No. Bp : 1910831025
1. Pengantar
Mengamati kegiatan poitik dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung perspektif atau
kerangka acuan yang kita pakai. Istilah pendekatan mencakup standar atau tolak ukur yang
dipakai untuk memilih masalah, menentukan data mana yang akan diteiti dan data mana yang
akan dikesampingkan. Dalam sejarah perkembangannya, ilmu poltik telah mengenal
beberapa pendekatan.
2. Pendekatan
Pendekatan Legal/Institusional
Disebut juga pendekatan tradisional yang berkembang pada abad 19 sebelum perang dunia II.
Pendekatan tradisional ni mencakup unsur legal maupun unsur institusional. Peneliti
tradisional tidak mengkaji apakah lembaga itu memang terbetuk dan berfungsi seperti yang
dirumuskan didalam naskah resmi dsb. Pendekatan tradisional lebih sering bersifat normatif
dengan mengasumsikan norma demokrasi barat. Pendekatan ini cenderung untuk mendesak
konsep kekuasaan dari kedudukan sebagai suatu faktor penentu.
Pendekatan Perilaku
Salah satu pemikirannya adalah tidak ada gunanya membahas lembaga formal, karena tidak
banyak memberi informasi tentang proses politik sebenarnya. Mereka pada umumnya
meneliti tidak hanya pada perilaku dan kegiatan manusia, melainkan juga orientasnya
terhadap kegiatan tertentu. Pendekatan perilaku menampilkan ciri khas revousioner yaitu
suatu orientasi kuat untuk lebih mengilmiahkan politik. Ada lagi cirinya, pandangan bahwa
masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem sosial dan negara sebagai suatu sistem politik
yang menjadi subsistem dari sistem nasional.
Ada yang mengkritik pendekatan perilaku tidak mempunyai relevansi dengan realitas politik
dan terlalu banyak memusatkan perhatian pada masalah yang kurang penting. Pada tahun
1960 juga ada pertentangan dari kaum behavioralis sendiri.
Kemunculan paradigma ini pada tahun 1960, menutupi kelemahan masing-masing paradigma
tradisional dan perilaku. Inti dari paradigma ini adalah menggunakan institusi dan perilaku
dalam menjelaskan fenomena politik yang ada. Paradigma ini juga mengkritik pendekatan
perilaku yang mengabaikan aspek nilai (value). Sebab nilai dalam perilaku seseorang
dibutuhkan untuk menjelaskan perubahan politik yang terjadi
pendekatan Neo-Marxis
kebanyakan kalangan Neo-marxis berasal dari kalangan borjuis yang cendikiawan. Disatu
pihak mereka menolak komunisme dari Uni Soviet, tetapi mereka juga tidak setuju dengan
aspek dari masyarakat kapitalis di mana mereka berada. Salah satu kelemahan pemikiran
Neo-Marxis adalah bahwa mereka mempelajari Marx dalam keadaan dunia yang sudah
banyak berubah. Fokus analisis Neo-Marxis adalah kekuasaan serta konflik yang terjadi
dalam negara. Bagi mereka, konflik antarkelas merupakan proses dialektis paling penting
dalam mendorong perkembangan masyarakat dan semua gejala politik harus dilihat dalam
rangka koflik antar kelas ini.
Adalah kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada hubungan antara negara Dunia
Pertama dan Dunia Ketiga. Kelompok ini berpendapat bahwa imperialisme masih hidup
tetapi dalam bentuk lain yaitu dominasi ekonomi dari negara kaya terhadap negara yang
kurang maju.
Kesimpulan
Tak dapat dipungkiri bahwa akibat dari perkembangan berbagai pendekatan terhadap gejala-
gejala politik yang diuraikan di atas adalah terakumulasinya pengetahuan. Analisis dan
polemik antara para sarjana yang kadang-kadang sengit sifatnya telah memperkaya khazanah
analisis. Interaksi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya juga telah memperluas cakrawala. Hasil
dari dialog ini sangat mendorong berkembangnya ilmu politik itu sendiri, baik di bidang
pembinaan teori , maupun di bidang penelitian perbandingan antara negaranegara maju
dengan negara-negara berkembang. Kesadaran ini membuat para sarjana ilmu politik lebih
toleran terhadap pandangan sarjana lain. Masing-masing paradigma tidak lagi bersaing, tetapi
saling melengkapi dengan saling meminjam konsep dan alat analisis.