Anda di halaman 1dari 14

Bab 1

Sifat, Arti, dan Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan lainnya.

Perkembangan dan Definisi Ilmu Politik


Ilmu Politik merupakan sebuah kerangka atau cabang-cabang dari ilmu ilmu sosial
lainnya yang memiliki dasar, rangka, fokus, dan ruang lingkup yang jelas.Ilmu politik bisa
dikatakan masih memiliki usia yang masih muda dikarenakan ilmu politik baru lahir pada
akhir abad ke-19. Pada tahap itu ilmu politik berkembang secara pesat berdampingan dengan
cabang-cabang ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, dan psikologi,
dan dalam perkembangan ini mereka saling berhubungan satu sama lain.
Perkembangan Ilmu Politik juga sudah cukup maju dari mulai lahirnya pada akhir
abad ke-19 ilmu politik diberbagai Negara belahan dunia seperti Yunani Kuno pemikiran
mengenai Negara sudah dimulai pada tahun 450 S.M., yang pada saat itu sudah dijumpai
berbagai karya-karya ahli sejarah Herodotus, atau filsuf-filsuf seperti Plato, Aristoteles, dan
sebagainya. Di Indonesia itu sendiri perkembangan seperti itu banyak dijumpai melalui
beberapa karya tulis yang membahas masalah sejarah dan kenegaraan, seperti
Negarakertagama yang ditulis pada zaman kerajaan Majapahit sekitar abad ke-13 dan ke-15
Masehi dan Babad Tanah Jawi. Dan karya karya tersebut semenjak adanya imprealisme maka
karya tersebut terdesak oleh pemikiran-pemikiran bangsa barat yang berada di sekitar
kawasan Asia sehingga karya sastra tersebut mengalami kemunduran.
Sedangkan di Negara-negara yang terletak di Benua Eropa Ilmu Politik seperti di
Negara Jerman, Austria, dan Prancis pada abad ke-18 dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh
ilmu hukum dan karena itu fokus perhatiannya adalah Negara semata-mata.
Setelah perang dunia ke- 2 perkembangan ilmu politik semakin pesat lagi.Seperti di
Indonesia kemajuan tersebut ditandai oleh banyak didirikannya Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik seperti di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia .
Pesatnya perkembangan ilmu politik sesudah Perang dunia ke-2 tersebut juga
disebabkan karena mendapatkan dorongan kuat dari beberapa badan internasional, terutama
UNESCO.(h.5-h.7)
Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan
Ilmu Politik memiliki syarat sebagai ilmu pengetahuan karena ilmu politik sampai
sekarang belum ditemukan hukum-hukum ilmiah seperti itu. Karena manusia makhluk yang
kreatif yang selalu menemukan hal-hal baru sebagai ide kreatifnya sampai tidak dapat
diramalkan. Dan manusia bersifat kompleks dan perilakunya tidak selalu didasarkan atas
tindakan tindakan yang rasional dan logis sebagai pertimbangannya. Dan pada dasarnya
bahwa ilmu pengetahuan adalah keseluruhan dari pengetahuan adalah keseluruhan dari
pengetahuan yang terkoordinasi mengenai pokok pemikiran tertentu, Apabila perumusan ini
dipakai sebagai patokan, maka memang ilmu politik boleh dinamakan suatu ilmu
pengetahuan. (h.8)

Definisi Ilmu Politik


Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan.Politik
adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Dan pada umumnya dapat dikatakan bahwa
politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh
sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan yang harmonis.
Untuk melaksanakan kebijakan kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan
alokasi dari sumber daya alam ,perlu dimiliki kekuasaan (power) serta wewenang (
authority).
Konsep-Konsep Pokok Politik :
1. Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang
sah dan ditaati oleh rakyatnya.
2. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi perilaku
seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain,
sesuai dengan keinginan para pelaku.
3. Keputusan adalah hasil dari membuat pilihan diantara beberapa alternatif, sedangkan istilah
pengambilan keputusan menujuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai.
4. Kebijakan Umum adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang pelaku
atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu.
5. Pembagian atau Alokasi ialah pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam
masyarakat.(h.13-h.22)

Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan Lain


Ilmu Politik sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan yang lainnya yang pada
khususnya berbau ilmu sosial seperti Ilmu Sejarah, Filsafat, Sosiologi, Antropologi, Ilmu
ekonomi, Psikologi Sosial,Geografi,Ilmu Hukum (h.25-h.38)
Bab 2
Konsep-Konsep Politik
Teori Politik
Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenal beberapa fenomena.Dalam menyusun
generalisasi, teori selalu memakai dengan konsep-konsep.Teori Politik adalah bahasan dan
generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Dengan kata lain, teori politik adalah
bahasan dan renungan atas tujuan dari kegiatan politik, cara mencapai tujuan itu,
kemungkinan kemungkinan dan kebutuhan kebutuhan yang akan ditimbulkan oleh situasi
politik tertentu dan kewajiban kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik itu. Ada dua
macam teori dalam teori politik yang bersifat mutlak, yang pertama teori yang memiliki dasar
moral atau bersifat akhlak dan yang menentukan norma-norma untuk perilaku politik teori
tersebut seperti contohnya dibagi menjadi 3 yaitu filsafat politik, teori politik sistematis,
ideology politik. Dan teori yang kedua teori yang menggambarkan dan membahas fenomena
dan fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai.(h.43-h.45)
Masyarakat
Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antar manusia.Biasanya
anggota-anggota masyarakat menghuni suatu wilayah geografis yang mempunyai
kebudayaan-kebudayaan dan lembaga-lembaga yang kira-kira sama.(h.46)
Negara
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, Negara adalah organisasi pokok
dari kekuasaan politik Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan
untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-
gejala kekuasaan dalam masyarakat. Negara memiliki sifat memaksa, memonopoli dan
mencakup semua.Unsur- unsur Negara terdiri dari wilayah, penduduk,pemerintah dan
kedaulatan.Tujuan Negara tergantung kepada Ideologi, cita-cita dan undang-undang Negara
masing-masing, Indonesia tujuan negaranya terdapat dalam pembukaan UUD 1945.(h.47-
h.54)

Bab 3
Berbagai Pendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan
Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan legal/institusional, yang sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai
berkembang abad 19 pada masa sebelum Perang Dunia II. Dalam pendekataan ini negara
menjadi fokus pokok, terutama segi konstitusional dan yuridisnya.
Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku timbul dan mulai berkembang di amerika pada tahun 1950-an seusai
Perang Dunia II. Adapun sebab-sebab kemunculannya adalah seabgai berikut. Pertama, sifat
deskriptif dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan, karena tidak realistis dan sangat
berbeda dengan kenyataan sehari-hari. Kedua, ada kekhawatiran bahwa, jika ilmu politik
tidak maju dengan pesat, ia akan ketinggalan dibanding dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti
sosiologi dengan tokohnya Max Weber (1864-1920) dan Talcott Parsons (1902-1979),
antropologi, dan psikologi.Ketiga, di kalangan pemerintah Amerika telah muncul keraguan
mengenai kemampuan para sarjana ilmu politik untuk menerangkan fenomena politik.
Teori Ketergantungan ( Dependency Theory )
Kalangan lain yang juga berada dalam rangka teori-teori kiri, yang kemudian dikenal
sebagai Teori Ketergantungan, adalah kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada
hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga.
Pendekatan Pilihan Rasional ( Rational Choice)
Pendekatan ini muncul dan berkembang belakangan sesudah pertentangan antara
pendekatan-pendekatan yang dibicarakan di atas mencapai semacam konsensus yang
menunjukkan adanya pluralitas dalam bermacam-macam pandangan. Dalam ilmu politik
pada umumnya, dikenal nama Pendekatan Pilihan Rasional. Pengikut Pendekatan ini
menimbulkan kejutan karena mencanangkan bahwa mereka telah meningkatkan ilmu politik
menjadi suatu ilmu yang benar-benar science.
Pendekatan Institusionalisme Baru
Institusionalisme baru ( New Institutionalism ) berbeda dengan pendekataan-pendekataan
yang diuraikan sebelumnya. Ia lebih merupakan suatu visi yang meliputi beberapa
pendekatan lain, bahkan merupakan suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan lain,
bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain seperti sosiologi dan ekonomi. Mengapa
disebut institusionalisme baru? Oleh karena itu ia merupakan penyimpangan dari
institusionalisme lama. Seperti telah diuraikan di atas, institusionalisme lama mengupas
lembaga-lembaga kenegaraan (aparatur negara) seperti apa adanya secara statis. Berbeda
dengan itu, institusionalisme baru melihat institusi negara sebagai hal yang dapat diperbaiki
ke arah suatu tujuan tertentu, seperti misalnya membangun masyarakat yang lebih makmur.

