Anda di halaman 1dari 42

RESENSI BUKU DASAR-DASAR ILMU POLITIK

DOSEN PENGAMPUH : ANTONIO IMANDA, M.Si

DISUSUN OLEH :

NAMA : YERPI

NPM : 22170043

PRODI : ADMINISTRASI PUBLIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU

TAHUN AJARAN 2022/2023


Judul              : Dasar-dasar Ilmu Politik –edisi revisi-

Pengarang      : Prof. Miriam Budiarjo

Penerbit          : PT Gramedia Pustaka Utama

Edisi Revisi    : Cetakan kesembilan, Oktober 2013

ISBN               : 978-979-22-3494-7

BAB I

SIFAT, ARTI, DAN HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU PENGETAHUAN

1. Perkembangan dan Definisi Ilmu Politik

            Di Yunani Kuno pemikiran mengenai negara sudah mulai ada sejak tahun
450 S.M. di India dan China ± 350-500 S.M telah banyak tulisan politik yang
bermutu. Di Indonesia pun ± abad ke 13-15 Masehi sudah ada karya tulis mengenai
sejarah dan kenegaraan. Sayangnya pemikiran tentang politik di negara-negara Asia
mengalami kemunduran karena terdesak pemikiran Barat. Di negara Eropa bahasan
mengenai politik banyak dipengaruhi ilmu hukum. Di Inggris ilmu poltik dianggap
termasuk filsafat. Pada tahun 1904 Amerika Serikat mendirikan American Political
Science Assosiation (APSA).

            Setelah Perang Dunia II selesai, perkembangan ilmu politik semakin cepat.
Di Amsterdam, Belanda didirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sejak tahun
1947. Di Indonesia pun didirikan fakultas serupa.

            UNESCO mengadakan survei di 30 negara mengenai kedudukan ilmu politik.


UNESCO bersama Internasional Political Science Association (IPSA) mengadakan
penelitian di 10 negara barat kemudian membahas laporannya pada tahun 1952.

Hal 5-7
2. Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan (Science)

            Karakteristik ilmu pengetahuan adalah tantangan untuk menguji hipotesis


melalui eksperimen yang dapat dilakukan alam keadaan terkontrol. Jika definisi ini
dipakai sebagai patokan, ilmu politik dan ilmu sosial lainya tidak memenuhi syarat.
Karena ilmu politik dan ilmu sosial lainnya yang diteliti adalah manusia dan manusia
itu sendiri perilakunya tidak dapat diamati dalam keadaan terkontrol.

            Sarjana ilmu politik di Paris (1948) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan
adalah keseluruhan dari pengetahuan yang terkoordinasi mengenai pokok pemikiran
tertentu. Pendekatan perilaku (behavioral approach) muncul dalam dekade 1950-an.
Namun 10 tahun kemudia banyak pula yang megkritik pendekatan tersebut. Dan
muncullah kelompok pasca-perilaku. Dalam perkembangan selanjutnya muncul
pendapat bahwa pendapat behavioralis, dalam usaha meneliti perilaku manusia,
terlalu meremehkan negara beserta lembaga-lembaganya padahal pentingnya
lembaga-lembaga itu tidak dapat  dinafikan.

            Berkat timbulnya pendekatan perilaku, berkembang beberapa analisis yang


mengajukan rumusan-rumusan baru tentang kedudukan nilai-nilai dalam penelitian
politik serta satuan-satuan kehendak yang diamati.

            Perbedaan Antara Kaum Tradisionalis dan Behavioralis

Tradisionalis menekankan Behavioralis menekankan


Nilai dan norma Fakta
Ilmu terapan Penelitian empiris
Historis-yuridis Sosiologis-psikologis
Tidak kuantitatif kuantitatif
Reaksi pasca-behavioralis terutama ditujukan pada usaha untuk mengubah
penelitian dan pendidikan ilmu politik menjadi ilmu pengetahuan yang murni, sesuai
pola ilmu eksak.

Hal 8-13
3. Definisi Ilmu Politik

            Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau kepolitikan. Politik
adalah usaha mencapai kehidupan yang baik. Politik menjadi sangat penting karena
sejak dahulu kala masyarakat mengatur kehidupan kolektf dengan baik mengingat
masyarakat sering menghadapi terbatasnya summber daya alam, atau perlu dicari
satu cara distribusi sumber agar semua warga merasa bahagia dan puas. Usaha itu
dpat dilakukan dengan berbagai cara meskipun bertentangan satu dengan yang
lainnya. Kesimpulannya, bahwa politik dalam suatu negara berkaitan dengan
masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik, dan alokasi atau
distribusi. Konsep- konsep pokok politik: negara, kekuasaan, pengambian keputusan,
kebijakan, pembagian atau alokasi. Hal 8-17

- Negara

       Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.

- Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi suatu


kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelomppok lain, sesuai
dengan keinginan para pelaku.

- Pengambilan Keputusan

Keputusan adalah hasi dari membuat pilihan di antara beberapa alternatif,


sedangan istilah pengambilan keputusan menunjuk pada proses yang terjad sampa
keputusan itu tercapai.

- Kebijakan Umum

Kebijakan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil olehseorang pelaku


atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan
itu. Tujuan yang dicapai melalui usaha bersama, dan perlu rencana-rencana yang
mengikat, yang dituang dalam kebijakan oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini
pemerintah.
- Pembagian atau Alokasi

Pembagian dan alokasi ialah pembagian dan penjatahan nilai-niai dalam


masyarakat. Sarjana menekankan bahwa pilitik adalah membagikan dan
mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat. Nilai ini dapat bersifat abstrak atau
bisa juga bersifat konkret. Hal 13-21

4. Bidang-Bidang Ilmu Politik


1) Teori politik
a. Teori politik
b. Sejarah perkembangan de-ide politik
2) Lembaga-lembaga politk
a. Undang-undang dasar
b. Pemerintah  nasional
c. Pemerintah daerah dan local
d. Fungsi ekonomi dan sosial dari pemerintah
e. Perbandingan lembaga-lembaga poitiK
3) Partai-partai, golongan-golongan, dan pendapat umum
a. Partai-partai politik
b. Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi
c. Partisipasi warga negara dalam pemerintah dan administrasi
d. Pendapat umum
4) Hubungan internasional
a. Politik internasional
b. Organisasi-organisasi dan adminstrasi internasional
c. Hukum internasional

Hal 22-25

5. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan Lain


- Sejarah
Sejarah merupakan alat penting bagi ilmu politik, oleh karena penyumbang
bahan, yaitu data dan fakta dari masa lampau untuk diolah lebih lanjut. Untuk kita
di Indonesia mempelajari sejarah dunia dan sejarah Indonesia khususnya
merupakan suatu keharusan. Sejarah dipelajari untuk diambil pelajarannya agar
kita tidak terjebak dalam masalah-masalah yang sama.
- Filsafat
Filsafat adalah usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan
atau jawaban atas persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta dan
kehidupan manusia. Filsafat menyagkut kehidupan politik terutama mengenai sifat
hakiki, asal mula, dan nilai dari negara. Dalam pandangan filsuf Yunani Kuno,
filsafat poitik juga mencakup dan erat hubungannya dengan moral filosofis atau
etika. Filsafat politik juga membahas masalah politik dengan berpedoman pada
suatu sistem nilai dan norma tertentu.
- Hubungan ilmu politik denan ilmu-ilmu sosial lain
 Sosiologi
Sosiologi membantu sarjana politik dalam memahami latar belakang, susunan
dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat.
Mengenai masalah perubahan dan pembaruan, sosiologi menyumbang
pengertian akan adanya perubahan dan pembaruan dalam masyarakat. Baik
politik ataupun sosiologi mempelajari negara. Sosiologi menganggap negara
sebagai salah satu lembaga pengendalian sosial. Sedangkan ilmu politik
menganggap negara merupakan objek penelitian pokok.
 Antropologi
Antropologi menyumbang pengertian dan teori tetang kedudukan serta peran
berbagai satuan sosial-budaya yang lebih kecil dan sederhana. Antropologi juga
mempengaruhi dalam bidang metodelogi penelitian ilmu politik.
 Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi dikenal sebagai ilmu sosila yang sangat planning-oriented,
pengaruhnya meluas pada politik. Dengan pesatnya perkembangan ilmu
ekonomi modern, khususya ekonomi internasional, kerjasama antar ilmu politik
dengan ilmu ekonomi makin dibutuhkan untuk menganalisis siasat-siasat
pembangunan sosial.
 Psikologi social
Psikologi sosial adalah pengkhususan psikologi yang mempelajari hbungan
timbal balik antara manusia dengan masyarakat, khususnya faktor yang
mendorong manusia untuk berperan dalam ikatan kelompok atau golongan.
Bidang psikologi umumnya memusatkan perhatian pada kehidupan perorangan.
Analisis sosial politik secara makro dapat diisi dan diperkuat dengan analisis
bersifat mikro.
 Geografi
Faktor-faktor yang berdasarkan geografi, seperti perbatasan strategis, desakan
penduduk, daerah pengaruh juga mempengaruhi politik. Geografi
mempengaruhi karakter dan kehidupan nasional dari rakyat.
 Ilmu hukum
Mengatur dan melaksanakan undang-undang adalah kewajiban negara. Jika
ahli hukum melihat negara semata-mata sebagai lembaga atau organisasi hukum,
maka seorang ahli ilmu politik  memandang negara sebagai asosiasi atau
sekelompok manusia yang bertindak untuk mencapai tujuan bersama. Mengenai
perbedaan antara impu politik dan ilmu negara, Herman Heller teah
menyimpulkan beberapa pendapat dalam Encyclopaedia of the Social Science.

