I. DESKRIPSI
PERKEMBANGAN-PERKEMBANGAN BARU
Dalam kerangka pendekatan tradisional, jauh sebelum kaum behavioralis muncul, para
ilmuan politik pada awal abad ke-19 telah mengembangkan pengetahuan yang lebih luas
tentang cara kerja berbagai lembaga politik. Mereka telah mulai menyelidiki masalah-
masalah dimana pusat kekuasaan terletak dalam suatu masyarakat & bagaimana
pengoperasian kekuasaan tersebut di dalam suatu pemerintahan. Beberapa diantara mereka
mencoba mengidentifikasi determinan budaya dari berbagai pemerintahan, yang lainnya
mempelajari aspek-aspek organisasional secara lebih intensif. Mereka kini lebih melakukan
penekanan lebih besar terhadap analisa unsur-unsur pembuatan suatu kebijaksanaan & pada
penelitian terhadap karakter-karakter kepemimpinan politik serta perubahan pola-pola
hubungan antara ideology dan kepemimpinan. Proses-proses pemilihan juga tak luput dari
PENDEKATAN-PENDEKATAN INTER-DISIPLINER
Marx menemukan sumber utama perilaku politik dalam tingkat perkembangan
teknologi dan struktur kelas, yang merupakan factor-faktor yang erat hubungannya dengan
sosiologi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Gabriel Almond “Teori-teori politik klasik lebih
merupakan suatu sosiologi dan psikologi politik, serta teori yang bersifat normative daripada
teori tentang proses politik”.
Tahun 1920-an telah berdiri Social Science Research Council, ilmu politik mulai
terlibat dalam suatu kegiatan kerja ilmu social yang bersifat inter-disiplin. Pada akhir tahun
1920-an dan awal tahun 1930-an, di bawah pengaruh sarjana-sarjana imigran dari Eropa
mencoba menghidupkan kembali perhatian terhadap masalah-msalah yang bersifat normatif,
filosofis dalam ilmu politik. Lazersfeld dianggap sebagai ahli sosiologi politik yang
mengembangkan penilaian-penilaian tentang perilaku dalam pemungutan suara di Amerika
Serikat. Ahli-ahli sosiologi politik lainnya menerapkan analisanya terhadap struktur birokrasi,
seperti Max Weber dan Robert Michels.
10 | Z a i n a l M u t t a q i n ( N P M . 1 6 0 1 1 8 6 5 0 3 0 )
menekankan pada perilaku dan selalu mengulang kembali keyakinannya terhadap tradisi
klasik ilmu politik, sedangkan post-behavioralisme menerima apa saja yang telah dicapai
pada era behavioralisme tetapi berusaha untuk mendorang ilmu politik lebih jauh lagi, kea rah
cakrawala baru.
Terdapat 7 sifat karakter post-behavioralisme yang menggambarkannya sebagai The
Credo of Relevance atau A Distillation of Maximal Image, yaitu :
1. Dalam penelitian politik, substansi atau isi pokok harus mendahului teknik.
2. Ilmu politik masa kini seharusnya memberikan penekanan utamanya kepada perubahan
social dan bukan kepada pemeliharaannya, sebagaimana tampak yang dilakukan oleh
kaum behavioralis.
3. Ilmu politik selama masa behavioral, secara penuh telah melepaskan dirinya dari realitas
politik yang sifatnya masih kasar.
4. Kaum behavioralis, meskipun tidak sepenuhnya mengingkari peranan dari suatu system
nilai, telah memberikan penekanan yang begitu besar kepada faham-faham keilmiahan
serta pendekatan yang bebas nilai, sehingga masalah nilai untuk tujuan praktis tak pernah
menjadi suatu bahan pertimbangan.
5. Kaum pendukung post-behavioralisme, ingin mengingatkan para ilmuwan politik bahwa
sebagai kaum intelektual mereka mempunyai peranan yang harus dimainkan, tugas
penting yang harus dilaksanakan dalam masyarakat.
6. Apabila kaum intelektual memahami masalah-masalah social dan merasa dirinya terlibat
didalamnya, mereka tidak akan pernah menjauhkan diri dari tindakan-tindakan nyata.
7. Apabila diakui bahwa (a) kaum intelektual memiliki peranan positif dalam masyarakat
dan (b) peranan ini berusaha menentukan tujuan yang pantas bagi masyarakat, membuat
masyarakat bergerak sesuai dengan tujuan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa politisasi profesi dari semua asosiasi professional, begitu juga universitas-
universitas tidak dapat dielakan dan sangat diperlukan.