Bab 4
Demokrasi
Kita melihat gejala bahwa secara formal demokrasi merupakan dasar dari kebanyakan
Negara di dunia, Demokrasi yang dianut di Indonesia adalah demokrasi berdasarkan
pancasila , masih dalam tahap perkembangan dan mengenai sifat dan ciri cirinya terdapat
pelbagai tafsiran serta pandangan.(h.105)
Demokrasi Konstitusional
Ciri khas dari demokrasi konstitusional ialah gagasan bahwa pemerintah yang
demokratis adalah pemerintah yang tak terbatas kekuasaanya dan tidak dibenarkan bertindak
sewenang-wenang terhadap warga Negaranya. (h.107)
Sebagai akibat dari keinginan untuk menyelennggarakan hak hak politik itu secara efektif
timbullah gagasan gagasan bahwa secara cara yang terbaik untuk membatasi kekuasaan
pemerintah yaitu dengan suatu konstitusi. Konstitusi menjamin hak-hak politik dan
menyelenggarakan pembagian kekuasaan Negara sehingga kekuasaan eksekutif diimbangi
oleh kekuasaan parlemen dan lembaga-lembaga hukum. (h.112)
Masa-masa demokrasi di Indonesia telah melewati fase-fase yang merupakan berbagai
jenis demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia antaralain masa Republik Indonesia 1
(1945-1959) yaitu masa demokrasi konstitusional yang diterapkan , masa Republik Indonesia
2 (1959-1965) merupakan masa demokrasi terpimpinnya yang diterapkan Presiden Soekarno
dan setelah itu lahir Masa demokrasi Pancasila (1965-1998) pada era pemerintahan rezim
Orde Baru yaitu Presiden Soeharto dan hingga saat ini pada era Reformasi demokrasi
Pancasila terus dikembangkan sesuai dengan UUD 1945 dan kultur budaya Indonesia.(h.127-
h.135)