Hal 25-38

BAB II

KONSEP-KONSEP POLITIK

1. Teori Politik
Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena. Dalam
menyusun generalisasi, teori selalu menggunakan konsep-konsep. Konsep aalah
abstrak dari atau mencerminkan ppersepsi-persepsi mengenai realitas, atas dasar
kosep atau seperangkat konsep dapat disusun atau dirumuskan generalisasi.
Generalisasi adalah proses melalui mana suatu observasi mengenai satu fenomena
tertentu berkembang menjadi suatu observasi mengenai lebih dari satu fenomena.
Teori politik adalah bahasan dan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik.
Ada teori non-valutional adapula teori valuanational. Berikut beberapa teori-teori
politik:
- Filsafat politik
Pokok pikiran dari filsafat politik adalah bahwa menyangkut alam semesta,
seperti metafisika dan epistemologi harus dipecahkan dulu sebelum persoalan-
persoalan politik yang kita alami sehari-hari dapat ditanggulangi.
- Teori politik sistematis
Teori politik sistematis tidak menjelaskan asal usul atau caralahirnya norma-
norma, tetapi hanya mencoba untuk merealisasikan norma-norma itu dalam suatu
program politik.
- Ideologi politik
Ideology politik dalah himpunan nilai-nilai, ide-ide atau norma-
norma,kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang
atas dasar mana ia menentukan sikapknya terhadap kejadian dan problematika
politik yang dihadapinya dan menentukan peerilaku politiknya. Ideologi, berbeda
dengan filsafat yang sifatnya meranung-renung, mempunyai tujuan untuk
menggerakkan kegiatan dan aksi.

Hal 43-45

2. Masyarakat
Masyaarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antar manusia.
Manusia mempunyai naluri untuk hidup sebagai anggota kelompok. Di dalam
kehidupan beerkelompok dan falam hubungannya dengan manusia lainya, pada
dasarnya manusia menginginkan beberapa nilai. Dengan adanya nilai dan kebutuhan
yang harus dilayani itu, maka manusia menjadi beberapa anggota dari beberapa
keompok.
Hal 46-47

3. Negara
Negara adalah aorganisasi yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan
kekuasaanya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainya dan menetapkan
tujuan dai kehidupan bersama itu. Dalam rangka ini ada 2 tugas pokok yaitu:
mengendalikan dan mengatur gejala gejala sosial yang asosial serta mengorganisir
dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan kearah tercapainya
tujuan dari masyarakat keseluruhan.
 Definisi Mengenai Negara

Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh


sejumlah pejabat yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada
peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan monopolis terhadap
kekuasaan yang sah.

 Sifat-Sifat Negara
Setiap negara umumnya mempunyai sifat-sifat berikut:
- Sifat memaksa. Dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan
fisik secara legal.
- Sifat memonopoli. Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan
bersama dari masyarakat.
- Sifat mencakup semua. Semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk
semua orang tanpa terkecuali.
 Unsur-Unsur Negara
- Wilayah. Kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah tetapi
juga laut di sekelilingnya dan angkasa di atasnya.
- Penduduk. Semua negara pasti memiliki penduduk dan kekuasaan negara
menjangkau semua penduduk di dalam wilayahnya.
- Pemerintah. Setiap negara mempunyai organisasi yang berwenang untuk
memutuskan dan merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang
mengikat bagi seluruh penduduk di dalamnya.
- Kedaulatan. Adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan segala cara yang tersedia.
 Tujuan dan Fungsi Negara
Tujuan negara Republik Indonesia tencantum dalam Undang-Undang Dasar
1945. Beberapa fungsi mutlak negara:
- Melaksanakan penertiban
- Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
- Pertahanan
- Menegakkan keadilan
 Istilah Negara dan Istilah Sistem Politik
Pada dasarnya konsep sistem politik dipakai untuk keperluan analisa, dimana
suatu sistem bersifat abstrak pula. Umumnya dalam sistem politik terdaat 4
variabel:
- Kekuasaan
- Kepentingan
- Kebijaksanaan
- Budaya politik

Hal 47-59

4. Konsep Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi suatu kelompok


untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelomppok lain, sesuai dengan
keinginan para pelaku. Sumber kekuasaan dapat berupa kedudukan, kekayaan, atau
kepercayaan. Ada beberapa istilah mengenai kekuasaan. Seperti legitimasi dan
otoritas atau wewenang. Wewenang adalah kekuasaan yang bersifat formal.
Legitimasi seiring juga disebut keabsahan, yakni keyakinan anggota-anggota
masyarakat bahwa wewenang yang ada pada seseorang, kelompok atau penguasa
adalah wajar dan patut dihormati. Konsep yang selalu dibahas dengan kekuasaan
adalah pengaruh. Ada yang mengatakan bahwa kekuasaan dan pengaruh adalah dua
konsep yang berbeda.

Hal 59-67
BAB III

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK

1. Pengantar

Mengamati kegiatan poitik dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung


perspektif atau kerangka acuan yang kita pakai. Istilah pendekatan mencakup standar
atau tolak ukur yang dipakai untuk memilih masaah, menentukan data mana yang
akan diteiti dan data mana yang akan dikesampingkan. Hal 71

2. Pendekatan
- Pendekatan Legal/Institusional

Disebut juga pendekatan tradiional yang berkembang pada abad 19 sebelum


perang dunia II. Pendekatan tradisional ni mencakup unsur legal maupun unsur
institusional. Peneliti tradisional tidak mengkaji apakah lembaga itu memang
terbetuk dan berfungsi seperti yang dirumuskan didalam naskah resmi dsb.
Pendekatan tradisional lebih sering bersifat normatif dengan mengasumsikan 
norma demokrasi barat. Pendekatan ini cenderung untuk mendesak konsep
kekuasaan dari kedudukan sebagai suatu faktor penentu.

- Pendekatan Perilaku
Salah satu pemikirannya adalah tidak ada gunanya membahas lembaga formal,
karena tidak banyak memberi informasi tentang proses politik sebenarnya. Mereka
pada umumnya meneliti tidak hanya pada perilaku dan kegiatan manusia,
melainkan juga orientasnya terhadap kegiatan tertentu. Pendekatan perilaku
menampilkan ciri khas revousioner yaitu suatu orientasi kuat untuk lebih
mengilmiahkan politik. Ada lagi cirinya, pandangan bahwa masyarakat dapat
dilihat sebagai suatu sistem sosial dan negara sebagai suatu sistem politik yang
menjadi subsistem dari sistem nasional.
Perbedaan istilah “state” dan “negara”

Political system State Negara


Function power Kekuasaan, kewibawaan
Roles office Jabatan
Structure institution Institusi (lembaga)
Political culture Public opinion Budaya politik, opini publik
Poitical socialization Citizenship structure Sosialisasi politik

Ada yang mengkritik pendekatan perilaku tidak mempunyai relevansi dengan


realitas politik dan terlalu banyak memusatkan perhatian pada masalah yang kurang
penting. Pada tahun 1960 juga ada pertentangan dari kaum behavioralis sendiri.

- pendekatan Neo-Marxis

kebanyakan kalangan Neo-marxis berasal dari kalangan borjuis yang


cendikiawan. Disatu pihak mereka menolak komunisme dari Uni Soviet, tetapi
mereka juga tidak setuju dengan aspek dari masyarakat kapitalis di mana mereka
berada. Salah satu kelemahan pemikiran Neo-Marxis adalah bahwa mereka
mempelajari Marx dalam keadaan dunia yang sudah banyak berubah. Fokus
analisis Neo-Marxis adalah kekuasaan serta konflik yang terjadi dalam negara.
Bagi mereka, konflik antarkelas merupakan proses dialektis paling penting dalam
mendorong perkembangan masyarakat dan semua gejala politik harus dilihat
dalam rangka koflik antar kelas ini.

- Teori Ketergantungan (Dependency Theory)

Adalah kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada hubungan antara


negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga. Kelompok ini berpendapat bahwa
imperialisme masih hidup tetapi dalam bentuk lain yaitu dominasi ekonomi dari
negara kaya terhadap negara yang kurang maju.

- Pendekatan Pilihan Rasional (Ratonal Choice)


Pengikut ini mencanangkan bahwa mereka telah meningkatkan ilmu politik
menjadi ilmu yang benar-benar science. Inti dari politik menurut mereka adalah
individu sebagai aktor terpenting dalam dunia politik. Optimalisasi kepentingan
dan efisiensi merupakan inti dari rational choice. Pendekatan ini sangat berjasa
untuk mendorong usaha kuantifikasi dalam ilmu politik dan mengembangkan sifat
empiris yang dapat dibuktikan kebenarannya.
- Pendekatan Institusionalisme Baru
Pendekatan institusionalisme muncul karena penyimpangan dari
institusionalisme lama. Inti dari institusionalisme baru dirumuskan oleh Robert E.
Goodin. Pendekatan ini menjadi sangat penting bagi negara yang baru
membebaskan diri dari cengkraman suatu reim yang otoriter.  Bagi penganutnya,
inti masalahnya adalah bagaimana membentuk istitusi yang dapat menghimpun
secara efektif sebanyak mungkin preferensi dari para aktor untuk menentukan
kepentingan kolektif. Perbedaan dengan istitusionalisme yang lama adalah
perhatian institusionalisme yang baru lebih tertuju pada analisis ekonomi,
kebijakan fisikal dan moneter.

