Anda di halaman 1dari 16

Post-Behavioralism

PROGRAM STUDI S2 ILMU POLITIK


UWKS
Review
1. Tradisionalisme:
 Cenderung memfokuskan studi mereka pada aspek-
aspek formal dan kelembagaan dari politik (konstitusi
hukum, parlemen, yudikatif, eksekutif) ada
pengaruh kuat dari studi hukum, ilmu negara. Ada
kesan pendekatan ini menekankan pada aspek statis
dari politik.
 Mereka juga dipengaruhi secara kuat oleh tradisi
filsafat politik dan bersifat etikal melihat apa yang
baik dan buruk.
 Sejarah dan filsafat digunakan untuk mencari
pemahaman non numerik (kualitatif) dari fenomena
politik misal studi ttg sejarah parlemen Inggris,
Kongres Amerika, evolusi lembaga kepresidenan.
..
2. Behavioralisme
1. Memfokuskan pada perilaku aktual aktor-
aktor politik; bukan pada aspek formal
kelembagaan cenderung lebih dinamis.
2. Tidak berbicara tentang persoalan2 etikal
dan normatif. dipengaruhi oleh tradisi
empirisisme dan positivisme.
3. Metode statistik dan kuantifikasi
digunakan untuk menjelaskan perilaku
aktor-aktor politik.
.......
• Kaum behavioralist mengkritik pendekatan
tradisional yang dianggap tidak ilmiah sebab
pendekatan tradisionalisme tidak
menggunakan metode statistik/kuantitatif.
• Kritik kaum behavioralis juga ditujukan pada
penggunaan etika dan nilai dalam riset ilmu
politik dianggap subjektif dan etnosentris
(muncul dari kultur tertentu yang tidak bersifat
universal)
Kredo/Kepercayaan:
• Regularitas/ pola
• Verifikasi
• Kuantifikasi
• Bebas nilai
• Sistematis
• Interdisipliner
Reaksi-Reaksi Terhadap
Behavioralisme

• Muncul pendekatan baru yang


mengkombinasikan antara aspek etikal
(yang punya relevansi dengan
kebutuhan publik) dengan aspek
empiris. Post-Behavioralism.
• Mereka mulai mempertanyakan prinsip
bebas nilai.
Asumsi-asumsi

Ilmu politik tak bisa bebas nilai


Nilai dan kepentingan inheren
dalam pemilihan topik.
Setiap tindakan manusia selalu
melibatkan nilai.
Kritik terhadap behavioralis
1. Kurangnya relevansi: pendekatan
behavioralis sering mempertanyakan
persoalan-persoalan yang seringkali tak
relevan kebutuhan masyarakat politik
ilmu politik kehilangan ruh perubahan.
• Behavioralis juga punya bias etnosentris
ketika menganggap pendekatan yang
dipakainya lebih baik dibanding dengan
pendekatan lain.
.....
• Bagi pendekatan Post-behavioralis ilmu
murni (seperti yang diyakini
behavioralisme yang ilmiah) tidak bisa
dipisahkan dengan ilmu terapan.
• Ilmu politik harus bisa:
– Memaparkan dan menjelaskan
– Memprediksi
– Mengontrol perubahan politik
Kepercayaan-Kepercayaan
dasar Post-Behavioralisme
 Fokus masih pada perilaku aktor,
tapi…
 Nilai tak bisa dihilangkan dalam studi
politik
 Nilai tidak boleh dihilangkan
 Penelitian dalam Ilmu politik harus
memiliki implikasi nyata untuk
kehidupan sehari-hari.
 Peneliti memiliki tanggung jawab
perubahan sosial.
Beberapa Cara Kerja
Post-Behavioralis
• Memahami sifat alamiah bahwa nilai selalu intrinsik
dalam setiap riset.
• Karena itu, ungkapkan nilai secara eksplisit.
• Menggunakan pengetahuan yang sudah
terverifikasi sebagai basis penilaian normatif.
• Memahami bahwa selalu ada implikasi tanggung
jawab yang dibawa oleh perkembangan ilmu
pengetahuan.
Neo-institutionalisme
• Mengkombinasikan cara berpikir post-
behavioralisme dengan fokus kelembagaan
(yang menjadi fokus tradisionalisme)
• Institusi = Formal and informal
• Pendekatan ini mencoba melihat peran dan
pengaruh institusi-institusi politik terhadap:
– Perilaku politik.
– Pengambilan kebijakan
– Perubahan politik
Fase Utama Perkembangan
Ilmu Politik
Traditionalisme
• Berkembang di akhir abad 19 sampai tahun 1950an
• Bersifat politis dan etis, tapi “tidak ilmiah”
• Studi tentang pemerintahan
• Studi deskriptif tentang:
– Sejarah politik
– Institusi-institusi politik (Parlemen, lembaga kepresidenan,
dll)
– Aturan hukum (Konstitusi, The Constitution, pengadilan,
sanksi, dll)
Behavioralisme
• Berkembang pesat tahun 1950an-1960an, dg
tokoh awal Charles Merriam/Chicago School
• Penolakan terhadap pendekatan tradisional
• Menggunakan metode ilmiah dalam ilmu politik.
• Kebenaran objektif ada di luar peneliti
• Metode ilmiah bisa dekatkan kita pada
kebenaran sesungguhnya
•  bebas nilai
Post-Behavioralisme
• Muncul tahun 1960-an sebagai respon
terhadap behavioralisme
• Post-Behavoralist melihat bahwa
behavioralisme cenderung terlalu “objective”
• Mereka lakukan riset yang tidak berbasis
pada kenyataan sesungguhnya: nilai dan
empiri
• Post-Behavoralists berupaya menempatkan
kembali elemen “manusiawi” ke dalam ilmu
sosial/politik.
Neo-institutionalism
• Mengkombinasikan cara berpikir post-
behavioralisme dengan fokus kelembagaan
(yang menjadi fokus tradisionalisme)
• Pendekatan ini mencoba melihat peran dan
pengaruh institusi-institusi politik terhadap:
– Perilaku politik.
– Pengambilan kebijakan

Anda mungkin juga menyukai