Disusun Oleh:
Teddy Chrisprimanata Putra
221186918005
Kelas C1
Ilmu politik menjadi salah satu ilmu tertua yang ada di dunia. Beberapa di
Yunani, tetapi tidak menorehkan hasil segemilang ilmu politik. Sejak sekelompok orang
hidup bersama, kesadaran untuk mengatur dan mengawasi mulai muncul. Mulai sejak
itu, para pemikir politik merumuskan hal-hal yang menyangkut lingkup serta batasan
penerapan kekuasaan, hubungan antara yang memerintah dengan yang diperintah, serta
sistem yang dianggap paling baik dalam menjamin pemenuhan kebutuhan akan
pengaturan dan pengawasan. Para pemikir politik kuno memusatkan perhatiannya pada
masalah negara ideal. Para pemikir mencoba melibatkan diri pada pengembangan sebuah
kerangka untuk hadirnya sebuah negara yang ideal. Sedang pemikir-pemikir politik
dan lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, ilmu politik mulai berfokus pada masalah
kelembagaan dan pendekatan yang digunakan pun meluas. Pendekatan yang digunakan
Pendekatan historis banyak digunakan pada abad ke-19. Sebuah aliran hukum yang
bersifat historis didirikan oleh Eichron dan Sovigni yang berhasil memberikan pengaruh
sejarah yang gemilang, namun hampir tidak dapat dilukiskan sebagai sebuah ilmu politik
dalam pengertian yang ada pada masa itu. Kemudian, perkembangan ilmu politik sebagai
sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dibahas secara runut dari
Serikat. Karyanya yang berjudul Civil Liberty and Self Government pada tahun 1853
dianggap telah menggunakan perspektif filsafat hukum Jerman dalam meneliti lembaga-
lembaga politik Anglo Amerika. Meski demikian, ilmu politik baru menemukan
identitasnya sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri pada tahun 1880 atas
didirikannya “School of Political Science” di Columbia College atas prakarsa dari John
dan rekan sekerjanya yang masih muda. Kemudian pada tahun 1886, sekolah ini
menerbitkan The Political Science Quarterly yang selanjutnya menjadi saluran utama
dalam penulisan berbagai karya ilmiah ilmu politik dalam jangka waktu yang cukup
panjang.
Herbert Baxter Adams di Universitas John Hopkins yang didirikan pada tahun
1876 juga melakukan usaha-usaha serupa. Usaha tersebut dilakukan dalam bentuk
berbagai pelatihan dan penelitian lanjutan di bidang sejarah dan ilmu politik. Adams
kemudian mendirikan “The John Hopkins Historical and Political Science Association”
pada tahun 1877 dan kemudian pada tahun 1883 mendirikan The John Hopkins Studies
in Historical and Political Science. Di sisi lain, Universitas Michigan di bawah pimpinan
magister, dan juga program penelitian untuk mencapai Ph.D di bidang sejarah dan politik.
Meski demikian, Columbia College lebih membuka diri terhadap interaksi dengan
ini menambah keyakinan bahwa secara analitis dan pada derajat tertentu secara empiris,
politik dapat dibedakan dari keseluruhan ilmu sosial. Inilah ciri ilmu politik Amerika
Meski para peneliti kerap kali memberi penekanan pada penelitian historis dari
Negara, Hukum, Kedaulatan, Hak-hak, Keadilan, dan sebagainya, serta cara kerja dari
terbatas pada suatu kerangka kelembagaan yang bersifat legal. Maksudnya bahwa
konsep-konsep yang dianalisa selalu saja dihubungkan dengan lembaga yang bersifat
legal. Pada kuartal pertama abad ke-19, telah ditambahkan perspektif yang bersifat
normatif. Sehingga panulis masalah politik mulai membahas kelebihan dan kekurangan,
antara sistem parlementer dengan presidensil, sistem distrik dan proporsional, negara
kesatuan dengan negara federal, hingga akhirnya ditemukanlah sebuah kesimpulan terkat
mana yang lebih baik tanpa mengindahkan berbagai kondisi yang terdapat dalam sebuah
negara.