Hal 72-100.

BAB IV

DEMOKRASI

1. Beberapa Konsep Mengenai Demokrasi

Ada banyak konsep mengenai demokrasi, seperti; demokrasi konstitusional


demokraasi parlementer dan lain-lain. Demokrasi yang dianut Indonesia adalah
Demokrasi berdasarkan pancasila.

2. Demokrasi Konstitusional

      Ciri khasnya adalah gagasan bahwa pemerintah yang demokrats ialah pemerintah
yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-
wenangterhadap warga negaranya. Pada waktu demokrasi konstitusional muncul
pada abad ke-19 dianggap bahwa pembatasan atas kekuasaan negara sebaiknya
diselenggarakan dengan satu konstitusi tertulis yang dengan tegas menjamin hak
asasi dari warga negara. Perumusa yuridis ini terkenal dengan istilah Negara Hukum
(Rechtsstaat) dan Rule of law.

      Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dianggap paling penting. Negara hanya
dapat dilihat manfaatnya sebagai Penjaga Malam (Nacthwachtersstaat). Tetapi
demokrasi tidak merupakan sesuatu yag statis, setelah perang dunia II, negara teah
melepaskan pandangan bahwa peran negara hanya mengurus kepentingan bersama.

Hal 107-108.

3. Sejarah Perkembangan

      Sistem demokrasi yang ada di negara-kota (city-state) Yunani Kuno merupakan
demokrasi langsung. Dalam negara modern demokrasi tidak berjalan langsung, tetapi
demokrasi berdasarkan perwakian. Dilihat dari sudut pandang Abad Pertengahan
(600-1400) menghasilkan suatu dokumen yang penting, yaitu Magna Charta (Piagam
Besar) 1215. Magna Charta merupakan semi koontrak antara beberapa bangsawan
dan Raja John dari Inggris di mana untuk pertama kali seorang raja yang berkkuasa
mengikat diri untuk mengakui dan menamin beberapa hak dan privileges dari
bawahannya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang dan
sebagainya.

      Reinassance adalah aliran yang dihidupkan kembali minat kepada kesusastraan
dan kebudayaan Yunani Kuno yang selamaa Abad Pertengahan telah
disisihkan.timbul pula gagasan mengenai perlu adanya kebebasan beragama serta
ada garis pemisah yang tegas antara soal agama dan soal keduniawian khususnya di
bidang pemerintahan. Ini dinamakan “pemisah antara gereja dan negara”. Monarki-
monarki absolut ini telah muncul pada masa 1500-1700. Raja absolut mengangga
dirinya berhak atas takhtanya berdasarkan konsep Hak Suci Raja (Divine Right of
Kings). Pendobrakan terhadap kedudukan raja-raja absolut ini didasarkan atas suatu
teori rasionalistis yang umumnya dikenal sebagai social contract. Paada hakikatnya
teori-teori kontrak sosial merupakan usaha untuk mendobrak dasar dari
pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat. Montesquieu
menyusun sistem uang dapat menjamn hak-hak politik, yang kemudian dikenal
dengan Trias Politika.

Hal 108-111

4. Demokrasi Konstitusional Abad ke-19 Negara Hukum Klasik

Akibat dari keinginan untuk menyelenggarakan hak-hak politik secara efektif


maka timbulah cara untuk membatasi kekuasaan pemerintah dengan suatu konstitusi.
Dalam gagasan konstitusionalisme undang-undang dasar dipandang sebagai suatu
lembaga yag mempunyai fungsi khusus, yaitu menentukan dan membatasi kekuasaan
pemerintah di satu pihak, dan di pihak lain menjamin hak asasi warga negaranya.
Negara dianggap penjaga malam yang sempit ruang geraknya, tidak hany di bidang
politik tetapi di bidang ekonomi. H. 11-114

5. Demokrasi Konstitusional Abad ke-20: Rule of Law yang Dinamis

Gagasan bahwa pemerintah hanya sebagai penjaga malam lambat laun berubah
menjadi gagasan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan
karenanya harus mengatur kehidupan ekonomi dan sosial. International Commission
of Jurists dalam konferensinya memperluas konsep mengenai Rule of Law yag
dinamakan the dynamic aspectscof the rule of law in the modern age. Konsep
dinamis mengenai rule of law dibanding rule of law abad ke-19 sudah jauh berbeda.
Untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan beberapa lembaga
sebagai berikut:

1. Pemerintah yang bertanggung jawab


2. Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan dan  kepentingan
masyarakat dan yang dipilih dengan pemilihan umum yang bebas dan rahasia dan
atas dasar sekurangnya dua calon untuk setiap kursi.
3. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik.
4. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat.
5. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamn hak-hak asasi dan mempertahankan
keadilan.

Hal 114-120
6. Perkembangan Demokrasi di Asia: Pakistan dan Indonesia
- Pakistan

Pada tahun 1947 Pakistan terdiri atas dua bagian, Pakistan Barat dan Pakistan
Timur. Pakistan Timur lebih banyak penduduknya, tetapi mayoritas pegawai
negeri. Pakistan Barat lebih pesat lebih maju ekonominya. Presiden Ayub Khan
berpendapat bahwa sistem parlementer kurang cocok untuk Pakistan yang 80%
rakyatnay masih buta huruf. Pada bulan juni 1962 mulai berlaku Demokrasi Dasar
di Pakistan. Selanjutnya dalam undang-undang dasar ditetapkan adanya seorang
presiden sebagai Kepala Eksekutif yang tidak dapat dijatuhkan oleh dewan
perwakilan rakyat selama masa jabatan  tahun. Ada yang berpendapat bahwa sistem
pemerintahan yang kemudian dianut oleh Pakistan adalah sistem semi-presidensial.
Uud pakistan mengatur bahwa presiden memegang apa yang dinamakan sebagai
reserve power. Sejak tahun 1990 terjadi ketidakstabilan politik di Pakistan di mana
presiden dan perdana menteri berkonflik.

- Indonesia
 Masa Republik Indonesia I (1945-1959): Masa Demokrasi Konstitusional

Sistem parlementer yang berlaku sebulan sesudah kemerdekaan


diproklamirkan dan kemudia diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 dan
1950, ternyata kurang cocok untuk indonesia meskipun dapat berjalan secara
memuaskan dalam beberapa negara Asia lain. Persatuan yang dapat digalang
untuk selalu menghadapi musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina
menjadi kekuatan-kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai. Karena
lemahnya benih-benih demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk
dominasi partai-partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Faktor-faktor semacam ini ditambah dengan tidak adanya anggota-anggota


partai-partai yang tergabung dalam konstituante untuk mencapai konsensus
mengenai dasar negara untuk undang-undang dasar baru, mendorong
Ir.Soekarno sebagai presiden untuk mengeluarkan dekrit Presiden 5 Juli yang
menentukan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian
masa demokrasi berdasarkan sistem parlementer berakhir.
 Masa Republik Indonesia II (1959-1965): Masa Demokrasi Terpimpin
Ciri-ciri periode ini ialah dominasi dari presiden, terbatasnya peranan partai
politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI
sebagai unsur sosial politik.
 Masa Republik Indonesia III (1965-1998): Masa Demokrasi Pancasila
Landasan formal dari periode ini ialah Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, serta Ketetapan-Ketetapan MPRS. Di bidang politik, dominasi Presiden
Soeharto telah membuat presiden menjadi penguasa mutlak karena tidak ada
satu institusi/lembaga pun yang dapat menjadi pengawas presiden dan mencegah
melakukan penyelewengan kekuasaan.
 Masa Republik Indonesia IV (1998-Sekarang): Masa Reformasi
Tumbangnya Orde Baru membuka peluang terjadinya reformasi politik dan
demokratisasi di Indonesia. Pengalaman Orde Baru mengajarkan kepada bangsa
Indonesia bahwa pelanggaran terhadap demokrasi membawa kehancuran bagi
negara dan penderitaan rakyat. Oleh karena itu bangsa Indonesia bersepakat
untuk sekali lagi melakukan demokratisasi, yakni proses pendemokrasian sistem
politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat terbentuk,kedaulatan rakyat dapat
ditegakkan, dan pengawasan terhadap lembaga eksekutif dapat dilakukan oleh
lembaga wakil rakyat (DPR). 

Hal 127-135
BAB V

KOMUNISME, DEMOKRASI MENURUT TERMINOLOGI KOMUNISME, DAN


PERKEMBANGAN POST-KOMUNISME

1. Ajaran Karl Marx

      Karl Marx (1818-1883) dari Jerman berpendapat bahwa masyarakat tidak dapat
diperbaiki secara timbal sulam dan harus diubah secara radikal melalui pendobrakan
sendi-sendinya. Menurut Karl max “semua filsafat hanya menganalisa masyarakat
tetapi masalah sebenarnya adalah bagaimana mengubahnya”. Dari ajaran Hegel,
Marx mengambil dau unsur yaitu gagasan mengenai terjadinya pertentangan antar
segi-segi yang berlawanan dan gagasan bahwa semua berkembang terus. Pokok
materialisme dialektis dipakai oleh Marx untuk menganalisa masyarakat mulai dari
permuaan zaman sampai masyarakat di mana Marx berada. Masyarakat komunis
yang dicita-citakan Marx merupakan masyarakat di mana tidak ada kelas sosial, d
mana unsur manusia dibedakan dari keterkaitannya kepada milik pribadi, dan di
mana tidak ada eksploitasi, penindasan serta paksaan.