Bab 5
Komunisme, Demokrasi menurut Terminologi Komunisme, dan Perkembangan Post
Komunisme
Terjadi karena banyak ketimpangan ketimpangan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat oleh Karena itu Marx ingin mempersamakan derajat pada setiap golongan
masyarakat dalam ajaran Marxisme yang lebih mengarah kepada komunisme , perkembangan
teori ini sangat berkembang secara pesat hingga berkembang pula Marxisme-Leninisme di
Uni Soviet jika Marx mengedepankan kepada kaum buruh sedangkan Lenin megedepankan
kaum petani yang memimpin para kaum proletar yang ada untuk bersaing dengan kaum
kapitalis atau borjuis. Namun, keduanya tidak memperselisihkan hal tersebut karena mereka
ingin ideologi komunisme tetap dijalankan. (h.139-h.146)
Runtuhnya Komunisme karena banyak Negara Negara yang masyarakatnya tidak
menyukai paham Komunis karena mereka sudah dapat berpikir dan bertindak secara rasional
dan menggunakan logika dan mereka juga menginginkan sebagian besar kebebasan dalam
sebuah Negara yang teratur oleh karena itu dengan runtuhnya Uni Soviet memberikan
dampak yang buruk bagi perkembangan paham paham komunisme di berbagai belahan dunia
untuk meninggalkan ajaran-ajaran komunisme yang mereka pernah terapkan ,. Tetapi, hingga
saat ini masih menerapkan komunisme tersebut antara lain Negara Rusia yang dahulu bekas
Uni Soviet tetap memberlakukannya dan China hingga Korea Utara.(h.151-h.165)
Bab 6
Undang-Undang Dasar (UUD)
Undang undang sering kita biasakan dalam istilah konstitusi dalam bahasa Inggris
constitution yang berartikan menjadi Undang-Undang Dasar (UUD). UUD tidak hanya
tertulis namun juga ada yang tidak tertulis . Sifat dan fungsi UUD merupakan suatu
perangkat peraturan yang menentukan kekuasaan dan tanggung jawab dari berbagai alat
kenegaraan. UUD juga menentukan batas-batas berbagai pusat kekuasaan itu dan
memaparkan hubungan-hubungan diantara mereka. (h.169-h.170)
Konstutisionalisme
UUD sebenarnya tidak dapat dilihat lepas dari konsep konstitusionalisme, suatu konsep
yang telah berkembang sebelum UUD pertama dirumuskan. Ide pokok dari
konstitusionalisme adalah bahwa pemerintah perlu dibatasi kekuasaanya, agar
penyelenggaraanya tidak sewenang-wenang. (h.171)

Ciri-Ciri Undang-Undang Dasar


Walaupun UUD satu Negara dengan Negara lain berbeda tetapi UUD memiliki ciri-ciri
yang beberapa sama , yaitu biasanya memuat ketentuan-ketentuan mengenai soal-soal seperti
Organisasi Negara, Hak Asasi Manusia (HAM), Prosedur mengubah UUD (Amandemen) dan
adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD. Dan merupakan
aturan hokum yang tertinggi yang mengikat semua warga Negara dan lembaga Negara tanpa
terkecuali. Selain itu dalam mukadimah atau pembukaan UUD sering memuat cita-cita rakyat
dan asas-asas ideology Negara.(h.177-h.178)
UUD dan Konvensi
Konvensi adalah aturan perilaku kenegaraan yang didasarkan tidak pada undang-undang
melainkan kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan dan presiden. Konvensi ada dalam semua
system UUD , dan biasanya memberikan panduan ketika aturan formal tidak memadai atau
tidak jelas. Dalam Konteks UUD tidak tertulis, konvensi merupakan hal yang signifikan
karena ia memberikan arahan tentang prosedur, kekuasaan dan kewajiban dari institusi
institusi utama Negara. (h.179)
Pergantian, Perubahan dan Supremasi UUD
UUD dapat diganti dengan UUD baru apabila UUD yang ada tidak lagi mencerminkan
konstelasi politik atau tidak lagi memenuhi harapan dan aspirasi rakyat. Di Indonesia kita
telah melalui lima tahap perkembangan UUD . Selain penggantian secara menyeluruh, tidak
jarang pula Negara mengadakan perubahan sebagian dari UUD-nya. Perubahan ini
dinamakan amandemen. Wewenang mengamandemen UUD ada prosedur-prosedurnya dan
ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan ketentuan bahwa kuorum adalah
2/3 dari anggota MPR, sedangkan usul perubahan UUD harus diterima oleh 2/3 dari anggota
yang hadir (pasal 37). Sejak tahun 1999, setelah Orde Baru berakhir, UUD 1945 telah
mengalami 4 kali amandemen. Banyak perubahan yang substantial yang berubah akibat dari
adanya amandemen tersebut bagi Negara ini. Karena UUD merupakan sumber hokum
tertinggi disebuah Negara maka perlu adanya penguatan-penguatan untuk UUD itu tersebut
agar keberadaan UUD tidak mudah dipermainkan oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan
keberadaan sebuah UUD itu. Oleh karenanya perlu adanya tindakan supremasi UUD agar
kedudukan UUD tetap sebagai sumber hukum yang tetap dan tertinggi.(h.181-h.185)

