Dalam dunia keilmuan telah diterima bahwa suatu ilmu selalu membahas suatu
sasaran tertentu. Sasaran itu bisa berupa benda mati di alam semesta ini
seperti batu, atau berupa suatu gejala dalam masyarakat. Ilmu adalah
keseluruhan pengetahuan teratur tentang suatu pokok soal tertentu ( the sume
of co- ordinated knowledge relative a determined subject).
1. Negara
2. Pemerintahan
3. Kekuasaan
4. Fakta politik
5. Organisasi masyarakat
6. Kegiatan politik
1. Negara (state)
2. Kekuasaan (power)
4. Kebijaksanaan (policy)
Berdasarkan definisi beberapa para ahli di atas, secara umum Ilmu politik
memiliki kajian yang lebih luas. Dimulai bagaimana kelompok mengorganisir diri
dan membentuk sebuah negara, bagaimana masyarakat mendapatkan
kekuasaan, merumuskan kebijakan politik, hubungan antara lembaga-lembaga
kekuasaan. Jadi ilmu politik adalah yang mempelajari Negara (mulai dari proses
pembentukannya), hubungan lembaga-lembaga negara dalam menjalankan
kekuasaanya serta bagaimana suatu kebijakan publik diputuskan”.
Dalam ilmu pengetahuan pusat perhatiannya terdapat pada objek formal yang
menentukan macam ilmu tersebut yang jika mempunyai objek material yang
sama.memperhatikan berbagai kemungkinan sasaran dan pusat perhatian ilmu
politik yang dikemukakan oleh para ahli maka dapatlah dirumuskan bahwa Ilmu
Politik adalah sekelompok pengetahuan yang teratur yang membahas gejala-
gejala dalam kehidupan masyarakat dengan memusatkan perhatian pada
perjuangan manusia mencari atau mempertahankan kekuasaan guna mencapai
apa yang diinginkannya. Dengan demikian, maka objek formal ilmu politik adalah
kekuasaan. Ilmu politik mempelajari hal ihwal yang berkaitan dengan kekuasaan
dalam masyarakat, yakni sifat, hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan
hasil-hasil kekuasaan.
9. Teknik Case study berfokus pada satu atau beberapa masalah yang
diselidiki secara terus-menerus, detail dan menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data (interview, analisis dokumen dan observasi).
Digunakan untuk menjawab pertanyaan BAGAIMANA dan MENGAPA,
sehingga menghasilkan penjelasan yang komprehensif atas sebuah
fenomena.
Pendekatan dalam ilmu politik merupakan suatu cara atau sudut pandang yang
digunakan oleh para ilmuwan politik dalam menelaah politik itu sendiri.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan akan menimbulkan berbagai implikasi
terhadap metode-metode yang digunakan pengkajian ilmu politik sendiri. Tak
jarang terdapat pertentangan antara pendekatan yang satu dengan pendekatan
lainnya, hal ini disebabkan oleh karena keanekaragaman pemikiran manusia itu
sendiri. Namun demikian, ada pula pendekatan yang satu menyokong atau
melengkapi pendekatan sebelumnya.
A. Pendekatan Tradisional
Esensi dari pendekatan ini adalah meletakkan nilai-nilai asasi manusia dalam
konteks kajian politik melalui hasil renungan, bukan didasari oleh kenyataan-
kenyataan yang ada. Beberapa pelopor pendekatan ini seperti Eric Voegelin, Leo
Strauss, John Hallowell berpendapat bahwa politik tidak dapat terlepas dari nilai
dan pandangan hidup, seperti negara yang adil, sistem politik yang paling baik,
masyarakat yang dituju, dan sebagainya.
B. Pendekatan Behavioral
Pendekatan ini timbul sesudah Perang Dunia II terutama sekitar tahun lima
puluhan, merupakan gerakkan yang berusaha memperbaharuhi pendekatan
sebelumnya (pendekatan tradisonal) yang dianggap tidak mampu
mengungkapkan berbagai fenomena-fenomena politik secara obyektif.
Pendekatan ini lebih menitikberatkan kenyataan dan fakta sebagai obyek
yang perlu dipelajari. Esensi dari kaum Behavior adalah keyakinan bahwa
ilmu politik harus bergerak menuju sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang
ilmiah. Kaum Behavior menjadikan tindakan dan perilaku individu atau
kelompok sebagai obyek penelitiannya.
Aliran behavior, a.l. David Hume, berpendapat bahwa fakta dan nilai adalah
dua hal yang berbeda. Ia berpendapat bahwa tidak saja fakta dan nilai harus
terpisah, tetapi bahwa nilai juga tidak mempunyai tempat dalam analisis
politik. Menurut pengamatan kaum Behavior, penelitian politik harus dapat
menciptakan teori yang dapat menjelaskan perilaku manusia yang diamati
dan bukan semata-mata produk logis pikiran seseorang.
5. Nilai. Penilaian etis dan empiris adalah dua hal yang berbeda. Seorang ahli
politik harus memilih salah satunya, asalkan keduanya tidak
dicampurbaurkan.
Sekarang anda diperkenalkan dengan pendekatan ilmu politik yang ketiga, yaitu
pendekatan relativisme nilai ilmiah. Pendekatan ini merupakan suatu usaha
untuk mengatasi pertentangan antara kaum Tradisonal dan kaum Behavioral.
Menurut Arnold Brecht (1958) dalam Political Theory berpendapat bahwa
penting menempatkan kembali tujuan-tujuan dan nilai-nilai sebagaimana pada
masa yang lampau dalam pusat teori politik akan tetapi lain dari pada abad-
abad terdahulu, pembahasannya harus dilakukan dengan sarana-sarana ilmiah.
Inti ajaran Brecht secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
NPM : F201420146