Hal 139-145

2. Perkembangan Marxisme-Leninisme di Uni Soviet

      Beberapa gagasan Lennin ialah: pertama, melihat pentingnya peranan kaum
petani dalam menyelenggarakan revolusi (marx hanya kaum buruh); kedua, melihat
peranan suatu partai politik yang militant untuk memimpin kaum proletar (marx
berpendapat kaum proletar akan bangkit sendiri) dan merumuskan cara-cara merebut
kekuasaan; ketiga, melihat imprealisme sebagai gejala yang memperpanjang hidup
kapitalisme (marx berpendapat bahwa kapitalisme pada puncak perkembangannya
akan menemui ajalnya dan diganti oleh komunisme), sehingga kapitalisme sampai
saat ini belum mati. Karangan-karangan Stalin ynag terkenal adalah Dasar-Dasar
Leninisme (Foundations of Leninism, 1924) dan Problema-Problema Leninisme
(Problems of Leninism, 1926). Menurut Khruschev, perang dapat dihindari dan
bukan lagi tak terelakkan. Lalu, membuka kemungkinan untuk hidup berdampingan
dengan negara yang berlainana sistem sosialnya. Khruschev digantikan Leonid
Brezhnev pada tahun 1964. Dan brezhnev digantikan oleh Mikhail Gorbachev sejak
tahun 1985. Vladimir Putin terpilih menggantikan Boris Yeltsin sebagai pejabat
Presiden sejak tanggal 1 Januari 2000.

Hal 146-152

3. Pandangan mengenai Negara dan Demokrasi

      Golongan komunis selalu bersikap ambivale terhadap negara. Negara


dianggapnya sebagai suatu alat pemaksa yang akan melenyap sendiri dengan
munculnya masyarakat komunis. Dan dikatakan bahwa negara hanya merupakan
suatu lembaga transisi yang dipakai dalam perjuangan untuk menindas lawan-lawan
dengan kekerasan. Demokrasi menurut Lennin: “demokrasi untuk mayoritas dari
rakyat dan penindasan dengan kekerasan terhadap kaum pengisap dan penindas,
dengan jalan menyingkirkan mereka dari demokrasi.  Komunisme tidak hanya
merupakan sistem politik tetapi juga mencerminkan suatu gaya hidup yang
berdasarkan nilai-nilai tertentu. Yaitu, gagasan monoisme (sebagai lawan dari
pluralisme), kekerasan dipandang sebagai alat yang sah dan harus dipakai untuk
mencapai komunisme, negara merupakan alat untuk mencapai komunisme.

Hal 152-156

4. Demokrasi Rakyat

      Menurut peristilahan komunis, demokrasi rakyat adalah bentuk khusus


demokrasi yang memenuhi fungsi diktator proletar. Menurut Geologi Dimitrov,
demokrasi rakyat merupakan arah dalam masa transisi yang bertugas untuk
menjamin peran negara kearah sosalisme.di negara-negara Eropa Timur secara resmi
dapat terdapat sistem multi-partai dengan kedudukan serta peranan partai komunis
yang dominan. Ciri-ciri demokrasi rakyat berbentuk dua: a. Suatu wadah front
persatuan yang merupakan landasan kerja sama dari partai komunis dengan
golongan-golongan lainnya dalam penguasa; b. Penggunaan beberapa lembaga
pemerintahan di negara yang lama. Yang menarik untuk dipelajari adalah mengapa
ada negara komunis yang bisa bertahan dan mengapa lebih banyak yang runtuh.

Hal 157-161
5. Demokrasi Nasional

      Pada tahun 1960, dalam pertemuan ke-81 partai komunis di Moskow gagasan
Khruscev dirumuskan secara lebih terperinci dan dicetuskan suatu pola baru yaitu
demokrasi nasional yang dianggap suatu tahapan dalam perkembangan negara
demokrasi borjuis menjadi demokrasi rakyat sebagai suatu dictator proletariat. Pada
tahun 1964 disadari bahwa konsep Demokrasi Nasional tidak realistis , karena
beberapa negara yang tadinya dianggap sudah matang terbentuknya Demokrasi
Nasional ada yang tidak memperlihatkan kemajuan ke arah demokrasi rakyat. Stratei
Uni Soviet yang menyandarkan diri pada konsep demokrasi nasional yang dapat
disesuaikan menurut keadaan rupanya berhasil. 

Hal 161-164.

6. Kritik terhadap Komunisme dan Runtuhnya Kekuasan Komunis

      Kecaman terhadap komunisme dating baik dari kalangan non komunis dan anti
komunis maupun dari dunia komunis itu sendiri. Dari dunia komunis terutama
ditujukan kepada unsur pemaksaan dan kekerasan, kepada pembatasan atas
kebebasan-kebebasan politik, seperti menyatakan pendapat, dan kepada
diabaikannya martabat perorangan untuk “kepentingan umum” yang pada hakikatnya
ditentukan dan dirumuskan suatu elit yang kecil. Dari dalam Uni Soviet sendiri
terdengar pula suara kritik dan perbedaan pendapat dari kelompok kecil cendikiawan
yang bergerak bidang kesusastraan dan ilmiah.

Hal 164-165
BAB VI

UNDANG-UNDANG DASAR

1. Pengantar

Terjemahan dari kata conctituantion dengan kata UUD memang sesuai dengan
kebiasaan Orang Belanda dan Jerman. Sebenarnya ada kesukaran atau kekurangan
dengan pemakaian istilah UUD, yakni kita langsung membayangkan suatu naskah
tertulis. Padahal istilah constitution bagi banyak sarjana ilmu politik merupakan
sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang
tertulis,maupun yang tidak yang mengatur secara mengikat cara-cara pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

Hal 169

2. Sifat dan Fungsi Undang-Undang Dasar

Menurut sarjana hukum E.C.S. Wade dalam buku Constitutional Law, UUD


adalah: “Naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintah suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan
tersebut”. Jadi, pada pokoknya dasar dari setiap sistem pemerintah diatur dalam
suatu UUD. Definisi UUD dari sudut pandang filsafat diberikan oleh Richard S. Kay
seorang ahli yang lebih kontemporer.

Hal 169-171

3. Konstitusionalisme

Ide pokok dari konstitusionalisme adalah bahwa pemerintah perlu dibatasi


kekuasaannya, agar penyelenggaraannya tidak bersifat sewenang-wenang. Dianggap
bahwa suatu UUD adalah jaminan utama untuk melindungi warga dari perlakuan
yang semena-mena. Konsep Rule of Law dan Rechsstaat merupakan ini dari
demokrasi konstitusional. Menurut Walter F. Murphy konstitusionalisme sangat
menjujung tinggi kehormatan dan harga diri manusia sebagai prinsip utamanya.
Dalam perkembangan selanjutnya ketentuan yang ada dalam Magna Charta dirasa
perlu dipertegas dan diperluas. Pada tahun 1679 parllemen menerima habeas corpus
Act . pada tahun 1689 parlemen menerima Bill of Rights yang menjamin Habeas
Corpus dan menetapkan beberapa hak bagi rakyat. Bill of right diproklamirkan paada
tahun 1778. Di Amerika pada tahun 1776 disumuskan pula Declaration of
Independence yang merupakan tulang punggung hak kebebasan individu.

Hal 171-177

4. Ciri-ciri Undang-Undang Dasar

Walaupun UUD satu Negara berbeda dengan negara lain, kalau diperhatikan
secara cermat ada ciri-ciri yang sama, yaitu biasanya memuat ketentuan-ketentuan
mengenai soal-soal sebagai berikut:

- Organisasi Negara
- Hak-hak asasi manusia
- Prosedur mengubah UUD (amandemen)
- Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.
- Merupakan aturan hukum yang tertinggi yang mengikat semua warga negara dan
lembaga negara tanpa terkecuali.

Mukadimah undang-undang dasar sering memuat cita-cita rakyat dan asas-asas


ideologi negara.

Hal 177-179

5. Undang-Undang Dasar dan Konvensi

Konvensi adalah aturan perilaku kenegaraan yang didasarkan tidak pada


undang-undang melainkan pada kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan dan presiden.
Konvensi hanya bisa dipakai jika sebelumnya ada sejarah praktiknya. Untuk dapat
mengerti sungguh-sungguh mengenai arti dan maksud UUD suatu negara, perlu
dipelajari juga bagaimana terjadinya naskah itu, dan dalam suasana apakah naskah
UUD itu dibuat. Dengan demikian dapatlah kita lebih mengerti maksud suatu UUD
serta aliran pikiran yang mendasarinya.