Bab 7
Hak-Hak Asasi Manusia (HAM)
Perkembangan Hak Asasi manusia di Eropa

Di Eropa barat pemikiran mengenai hak asasi berawal dari abad ke-17 dengan timbulnya
konsep Hukum Alam serta hak-hak alam. Akan tetapi, sebenarnya beberapa abad
sebelumnya, yaitu zaman Pertengahan, masalah hak manusia sudah mulai mencuat di
Inggris.(h.213-h.215)

Hak Asasi Manusia pada Abad ke-20 dan awal abad ke-21

Dalam perkembangan berikutnya terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai hak


asasi, antara lain karena terjadinya depresi besar sekitar tahun 1929 hingga 1934, yang
melanda sebagaian besar dunia. Depresi ini, yang mulai di amerika dan kemudian menjalar
ke hampir seluruh dunia, berdampak luas.(h.215)

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948)

Deklarasi Universal dimaksud sebagai pedoman sekaligus standar minimum yang dicita-
citakan oleh seluruh umat manusia. Maka dari itu berbagai hak dan kebebasan dirumuskan
secara luas, seolah-olah bebas tanpa batas.(h.218-h.219)

Dua Kovenan Internasional


Tahap kedua ditempuh oleh Komisi Hak Asasi PBB adalah menyusun seseuatu yang
lebih mengikat dari pada deklarasi belaka dalam bentuk perjanjian. Untuk mencapai
konsesus agar Sidang Umum PBB menerima baik kovenan Internasional Hak Ekonomi,
sosial dan budaya, kovenan internasional hak sipil dan politik,serta tentang pengaduan
perorangan.(h.219-h.220)

Masalah Ratifikasi

Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa negara yang bersangkutan mengikat diri untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian dan bahwa ketentuan-ketentuan itu menjadi
bagian dari hukum nasionalnya. Jika jalannya ratifikasi dua konvensi PBB menyita waktu
lama, di tingkat regional, terutama di eropa barat yang masyarakatnya lebih homogen,
pelaksanaan hak asasi lebih berhasil.(h.225-h.226)

Hak Asasi Manusia pada awal abad ke-20

Pada awal abad ke-20 suasana yang melatar belakangi kampanye internasional untuk
memajukan hak asasi secara global, kadang-kadang dinamakan revolusi hak asasi, telah
mengalami pukulan berat, terutama sesudah peristiwa 11 September 2001 di New York,
perang terhadap Argentina, dan invasi tentara kolaisi Amerika serikat dan Inggris terhadap
irak.(h.246-247)

Hak-Hak Asasi Manusia di Indonesia

Hak asasi Manusia di Indonesia telah mengalami pasang surut. Sesudah dua periode
represi ( rezim soekarno dan rezim soeharto), reformasi berusaha lebih memajukan hak
asasi.(h.247)

Hak Asasi Perempuan

Konsep Hak Asasi Perempuan ( HAP ) sedikitnya dua makna yang terkandung di
dalamnya. Yang pertama, hak asasi perempuan hanya dimaknai sekadar berdasarkan akal
sehat. Logika yang dipakai adalah pengakuan mereka juga memiliki hak asasi. Hak asasi
Perempuan di indonesia cukup menonjol. Menurut UUD 1945 secara formal tidak ada
perpedaan antara laki-laki dan perempuan(h.256-h.257)