11 | Z a i n a l M u t t a q i n ( N P M . 1 6 0 1 1 8 6 5 0 3 0 )
II. ANALISIS
12 | Z a i n a l M u t t a q i n ( N P M . 1 6 0 1 1 8 6 5 0 3 0 )
Varma mengatakan sosiologi dan politik memiliki asal usul sama dan sejak lama ilmu
politik melibatkan dirinya dalam masalah negara dan masyarakat. Menurut Miriam Budiardjo
para sosiolog memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perubahan dan pembaruan.
Ia mengatakan apabila dalam masyarakat timbul golongan-golongan baru yang memajukan
kepentingan baru, maka nilai-nilai kebudayaan masyarakat secara keseluruhan akan
menunjukkan perubahan-perubahan dalam pola kehidupan politik.3
Antropologi merupakan kajian yang menarik akan hubungannya dengan ilmu politik,
dikenal dengan istilah-istilah leativisme budaya, evolusi sosial, difusi budaya, akulturasi dan
lain-lainnya merupakan istilah yang banyak digunakan ilmuwan politik, namun sebetulnya ini
merupakan konep-konsep dari antropologi. Namun Varma sendiri tidak menjelaskan secara
rinci hubungan ilmu politik dengan antropologi, berbeda dengan Miriam Budiardjo dalam
bukunya mengutarakan antropologi menyumbang pengertian dan teori tentang kedudukan
serta peran berbagai satuan social budaya yang lebih kecil dan sederhana 4, selanjutnya
kemudian dikenal tentang studi kewasan (country studies).
Perkembangan selanjutnya dijelaskan oleh Varma adalah hubungan ilmu politik dengan
ekonomi dan psikologi. Dalam penelitian ilmu politik, ekonomi dapat menjelaskan model-
model penukaran didasarkan pada alokasi beban, pembagian kerja dan sebagainya. Istilah
ekonometri politik sekarang lazim digunakan dalam istilah politik. Pada buku yang berbeda
juga dijelaskan bahwa ilmu ekonomi telah menghasilkan suatu bidang ilmu politik baru yang
dinamakan perilaku rasional (rational choice) yang memandang manusia sebagai makhluk
ekonomi (economic creature).5
Sedangkan psikologi menghasilkan psiko-analisa dalam ilmu politik. Varma melihat
dua orang sosok pembaharuan ilmu politik dalam konteks psikologi social yaitu Freud dan
Marx, ia memandang justru dalam hal ini yang banyak memberikan pengaruh ialah Freud
dibandingkan Marx. Dalam pemahaman Freud disampaikan bahwa dia tidak mempercayai
manusia dalam masyarakat, sehingga mendorong sebuah gerakan yang dinamakan Neo-
Freudians yang dicetuskan Erich Fromm dan karen Horney yang justru dipengaruhi oleh
pemikiran Karl Marx. Kedua orang ini mengembangkan yang dinamakan Socialised Psico-
Analysis. Miriam Budiardjo sendiri menuliskan bahwa pengaruh psikologi sosial terhadap
ilmu politik ialah memberikan pandangan baru dalam penelitian tentang kepemimpinan.6
3
Ibid. Hal 29
4
Ibid. Hal 30
5
Ibid. Hal 32-33
6
Ibid. Hal 34
13 | Z a i n a l M u t t a q i n ( N P M . 1 6 0 1 1 8 6 5 0 3 0 )
III. KESIMPULAN
Buku teori politik modern SP. Varma merupakan sebuah literatur yang cukup lengkap
membahas terkait perkembangan politik moderan ala Barat, terutama Amerika Serikat.
Namun tidak menjelaskan lebih banyak bagaimana perluasan pengaruhnya terhadap dunia
timur atau terhadap belahan dunia lainnya. Penjelasannya sangat bergantung pada
kontekstatif pendapat dan pandangan para ilmuwan politik Eropa dan Amerika. Pembahasan
perkembangan ilmu politik sebagai pengantar memasuki wilayah pemahaman pemikir politik
yang lebih dalam seharusnya menjelaskan prosesi pengaruh terhadap dunia, seperti contoh
pemikiran politik Karl Marx yang sangat berpengaruh pada belahan dunia bagian timur
(Asia) tidak dijelaskan lebih jauh dalam konteks pemahaman politik baru dalam buku ini
yang jauh lebih banyak menjelaskan pengaruhnya pada perkembangan ilmu politik Barat.
14 | Z a i n a l M u t t a q i n ( N P M . 1 6 0 1 1 8 6 5 0 3 0 )
DAFTAR BACAAN
Budiardjo, Miriam. Dasar Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Gramedia : Jakarta. 2008.
15 | Z a i n a l M u t t a q i n ( N P M . 1 6 0 1 1 8 6 5 0 3 0 )