademisi, selama hidupnya ia juga aktif mengikuti berbagai konferensi dan
workshop internasional seperti di Hong Kong, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Filipina,
India, Belanda, dan Australia. Ia pun pernah menjadi Visiting Fellow pada Australian
National University, Camberra, Australia (1981). Buah pikirannya tersebar di berbagai
media massa, jurnal ilmiah, maupun buku. Beberapa buku yang ia tulis, selain buku
berjudul Dasar-Dasar Ilmu Politik, adalah Simposium Kapitalisme, Sosialisme,
Demokrasi (editor, 1984), Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa (editor,
1984), Demokrasi di Indonesia (1994), dan Menggapai Kedaulatan Rakyat (1998).
Dedikasi Profesor Miriam yang begitu tinggi terhadap pendidikan juga terlihat pada
sejumlah jabatann yang pernah ia emban secara konsisten sejak masa muda. Ia pernah
menjabat sebagai Ketua Harian Studi Lembaga Penelitian Masyarakat, Fakultas Hukum
dan Ilmu Pengtahuan Kemasyarakatan (IPK) UI (1963-1973) –jurusan yang merupakan
cikal bakal FISIP-UI; Pembantu Dekan Bidang Akademis merangkap Sekretaris Fakultas
di bawah Dekan Prof. Dr. Sumardjan (1968-1971); dan Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial,
UI (sebelum namanya menjadi FISIP-UI) (1974-1979). Bersama Prof. Dr. Selo Sumardjan,
Prof. Dr. T.O Ihromi, dan Sulaeman Sumardi, S.H., M.A, ia memprakarsi berdirinya
Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial, UI (1968). Setelah tidak lagi menjabat sebagai dekan, ia masih
aktif menjadi Koordinator Program Pasca Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas
Pasca Sarjana, UI (1979-1989), dan juga Ketua Konsorsium Ilmu-Ilmu Sosial, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Ia pun pernah menjadi Bendahara Umum, Asosiasi Ilmu
Politik Indonesia (AIPI) (1985-1994), Ketua Dewan Redaksi Jurnal Ilmu Politik (1988-
1994) dan Anggota Dewan Penasihat/Dewan Kehormatan AIPI.
Profesoor Miriam juga seeorang pejuang tiga zaman. Menjelang kemerdekaan, saat
masih muda, ia bekerja pada Komisi Bahasa Indonesia, Kementrian P.P.K Jakarta (di
bawah pimpinan Sutan Takdir Ali Syahbana, S.H) (1944-1945) untuk mengembangkan
bahasa Indonesia. Saat itu, bahasa Indonesia secara resmi ditetapkan sebagai bahasa
nasional. Karena bahasa Inggrisnya yang fasih, ia pun pernah menjadi penyiar bahasa
Inggris pada pemancar radio gelap milik kaum republiken di Solo dan Jakarta. Kemudian,
memasuki usia 23 tahun, ia meniti karir sebagai diplomat dengan bekerja pada Kementrian
Luar Negeri, Jakarta, selama Perundingan Linggarjati hingga Aksi Militer I. Kemudian ia
bekerja pada Sekretariat Delegasi Indonesia (Bagian Pubilitas) pada United Nation
Security Council’s Committee of Good Offices (Perundingan Renvile) (1947-1948). Karir
sebagai diplomat terus menanjak dengan menjadi staf (setara dengan Sekretariat III) pada
Perwakilan R.I di New Delhi, India (1948-1950), dan Sekretaris II, KBRI Washington DC,
USA. Karir menjadi diplomat akhirnya ia tinggalkan setelah menikah dengan Ali
Budiardjo, S.H., MSc., pada Agustus 1953, dan kemudian aktif di bidang pendidikan
hingga ia memasuki masa purnabakti pada 1989.
Masa pensiun ternyata tidak serta-merta membuat Profesor Miriam memiliki banyak
waktu senggang. Kegiatan mengajar masih terus dilakukan, termasuk mengajar pada Pusat
Studi Wanita UI. Kegiatannya ternyata semakin padat. Ia ikut memelopori pembentukan
Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia, dan pernah menjabat sebagai Anggota
Kehormatan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (1997), Anggota “Tim Sebelas” (Tim
Persiapan Komisi Pemilihan Umum 1999) dan Anggota Panitia Pengawas Pemilihan
Umum (Panwaslu 1999).
