Anda di halaman 1dari 3

Pada kuliah umum yang diselenggarakan pada hari Selasa, 26 September 2019 ,Prof.

Dr.Vedi Hadiz berbicara tentang dua hal yaitu pendekatan ekonomi politik. Kedua, beliau
menggunakan pendekatan ekonomi politik tersebut untuk menganalisa perkembangan hubungan
antara negara dan bisnis di Indonesia dalam periode Orde Baru dan Pasca Orde Baru.
Pertama, mengenai ekonomi politik. Dalam ekonomi politik terdapat berbagai tipologi
atau tipe yang agak berbeda satu sama lain. Ada yang disebut ekonomi politik yang merupakan
derivasi dari new institution economic. Ekonomi politik yang meripakan derivasi dari new
institution economic ini merupakan salah satu representasi dari pendekatan ekonomi politik yang
sangat berpengaruh dikalangan international development organizations. Pendekatan new
institutional economics cenderung menganalisa perosoalan dari sudut pandang bagaimana kita
memperbaiki institusi-institusi yang ada yang mengatur perekonomian serta hubungan negara
dan masyarakat (misalnya dengan capacity building). Prof. Dr.Vedi Hadiz sendiri
mengembangkan pendekatan critical political economic untuk studi ekonomi politik.
Menurutnya, pendekatan critical political economy jarang dipakai dalam studi Indoneisa karena
analisa critical political economy berpusat pada hal-hal yang sifatnya fundamental dalam
menganalisa hubungan antara negara dan bisnis yang kadangkala memiliki sentifisitas tinggi
terhadap urusan politik.
Menurut beliau, pendekatan new institutional merupakan suatu simtom dari sesuatu yang
sebetulnya lebih mendalam yaitu struktur social. Menurutnya, institusi-institusi yang meregulasi
hubungan negara dan bisnis adalah derivasi dari struktur social yang ada dalam masyarakat.
Ketika kita membahas tentang struktur social berarti membahas juga mengenai struktur
kekuasaan. Membahas struktur kekuasaan, berarti membahas juga relasi kekuasaan. Didalam
relasi kekuasaan ada yang memiliki kekuasaan tertinggi dan ada juga yang memiliki kekuasaan
subordinat. Oleh karena itu, dalam memahami hubungan negara dan masyarakat bukanlah
sebagai sesuatu yang statis, tetapi dinamis. . Menurutnya, hubungan antara bisnis dan negara
adalah sebagai sesuatu yang berevolusi dalam konteks perubahan social dan masyarakat yang
lebih luas. Untuk memahami hubungan bisnis dan negara kita harus mengerti konteks
masyarakat dimana bisnis dan negara berevolusi.Pendekatan dinamis melihat trajectories of
states business relations atau alur bisnis Indonesia.
Dalam pendekatan critical political economy, hal yang harus dicegah adalah melihat
masalah secara insuler atau kedalam. Sehingga, untuk memahami masalah di Indonesia, kita
harus berpikir komparatif dan historis. Berpikir secara komparatif yaitu mencari persamaan dan
perbedaan yang ada dengan negara lain. Untuk memahami Indonesia, pengalaman dari bangsa
lain akan memberikan iluminasi terhadap masalah-masalah yang kita hadapi karena beliau
berasumsi bahwa Indonesia bukan negara yang unik, apa yang kita bicarakan sekarang bisa jadi
merupakan sesuatu yang pernah dibicarakan oleh negara lain sebelumnya. Dengan demikian
pengalaman-pengalaman dari masyarakat lain sangat berguna untuk kita pelajari karena hal
tersebut mungkin bisa mengiluminasi kasus Indonesia. Untuk memahami apa yang ada sekarang,
kita harus memahami sejarah atau sesuatu yang ada di masa lalu. Berpikir seperti ini merupakan
bagian dari mengikis kecenderungan berpikir insuler secara temporal.
Memahami perkembangan hubungan bisnis dan negara sekarang dapat dimulai dari
hubungan bisnis dan negara paska colonial. Masa paska colonial di Indonesia ditandai dengan
both the under development dari bisnis dan negara. Hubungan negara dan bisnis pada masa
paska colonial tergantung pada masyarakat dan struktur serta relasi kekuasaan pasca colonial.