Bab 8
Pembagian Kekuasaan Negara Secara Vertikal dan Horisontal
Pembagian kekuasaan dapat dibedakan menjadi 2 cara yaitu secara vertikal yang berarti
membagi kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan atau dapat dinamakan pembagian
kekuasaan secara teritorial, dan yang kedua secara horisontal yaitu pembagian yang
menunjukan pembedaan antar fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif,eksekutif,
yudikatif yang dikenal sebagai trias politika atau pembagian kekuasaan.(h.267)
Konfederasi
Konfederasi merupakan gabungan beberapa negara yang berdaulat penuh untuk
mempertahankan kemerdekaan secara internal dan eksternal , bersatu negara negara tersebut
diatur dalam perjanjian internasional . (h.268)
Negara Kesatuan
Negara kesatuan negara yang terdiri dari banyaknya wilayah namun yang menjadi pusat
pengatur dalam negara tersebut yaitu pemerintah pusat sebagai penguasa atas negara itu.
(h.269)
Negara Federal
Negara yang menyesuaikan dua konsep yang bertentangan , yaitu kedaulatan negara
federal dalam keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Kedaulatan keluar diserahkan
penuh oleh pemerintahan federal sedangkan yang kedalam dibatasi.(h.270)
Perkembangan Konsep Trias Politika
Konsep ini pembagian kekuasaannya secara horisontal , trias politika adalah anggapan
bahwa kekuasaan negara terdiri terdiri atas tiga macam kekuasaan yaitu legislatif kekuasaan
pembuat undang-undang, kedua eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-undang dan
ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang-undang. Trias
politika adalah sutu prinsip kekuasaan-kekuasaan ini sebaliknya tidak diserahkan kepada
orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
Dengan diharapkan hak-hak asasi warga negara lebih terjamin.(h.281-h.282)

Bab 9
Badan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif
Badan Eksekutif
Badan eksekutif terdiri atas kepala negara seperti raja atau presiden beserta menteri-
menterinya. Dalam arti luas pegawai negeri sipil serta militer juga termasuk kedalam badan
eksekutif. Badan eksekutif memiliki beberapa wewenang yang diantaranya mencakup
berbagai bidang yaitu Administratif, Legislatif, Keamanan, Yudikatif memberi grasi, amnesti,
abolisi dan sebagainya. Dan diplomatik untuk berhubungan dengan negara-negara lain.
(h.295-h.297)
Badan Legislatif
Badan Legislatif yaitu pembuat undang-undang pada umumnya di berbagai negara
terdapat pada parlemen dalam negara itu, di Indonesia badan legislatif terdiri atas Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan badan-badan
yang memiliki wewenang legislasi, kontrol dan anggaran. Tentunya disetiap negara badan
legislatifnya tentu berbeda-beda ada yang menerapkan dengan sistem satu majelis dan dua
majelis. Majelis tersebut juga diklasifikasikan kembali menjadi majelis rendah dan majelis
tinggi. (h.315-h.326)
Badan Yudikatif
Badan Yudikatif biasanya identik dengan kehakiman dimana badan ini bertugas sebagai
mengadili dan memutuskan pelanggaran undang-undang. Diberbagai negara badan yudikatif
memiliki berbagai persamaan. Di Indonesia badan Yudikatif terdiri atas Mahkamah
Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (Ma), serta Komisi Yudisial (KY). MK adalah lembaga
yudikatif tertinggi atas lembaga-lembaga yang lain setara dengan MA jika MA bisa digugat
namun keputusan MK tidak dapat diajukan banding dan sifatnya sudah final. Sedangkan, KY
pada dasarnya sebagai pengatur dari hakim-hakim konstitusi karena KY umumnya bersifat
mengatur kode etik para hakim-hakim agung agar dapat menjalankan tugas kehakiman secara
baik.(h.350-h.361)
Bab 10
Partisipasi Politik
Sifat dan Definisi Partai Politik
Dalam analisis politik modern partisipasi politik merupakan salah suatu masalah yang
penting; dan akhir-akhir ini banyak dipelajari terutama dalam hubungannya dengan Negara-
negara berkembang. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik , antaralain dengan jalan memilih pimpinan
Negara; dan secara langsung dan tindak langsung , mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Di Negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa
kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-
orang yang akan memgang tampuk pimpinan.(h367-h.368)
Partisipasi Politik erat kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa
dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan
pemerintah. Orang yang memiliki kesadaran politik tentunya harus orang yang memiliki
pendidikan, yang kehidupannya lebih baik, dan orang-orang terkemuka. Jika Partisipasi
Politik disebuah Negara rendah pada umumnya sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat
ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap permasalahan Negara.
(h.369)
Bab 11
Partai Politik
Partai Politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau berpartisipasi
dalam proses pengelolaan Negara. Partai Politik pertama-tama lahir di Negara-negara Eropa
Barat dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang dapat diperhitungkan
serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik (parpol) telah lahir secara
spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di
pihak lain.(h.397)