Hal 179-180

6. Pergantian Undang-Undang Dasar


       Pergantian undang-undang terjadi jika undang-undang yang ada dianggap tidak
lagi mencerminkan konstelasi politik atau tidak lagi memenuhi harapan dan aspirasi
rakyat. Di negara-negara komunis pergantian UUD mencerrminkan tercapainya
tahap tertentu dalam perjuangan mencapai masyarakat komunis. Lazimnya memang
setiap pergantian UUD mencerminkan anggapan bahwa perubahan konstitusional
yang dihadapi begitu fundamental, sehingga mengadakan amandemen saja terhadap
UUD yang sedang berlaku dianggap tidak memadai.

Hal 181-182

7. Perubahan Undang-Undang Dasar (Amandemen)

Selain pergantian secara menyeluruh, tidak jarang pula negara mengadakan


perubahan sebagian dari UUD-nya. Perubahan ini dinamakan amandemen. UUD
biasanya memuat prosedur untuk menampung hasrat melakukan perubahan parsial
tersebut. Pada umumnya dianggap bahwa suatu UUD tidak boleh terlalu mudah
diubah, oleh karena hal itu akan merendahkan arti simbolis UUD itu sendiri. Di lain
pihak hendaknya jangan pula terlalu sukar untuk mengadakan amandemen, supaya
mencegah generasi mendatang merasa terlalu terkekang dan karenanya bertindak di
luar UUD. Umumnya prosedur amandemen disetiap negara yaitu: 1. Melalui sidang
badan legislatif; 2. Referendum atau plebisit; 3. Negara-negara bagian dalam negara
federasi; 4. Musyawarah khusus.

Hal 182-183

8. Supremasi Undang-Undang Dasar

Karena dibuat secara istimewa, maka UUD dapat dianggap sesuatu yang luhur.
Ditinjau dari sudut politis, dapat dikatakan bahwa undang-undang dasar sifatnya
lebih sempurna dan lebih tinggi daripada undang-undang biasa.

Hal 184-185

9. Undang-Undang Dasar Tidak Tertulis dan Undang-Undang Dasar Tertulis


- Undang-Undang Dasar Tidak Tertulis
Salah satu UUD yang dewasa ini dianggap tak tertulis ialah UUD inggris. UUD
ini disebut tak tertulis karena tidak merupakan satu naskah, tetapi jika diselidiki
benar-benar, ternyata bahwa sebagian terbesar UUD inggris itu terdiri atas berbagai
bahan tertulis berupa dokumen-dokumen resmi.
- Undang-Undang Dasar Tertulis
Amerika Serikat: UUD Amerika Serikat yang disusun pada tahun 1787 dan
diresmikan pada tahun 1789, merupakan naskah yang tertua di dunia. Hak asasi
warga negara tercantum dalam suatu naskah tersendiri yang dinamakan Bill Of
Rights. Di samping itu ada beberapa ketentuan ketatanegraan yang tidak termuat
dalam UUD. Ketentuan-ketentuan konstitusional Amerika Serikat terdapat ppada :
naskah UUD, sejumlah undang-udang, sejumlah keputusan MA berdasarkan hak
menguji.
Hal 186-192

10. Undang-Undang Dasar yang Fleksibel dan Undang-undang Dasar yang Kaku
- Undang-Undang Dasar yang Fleksibel
Selandia Baru: Di Selandia Baru perubahan dari negara federal menjadi
negara kesatuan dalam tahun 1876, dilakukan dengan undang-undang biasa;
begiyu pula pembubaran Majelis Tinggi dalam tahun 1951. Dalam ketentuang-
ketentuan konstitusional Selandia Baru yang berupa naskah dikatakan secara
eksplisit bahwa Parlemen boleh bertindak dengan leluasa termasuk mengubah
UUD. Inggris: gaasan mengenai UUD yang fleksibel berdasarkan konsep
supremasi parlemen.
- Undang-Undang Dasar yang Kaku
Kebanyakan UUD menentukan perlunya partisipasi dari beberapa badan lain
di samping Parlemen untuk mengambil keputusan semacam ini.

HAL 193-194

11. Undang-Undang Dasar Indonesia

Dari sejarah ketatatnegaraan Indonesia diketahui bahwa UUD yang berlaku


telah beberapa kali berganti, yaitu dari UUD 1945, kemudian diganti UUD RIS
1949, lalu berganti lagi dengan UUD Sementara 1950, dan akhirnya kembali ke
UUD 1945. UUD yang kini berlaku itu juga telah mengalami beberapa
amandemen. Rumusan UUD cukup memberikan kerangka konstitusional untuk
dipakai dalam menghadapi masa depan.

Hal 194-207

BAB VII

HAK-HAK ASASI MANUSIA

1. Pengantar

Seperti diketahui masalah hak asasi manusia serta perlindungan terhadapnya


merupakan bagian penting dari demokrasi. Dengan meluasnya konsep dalam konteks
golbalisasi dewasa ini, masalah hak asasi manusia menjadi isu yang hangat
dibicarakan di hampir semua belahan dunia. Sekarang ini kita membedakan tiga
generasi hak asasi.

1)      Hak sipil yang sudah lama dikenal dan selalu diasiosiasikan dengan
pemikiran di negara-negara Barat

2)      Hak ekonomi, sosial, budaya, yang gigih diperjuangkan oleh negara


komunis

3)      Hak atas perdamaian dan hak atas pembangunan. H. 211-213

2. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Eropa

Di Eropa Barat pemikiran mengenai hak asasi berawal dari abad ke-17 dengan
timbulnya konsep Hukum Alam serta hak-hak alam. Akan tetapi, sebenarnya
beberapa abad sebelumnya, yaitu pada Zaman Pertengahan, masalah hak manusia
sudah mulai mencuat di Inggris. pada abad ke-17 dan ke-18 pemikiran mengenai hak
asasi manusia maju dengan pesat. John Locke mengatakan bahwa “life, liberty and
property” serta “goverment by consent”. 

HAL 213-215
3. Hak Asasi Manusia pada Abad ke-20 dan Awal Abad ke-21
Dalam perkembangan berikutnya terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai
hak asasi, antara lain terjadinya depresi besar sekita tahun 1929 hingga 1934, yang
melanda sebagian besar dunia. Presiden Amerika Serikat, Roosevelt pada 1941
mermuskan Emapt Kebebasan, yaitu kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat,
kebebasan beragama, kebebasan dari ketakutan, dan kebebasan dari kemiskinan.
Kebetulan sistem ekonomi kapitalis yang berlaku, terutama sesudah Perang Dunia II,
berhasil meningkatkan produksi sehingga membawa kemakmuran bagi rakyat. Di
Rusia pada tahun 1917 telah terjadi revolusi menentang kekuasan.
o Dekalarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948)
Deklarasi Universal dimaksud dengan pedoman sekaligus standar minimum
yang dicita-citakan oleh seluruh umat manusia. Maka dari itu berbagai hak dan
kebebasan dirumuskan secara sangat luas, seolah-olah bebas tanpa batas. Pada
1948 Universal Declaration of Human Rghts diterima 48 negara.
o Dua Kovenan Internasional
Ditentukan pula bahwa setiap hak akan dijabarkan, dan prosedur serta aparatur
pelaksanaan dan pengawasan dirumuskan secra rinci. Juga diputuskan untuk
menyusun dua perjanjian (kovenan) yakni, yang pertama mencakup hak politik
dan sipil, dan yang kedua meliputi hak ekonomi, sosial, dan budaya. Dengan
demikian, setiap negara memperoleh kesempatan memilih salah satu atau kedua-
duanya.
o Perdebatan dalam Forum PBB
Salah satu kesukaran adalah perbedaan sifat antara hak politik dan hak
ekonomi, yang kadang-kadang menuju ke suatu ‘ketegangan’ antara dua jenis hak
asasi ini. Perbedaan lain ialah, jika pelaksaan hak politik memerlukan dibatasinya
peran pemerintah, maka untuk melaksanakan hak ekonomi tidak cuckup hanya
melalui perundang-undangan saja. Pada hakikatnya, konvenan hanya
merumuskan kewajiban bagi negara masing-masing untuk mengikat kesejahteraan
rakyatnya, dan tidak dimaksudkan  untuk mengadakan sanksi.
o Pembatasan dan Konsep Non-Derogable
Pelaksanaan beberapa hak politik secara khusus diberi pembatasan yaitu
perundang-undangan yang menyangkut ketertiban dan keamanan nasional dalam
negara masing-masing. Hak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan
pendapat dinyatakan terbatas oleh undang-undang nasional yang berlaku untuk a)
menghormati hak dan nama baik orang lain, dan b) untuk menjaga keamanan
nasional atau ketertiban umum atau kesehatan atau kesusilaan umum (pasal 19).
o Masalah Ratifikasi
Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa negara yang bersangkutan
mengikat diri untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian dan bahwa
ketentuan0ketentuan itu menjadi bagian dari hukum nasionalnya.
o Hak dan Kewajiban
Dalam bagian sebelumnya mengenai hak asasi, telah diuraikan bahwa dalam
pasal 29 dan Deklarasi Hak Asasi Manusia maupun dalam beberapa pasal
Kovenan Hak Sipil dan Politik, mengenai hak mengeluarkan pendapat telah juga
disebutkan bahwa di samping hak juga ada kewajiban terhadap masyarakat,
terutama untuk mematuhi undang-undang yang mengatur keamanan dan
kesusilaan masyarakat.
Hal 213-232
4. Peran Negara-Negara Dunia Ketiga

Pada dasawarsa 1980-an, berkat usaha Dunia Krtiga dicanangkan “generasi ketiga
hak asasi”, yaitu hak atas perdamaian dan hak atas pembangunan.