Struktur masyarakat paska colonial (1949) di Indonesia ditandai oleh under-development dari
kekuatan-kekuatan social yang ada di masyarakat karena dalam struktur ekonomi colonial,
semua bisnis yang sifatnya besar dan berurusan dengan pasar global dikuasai oleh orang eropa,
sedangkan bisnis yang bersifat menengah cenderung dikuasai oleh China dan lapisan bawah
dikuasai oleh petani yang merupakan orang pribumi. Indonesia melakukan beberapa upaya
perubahan yang pada akhirnya gagal. Salah satu upayanya adalah program benteng yaitu upaya
untuk membangkitkan kelas pengusaha pribumi tetapi karena setelah kelas pengusaha pribumi
ini diberikan lisensi untuk melakukan ekspor impor tidak mempunyai jaringan, mereka menjual
barang ke China (Hubungan Alibaba). Selain itu, terdapat upaya perubahan nasionalisasi
perusahaan asing, salah satunya adalah militer. Dari upaya ini merupakan awal bagi militer
masuk kedalam urusan bisnis secara resmi.
Dari segi transformasi hubungan bisnis dan negara yang mendasar terjadi di zaman
ordebaru (tahun 1966 keatas). Sejak tahun ini negara yang terkonsolidasi otoritasnya baru ada.
Pada zaman orde baru kelompk bisnis lemah sehingga negara perlu memainkan peranan yang
terpenting dalam perekonomian. Akan tetapi, pada awal masa orde baru negara tidak memiliki
uang sehingga undang-undang penanaman modal asing dibuat terlebih dahulu sebelum uundang-
undang penanaman dalam negeri.Artinya negara merasa tidak bisa mengandalkan modal
domestic dan ingin mengandalkan investasi asing, sehingga muncullah freeport sebagai penanam
modal.
Pada tahun 73 dan 74 semua berubah secara mendadak. Pada tahun 73 dan 74 terjadi
krisis minyak (boom minyak) yang dikarenakan perang dengan Israel (Pada saat itu Indonesia
bergabung dengan OPEC). Pada saat perang antara OPEC dan Israel, OPEC meninggikan
international oil prices, Indonesia mendapatkan pendapatan dari tindakan tersebut yang
menyebabkan meningkatkan kekayaan Indonesia. Peningkatan kekayaan ini menyebabkan
kepentingan untuk merangkul modal asing berkurang. . Sementara, Indonesia tidak memiliki
bisnis domestic. Sehingga pada masa ini terdapat pembangunan bisnis domestic dengan cara
pemberian kredit dan subsidi, monopoli,dsb
Hal ini mengakibatkan perubahan hubungan bisnis dan negara
ena https://fia.ui.ac.id/pasca-reformasi-oligarki-berperan-penting-dalam-menentukan-
perpolitikan-indonesia/
Pada hari Selasa, 26 September 2019 telah dilaksanakan kuliah umum dengan tema
Ekonomi Politik Hubungan Bisnis dan Negara oleh Prof. Dr.Vedi Hadiz. Prof. Dr.Vedi Hadiz
merupakan murid dari Richard Robinson.Richard Robinson memiliki karya terkenal yaitu buku
dengan judul The Rise of Capital yang pada zaman orde baru dilarang karena mengkritisi rezim
Soeharto. Prof. Dr. Vedi Hadiz sendiri juga mempunyai karya tulis dan artikel serta buku salah
satunya berjudul Reorganising Power in Indonesia. Prof. Dr.Vedi Hadiz dikenal sebagai pakar
oligarki.
Masa orde baru didominasi oleh oligarki. Oligarki adalah struktur kekuasaan yang
mengekspresikan fusi dari kekuatan atau kepentingan politik birokrasi dan ekonomi. Economy
growth yang terjadi selama orde baru menguntungkan pihak oligarki sehingga ketika terjadi
krisis ekonomi, masyarakat meluapkan amarahnya karena banyak pegawai yang kehilangan
pekerjaannya.
Setelah legitimasi orde baru hancur, Indonesia menerima bantuan dari IMF dan aset2
yang dimiliki perusahaan besar konglomerat diambil oleh BPPN. Tetapi, bagi konglomerat,
pukulan ini bukan merupakan pukulan yang fatal karena konglomerat membeli kembali asetnya.
Sehingga meskipun ada perubahan otoriterisme yang tersentralisasi menjadi demokrasi yang
terdesentralisasi tapi hubungan bisnis dan negara masih sama seperti pada masa orde baru.
Sehingga oligarki tidak hilang dengan jatuhnya orde baru.

Anda mungkin juga menyukai