Anda di halaman 1dari 10

1.

Setujukah anda terhadap pendapat yang mengatakan bahwa ilmu politik merupakan ilmu

pengetahuan social yang paling tua? Berikan argumentasi anda.

2. Mengapa karya2 sastra yang ditulis oleh Prapanca, Kautilya, atau Confucius dianggap pula

sebagai karya2 dalam ilmu politik?

3. Bagaimana hubungan antara bidang kajian lembaga2 politik dengan teori politik?

4. Apakah media massa dapat dianggap sebagai salah satu bidang kajian ilmu politik?

Jelaskan.

5. Mengapa Negara disebut sebagai suatu bentuk masyarakat yang paling penting?

6. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan? Konsep2 apakah yang dianggap paling penting

untuk menjelaskan dimensi kekuasaan?

7. Jelaskan sehingga terlihat perbedaan dari

berbagai pendekatan dalam ilmu politik berikut:

Pendekatan legal/institusional (tradisional)


Pendekatan perilaku dan pasca perilaku
Pendekatan neo-marxis
Teori ketergantungan
Pendekatan pilihan rasional
Pendekatan institusionalisme baru

8. Ada 2 aliran pemikiran tentang demokrasi yang dianggap paling penting. Sebutkan dan

jelaskan perbedaannya.

9. Jelaskan perbedaan antara demokrasi konstitusional abad ke-19 dan demokrasi

konstitusional abad ke-20

10. Sejarah perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi dalam 4 masa. Sebutkan dan jelaskan
perbedaan2nya.

11. Menurut pendapat saudara, apa itu:


a. Politik
b. Ilmu politik

12. Tindakan atau perilaku yang bagaimana yang dapat dikategorikan sebagai tindakan atau

perilaku politik? Kemukakan sebuah contoh

13. Apa itu sosialisasi politik?

14. Apa itu partisipasi politik

15. Apa itu budaya politik?

16. Sebutkan dan jelaskan secara singkat 3 macam/bentuk/jenis budaya politik

17. Sebutkan dan jelaskan secara singkat 3 nilai yang mendasari gaya hidup dan sistem

politik komunisme.

18. Sebutkan dan jelaskan secara singkat nilai-nilai demokrasi menurut Henry B. Mayo

19. Apa itu hak asasi manusia?

20. Jelaskan secara singkat hak-hak asasi manusia di Indonesia pada Masa Demokrasi

Parlementer, Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Pancasila, dan Masa Reformasi.

JAWABAN :

1. Ilmu politik disebut sebagai ilmu pengetahuan sosial paling tua karena ilmu politik
berkembang sejak peradaban Yunani kuno. Dan dikembangkan di dunia Timur seperti di
Cina dan India selama masa peradaban kuno.dan ilmu politik suda ada sejak manusia lahir.

2. Karena walaupun tidak membicarakan politik secara khusus tetapi mereka membicarakan
tentang kedudukan manusia di alam semesta, tujuan hidup, serta persyaratan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu dengan dibumbui legenda mitos.

3. Biadang kajian lembaga-lembaga politik sangat erat kaitannya dengan teori politik
terutama karena tujuan lembaga pada umumnya ditentukan oleh doktrin dan filsafat yang
tercakup dalam kajian teori politik.
4. Media massa termasuk dalam kajian bidang ilmu politik did lam bidang partai-partai,
golongan-golongan dan pendapat umum. Studi ini mengkaji pembentukan pendapat umum
dan partisipasi warga Negara.

5. Karena cakupan kekuasaannya yang luas.

6. Kekuasaan adalah Kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi prilaku
seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan para pelaku.