Pada tahun terakhir abad ke-19, barulah muncul tentang suatu kesadaran bahwa
ilmu politik bukanlah sebuah ilmu yang hanya dipelajari di dalam ruang perpustakaan
atau ruang belajar. Lebih dari itu, ilmu politik adalah sebuah disiplin ilmu yang harus
politik sadar bahwa sejauh ini mereka belum memberikan perhatian yang memadai dalam
mestinya berjalan. James Bryce layak diberikan penghargaan atas karyanya yang
untuk menyajikan fakta-fakta dari suatu kasus, maka yang kita butuhkan adalah fakta”.
“Hanya fakta, fakta dan fakta”. Hal serupa juga disampaikan Bryce dalam karyanya yang
berjudul Modern Democracies yang terbit di tahun 1924. Ia berkali-kali berbicara tentang
pemikiran: bagaimana politik menjadi suatu ilmu, dan ia selalu teguh pada suatu
dalam sifat manusia, yang memungkinkan kita beranggapan bahwa tindakan seseorang
pada suatu saat selalu dikarenakan oleh sebab yang sama, yang telah pula menentukan
upaya pencarian fakta yang tak terhingga jumlahnya. Hal ini menjadi ciri utama ilmu
politik Amerika dan diperlakukan sebagai suatu sinonim untuk suatu pengertian tentang
ilmu.
Tantangan terhadap metode perbandingan sejarah telah muncul sejak semula saat
Columbia College dan Universitas John Hopkins. Pada tahun 1880-an, Woodrow Wilson
tidaklah sesuai bagi suatu penelitian tentang kehidupan politik. Seperti halnya dengan
esai yang ditulis pada 1887, Woodrow memiliki tujuan untuk melindung serta
perbandingan sejarah mulai berkurang penggunannya oleh para peneliti. Hal ini dapat
dilihat dari apa yang dikatakan oleh Waldo, bahwa “Pada pertengahan abad ke-20,
sejarah cenderung dipandang tidak lagi sebagai sumber utama hukum-hukum politik atau
bahkan sumber pemahaman politik, tetapi hanya sebagai salah satu dari sekian banyak
sumber yang terkadang berguna untuk mendapatkan hipotesa, serta sebagai suatu
kumpulan ilustrasi yang baik dan sebagai sarana pengecekan terhadap kesimpulan-
pada tahun 1884 dan American Economic Association yang didirikan pada 1885, telah
bersifat taksonomi deskriptif, di mana suatu penekanan yang begitu besar diletakkan pada
politik.
tidaklah terlalu eksklusif, bahkan terkadang saling bertemu satu sama lain. Menurut
Charles Hyneman, lingkup ilmu politik semakin diperluas yang diistilahkan dengan
kebijaksanaan, dan tindakan serta lingkungan manusia dari suatu pemerintahan yang
legal”.
awal abad ke-19 para ilmuwan politik telah mengembangkan pengetahuan yang lebih
luas tentang cara kerja berbagai lembaga politik, daripada apa yang dilakukan pada
beberapa abad sebelumnya. Telah dimulai berbagai upaya menyelidiki masalah di mana
dalam sebuah pemerintahan. Kini, mereka lebih menekankan pada analisa unsur-unsur
pembuatan suatu kebijaksanaan, serta pada penelitian terhadap karakter dan tipe-tipe
kepemimpinan. Tidak hanya itu, mereka pun telah tertarik pada proses-proses pemilihan
dan melakukan berbagai perbaikan terhadap alat-alat perlengkapan observasi dan analisis
yang digunakan untuk penelitian secara lebih efektif dalam proses-proses ini.