Definsi Partai Politik (Parpol)


Secara umum dapat dikatakan bahwa parpol adalah suatu kelompok terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dari dan merebut kedudukan
politik(biasanya) sdengan cara konstitusionaluntuk melaksanakan program-
programnya.(h.403-h.404)
Fungsi Partai Politik
Fungsi Parpol di Negara Demokrasi meliputi Parpol dapat sebagai sarana komunikasi
politik , sebagai sarana sosialisasi politik, sebagai rekrutmen politik dan sebagai sarana
pengatur konflik. Sedangkan, fungsi parpol di Negara otoriter yaitu untuk mencari
dukungan masyarakat untuk tidak kepuasan terhadap pemerintah dan bertujuan untuk
mencapai kedudukan atau kekuasaan yang dapat dijadikan batu loncatan guna menguasai
semua parpol yang ada dan menghancurkan sistem politik yang demokratis. Contohnya,
seperti Partai Komunis. Sedangkan fungsi parpol di Negara Berkembang yaitu selain sebagai
penyambung aspirasi masyarakat terhadap pemerintah tetapi yang lebih terpenting
merupakan sebuah peran yang sangat diharapkan dari parpol yaitu sebagai sarana untuk
memperkembangkan integrasi nasional dan memupuk identitas nasional, karena Negara baru
atau berkembang sering dihadapkan dengan masalah masalah berbagai macam sumber
perbedaan yang ada disebuah Negara itu.(h.405-h.414)
Klarifikasi Sistem Kepartaian ( Sistem Partai-Tunggal, Dwi Partai dan Multi Partai)
Kategori-kategori tersebut dapat mewakili keberadaan sistem parpol disebuah Negara
dengan berdasarkan kepada ideologi sistem yang diterapkan disebuah Negara itu dan
bergantung yang nantinya mengarah kepada jumlah sebuah parpol itu sendiri nantinya, ada
tiga kategori sistem parpol disebuah Negara antaralain;
1. Sistem Partai Tunggal hanya terdiri dari satu partai politik di Negara tersebut tidak ada
parpol parpol lainnya pada umumnya (Contoh; di China hanya terdapat Partai Komunis
China (PKC)
2. Sistem Dwi Partai hanya terdapat dua buah Parpol disebuah Negara dimana dalam
pemilihan umum mereka saling berkompetisi merebut hati rakyat kelak salah satu mereka
dapat menjadi partai pemerintah dan satu diantaranya menjadi partai penyeimbang
pemerintah (Contoh di Amerika terdapat dua partai besar yaitu Partai Demokrat dan
Republik)
3. Sistem Multi Partai dalam sistem ini disebuah Negara banyak terdapat banyak parpol yang
hadir dalam menyelenggarakan kondisi perpolitikan disebuah Negara tersebut yang memiliki
banyak positif dan negatifnya bagi perpolitikan itu yang saling berhubungan satu sama lain
koalisi dan oposisi juga masuk kedalam sistem ini. (Contohnya di Indonesia pada masa saat
ini banyak Parpol Parpol bermunculan yang memenuhi syarat seperti Partai Golongan Karya,
Demokrat, Partai Gerakan Indonesia Raya dan lain-lain.(h.415-h.418)
Bab 12
Sistem Pemilihan Umum
Dalam Ilmu Politik dikenal bermacam-macam sistem Pemilihan Umum (Pemilu)
dengan berbagai variasinya , akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu
prinsip yang pertama adalah Satu Daerah Pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut
dengan sistem distrik. Dan prinsip yang kedua yaitu Satu daerah pemilihan memilih beberapa
wakil; biasanya dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem Proporsional. Berikut
penjabaran mengenai kelebihan dan kekurangan sistem distrik dan proporsional yang
keduanya termasuk sistem pemilu mekanis seperti yang dijelaskan di atas. Sistem perwakilan
distrik (satu dapil untuk satu wakil) Di dalam sistem distrik sebuah daerah kecil menentukan
satu wakil tunggal berdasarkan suara terbanyak.
Kelebihan Sistem Distrik

Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena kursi kekuasaan yang
diperebutkan hanya satu.
Perpecahan partai dan pembentukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat
mendorong penyederhanaan partai secara alami.
Distrik merupakan daerah kecil, karena itu wakil terpilih dapat dikenali dengan baik
oleh komunitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih akrab.
Bagi partai besar, lebih mudah untuk mendapatkan kedudukan mayoritas di parlemen.
Jumlah partai yang terbatas membuat stabilitas politik mudah diciptakan

Kelemahan Sistem Distrik

Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh dengan jumlah kursi di partai, hal ini
menyebabkan partai besar lebih berkuasa.
Partai kecil dan minoritas merugi karena sistem ini membuat banyak suara terbuang.
Sistem ini kurang mewakili kepentingan masyarakat heterogen dan pluralis.
Wakil rakyat terpilih cenderung memerhatikan kepentingan daerahnya daripada
kepentingan nasional.

Sistem Pemilu
Sistem Proposional ( satu dapil memilih beberapa wakil )
Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih. Berbeda dengan
sistem distrik, wakil dengan pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda gambar
kertas suara saja. Sistem proporsional banyak diterapkan oleh negara multipartai, seperti Italia,
Indonesia, Swedia, dan Belanda.
Sistem ini juga dinamakan perwakilan berimbang ataupun multi member constituenty. ada dua
jenis sistem di dalam sistem proporsional, yaitu ;

list proportional representation : disini partai-partai peserta pemilu menunjukan daftar


calon yang diajukan, para pemilih cukup memilih partai. alokasi kursi partai didasarkan
pada daftar urut yang sudah ada.
the single transferable vote : para pemilih di beri otoritas untuk menentukan
preferensinya. pemenangnya didasarkan atas penggunaan kota.

Kelebihan Sistem Proposional

Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama dengan
persentase kursinya di parlemen.
Setiap suara dihitung & tidak ada yang terbuang, hingga partai kecil & minoritas
memiliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen. Hal ini sangat
mewakili masyarakat majemuk(pluralis).

Kelemahan Sistem Proposional

Sistem proporsional tidak begitu mendukung integrasi partai politik. Jumlah partai yang
terus bertambah menghalangi integrasi partai.
Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, tapi lebih dekat dengan partainya. Hal
ini memberikan kedudukan kuat pada pimpinan partai untuk menentukan wakilnya di
parlemen.
Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan kesulitan bagi suatu partai untuk
menjadi partai mayoritas.

Perbedaan utama antara sistem proporsional & distrik adalah bahwa cara penghitungan
suara dapat memunculkan perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam parlemen bagi
masing-masing partai politik.(h.461-h.467)

Anda mungkin juga menyukai