7. Ilmu politik mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan munculnya beberapa
pendekatan (approaches) yaitu Pendekatan Legal (yuridis) dan Institusional telah disusul
dengan Pendekatan Perilaku, Pasca-Perilaku, dan Pendekatan Neo-Marxis. Selanjutnya
muncul dan berkembang pendekatan-pendekatan yang lainnya seperti Pilihan Rasional
(Rational Choice), Teori Ketergantungan (Dependency Theory), dan Institusionalisme Baru
(New Institutionalism). Seorang sarjana politik terkemuka, Vernon van Dyke mengatakan
bahwa : Suatu Pendekatan (approach) adalah kriteria untuk menyeleksi masalah dan data
yang relevan. Dengan kata lain, istilah pendekatan mencakup standar atau tolak ukur yang
dipakai untuk memilih masalah, menentukan data mana yang akan diteliti dan data mana
yang akan dikesampingkan Pendekatan

Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan Legal/Institusional sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai
berkembang abad 19 sebelum Perang Dunia II. Dalam pendekatan ini negara menjadi
fokus pokok, terutama segi konstitusional dan yuridisnya. Bahasan tradisional
menyangkut antara lain sifat dari UUD, masalah kedaulatan, kedudukan dan
kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen,
badan eksekutif, dan badan yudikatif. Bahasan ini lebih bersifat statis dan deskiptif
daripada analitis, dan banyak memakai ulasan sejarah.
Yang terjadi, pendekatan tradisional lebih sering bersifat normatif (yaitu sesuai dengan
ideal atau standar tertentu) dengan mengasumsikan norma-norma demokrasi Barat. Di
samping itu, bahasan biasanya terbatas pada negara-negara demokrasi Barat, seperti
Inggris, Amerika, Prancis, Belanda dan Jerman. Pendekatan ini cenderung untuk
mendesak konsep kekuasaan dari kedudukan sebagai satu-satunya faktor penentu,
sehingga menjadi hanya salah satu dari sekian banyak faktor (sekalipun mungkin
penentu yang paling penting) dalam proses menbuat dan melaksanakan keeputusan
Pendekatan Perilaku
Pendekatan Perilaku timbul dan mulai berkembang di Amerika pada tahun 1950-an
seusai Perang Dunia II. Adapun sebab-sebab kemunculannya adalah sebagai
berikut. Pertama, sifat desktiptif dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan, karena
tidak realistis dan sangat berbeda dengan kenyataan sehari-hari. Kedua, ada
kekhawatiran bahwa jika ilmu politik tidak maju dengan pesat, ia akan ketinggalan
dibanding dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti sosiologi dengan tokohnya Max Weber
(1864-1920) dan Talcott Parson (1902-1979), antropologi dan psikologi. Ketiga, di
kalangan pemerintah Amerika telah muncul keraguan mengenai kemampuan sarjana
ilmu politik untuk menerangkan fenomena politik.
Salah satu pemikiran pokok dari Pendekatan Perilaku ialah bahwa tidak ada gunanya
membahas lembaga-lembaga formal, karena pembahasan seperti itu tidak banyak
memberi informasi mengenai proses politik yang sebenarnya. Sebaliknya, lebih
bermanfaat untuk mempelajari perilaku (behaviour) manusia karena merupakan gejala
yang benar-benar dapat diamati. Pendekatan ini tidak menganggap lembaga-lembaga
formal sebagai titik sentral atau sebagai aktor yang independent, tetapi hanya sebagai
kerangka bagi kegiatan manusia.
Mereka pada umumnya meneliti tidak hanya perilaku dan kegiatan manusia,
melainkan juga orientasinya terhadap kegiatan tertentu seperti sikap, motivasi,
persepsi, evaluasi, tuntutan, harapan, dan sebagainya.
Salah satu ciri khas Pendekatan Perilaku ini ialah pandangan bahwa masyarakat dapat
dilihat sebagai suatu sistem sosial, dan negara sebagai suatu sistem politik yang
menjadi subsistem dari sistem sosial. Gabriel Almond berpendapat bahwa semua
sistem mempunyai struktur (institusi atau lembaga) dan unsur-unsur dari struktur ini
menyelenggarakan beberapa fungsi. Fungsi ini bergantung pada sistem dan juga
bergantung pada fungsi-fungsi lainnya. Konsep ini sering disebut pandangan
structural-functional
Pendekatan Neo-Marxis