Ruang lingkup ilmu politik kini tidak lagi terbatas pada filsafat-filsafat politik dan
penekanan yang semakin besar kepada apa yang digambarkan sebagai penelitian
terhadap suatu sistem dalam keadaan beraksi (research on system in action), terhadap
pengertian yang semakin kritis tentang cara kerja suatu pemerintahan. Hal ini akan
membawa para peneliti kepada rasa tidak puas terhadap perangkat konseptual dan teknik
Keberhasilan yang dicapai oleh ilmu politik untuk menjadi sebuah subjek yang
bersifat interdisipliner dianggap sebagai jasa dari kaum behavioralis pun tidak bisa
dianggap sepenuhnya benar. Pada awal abad ke-20, Gettell menunjukkan bahwa ilmu
politik mulai dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam beberapa tahapan
ilmiah, serta menekankan adanya suatu sudut pandang yang berkembang secara bertahap,
dengan maksud menyangkal sifat-sifat keramat masa lampau, serta dukungan terhadap
dengan metode-metode ilmu politik yang bersifat a priori dan deduktif yang timbul
perbandingan dan historis, yang dominan pada 50 tahun terakhir abad ke-19, metode-
metode modern menunjukkan suatu kecenderungan yang berbeda, dalam observasi,
survei dan pengukuran. Mereka juga mulai menentang apa yang pada waktu itu
ada hubungannya dengan teori. Hal ini dianggap dapat menggagalkan tujuan dari
Berdasar atas semua upaya dalam pencarian metode dan peralatan riset yang lebih
baik, bagaimana pun setiap pihak harus mengakui bahwa terobosan-terobosan yang nyata
adalah hasil upaya kaum behavioralis. Peralatan-peralatan riset yang digunakan Bryce
dan penulis-penulis lainnya masih bersifat primitive, meskipun beberapa yang didapat
bisa dianggap sangatlah akurat. Namun, ilmu politik masih belum menjangkau metode-
metode pengumpulan data, pengolahan data serta analisa data yang canggih dan teliti,
Pandangan baru ini merupakan ekspresi dari apa yang dikenal sebagai pendekatan
analisa, metode, teknik, data yang baru untuk mengembangkan suatu teori yang
sistematis.
bahwa dalam ilmu politik dapat ditarik sebuah garis demarkasi antara pendekatan
Science Association pada tahun 1903, kemudian terbitnya American Political Science
Review atas bantuan lembaga tersebut tiga tahun kemudian, dapat dipandang sebagai
suatu peristiwa yang amat penting. Meski beberapa ketua dengan kinerjanya dianggap
tidak mampu melahirkan hal-hal baru, tetapi para ketua asosiasi lainnya, seperti: Frank
memiliki pemikiran yang jauh ke depan. Pada umumnya, mereka yakin bahwa setiap
penelitian di bidang politik, harus mempunyai relevansi langsung terhadap kenyataan
politik praktis yang ada. Charles Beard, A.L. Lowell, serta Arthur Bentley juga berperan
penting dalam upaya memperluas ruang lingkup ilmu politik. Graham Wallas dalam
bukunya berjudul Human Nature in Politics yang terbit pada tahun 1908 memberikan
yang salah dan using, serta memberikan komentarnya bahwa semua orang yang
analisa terhadap faktor manusianya sendiri. Penulis Inggris lainnya, George Catlin dalam
berakar pada ilmu politik yang bersifat behavioral, serta menekankan—seperti yang
pernah dilakukan oleh Lasswell, namun bukan berarti ia terpengaruh olehnya, melainkan
masalah-masalah politik.
Arthur A.F. Bentley dan Charles Merriam adalah tokoh penting dalam meletakkan
landasan bagi berdirinya ilmu politik yang bersifat behavorial. Adapun dua sumbangan
dari Bentley, yakni: gagasan tentang “kelompok” sebagai tingkat kenyataan yang tepat
bagi pemahaman serta penelitian politik, dan konsep tentang proses yang menjadi satu-
satunya pendekatan yang andal untuk memahami realitas. Hal ini ia sintesakan dalam
karyanya yang berjudul The Process of Government, sebuah buku yang digambarkan
oleh Bertram Gross pada empat puluh tahun kemudian sebagai salah satu buku tentang
pemerintahan yang terpenting di dunia. Bentley sendiri merupakan seorang ahli teori dan
sekaligus metodologi di mana konsepnya tentang proses berhasil menentukan sebagian
besar pendekatan perilaku (dari kaum behavioralis) dan merupakan sebagian dari
sumbangannya kepada bidang teori. Bentley juga merupakan pengecam keras ilmu
politik tradisional. Hal ini disebabkan oleh karena Bentley menganggap ilmu tersebut
mandul dan terlalu formalistis, animistis, mandul, dan statis—ini disebabkan tidak
merupakan sebuah konsep yang diserap ke dalam ilmu politik yang bersifat behavioral,
seperti proses legislatif dan yudikatif, proses pembuatan keputusan, proses politik dan
sebagainya.
