Anda di halaman 1dari 4

NAMA: ZUHRAN RAMADHAN

NPP: 31.1073
KELAS: H5
ABSEN:. 18

1. Perkembangan ilmu politik yang dipengaruhi iilmu sosial ilainya.


Dalam perkembangannya iilmu ipolitik banyak dipengaruhi ioleh iilmu-ilmu isosial iyang ilain
iseperti isosiologi, ipsikologi imaupun iilmu ihukum. iIlmu ipolitik idilihat isebagai ibagian idari
iilmu isosial iyang imemiliki idasar, ikerangka, ipusat iperhatian idan icakupan iyang ijelas idan
iterinci, imemang iilmu ipolitik ibaru ilahir ipada iakhir iabad ike-19. iDalam isejarah
iperkembangannya iilmu ipolitik ibanyak idipengaruhi ioleh iilmu-ilmu isosial iyang ilain,
imisalnya iilmu ihukum, isosiologi idan ipsikologi. iKetika iperkembangan iilmu ipolitik ibanyak
idipengaruhi ioleh iilmu ihukum, ipusat iperhatian iutama iadalah inegara, iyang idikenal isebagai
itradisi iyuridis iformal. iTradisi iini iterutama iberkembang idi iJerman, iAustria idan iPrancis.
iSedangkan idi iInggris, iperkembangan iilmu ipolitik ibanyak idipengaruhi ioleh ifilsafat imoral.
iPrancis idan iInggris imemang ikemudian imenjadi iujung itombak idalam iperkembangan iilmu
ipolitik isebagai idisiplin itersendiri, isetelah idibentuknya iEcole iLibere ides iSciences iPolitiques
idi iPerancis i(1870) idan iLondon iSchool iof iEconomics iand iPolitical iScience idi iInggris
i(1895). iTradisi iyuridis iformal iyang idipengaruhi ioleh iilmu ihukum iini ijuga imempengaruhi
ikajian iilmu ipolitik iIndonesia. iMelalui isarjana-sarjana iBelanda imisalnya, itradisi iini
imembekas ipada isebagian ibesar ipemikiran itokoh-tokoh ipergerakan inasional. iMereka iini
imemperoleh ipengetahuan ipolitik idari imata ikuliah iilmu inegara imaupun ikarya-karya idari
itokoh-tokoh iseperti: iR. iKranenburg idan iLogemann. i
Perkembangan iilmu politik idi Amerika serikat idipengaruhi ioleh ispektrum iyang ilebih iluas.
iKajian iilmu politik idi ibenua ibaru iyang ditemukan ioleh iColumbus iini, iberpijak ipada iide
irasionalitas iYunani, iide yuridis iRomawi, iide ikenegaraan Jerman, iide-ide ipersamaan,
ikebebasan idan ikekuasaan ikenegaraan idari iJerman, idan iide-ide ipersamaan, kebebasan idan
ikekuasaan iyang iberasal idari iInggris idan prancis. i
Selanjutnya iilmu ipolitik ilebih ibanyak imenggunakan ikonsep-konsep isosiologi idan ipsikologi,
idan isering imenonjolkan iaspek idinamika ipolitik itingkat imassa. iSedangkan ihubungan
iinternasional, iyang imerupakan ikajian ikeempat iberkembang imenjadi ikajian itersendiri;
ibahkan idi ibeberapa iuniversitas iberkembang imenjadi idepartemen iatau ifakultas itersendiri.
iPerkembangan ilain idari ipolitik iialah imunculnya istudi imengenai ipembangunan ipolitik
i(Political iDevelopment). iKajian iini imenelaah idampak ipembangunan isosial iekonomi
iterhadap isusunan imasyarakat, ikhususnya ibagaimana pengaruh lembaga-lembaga ipolitik
iterhadap iperubahan-perubahan iyang iterjadi idalam imasyarakat.

2. pengertian politik paling sedikit 5(lima) dan definisi ilmu politik


 Roger F. Soltau
Pengertian politik menurut Roger F. Soltau adalah ilmu yang mempelajari tentang Negara,
tujuan-tujuan Negara, dan lembaga-lembaga Negara yang akan melaksanakan tujuan tersebut
dan hubungan antara Negara dengan warga negaranya serta Negara lain.
 Ramlan Surbakti
Pengertian politik menurut Ramlan Surbakti adalah proses iteraksi antara pemerintah dan
masyarakat untuk menentukan kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.
 Prof. Miriam Budiardjo
Pengertian politik menurut Prof. Miriam Budiardjo adalah macam-macam kegiatan dalam suatu
sistem politiki (negara) yang menyangkut proses menentukan dari tujuan-tujuan dari sistem itu
dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
 W.A Robson
Pengertian politik menurut W.A. Robson adaah ilmu yang mempelajari tentang kekuasaan dalam
masyarakat, yakni sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil.
 Aristoteles
Pengertian politik menurut Aristoteles adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama.