Sementara para penganut Pendekatan Perilaku sibuk menangkis serangan dari para
sarjana Pasca-Perilaku, muncullah kritik dari kubu lain, yaitu dari kalangan Marxis.
Para Marxis ini, yang sering dinamakan Neo-Marxis untuk memmbedakan mereka
dari orang Marxis klasik yang lebih dekat dengan komunisme, bukan merupakan
kelompok yang ketat organisasinya atau mempunyai pokok pemikiran yang sama.
Kebanyakan kalangan Neo-Marxis adalah cendekiawan yang berasal dari kalangan
borjuis dan seperti cendekiawan di mana-mana, enggan menggabungkan diri dalam
organisasi besar seperti partai politik atau terjun aktif dalam kegiatan politik praktis.
Hanya ada satu atau dua kelompok yang militan antara lain golongan Kiri Baru (New
Left).

Salah satu kelemahan yang melekat pada golongan Neo-Marxis adalah bahwa mereka
mempelajari Marx dalam keadaan dunia yang sudah banyak berubah. Marx dan Engels
tidak mengalami bagaimana pemikiran mereka dijabarkan dan diberi tafsiran khusus
oleh Lenin. Tafsiran ini kemudian dibakukan oleh Stalin dan diberi nama Marxisme-
Leninisme dan Komunisme. Selain itu karya Marx dan Engels sering ditulis dalam
keadaan terdesak waktu sehingga tidak tersusun secara sistematis, sering bersifat
fragmentaris dan terpisah-pisah. Dengan demikian banyak masalah yang oleh
golongan Neo-Marxis dianggap masalah pokok, hanya disinggung sepintas lalu atau
tidak disinggung sama sekali.
Fokus analisis Neo-Marxis adalah kekuasaan serta konflik yang terjadi dalam negara.
Mereka mengecam analisis struktural-fungsional dari para behavioralis karena
terlampau mengutamakan harmoni dan keseimbangan sosial dalam suatu sistem
politik. Menurut pandangan struktural-fungsional, konflik dalam masyarakat dapat
diatasi melalui rasio, iktikad baik, dan kompromi, dan ini sangat berbeda dengan titik
tolak pemikiran Neo-Marxis.

Pendekatan Ketergantungan (Dependency Theory)

Kalangan lain yang juga berada dalam rangka teori-teori kiri, yang kemudian dikenal
sebagai Teori Ketergantungan, adalah kelompok yang menkhususkan penelitiannya
pada hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga.
Bertolak dari konsep Lenin mengenai imperalisme, kelompok ini berpendapat bahwa
imperalisme masih hidup, tetapi dalam bentuk lain yaitu dominasi ekonomi dari
negara-negara kaya terhadap negara-negara yang kurang maju.

Pembangunan yang dilakukan negara-negara yang kurang maju atau Dunia Ketiga,
hampir selalu berkaitan erat dengan kepentingan pihak Barat. Pertama, negara bekas
jajahan dapat menyediakan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Kedua,
negara kurang maju dapat menjadi pasar untuk hasil produksi negara maju, sedangkan
produksi untuk ekspor sering ditentukan oleh negara maju.
Yang menarik dari tulisan-tulisan kalangan pendukung Teori Ketergantungan, yang
pada awalnya memusatkan perhatian pada negara-negara Amerika Selatan adalah
pandangan mereka yang membuka mata kita terhadap akibat dari dominasi ekonomi
ini. Ini bisa terlihat dari membubungnya utang dan kesenjangan sosial-ekonomi dari
pembangunan di banyak negara Dunia Ketiga

Pendekatan Pilihan Rasional (Rational Choice)