Charles Merriam dianggap sebagai bapak pembaptisan intelektual dari ilmu politik
yang bersifat behavioral, memulai karirnya di Universitas Chicago sebagai seorang ahli
ilmu politik tradisional, yang menulis buku-buku menurut adat pemikiran politik Eropa
dan Amerika. Hasil karyanya adalah Pripary Election pada tahun 1908 merupakan suatu
analisa empiris, meskipun ia tidak menyelaminya secara mendalam. Pada tahun 1921
dalam suatu artikelnya yang dimuat dalam American Political Science Review, ia
meminta perhatian lebih besar kepada berbagai metode dan penemuan dari ilmu seperti
sosiologi, psikologi sosiologi, geografi, etnologi, biologi dan statistic. Pada tahun 1924
bahwa kebutuhan dasar yang diperlukan bagi ilmu politik adalah pengembangan suatu
teknik serta metodologi ilmiah dalam penelitian akan seluk-beluk dari fenomena politik
Merriam menganggap hasil kerja para ahli sejarah tidak relevan, mereka terlalu
juga menganggap pendekatan tradisional dari disiplin ilmu ini merupakan landasan yang
tidak memadai lagi bagi adanya suatu ilmu politik yang baru. Pergeseran dari
progresisme historis ke arah behavioralisme psikologis yang disajikan oleh Merriam ini
di antara para ilmuwan politik. Menarik untuk dicatat bahwa tiga sidang dalam
konferensi nasional tentang ilmu politik yang diselenggarakan pada tahun 1923, 1924
dan 1925, diselenggarakan di Chicago memberikan arah baru bagi ilmu politik yang
dihadiri oleh para ahli psikologi dan justru tidak dihadiri oleh ahli sejarah maupun
dari mereka yang hadir menyatakan “tidak ada keragu-raguan lagi bahwa berbagai hal
yang telah dicapai ilmu politik baru bisa menyajikan pengukuran-pengukuran yang
akurat serta generalisasi yang bersifat ilmiah bila kita dapat menemukan metodenya”.
Hasil karyanya yang berjudul New Aspect of Politics yang ditulis pada tahun 1925
akhirnya menjadi kekuatan intelektual yang berpengaruh dalam Chicago Round, dimana
para ilmuwan politik behavioralis yang lebih muda berkumpul kemudian mendirikan The
Leonard White, Horald Gosnell, Quinchy Wright, Horald Laswell, Frederich Schuman,
V. O. Key Jr, Gabriel Almond, Avery Leiserson, Herbert Simon dan David Truman.
Merriam sendiri percaya akan pentingnya manfaat ilmu dalam pelaksanaan prinsip-
prinsip demokrasi. Ia juga tidak pernah menentang pentingnya ilmu politik menjadi ilmu
tentang kebijaksanaan.
dalam ilmu politik di Amerika Serikat adalah pengaruh dari sekelompok sarjana Eropa,
dan di antara mereka begitu dipengaruhi oleh pendekatan-pendekatan ilmu politik yang
bersifat sosiologis. Kita dapat menyebutkan nama Marx di sini. Pada tahun 1867, Marx
mengatakan bahwa masyarakat bukanlah suatu kristal yang padat tetapi merupakan
organisme yang mampu secara konstan berubah. Tetapi pengaruh yang lebih besar datang
dari Comte, Durkheim, Weber dan Frued, semuanya dianggap sebagai perintis jalan bagi
terutama pada pengembangan suatu ilmu tentang masyarakat yang bersifat empiris dan
tentang sosial. Dalam tulisannya ia membahas dengan rinci pengaruh dari suatu
Perang Dunia II telah membuat banyak ilmuwan politik di Amerika Serikat turun
politik dan administratif yang terjadi di Washington dan tempat-tempat lainnya. Tahun-
politik, ekonomi, sosiologi dan psikologi sosial dari berbagai bagian negara tersebut.
Penekanan pada penelitian tentang sikap-sikap, motivasi serta persepsi dari individu telah
analisa isi atau kadar (content analysis), di mana statistik dimanfaatkan jauh lebih besar.
sumber data serta suatu metode verifikasi telah membawa para ilmuwan politik kepada
reliabilitas dan lain-lain. Para ilmuwan politik juga kini menangani masalah-masalah
yang selama ini merupakan monopoli ahli-ahli sosiologi dan psikologi. Kemudian
Pada masa ini, behavioralisme yang bersifat thrustonian yang lama mulai
ditinggalkan, karena konsepsinya tentang metode ilmiah didasarkan terlalu sempit dan
pilihannya terhadap sikap sebagai unit yang fundamental dianggap terlalu terbatas. Ilmu
politik pada saat itu berada di bawah pengaruh ahli-ahli sosiologi serta pendekatan
sistem. Tetapi antara tahun 1945-1955 sebagaimana yang ditunjukkan oleh Kirkpatrick,
suatu orientasi dan gerakan reformasi. Selama periode ini beberapa perangkat asumsi,
dengan gerakan behavioral dalam ilmu politik. Sejak awal tahun 1920-an, suatu dewan
riset ilmu sosial (Social Science Research Council) telah didirikan di Amerika Serikat.