3. Diambil dalam buku berjudul “Dasar - Dasar Ilmu Politik” oleh Prof Miriam Budiardjo
 Negara
Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang sah
dan ditaati oleh rakyatnya.
 Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi perilaku
seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan para pelaku.
 Pengambilan Keputusan
Keputusan ( decision ) adalah hasil dari membuat pilihan diantara beberapa alternatif,
sedangkan istilah Pengambilan Keputusan ( decision making ) menunjuk pada proses yang terjadi
sampai keputusan itu tercapai.
 Kebijakan Umum ( Public Policy, Beleid )
Kebijakan ( policy ) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau
kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu.
 Pembagian ( Distribution ) atau Alokasi
Pembagian ( distribution ) dan alokasi ( allocation ) ialah pembagian dan penjatahan nilai-nilai
( values ) dalam masyarakat.

4. pendekatan tradisional (legalistik, institusional), perilaku (behavior).


 Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini mulai berkembang pada abad 19 pada masa sebelum perang dunia 2.
Pendekatan ini negara menjadi fokus pokok, terutama segi konstitusional dan yuridisnya.
Bahasan disini menyangkut sifat dari Undang-Undang Dasar 1945, masalah kedaulatan,
kedudukan dan kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti
parlemen, eksekutif dan yudikatif.
Bahasan pada pendekatan ini lebih bersifat statis, deskriptif daripada analitis dan banyak
menggunakan ulasan sejarah. Lebih bersifat normatif yaitu sesuai dengan ideal atau standar
tertentu dengan mengasumsikan norma-norma demokrasi Barat seperti negara Inggris, Amerika,
Perancis, Belanda, Jerman). Maka pendekatan ini kurang peluang bagi terbentuknya teori baru.
 Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku timbul dan mulai berkembang di Amerika pada tahun 1950-an sesuai
Perang Dunia II. Terdapat penyebab munculnya pendekatan ini ;
1) Sifat dekriptif dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan karena tidak realistis dan
sangat berbeda dengan kenyataan sehari-hari.
2) Ada kekhawatiran bahwa jika ilmu politik tidak berkembang pesar, ia akan ketinggalan
dibanding ilmu lain.
3) Di pemerintah Amerika telah muncul keraguan mengenai kemampuan para sarjana ilmu
politik untuk menerangkan fenomena politik.
Pendekatan perilaku ini timbul dan berkembang di Amerika pada tahun 1950-an seusai Perang
Dunia ke dua. Pendekatan ini membahas tentang perilaku manusia. Pada pendekatan ini juga
lembaga sosial kerangka kegiatan manusia dan bersifat interdisipliner. Pendekatan ini
mempelajari faktor pribadi, budaya, sosiologis dan psikologis. Masyarakat sebagai sistem sosial
sedangkan negara sebagai sistem politik. Pendekatan perilaku mempunyai suatu ciri khas yang
revolusioner yaitu suatu orientasi kuat untuk lebih mengilmiahkan ilmu politik.
 Pendekatan Neo-Marxis
Kebanyakan kalangan Neo-Marxis adalah cendekiawan yang berasal dari kalangan borjuis dan
seperti cendekiawan di mana-mana, enggan menggabungkan diri dalam organisasi besar seperti
partai politik atau terjun aktif dalam kegiatan politik praktis. Hanya ada satu atau dua kelompok
yang militan, antara lain golongan Kiri Baru (New Left).
Para Neo-Marxis ini, di satu pihak menolak komunisme dari Uni Soviet karena sifatnya yang
represif, tapi di pihak lain mereka juga tidak setuju dengan banyak aspek dari masyarakat
kapitalis di mana mereka berada. Begitu pula mereka kecewa dengan kalangan sosial-demokrat.
Meskipun kalangan sosial-demokrat berhasil melaksanakan konsep Negara Kesejahteraan
(Welfare State) di beberapa negara di Eropa Barat dan Utara dan meningkatkan keadilan sosial
untuk warganya, tetapi mereka dianggap gagal menghapuskan banyak kesenjangan sosial
lainnya.
Ada dua unsur dalam pemikiran Marx yang bagi mereka sangat menarik. Pertama, ramalannya
tentang runtuhnya kapitalisme yang tidak terelakkan. Kedua, etika humanis yang meyakini
bahwa manusia pada hakikatnya baik, dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan akan
dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas, menghina, dan menyesatkan.
 Teori Ketergantungan
Bertolak dari konsep Lenin mengenai imperialisme, kelompok ini berpendapat bahwa
imperialisme masih hidup, tetapi dalam bentuk lain yaitu dominasi ekonomi dari negara-negara
kaya terhadap negara-negara yang kurang maju (underdeveloped). Negara-negara maju
memang telah melepaskan tanah jajahannya, tetapi tetap mengendalikan (mengontrol)
ekonominya. Pembangunan yang dilakukan negara-negara yang kurang maju, atau Dunia
Ketiga, hampir selalu berkaitan erat dengan kepentingan pihak Barat. Yang paling ekstrem
adalah pemikiran pelopor Teori Ketergantungan, Andre Gunder Frank (tahun 1960-an) yang
berpendapat bahwa penye lesaian masalah itu hanyalah melalui revolusi sosial secara global.
Sementara penulis lain seperti Henrique Cardoso (1979) menganggap bahwa pembangunan
yang independen ada kemungkinan terjadi, sehingga revolusi sosial tidak mutlak harus terjadi.
 Pendekatan Rational Choice
Pengikut pendekatan ini menimbulkan kejutan karena mencanangkan bahwa mereka telah
meningkatkan ilmu politik menjadi suatu ilmu yang benar-benar science. Dikatakan bahwa
Manusia Politik (Homo Politicus) sudah menuju ke arah Manusia Ekonomi (Homo Economicus)
karena melihat adanya kaitan erat antara faktor politik dan ekonomi, terutama dalam
penentuan kebijakan publik. Mereka percaya bahwa kita dapat meramalkan perilaku manusia
dengan mengetahui kepentingan-kepentingan dari aktor yang bersangkutan (involved).
Pelaku Rational Action ini, terutama politisi, birokrat, pemilih (dalam berbagai acara pemilihan),
dan aktor ekonomi, pada dasarnya egois dan segala tindakannya berdasarkan kecenderungan
ini. Mereka selalu mencari cara yang eisien untuk mencapai tujuannya. Optimalisasi kepentingan
dan eisiensi merupakan inti dari teori Rational Choice.
 Pendekatan Institusionalisme Baru
Ada semacam konsensus bahwa inti dari institusi politik adalah rules of the game (aturan main).
Yang menjadi masalah ialah aturan yang mana, dan bagaimana sifatnya, formal seperti
perundang-undangan, atau informal seperti kebiasaan, norma sosial atau kebudayaan.
Institusi tidak hanya merupakan releksi dari kekuatan sosial. Institusi seperti pemerintah,
parlemen, partai politik, dan birokrasi mempunyai kekuatan
sendiri, dan para aktor harus menyesuaikan diri padanya.Dapat dikatakan bahwa suatu institusi
adalah organisasi yang tertata melalui pola perilaku yang diatur oleh peraturan yang telah
diterima sebagai standar.
Perbedaannya dengan Institusionalisme yang lama ialah perhatian Institusional Baru lebih
tertuju pada analisis ekonomi, kebijakan isikal dan moneter, pasar dan globalisasi ketimbang
pada masalah konstitusi yuridis. Dapat dikatakan bahwa ilmu politik, dengan mengembalikan
fokus atas negara termasuk aspek legal/institusionalnya, telah mengalami suatu ling karan
penuh (full circle).

5. Menurut Thomas P. Jenkin dalam The Study of Political Theory, teori politik dibedakan dalam
dua macam, yaitu:
1) Valuational, yang merupakan teori-teori yang mengandung nilai moral dan norma
politik, dimana dalam teori ini segala sesuatunya harus mempertimbangkan baik buruk
atau konsekuensinya. Yang termasuk teori valuational adalah filsafat politik, politik
sistematis dan ideologi politik.
2) Non-Valuational, merupakan teori-teori yang membahas fakta-fakta politik tanpa
mempersoalkan nilai moral maupun norma. Teori ini memberikan gambaran dan
perbandingan fenomena politik dalam kehidupan nyata. Di dalam teori politik terdapat
konsep penentuan tujuan politik, bagaimana cara untuk mencapai tujuan itu dengan
segala konsekuensinya. Teori-teori politik yang mempunyai dasar moral memiliki fungsi
utama sebagai pedoman dalam mengatur hubungan-hubungan antara anggota
masyarakat agar berjalan stabil dan dinamin. Ada tiga golongan yang termasuk dalam
teori non valuational, diantaranya adalah : filsafat politik, politik sistematis, dan ideologi
politik

Anda mungkin juga menyukai