Pendekatan ini muncul dan berkembang belakangan sesudah pertentangan antara


pendekatan-pendekatan yang dibicarakan di atas mencapai semacam konsensus yang
menunjukkan adanya plularitas dalam bermacam-macam pandangan. Ia juga lahir
dalam dunia yang bebas dari peperangan besar selama empat dekade, di mana seluruh
dunia berlomba-lomba membangun ekonomi negaranya. Berbagai variasi analisis telah
mengembangkan satu bidang ilmu politik tersendiri, yaitu Ekonomi Politik (Political
Economy). Dikatakan bahwa Manusia Ekonomi (Homo Economicus) karena melihat
adanya kaitan erat antara faktor politik dan ekonomi, terutama dalam penentuan
kebijakan publik. Teknik-teknik formal yang dipakai para ahli ekonomi diaplikasikan
dalam penelitian gejala-gejala politik. Metode induktif akan menghasilkan model-
model untuk berbagai tindakan politik.
Inti dari politik menurut mereka adalah individu sebagai aktor terpenting dalam dunia
pollitik. Sebagai makhluk rasional ia selalu mempunyai tujuan-tujuan (goal-seeking
atau goal-oriented) yang mencerminkan apa yang dianggap kepentingan diri sendiri.
Ia melakuaan hal itu dalam situasi terbatasnya sumber daya dan karena itu ia perlu
menbuat pilihan. Pelaku Rational Action ini, terutama politisi, birokrat, pemilih dan
aktor ekonomi, pada dasarnya egois. Optimalisasi kepentingan dan efisiensi
merupakan inti dari teori Rational Choice.

Pendekatan Institusionalisme Baru

Institusionalisme Baru (New Institutionalism) berbeda dengan pendekatan-pendekatan


yang diuraikan sebelumnya. Ia lebih merupakan suatu visi yang meliputi beberapa
pendekatan lain. Institusionalisme Baru mempunyai banyak aspek dan variasi seperti
Institusionalisme Baru Sosiologi, Institusionalisme Baru Ekonomi, dan sebagainya.
Institusionalisme Baru merupakan penyimpangan dari Institusionalisme Lama.
Institusionalisme Lama mengupas lembaga-lembaga kenegaraaan seperti apa adanya
secara statis. Berbeda dengan itu Institusionalisme Baru melihat institusi negara
sebagai hal yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu misalnya membangun
masyarakat yang lebih makmur.
Institusionalisme Baru sebenarnya dipicu oleh pendekatan behavioralis yang melihat
politik dan kebijakan publik sebagai hasil dari perilaku kelompok besar atau massa,
dan pemerintahan sebagai institusi yang hanya mencerminkan kegiatan massa itu.
Bentuk dan sifat dari institusi ditentukan oleh para aktor serta pilihannya.
Pendekatan Institusionalisme Baru menjelaskan bagaimana organisasi institusi itu, apa
tanggung jawab dari setiap peran dan bagaimana peran dan intitusi berinteraksi.

Inti dari Institusionalisme Baru dirumuskan oleh Robert E. Goodin sebagai berikut:
1. Aktor dan kelompok melaksanakan proyeknya dalam suatu konteks yang dibatasi
secara kolektif.
2. Pembatasan-pembatasan itu terdiri dari institusi-institusi, yaitu a) pola norma dan
pola peran yang telah berkembang dalam kehidupan sosial, dan b) perilaku dari
mereka yang memegang peran itu. Peran itu telah ditentukan secara sosial dan
mengalami perubahan terus-menerus.
3. Sekalipun demikian, pembatasan-pembatasan ini dalam banyak hal juga memberi
keuntungan bagi individu atau kelompok dalam mengejar proyek mereka msing-
masing.
4. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang membatasi kegiatan individu dan
kelompok, juga memengaruhi pembentukan prefensi dan motivasi dari aktor dan
kelompok-kelompok.
5. Pembatasan-pembatasan ini mempunyai akar historis sebagai peninggalan dari
tindakan dan pilihan-pilihan masa lalu.
6. Pembatasan-pembatasan ini mewujudkan, memelihara, dan memberi peluang serta
kekuatan yang berbeda kepada individu dan kelompok masing-masing.
Institusionalisme Baru menjadi sangat penting bagi negara-negarra yang baru
membebaskan diri dari cengkeraman suatu rezim yang otoriter serta represif. Dalam
proses ini nilai kembali memainkan peran penting.
Perbedaan Institusionalisme Baru dengan Institusionalisme Lama ialah perhatian
Institusionalisme Baru lebih tertuju pada analisis ekonomi, kebijakan fiskal dan
moneter, pasar dan globalisasi ketimbang pada masalah konstitusi yuridis. Dapat
dikatakan bahwa ilmu politik, dengan mengembalikan fokus atas negara termasuk
aspek legal/institusionalnya, telah mengalami suatu lingkaran penuih (full circle).