Badan ini merupakan suatu badan swasta yang terdiri dari para ilmuwan sosial yang
metode yang lebih baik. Program ini mengarah pada berdirinya pusat penelitian lanjutan
ilmu perilaku di Palo Alto. Dengan metode statistik yang sudah begitu maju dan
Para ahli behavioralisme secara tegas dapat dibagi dalam sejumlah hal, seperti: a).
kemungkinan dan keinginan akan adanya suatu paradigma bagi ilmu politik secara
keseluruhan, b). keunikan serta kemiskinan akan hal-hal yang bersifat politik, c). peran
serta status penelitian terapan, dan d). kemungkinan, potensi dan keinginan akan
Pendekatan-Pendekatan Inter-Disipliner
teknologi dan struktur kelas, yang merupakan faktor-faktor yang erat hubungannya
dengan sosiologi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Gabriel Almond “Teori-teori politik
klasik lebih merupakan suatu sosiologi dan psikologi politik, serta teori yang bersifat
normatif daripada teori tentang proses politik”. Tahun 1920-an telah berdiri Social
Science Research Council, ilmu politik mulai terlibat dalam suatu kegiatan kerja ilmu
sosial yang bersifat inter-disiplin. Pada akhir tahun 1920-an dan awal tahun 1930-an, di
perhatian terhadap masalah-msalah yang bersifat normatif, filosofis dalam ilmu politik.
sosiologi politik lainnya menerapkan analisanya terhadap struktur birokrasi, seperti Max
Berakhirnya Perang Dunia II, juga menandakan bahwa para ilmuwan politik telah
dan psikologi ke dalam analisa politik, dan penelitian-penelitian tentang perilaku dalam
pemungutan suara serta sikap-sikap politik telah menjadi suatu pokok permasalahan
Berbagai istilah yang muncul, seperti: relativisme budaya, evolusi sosial, difusi
budaya dan akulturasi yang digunakan oleh ilmuwan politik merupakan konsep-konsep
dari antropologi. Demikian juga beberapa istilah teori politik yang kini digunakan secara
umum dalam antropologi. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat-
mereka, maka bantuan dari sosiologi dan antropologi sangatlah penting. Oleh karena itu
para ilmuwan politik harus mempelajari tentang studi kawasan (country studies), tidak
hanya meneliti elit-elit nasional atau kebijakan pemerintah pusat saja, melainkan juga
harus memperhatikan masalah-masalah politik lokal atau daerah. Sosiologi dalam ilmu
politik merupakan disiplin yang mempunyai asal-usul yang serupa. Sudah sejak lama
ilmu politik telah melibatkan dirinya dengan masalah-masalah negara dan masyarakat.
Kita perlu melihat ilmu sosial sebagai suatu “total enterprice”, serta: a). mengamati
sistem tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan, b). mempelajari pengaruh suatu
pembaharuan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan itu, c). menganalisa sistem
mengatur (directif).
Pendekatan ilmu sosial juga akan sangat membantu para ilmuwan politik dalam
memberi penekanan pada aspek-aspek prosesional dalam sistem itu. Penelitian terhadap
ketegangan yang timbul dalam pengaturan budaya, di mana sosiologi begitu menaruh
model penukaran yang didasarkan pada alokasi beban, pembagian kerja secara politik
dan sebagainya. Namun bukan berarti hal baru ini kemudian menggeser sosiologi politik
secara keseluruhan, karena ilmu politik akan terus menaruh perhatian pada masalah-
msalah yang tidak dapat dipecahkan dari sudut pandang ekonomi saja.
Hal yang begitu mendasar membedakan ilmu politik dan psikologi, sehingga
pengalaman yang mengandung risiko dan sungguh membingungkan. Oleh karena itu,
memanfaatkan secara penuh perkembangan teori dan kerangka konseptual yang terjadi
dalam bidang psikologi untuk tujuan analisa politik. Bagian terpenting dalam psikologi
dianggap sebagai salah satu dari dua model pemikiran paling berpengaruh, yang muncul
dalam peradaban barat pada dua abad belakangan ini. Satu orang lainnya ialah Marx.