·  African (Banjul) Charter on Human and People

·  Cairo declaration on Human Right in Islam

Berisi hak untuk hidup, hak untuk memperoleh keadilan, hak persamaan,
kewajiban untuk memenuhi apa yang sesuai dengan hukum serta hak untuk tidak
patuh kepada apa yang tidak sesuai dengan hukum, hak kebebasan, hak kebebasan
kepercayaan, hak untuk menyatakan kebenaran, hak mendapatkan perlindungan
terhadap penindasan karna perbedaan agama, hak mendapatkan kehormatan dan
nama baik, hak ekonomi, dan hak untuk memiliki.

·  Singapore White Paper on Shared Values (1991)

·  Bangkok Declaration

·  Vienna Declaration and programer of Action (1993) Hal 232-245


5. Hak Asasi pada Awal Abad ke-21

Pada awal abad ke-21 suasana yang melatarbelakangi kampanye internasional


untuk memajukan hak asasi secara global, kadang-kadang dinamakan Revolusi Hak
Asasi, telah mengalami pukulan berat, terutama sesudah Peristiwa 11 September
2011 di New York, perang terhadap Afganistan, dan invasi tentara koalisi Amerika
Serikat dan Inggis terhadap Irak.

Hal 245-246

6. Hak Asasi Manusia di Indonesia

Hak asasi manusia di Indonesia dibagi beberapa masa: masa demokrasi


parlementer; masa demokrasi terpimpin; masa demokrasi pancasila; masa reformasi.
Ada pula hak asasi perempuan serta amandemen II UUD 1945. Hak asasi manusia di
Indonesia telah mengalami pasang surut. Sesudah dua periode represi (rezim
Soekarno dan Soeharto), reformasi berusaha memajukan hak asasi. Akan tetapi
dalam kenyataannya harus menghadapi tidak hanya pelanggaran hak secara vertikal,
tetapi juga horisontal. Pelaksanaan hak politik mengalami kemajuan, tetapi
pelaksanaan hak ekonomi masih belum dilaksanakan secara memuaskan.

Hal 246-243

BAB VIII

PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA SECARA VERTIKAL DAN HORIZONTAL

1. Pengantar

Secara vertikal : yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya dan dalam hal
ini yang dimaksud ialah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan

 Secara horizintal : yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya secara


horizontal. Pembagian ini menunjukkan pembedaan antara fungsi-fungsi
pemerintahan yang bersifta legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang lebih dikenal
sebagai Trias Politika atau pembagian kekuasaan. H. 267

2. Perbandingan Konfederasi, Negara Kesatuan, dan Negara Federal


- Konfederasi (L.Oppenheim) : Konfederasi terdiri dari beberapa negara yang
berdaulat penuh yang untuk memperthankan kemerdekaan ekstern dan intern,
bersatu atas dasar perjanjian internasional yang diakui dengan menyelenggarakan
beberapa alat perlengkapan tersendiri yang mempunyai kekuasaan tertentu
terhadap anggota konfederasi, tetapi tidak terhadap warga negara negara-negara
itu.
- Negara Kesatuan (C.F.Strong) : Negara kesatuan ialah bentuk negara di mana
wewenang legislatif tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif
nasional/pusat. Kekuasaan terletak pada pemerintah pusat dan tidak pada
pemerintah daerah.
- Negara Federal (C.F.Strong) : Salah satu ciri negara federal ialah bahwa ia
mencoba menyesuaikan dua konsep yang sebenarnya bertentangan, yaitu
kedaulatan negara federal dalam keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian.
Penyelenggaraan kedaulatan ke luar dari negara-negara bagian diserahkan sama
sekali kepada pemerintah federal, sedangkan kedaulatan ke dalam dibatasi.

Hal 267- 275

3. Beberapa Contoh Integrasi dalam Sejarah

Amerika : Dalam abad ke-18 ada 13 negara yang berdaulat; kemudian bersekutu
dalam perang melawan inggris, dan dalam tahun 1781-1789 mengadakan
konfederasi; mulai tahun 1789 merupakan negara federal. H. 276

4. Beberapa Macam Negara Federal


Boleh dikatakan bahwa tidak ada dua negara federal yang sama. Menurut
C.F.Strong, perbedaan-perbedaan itu terdapat dalam dua hal:
I. Cara bagaimana kekuasaan dibagi antara pemerintah federal dan pemerintah
negara-negara bagian.
II. Badan mana yang mempunyai wewenang untuk menyelesaikan perselisihan yang
timbul antara pemerintah federal dan pemerintah negara-negara bagian.
Negara federal seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Hal 276-80

5. Perkembangan Konsep Trias Politika: Pemisahan Kekuasaan Menjadi Pembagian


Kekuasaan

Trias Politika adalah anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam
kekuasaan. Trias Politika adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan
ini sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.

Pemerintah juga berkecimpung di bidang yudikatif ( misalnya di Indonesia


dalam sengketa perumahan, dalam konflik-konflik pajak). Begitu pula dalam
menfsirkan undang-undang, pemerintah juga “membuat” undang-undang. Oleh
karena keadaan yang tersebut di atas, maka ada kecenderungan untuk menfasirkan
Trias Politika tidak lagi sebagai “pemisahan kekuasaan”, tetapi sebagai “Pembagian
Kekuasaan”.

Di Indonesia tidak menganut paham separation of power tetapi division of power.

Hal 281-291

BAB IX

BADAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF

1. Badan Eksekutif

Kekuasaan eksekutif biasanya dipegang oleh badan eksekutif. Di negara-negara


demokratis badan eksekutif biasanya terdiri atas kepala negara seperti raja atau
presiden, beserta menteri-menterinya. Badan eksekutif dalam arti yang luas juga
mencakup para pegawai negeri sipil dan militer. Jumlah anggota badan eksekutif
jauh lebih kecil daripada jumlah anggota legislatif, biasanya berjumlah 20 atau 30
orang.
Wewenang Badan Eksekutif :

1)  Administratif : kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang dan peraturan


perundangan lainnya dan menyelenggrakan administrasi negara.

2)  Legislatif : membuat rancangan undang-undang dan membimbingnya dalam


badan perwakilan rakyat sampai menjadi undang-undang.

Adapun beberapa macam badan eksekutif

·  Sistem parlementer dengan parliementary executive

·  Sistem presidensial dengan fixed executive atau non-parliemantary executive.

Hal 295-315

2. Badan Legislatif

Badan Legislatif atau Legislature mencerminkan salah satu fungsi badan itu,


yaitu legislate, atau membuat undang-undang. C.F.Strong : Demokrasi adalah suatu
sistem pemerintahan yang mayoritas anggota dewasa dari sutu komunitas politik
berpartisipasi atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah
akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya kepada mayoritas
itu.Dengan berkembangnya gagasan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, maka
badan legislatif menjadi badan yang berhak menyelenggarakan kedaulatan itu
dengan jalan menentukan kebijakan umum dan menuangkannya dalam undang-
undang.

Fungsi Badan Legislatif :

Fungsi Legislasi

Funsgi Kontrol

Fungsi Lainnya

3. Badan Yudikatif

Suatu studi mengenai kekuasaan yudikatif sebenarnya lebih bersifat teknis yuridis
dan termasuk bidang ilmu hukum daripada bidang ilmu politik, kecuali di beberapa
negara di mana Mahkamah Agung memainkan peranan politik berdasarkan konsep
“judicial review”.

Akan tetapi dari perkembangannya telah kita ketahui bahwa doktrin pemisahan
kekuasaan yang mutlak dan murni tersebut tidak mungkin dipraktikkan di zaman
modern karena tugas negara dalam abad ini sudah demikian kompleksnya, sehingga
doktrin itu diartikan sebagai pembagian kekuasaan; artinya hanya fungsi pokoknya
yang dipisahkan, sedangkan selebihnya letiga cabang kekuasaan itu terjalin satu
sama lain.

BAB X

PARTISIPASI POLITIK

1. Sifat dan Definisi Partipasi Politik

Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan
seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,
antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak
langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah.

2. Partsipasi Politik di Negara Demokrasi

Biasanya diadakan pembedaan jenis partisipasi menurut frekuensi dan


intensitasnya. Orang yang mengikuti kegiatan secara tidak intensif, yaitu kegiatan
yang tidak banyak menyita waktu dan yang biasanya tidak berdasarkan prakarsa
sendiri ( seperti memberikan suara dalam pemilihan umum) besar sekali jumlahnya.
Sebaliknya, kecil sekali jumlahnya orang yang secara aktif dan sepenuh waktu
melibatkan diri dalam politik.

3. Partisipasi Politik di Negara Otoriter

Di negara-negara otoriter seperti komunis pada masa lampau, partisipasi massa


umumnya diakui keajarannya, karena secara formal kekuasaan ada di tangan rakyat.
Akan tetapi tujuan utama partisipasi massa dalam masa pendek masyarakat adalah
merombak masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat modern, produktif,
kuat, dan berideologi kuat.

4. Partisipasi Poliik di Negara Berkembang

Negara-negara berkembang yang non-komunis menunjukkan pengalaman yang


berbeda-beda. Kebanyakan negara baru ini ingin cepat mengadakan pembangunan
untuk mengejar keterbelakangannya, karena dianggap bahwa berhasil-tidaknya
pembangunan banyak bergantung pada partisipasi rakyat.