8. Liberalisme adalah sebuah ideologi yang mengagungkan kebebasan. Ada dua macam
Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme Modern. Liberalisme Klasik
timbul pada awal abad ke 16. Sedangkan Liberalisme Modern mulai muncul sejak abad ke-
20. Namun, bukan berarti setelah ada Liberalisme Modern, Liberalisme Klasik akan hilang
begitu saja atau tergantikan oleh Liberalisme Modern, karena hingga kini, nilai-nilai dari
Liberalisme Klasik itu masih ada. Liberalisme Modern tidak mengubah hal-hal yang
mendasar ; hanya mengubah hal-hal lainnya atau dengan kata lain, nilai intinya (core
values) tidak berubah hanya ada tambahan-tanbahan saja dalam versi yang baru. Jadi
sesungguhnya, masa Liberalisme Klasik itu tidak pernah berakhir.

Dalam Liberalisme Klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah


diagungkan. Setiap individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing yang akan
menghasilkan paham baru. Ada dua paham, yakni demokrasi (politik)
dan kapitalisme (ekonomi). Meskipun begitu, bukan berarti kebebasan yang dimiliki
individu itu adalah kebebasan yang mutlak, karena kebebasan itu adalah kebebasan yang
harus dipertanggungjawabkan. Jadi, tetap ada keteraturan di dalam ideologi ini, atau
dengan kata lain, bukan bebas yang sebebas-bebasnya

9. Demokrasi Konstitusional dalam Abad ke-19 (Negara Hukum Klasik)


Kekuasaan pemerintah adalah dengan suatu konstitusi, apakah ia bersifat naskah (written
constitution) atau tak bersifat naskah (unwritten constitution). Undang-undang dasr itu
menjamin hak-hak politik dan menyelenggarakan pembagian kekuasaan negara sedemikian
rupa, sehingga kekuasaan eksekutif diimbangi dengan kekuasaan parlemen dan lembaga-
lembaga hukum. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme (constitutionalism), sedangkan
yang menganut gagasan ini dinamakan Contitutional State atau Rechsstaat.
Constitutionalism is a idea which states that government is a set of activities organized
and operated on behalf of the people but subject to a series of restraints which attempt to
ensure that the power which is needed for such governance is not abused by those who are
called upon to do the governing(Konstitusionalisme adalah gagasan bahwa pemerintah
merupakan suatu kumpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi yang
tunduk kepada beberapa pembatasan yang dimaksud untuk memberi jaminan bahwa
kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang
mendapat tugas untuk memerintah).[1] Carl J. Friedrich.
Pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, gagasan mengenai perlunya pembatasan
mendapat perumusan yuridis. Ahli-ahli hukum Eropa Barat Kontinental seperti Immanuel
Kant (1724-1904) dan Friedrich Julius Stahl memakai istilah Rechtsstaat, sedangkan
ahli Anglo Saxon (negara-negara maritim yang terletak di Eropa) seperti A.V. Dicey
memakai istilah Rule of Law.
Empat Unsur Rechtsstaat menurut Stahl :
a. Hak-hak manusia
b. Pemisahan dan pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu (di negara-negara
Eropa Kontinental biasanya disebut Trias Politica)
c. Pemerintah bedasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid van bestuur)
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan
Demokrasi Konstitusionil dalam Abad ke-20