Pemikiran Freud menjadi pengaruh besar terhadap ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan
daripada terhadap psikiatri. Freud sendiri sama sekali tidak mempercayai manusia dalam
masyarakat. Ilmu psikologi semacam ini tentu saja belum dapat memberikan pengaruh
Pada awal tahun 1930-an, Karen Horney, Erich Fromm dan Harry Stack Sullivan
dan sering digambarkan sebagai Neo-Freudians. Erich Fromm dan Karen Horney justru
lebih dipengaruhi oleh Karl Marx. Teori psiko-analisa baik socialised psico-analysis
khususnya di Amerika Serikat setelah Perang Dunia II. Ahli-ahli psikologi terkemuka
masa itu seperti Heinz Hartmann, Thimas French dan Erik H. Erikson telah menggunakan
suatu pendekatan terhadap psiko-analisa yang secara metodologis lebih dapat diterima.
menjadi post-behavioralis menyadari bahwa terlalu banyak waktu yang terbuang oleh
mereka, untuk penelitian-penelitian yang dangkal dan sering kali tidak relevan. Mereka
pola pemeliharaan dan sebagainya dengan bidang pekerjaan yang dilakukan kadang-
1. Dalam penelitian politik, substansi atau isi pokok harus mendahului teknik.
3. Ilmu politik selama masa behavioral, secara penuh telah melepaskan dirinya dari
sistem nilai, telah memberikan penekanan yang begitu besar kepada paham-
fpham keilmiahan serta pendekatan yang bebas nilai, sehingga masalah nilai
politik bahwa sebagai kaum intelektual mereka mempunyai peranan yang harus
terlibat di dalamnya, mereka tidak akan pernah menjauhkan diri dari tindakan-
tindakan nyata.
7. Apabila diakui bahwa, a). kaum intelektual memiliki peranan positif dalam
masyarakat dan b). peranan ini berusaha menentukan tujuan yang pantas bagi
diperlukan.
III. Kesimpulan
Adapun buku berjudul “Teori Politik Modern” yang ditulis oleh SP. Varma
merupakan sebuah referensi yang cukup lengkap. Dalam buku ini dibahas terkait
perkembangan politik modern ala Barat, terutama Amerika Serikat. Namun dalam buku
ini tidak menjelaskan lebih banyak bagaimana perluasan pengaruhnya terhadap dunia
timur atau terhadap belahan dunia lainnya. Penjelasannya sangat bergantung pada
pendapat dan pandangan para ilmuwan politik Eropa dan Amerika. Pembahasan
politik yang lebih dalam seharusnya menjelaskan prosesi pengaruh terhadap dunia,
misalnya: pemikiran politik Karl Marx yang sangat berpengaruh pada belahan dunia
bagian timur (Asia). Namun, tidak dijelaskan lebih jauh dalam konteks pemahaman
politik baru dalam buku ini yang jauh lebih banyak menjelaskan pengaruhnya pada
Setelah membaca buku berjudul “Teori Politik Modern”, khususnya di Bab I yang
bahwa SP. Varma mencoba menguraikan perkembangan ilmu politik dari barat terutama
Dalam buku ini juga cukup dijelaskan bahwa tradisonalisme merupakan kaum yang
merupakan paham dari kaum yang tidak puas atas hasil capaian kaum behavioralis dan
mulai mencoba untuk mendorong ilmu politik lebih maju lagi ke arah baru. Dalam buku
ini, seharusnya SP. Varma menguraikan lebih engkap tentang beberapa peradaban yang
pernah hidup, tidak hanya didasarkan atas gerakan modern yang pernah terjadi di
Amerika Serikat dan Eropa, namun gerakan ilmu politik di Asia pun juga penting untuk
bahwa di Asia juga sudah berkembang kebudayaan dalam politik, seperti China dan
Indiaa. Terhitung sudah begitu banyak tulisan-tulisan politik yang bermutu, bahkan di
Indonesia sendiri kita dapat menemukan karya-karya besar yang membahas masalah
Bahan Bacaan
Budiardjo, Miriam. (2021). Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi cetakan ketujuhbelas).
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.