5. Partisipasi Politik Melalui New Social Movements (NSM) dan Kelompok-Kelompok


Kepentingan

Salah satu sebab adalah bahwa orang mulai menyadari bahwa suara satu orang
(misalnya dalam pemilihan umum) sangat kecil pengaruhnya, terutama di negara-
negara yang penduduknya berjumlah besar. Melalui kegiatan menggabungkan diri
dengan orang lain menjadi suatu kelompok, diharapkan tuntutan mereka akan lebih
didengar oleh pemerintah.

6. Beberapa Jenis Kelompok


o Kelompok Anomi : Kelompok-kelompok ini tidak mempunyai organisasi, tetapi
individu-individu yang terlibat merasa mempunyai perasaan frustrasi dan
ketidakpuasan yang sama.
o Kelompok Nonasosional : Kelompok kepentingan ini tumbuh berdasarkan rasa
solidaritas pada sanak saudara, kerabat, agama, wilayah, kelompok etnis, dan
pekerjaaan.
o Kelompok Institusional : Kelompok-kelompok formal yang berada dalam atau
bekerja sama secara erat dengan pemerintah seperti birokrasi dan kelompok
militer.
o Kelompok Asosiasional : Terdiri atas serikat buruh, kamar dagang, asosiasi etnis
dan agama.
o Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia : Di indonesia LSM sepada
dengan NSM serta kelompok kepentingannya, dan dalam banyak hal terinspirasi
oleh koleganya dari luar negeri. Ideologi serta cara kerjanya pun banyak
miripnya. Umumnya LSM lahir sebqagai cerminan dari kebangkitan kesadaran
golongan masyarakat menengah terhadap kemiskinan dan ketidakadilan sosial.

BAB XI

PARTAI POLITIK

1.  Pengantar
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Dewasa ini partai politik sudah
sangat akrab di lingkungan kita.
2. Sejarah Perkembangan Partai Politik
Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Pada awal
perkembangannya, pada akhir dekade 18-an di negara-negara Barat seperti Inggris
dan Prancis, kegiatan politik dipusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam
parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitis dan aristokratis, mempertahankan
kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tuntutan raja.
Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu
diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah
lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu
pihak dan pemerintah di lain pihak.
3. Definisi Partai Politik
Carl J.Friedrich : Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir
secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintah bagi pimpinan partainya berdasarkan penguasaan ini, memberikan
kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.
4. Fungsi Partai Politik
Di negara demokrasi partai relatif dapat menjalankan fungsinya sesuai harkatnya
pada saat kelahirannya, yakni menjadi wahana bagia warga negara untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan memperjuangkan
kepentingannya di hadapan penguasa. Sebaliknya di negara otoriter partai tidak
dapat menunjukkan harkatnya, tetapi lebih banyak menjalankan kehendak penguasa.
5. Klasifikasi Sistem kepartaian
Di atas telah dibahas bermacam-macam jenis partai. Akan tetapi beberapa sarjana
menganggap perlu analisis ini ditambah dengan meneliti perilaku partai-partai
sebagai bagian dari suatu sistem, yaitu bagaimana partai politik berinteraksi satu
sama lain dan berinteraksi dengan unsur-unsur lai dari sistem itu.

          Analisis semacam ini dinamakan “sistem kepartaian” pertama kali dibentangkan


oleh Maurice Duverger dalam bukunya Political Parties. Duverger mengadakan
klasifikasi menurut tiga kategori, yaitu sistem partai-tunggal, sistem dwi-partai, dan
sistem multi-partai.

6. Benarkah Pengaruh Partai Politik Turun?


Mengapa kemunduran ini terjadi? Ada beberapa sebab yang dapat dikemukakan,
anatara lain partai dan parlemen dianggap tidak lagi mewakili rakyat banyak. Hal itu
disebabkan karena kehidupan politik modern telah menjadi begitu kompleks dengan
bertumbuhnya golabalisasi di bidang ekonomi dan bidang-bidang lainnya, baik
nasional maupun internasional. Akibatnya, baik partai maupun parlemen tidak
mampu menyelesaikan beragam masalah.
7. Partai Politik di Indonesia
Di indonesia kita terutama mengenal sistem multi-partai, sekalipun gejala partai-
tunggal dan dwi-partai tidak asing dalam sejarah kita. Sistem yang kemudian berlaku
berdasarkan sustem tiga orsospol dapat dikategorikan sebagai sistem multi-partai
dengan dominasi satu partai. Tahun 1998 mulai masa Reformasi, Indonesia kembali
ke sistem multi-partai (tanpa dominasi satu partai).

Hal 422-424

BAB XII

SISTEM PEMILIHAN UMUM

1. Sistem Pemilihan Umum

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum dengan


berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu:
Single-member Constituency ( satu daerah pemilihan memilih satu wakil;
biasanya disebut Sistem Distrik).

Multi-member Constituency ( satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil;


dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem Proporsional.

Disamping itu ada beberapa varian seperti Block Vote, Alternative Vote, sistem
Dua Putaran atau Two-Round System, Sistem Paralel, Limited Vote, Single Non-
Transferable Vote,Mixed member proportional, dan Single Transferable Vote.

 h.461-466

2. Keuntungan dan Kelemahan Kedua Sistem

Keuntungan Sistem Distrik :

 Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi
yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu.
 Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat dibendung.
 Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal pleh
komunitasnya, sehingga hubungan dengan konstituen lebih erat.
 Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dapat
meraih suara pemilih lain.
 Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam
parlemen.
 Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggrakan.

Kelemahan Sistem Distrik :

 Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan


minoritas.
 Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya kalah
dalam suatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya.
 Sistem distrik dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural.
 Ada kemungkiinan si wakil cenderung untuk lebih memperhatikan kepentingan
distrik serta warga distriknya, daripada kepentingan nasional.
Keuntungan Sistem Proporsional :

 Sistem proporsional dianggap representatif.


 Sistem proporsioanal dianggap lebih demokratis dalam arti lebih egalitarian
karena praktis tanpa ada distorsi.
 Kelemahan sistem Proporsioanal :
 Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi atau bekerja sama
satu sama lain.
 Sistem ini mempermudah fragmentasi partai.
 Memberikan kedudukan yang kuat pada pimpinan partai.
 Wakil yang terpilih kemungkinan renggang ikatannya dengan konstituennya.
 Karena banyaknya partai yang bersaing, sulit bagi suatu partai untuk meraih
mayoritas dalam parlemen.

Hal 46-469

3. Gabungan Sistem Distrik dan Sistem Proporsional


Dewasa ini Jerman menggabung kedua sistem dalam pemilihan umumnya.
Setengah dari parlemen dipilih melalui dengan sistem distrik dan setengah lagi dpilih
dengan sistem proporsional. Setiap pemilih mempunyai dua suara; pemilih memilih
calon atas dasar sistem distrik ( sebagai suara pertama ) dan pemilih itu memilih
partai atas dasar sistem proporsional ( sebagai suara kedua ). Negara yang
melakukan sistem gabungan adalah swedia, Italia dan Indonesia. H. 472-473
4. Sistem Pemilihan umum di Indonesia
Sejak kemerdekaan hingga tahun 2004 bangsa indonesia telah
menyelenggarakan sembilan kali pemilihan umum, yaitu pemilihan umum :
1955,1971,1977,1982,1987,1992,1997,1999, dan  2004. Dalam pengalaman
sebanyak itu, pemilihan umum 1955 dan 2004 mempunyai kekhususan atau
keistimewaan dibanding dengan yang lain. Semua pemilihan umum tersebut tidak
diselenggarakan dalam situasi yang vacuum, melainkan berlangsung dalam
lingkungan yang turut menentukan hasil pemilihan umum itu sendiri. Dari pemilihan
umum-pemilihan umum tersebut juga dapat diketahui adanya upaya untuk mencari
sistem pemilihan umum yang cocok untuk indonesia. Hal 473-488
1955 Sistem proporsional.
1971- Sistem propoprsional dengan stelsel daftar tertutup
1999
2004 Unuk pemilu DPD dengan sistem distrik. Untuk pemilu DPR dan DPRD dengan
sistem proporsional dengan stelsel daftar terbuka
BIOGRAFI MIRIAM BUDIARJO

Profesor Miriam Budiardjo, lahir di Kediri 20 November 1923. Ia adalah anak ketiga
dari empat bersaudara keluarga Prof. Dr. K.R.T. Mohammad Saleh Mangodiningrat –
dokter generasi pertama Indonesia yang mendapatkan gelar Doktor di bidang ilmu
kedokteran pada Gemeete Universiteit Amsterdam, Belanda (1929). Ia lahir dan
dibesarkan dalam sebuah keluarga yang dapat dikatakan sebagai model “keluarga
intelektual” Indonesia. Profesor Miriam mempunyai dua kakak kandung bernama Siti
Wahyunah Sjahir S.H., yang kemudian dikenal sebagai Poppy Sjahrir, istri mantan
Perdana Mentri Sutan Sjahrir, dan Dr. Soejatmoko (mantan Duta Besar RI untuk Amerika
Serikat dan mantan Rektor Universitas PBB), serta satu adik kandung Nugroho
Wisnumurti, S.H., LLM (mantan Duta Besar RI untuk PBB di New York, Amerika Serikat
dan di Jenewa, Swiss).
Berbeda dengan ayahnya yang selama hidup mengabdikan diri sebagai dokter,
Profesor Miriam Budiardjo memilih menjadi dosen ilmu politik pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIF-UI). Selain itu, ia juga pernah mengajar
pada Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sastra UI, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut
(SEKSOAL). Perguruan Tinggi Hukum Militer (PTHM). Program Pasca Sarjana Ilmu
Kepolisian, dan sebagai dosen tamu pada SESKOAD, SESKABAG dan LEMHANAS.