Dalam abad ke-20, terutama sesudah Perang Dunia II telah terjadi perubahan-perubahan
sosial dan ekonomi yang sangat besar. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain banyaknya kecaman terhadap ekses-ekses dalam industrialisasi dan
sistim kapitalis; tersebarnya faham sosialisme yang menginginkan pembagian kekayaan
secara merata serta kemenangan dari beberapa partai sosialis di Eropa, seperti di Swedia,
Norwegia dan pengaruh aliran ekonomi yang dipelopori ahli ekonomi Inggris John
Maynard Keynes (1883-1946).
Gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga negara
baik di bidang sosial maupun di bidang ekonomi (staats-onthouding dan laissez faire)
lambat laun berubah menjadi gagasan bahwa pemerintah bertanggungjawab atas
kesejahteraan rakyat dan karenanya harus aktif mengatur kehidupan ekonomi dan sosial.
Pada dewasa ini dianggap bahwa demokrasi harus meluas mencakup dimensi ekonomi
dengan suatu sistim yang menguasai kekuatan-kekuatan ekonomi dan yang berusaha
memperkecil perbedaan sosial dan ekonomi, terutama perbedaan-perbedaan yang timbul
dari distribusi kekayaan yang tidak merata. Negara semacam ini dinamakan welfare state
(negara kesejahteraan) atau social service state (negara yang memberi pelayanan kepada
masyarakat)

KESIMPULAN
Demokrasi telah ada sejak lama, dan prakteknya terus dikembangkan hingga saat ini untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Telah terbukti bahwa Demokrasi
merupakan sistem pemerintahan yang lebih baik dari segala macam sistem lainnya. Bahkan
sistem pemerintahan kerajaan absolut seperti yang dianut oleh Inggris dan Belanda sudah
memiliki unsur demokrasi dalam sistemnya.

Meskipun praktek demokrasi di Indonesia belum menemui titik terang atau titik
puncaknya, namun dengan fondasi yang kuat dan dengan segala pengalaman politik dan
sosial dalam masyarakat, dapat dipastikan bahwa sistem pemerintahan di Indonesia masih
dapat berkembang lebih baik lagi
10 1. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan.
Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Kedua, presiden yang secara konstitusional ada
kemungkinan untuk menjadi dictator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan
terbentuknya sejumlah partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi system kepartaian di
Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik kita.

2. 2. Perkembangan demokrasi parlementer (1945-1959)


Pada masa ini adalah masa kejayaan demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi
dapat ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat atau
parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan

3. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Politik pada masa ini diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat antara ketiga kekuatan politik yang
utama pada waktu itu, yaitu: presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia, dan Angkatan Darat.
Karakteristik yang utama dari demokrasi terpimpin adalah: menggabungkan sistem kepartaian,
dengan terbentuknya DPR-GR peranan lembaga legislatif dalam sistem politik nasionall menjadi
sedemikian lemah, Basic Human Right menjadi sangat lemah, masa demokrasi terpimpin adalah masa
puncak dari semnagt anti kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses
hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
4. Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru
Perkembangan yang terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan antara kekuasaan negara dengan
masyarakat. Negara Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom,
dan sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan danproses formulasi
kebijakan. Kedaan ini adalah dampak dari (1) kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar dalam
pemilu yang memberi legitimasi politik yangkuat kepada negara; (2) dijalankannya regulasi-regulasi
politik semacam birokratisasai, depolitisasai, dan institusionalisasi; (3) dipakai pendekatan keamanan;
(4) intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan kepda negara
untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi; (5) tersedianya sumber biaya pembangunan,
baik dari eksploitasi minyak bumi dan gas serta dari komoditas nonmigas dan pajak domestik,
mauppun yang berasal dari bantuan luar negeri, dan akhirnya (6) sukses negara orde baru dalam
menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan pokok rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat
yang potensinya muncul karena sebab struktural.
11.a. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.

b. ilmu politik adalah masalah yang paling hakiki dalam kehidupan masyarakat manusia.

12. Pengertian sosialisasi politikadalah proses di mana orang belajar tentang politik dan
mengembangkan orientasi pada politik.
13. Pengertian partisipasi politik adalah kegiatan warganegara yang bertujuan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan politik.\

14. Kata Budaya politik berasal dari dua buah kata, yakni budaya dan politik. Kata budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah. Buddhayah artinya bentuk jamak dari
buddhi, yang berarti akal atau budi

15.

Anda mungkin juga menyukai