Atas seluruh sumbangsih selama hidupnya, berbagai tanda jasa pernah ia terima dari
pemerintah seperti Bintang Jasa Utama (Agustus 1995) untuk pengabdian kepada Republik
Indonesia selama masa perjuangan kemerdekaan, serta Bintang Mahaputra Utama
(Agustus 1998), dan Bintang Jasa Utama sebagai Anggota “Tim Sebelas” 1999 (Agustus
1999).
Profesor Miriam Budiardjo wafat pada Senin 8 Januari 2005, di Jakarta pada usia 83
tahun. Ia meninggalkan anak tunggal, Dra. Gitayana Prasodjo, MLIS, menantu, Imam B.
Prasodjo, Ph.D., dan dua orang cucu, Rauf Firdausi Prasodjo dan Adila Prasodjo.
Buku ini mengantarkan mahasiswa yang berminat ke dalam dunia ilmu politik. Dalam
buku ini dibahas konsep-konsep seperti politik (politics), kekuasaan, pembuatan
keputusan, (decicion making). Di samping itu, dibahas pula fungsi undang-undang dasar,
kelompok-kelompok politik, dewan perwkilan rakyat, baik di dalam maupun di luar
Indonesia, serta hak-hak asasi dan perkembangannya di PBB. Bahan-bahan yang disajikan
dalam edisi kedua ini telah mengalami perbaikan dan lebih lengkap.
Kekuatan buku ini adalah buku ini di tulis oleh Prof. Miriam Budiarjo adalah tokoh
luar biasa. Beliau seorang ilmuwan politik senior sekaligus pelaku politik. Pemikirannya
telah memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu politik di
Indonesia, beliau ialah putri nomor tiga Prof. Dr. Saleh Mangundiningrat (1896-1962),
dokter Keraton Kesunanan Solo dan intelektual disegani sebagai rektor pertama
Universitas Cokroaminoto awal 1960-an. Prof. Miriam Budiarjo ini pernah menjabat
sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI)
periode 1974–1979, di FISIP UI inilah Prof. Miriam Budiarjo berkhidmat dan buku
karangannya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Politik kini telah menjadi buku wajib
mahasiswa Ilmu politik di Indonesia.
Kelemahan buku ini hanya terdapat pada kata-kata yang berkelit dan tidak langsung
mudah di mengerti juga pada pengemasan buku yang tebal dan tidak berwarna membuat
pembaca enggan membacanya.
Dari hal di atas penulis dapa menyimpulkan bahwa buku ini bagus untuk siapapun
yang ingin mempelajari politik lebih dalam lagi, karena buku ini banyak membahas
tengtang apa itu politik dan apa saja yang ada di dalamnya, oleh karena itu kita bisa lebih
tahu tentang politik baik di Indonesia maupun di dunia.
KESIMPULAN
Ilmu politik merupakan ilmu yang sangat bermanfaat untuk di pelajari , apalagi di
zaman sekarang ini praktik dan tatacara politk Indonesia sudah semakin tidak karuan dan
bersifat tidak bersih. Untuk itu dengan adanya buku DASAR-DASAR ILMU POLITIK
karangan Miriam Budiardjo ini sangat berpengaruh bagi kelangsungan politik Indonesia
baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang .
Kontribusi buku terhadap studi ilmu politik yaitu membuat kita tahu banyak hal
tentang apa itu dasar politik dan apa saja yang ada di dalamnya. Setelah kita tahu , tentu
saja dalam praktiknya kita dapat melaksanakan politik yang berdasarkan teori dan tentunya
membuat kita tidak akan melakukan penyimpangan-penyimpangan yang seperti di lakukan
petinggi Negara.
Sudah semestinya setelah kita tahu dan kita menjadi bagian dari masyarakat yang tahu
akan ilmunya tentunya akan semakin memperbaiki kondisi politik bangsa saat ini , dan
menciptakan pemerintahan yang aman,makmur dan sejahtera.