Profesor Miriam Budiardjo termasuk ilmuan perempuan pertama Indonesia yang


mendalami ilmu politik. Ia mendapatkan gelar Master of Arts di bidang ilmu politik dari
Georgetown University, Washington DC., Amerika Serikat (1955), dan pernah mengikuti
kuliah di Harvard University, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat (1959-1961)
sewaktu mengikuti suaminya, Ali Budiardjo, S.H., MSc., menjalankan tugas belajar di
Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat. Karena pengabdian dan
keahliannya di bidang ilmu politik, ia pun dianugraho Doktor Kehormatan (Dokor Honoris
Causa) dalam ilmu politik dari Universitas Indonesia (1997).

Sebagai akademisi, selama hidupnya ia juga aktif mengikuti berbagai konferensi dan
workshop internasional seperti di Hong Kong, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Filipina,
India, Belanda, dan Australia. Ia pun pernah menjadi Visiting Fellow pada Australian
National University, Camberra, Australia (1981). Buah pikirannya tersebar di berbagai
media massa, jurnal ilmiah, maupun buku. Beberapa buku yang ia tulis, selain buku
berjudul Dasar-Dasar Ilmu Politik, adalah Simposium Kapitalisme, Sosialisme,
Demokrasi (editor, 1984), Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa (editor,
1984), Demokrasi di Indonesia (1994), dan Menggapai Kedaulatan Rakyat (1998).
Dedikasi Profesor Miriam yang begitu tinggi terhadap pendidikan juga terlihat pada
sejumlah jabatann yang pernah ia emban secara konsisten sejak masa muda. Ia pernah
menjabat sebagai Ketua Harian Studi Lembaga Penelitian Masyarakat, Fakultas Hukum
dan Ilmu Pengtahuan Kemasyarakatan (IPK) UI (1963-1973) –jurusan yang merupakan
cikal bakal FISIP-UI; Pembantu Dekan Bidang Akademis merangkap Sekretaris Fakultas
di bawah Dekan Prof. Dr. Sumardjan (1968-1971); dan Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial,
UI (sebelum namanya menjadi FISIP-UI) (1974-1979). Bersama Prof. Dr. Selo Sumardjan,
Prof. Dr. T.O Ihromi, dan Sulaeman Sumardi, S.H., M.A, ia memprakarsi berdirinya
Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial, UI (1968). Setelah tidak lagi menjabat sebagai dekan, ia masih
aktif menjadi Koordinator Program Pasca Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas
Pasca Sarjana, UI (1979-1989), dan juga Ketua Konsorsium Ilmu-Ilmu Sosial, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Ia pun pernah menjadi Bendahara Umum, Asosiasi Ilmu
Politik Indonesia (AIPI) (1985-1994), Ketua Dewan Redaksi Jurnal Ilmu Politik (1988-
1994) dan Anggota Dewan Penasihat/Dewan Kehormatan AIPI.

Profesoor Miriam juga seeorang pejuang tiga zaman. Menjelang kemerdekaan, saat
masih muda, ia bekerja pada Komisi Bahasa Indonesia, Kementrian P.P.K Jakarta (di
bawah pimpinan Sutan Takdir Ali Syahbana, S.H) (1944-1945) untuk mengembangkan
bahasa Indonesia. Saat itu, bahasa Indonesia secara resmi ditetapkan sebagai bahasa
nasional. Karena bahasa Inggrisnya yang fasih, ia pun pernah menjadi penyiar bahasa
Inggris pada pemancar radio gelap milik kaum republiken di Solo dan Jakarta. Kemudian,
memasuki usia 23 tahun, ia meniti karir sebagai diplomat dengan bekerja pada Kementrian
Luar Negeri, Jakarta, selama Perundingan Linggarjati hingga Aksi Militer I. Kemudian ia
bekerja pada Sekretariat Delegasi Indonesia (Bagian Pubilitas) pada United Nation
Security Council’s Committee of Good Offices (Perundingan Renvile) (1947-1948). Karir
sebagai diplomat terus menanjak dengan menjadi staf (setara dengan Sekretariat III) pada
Perwakilan R.I di New Delhi, India (1948-1950), dan Sekretaris II, KBRI Washington DC,
USA. Karir menjadi diplomat akhirnya ia tinggalkan setelah menikah dengan Ali
Budiardjo, S.H., MSc., pada Agustus 1953, dan kemudian aktif di bidang pendidikan
hingga ia memasuki masa purnabakti pada 1989.

Masa pensiun ternyata tidak serta-merta membuat Profesor Miriam memiliki banyak
waktu senggang. Kegiatan mengajar masih terus dilakukan, termasuk mengajar pada Pusat
Studi Wanita UI. Kegiatannya ternyata semakin padat. Ia ikut memelopori pembentukan
Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia, dan pernah menjabat sebagai Anggota
Kehormatan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (1997), Anggota “Tim Sebelas” (Tim
Persiapan Komisi Pemilihan Umum 1999) dan Anggota Panitia Pengawas Pemilihan
Umum (Panwaslu 1999).

Atas seluruh sumbangsih selama hidupnya, berbagai tanda jasa pernah ia terima dari
pemerintah seperti Bintang Jasa Utama (Agustus 1995) untuk pengabdian kepada Republik
Indonesia selama masa perjuangan kemerdekaan, serta Bintang Mahaputra Utama
(Agustus 1998), dan Bintang Jasa Utama sebagai Anggota “Tim Sebelas” 1999 (Agustus
1999).
Profesor Miriam Budiardjo wafat pada Senin 8 Januari 2005, di Jakarta pada usia 83
tahun. Ia meninggalkan anak tunggal, Dra. Gitayana Prasodjo, MLIS, menantu, Imam B.
Prasodjo, Ph.D., dan dua orang cucu, Rauf Firdausi Prasodjo dan Adila Prasodjo.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

Buku ini mengantarkan mahasiswa yang berminat ke dalam dunia ilmu politik. Dalam
buku ini dibahas konsep-konsep seperti politik (politics), kekuasaan, pembuatan
keputusan, (decicion making). Di samping itu, dibahas pula fungsi undang-undang dasar,
kelompok-kelompok politik, dewan perwkilan rakyat, baik di dalam maupun di luar
Indonesia, serta hak-hak asasi dan perkembangannya di PBB. Bahan-bahan yang disajikan
dalam edisi kedua ini telah mengalami perbaikan dan lebih lengkap.

Kekuatan buku ini adalah buku ini di tulis oleh Prof. Miriam Budiarjo adalah tokoh
luar biasa. Beliau seorang ilmuwan politik senior sekaligus pelaku politik. Pemikirannya
telah memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu politik di
Indonesia, beliau ialah putri nomor tiga Prof. Dr. Saleh Mangundiningrat (1896-1962),
dokter Keraton Kesunanan Solo dan intelektual disegani sebagai rektor pertama
Universitas Cokroaminoto awal 1960-an. Prof. Miriam Budiarjo ini pernah menjabat
sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI)
periode 1974–1979, di FISIP UI inilah Prof. Miriam Budiarjo berkhidmat dan buku
karangannya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Politik kini telah menjadi buku wajib
mahasiswa Ilmu politik di Indonesia.

Kelemahan buku ini hanya terdapat pada kata-kata yang berkelit dan tidak langsung
mudah di mengerti juga pada pengemasan buku yang tebal dan tidak berwarna membuat
pembaca enggan membacanya.

Dari hal di atas penulis dapa menyimpulkan bahwa buku ini bagus untuk siapapun
yang ingin mempelajari politik lebih dalam lagi, karena buku ini banyak membahas
tengtang apa itu politik dan apa saja yang ada di dalamnya, oleh karena itu kita bisa lebih
tahu tentang politik baik di Indonesia maupun di dunia.
KESIMPULAN

Ilmu politik merupakan ilmu yang sangat bermanfaat untuk di pelajari , apalagi di
zaman sekarang ini praktik dan tatacara politk Indonesia sudah semakin tidak karuan dan
bersifat tidak bersih. Untuk itu dengan adanya buku DASAR-DASAR ILMU POLITIK
karangan Miriam Budiardjo ini sangat berpengaruh bagi kelangsungan politik Indonesia
baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang .

Kontribusi buku terhadap studi ilmu politik yaitu membuat kita tahu banyak hal
tentang apa itu dasar politik dan apa saja yang ada di dalamnya. Setelah kita tahu , tentu
saja dalam praktiknya kita dapat melaksanakan politik yang berdasarkan teori dan tentunya
membuat kita tidak akan melakukan penyimpangan-penyimpangan yang seperti di lakukan
petinggi Negara.

Sudah semestinya setelah kita tahu dan kita menjadi bagian dari masyarakat yang tahu
akan ilmunya tentunya akan semakin memperbaiki kondisi politik bangsa saat ini , dan
menciptakan pemerintahan yang aman,makmur dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai