Sifat, Arti, dan Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan lainnya.
Bab 3
Berbagai Pendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan
Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan legal/institusional, yang sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai
berkembang abad 19 pada masa sebelum Perang Dunia II. Dalam pendekataan ini negara
menjadi fokus pokok, terutama segi konstitusional dan yuridisnya.
Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku timbul dan mulai berkembang di amerika pada tahun 1950-an seusai
Perang Dunia II. Adapun sebab-sebab kemunculannya adalah seabgai berikut. Pertama, sifat
deskriptif dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan, karena tidak realistis dan sangat
berbeda dengan kenyataan sehari-hari. Kedua, ada kekhawatiran bahwa, jika ilmu politik
tidak maju dengan pesat, ia akan ketinggalan dibanding dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti
sosiologi dengan tokohnya Max Weber (1864-1920) dan Talcott Parsons (1902-1979),
antropologi, dan psikologi.Ketiga, di kalangan pemerintah Amerika telah muncul keraguan
mengenai kemampuan para sarjana ilmu politik untuk menerangkan fenomena politik.
Teori Ketergantungan ( Dependency Theory )
Kalangan lain yang juga berada dalam rangka teori-teori kiri, yang kemudian dikenal
sebagai Teori Ketergantungan, adalah kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada
hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga.
Pendekatan Pilihan Rasional ( Rational Choice)
Pendekatan ini muncul dan berkembang belakangan sesudah pertentangan antara
pendekatan-pendekatan yang dibicarakan di atas mencapai semacam konsensus yang
menunjukkan adanya pluralitas dalam bermacam-macam pandangan. Dalam ilmu politik
pada umumnya, dikenal nama Pendekatan Pilihan Rasional. Pengikut Pendekatan ini
menimbulkan kejutan karena mencanangkan bahwa mereka telah meningkatkan ilmu politik
menjadi suatu ilmu yang benar-benar science.
Pendekatan Institusionalisme Baru
Institusionalisme baru ( New Institutionalism ) berbeda dengan pendekataan-pendekataan
yang diuraikan sebelumnya. Ia lebih merupakan suatu visi yang meliputi beberapa
pendekatan lain, bahkan merupakan suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan lain,
bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain seperti sosiologi dan ekonomi. Mengapa
disebut institusionalisme baru? Oleh karena itu ia merupakan penyimpangan dari
institusionalisme lama. Seperti telah diuraikan di atas, institusionalisme lama mengupas
lembaga-lembaga kenegaraan (aparatur negara) seperti apa adanya secara statis. Berbeda
dengan itu, institusionalisme baru melihat institusi negara sebagai hal yang dapat diperbaiki
ke arah suatu tujuan tertentu, seperti misalnya membangun masyarakat yang lebih makmur.
Bab 4
Demokrasi
Kita melihat gejala bahwa secara formal demokrasi merupakan dasar dari kebanyakan
Negara di dunia, Demokrasi yang dianut di Indonesia adalah demokrasi berdasarkan
pancasila , masih dalam tahap perkembangan dan mengenai sifat dan ciri cirinya terdapat
pelbagai tafsiran serta pandangan.(h.105)
Demokrasi Konstitusional
Ciri khas dari demokrasi konstitusional ialah gagasan bahwa pemerintah yang
demokratis adalah pemerintah yang tak terbatas kekuasaanya dan tidak dibenarkan bertindak
sewenang-wenang terhadap warga Negaranya. (h.107)
Sebagai akibat dari keinginan untuk menyelennggarakan hak hak politik itu secara efektif
timbullah gagasan gagasan bahwa secara cara yang terbaik untuk membatasi kekuasaan
pemerintah yaitu dengan suatu konstitusi. Konstitusi menjamin hak-hak politik dan
menyelenggarakan pembagian kekuasaan Negara sehingga kekuasaan eksekutif diimbangi
oleh kekuasaan parlemen dan lembaga-lembaga hukum. (h.112)
Masa-masa demokrasi di Indonesia telah melewati fase-fase yang merupakan berbagai
jenis demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia antaralain masa Republik Indonesia 1
(1945-1959) yaitu masa demokrasi konstitusional yang diterapkan , masa Republik Indonesia
2 (1959-1965) merupakan masa demokrasi terpimpinnya yang diterapkan Presiden Soekarno
dan setelah itu lahir Masa demokrasi Pancasila (1965-1998) pada era pemerintahan rezim
Orde Baru yaitu Presiden Soeharto dan hingga saat ini pada era Reformasi demokrasi
Pancasila terus dikembangkan sesuai dengan UUD 1945 dan kultur budaya Indonesia.(h.127-
h.135)
Bab 5
Komunisme, Demokrasi menurut Terminologi Komunisme, dan Perkembangan Post
Komunisme
Terjadi karena banyak ketimpangan ketimpangan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat oleh Karena itu Marx ingin mempersamakan derajat pada setiap golongan
masyarakat dalam ajaran Marxisme yang lebih mengarah kepada komunisme , perkembangan
teori ini sangat berkembang secara pesat hingga berkembang pula Marxisme-Leninisme di
Uni Soviet jika Marx mengedepankan kepada kaum buruh sedangkan Lenin megedepankan
kaum petani yang memimpin para kaum proletar yang ada untuk bersaing dengan kaum
kapitalis atau borjuis. Namun, keduanya tidak memperselisihkan hal tersebut karena mereka
ingin ideologi komunisme tetap dijalankan. (h.139-h.146)
Runtuhnya Komunisme karena banyak Negara Negara yang masyarakatnya tidak
menyukai paham Komunis karena mereka sudah dapat berpikir dan bertindak secara rasional
dan menggunakan logika dan mereka juga menginginkan sebagian besar kebebasan dalam
sebuah Negara yang teratur oleh karena itu dengan runtuhnya Uni Soviet memberikan
dampak yang buruk bagi perkembangan paham paham komunisme di berbagai belahan dunia
untuk meninggalkan ajaran-ajaran komunisme yang mereka pernah terapkan ,. Tetapi, hingga
saat ini masih menerapkan komunisme tersebut antara lain Negara Rusia yang dahulu bekas
Uni Soviet tetap memberlakukannya dan China hingga Korea Utara.(h.151-h.165)
Bab 6
Undang-Undang Dasar (UUD)
Undang undang sering kita biasakan dalam istilah konstitusi dalam bahasa Inggris
constitution yang berartikan menjadi Undang-Undang Dasar (UUD). UUD tidak hanya
tertulis namun juga ada yang tidak tertulis . Sifat dan fungsi UUD merupakan suatu
perangkat peraturan yang menentukan kekuasaan dan tanggung jawab dari berbagai alat
kenegaraan. UUD juga menentukan batas-batas berbagai pusat kekuasaan itu dan
memaparkan hubungan-hubungan diantara mereka. (h.169-h.170)
Konstutisionalisme
UUD sebenarnya tidak dapat dilihat lepas dari konsep konstitusionalisme, suatu konsep
yang telah berkembang sebelum UUD pertama dirumuskan. Ide pokok dari
konstitusionalisme adalah bahwa pemerintah perlu dibatasi kekuasaanya, agar
penyelenggaraanya tidak sewenang-wenang. (h.171)
Bab 7
Hak-Hak Asasi Manusia (HAM)
Perkembangan Hak Asasi manusia di Eropa
Di Eropa barat pemikiran mengenai hak asasi berawal dari abad ke-17 dengan timbulnya
konsep Hukum Alam serta hak-hak alam. Akan tetapi, sebenarnya beberapa abad
sebelumnya, yaitu zaman Pertengahan, masalah hak manusia sudah mulai mencuat di
Inggris.(h.213-h.215)
Hak Asasi Manusia pada Abad ke-20 dan awal abad ke-21
Deklarasi Universal dimaksud sebagai pedoman sekaligus standar minimum yang dicita-
citakan oleh seluruh umat manusia. Maka dari itu berbagai hak dan kebebasan dirumuskan
secara luas, seolah-olah bebas tanpa batas.(h.218-h.219)
Masalah Ratifikasi
Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa negara yang bersangkutan mengikat diri untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian dan bahwa ketentuan-ketentuan itu menjadi
bagian dari hukum nasionalnya. Jika jalannya ratifikasi dua konvensi PBB menyita waktu
lama, di tingkat regional, terutama di eropa barat yang masyarakatnya lebih homogen,
pelaksanaan hak asasi lebih berhasil.(h.225-h.226)
Pada awal abad ke-20 suasana yang melatar belakangi kampanye internasional untuk
memajukan hak asasi secara global, kadang-kadang dinamakan revolusi hak asasi, telah
mengalami pukulan berat, terutama sesudah peristiwa 11 September 2001 di New York,
perang terhadap Argentina, dan invasi tentara kolaisi Amerika serikat dan Inggris terhadap
irak.(h.246-247)
Hak asasi Manusia di Indonesia telah mengalami pasang surut. Sesudah dua periode
represi ( rezim soekarno dan rezim soeharto), reformasi berusaha lebih memajukan hak
asasi.(h.247)
Konsep Hak Asasi Perempuan ( HAP ) sedikitnya dua makna yang terkandung di
dalamnya. Yang pertama, hak asasi perempuan hanya dimaknai sekadar berdasarkan akal
sehat. Logika yang dipakai adalah pengakuan mereka juga memiliki hak asasi. Hak asasi
Perempuan di indonesia cukup menonjol. Menurut UUD 1945 secara formal tidak ada
perpedaan antara laki-laki dan perempuan(h.256-h.257)
Bab 8
Pembagian Kekuasaan Negara Secara Vertikal dan Horisontal
Pembagian kekuasaan dapat dibedakan menjadi 2 cara yaitu secara vertikal yang berarti
membagi kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan atau dapat dinamakan pembagian
kekuasaan secara teritorial, dan yang kedua secara horisontal yaitu pembagian yang
menunjukan pembedaan antar fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif,eksekutif,
yudikatif yang dikenal sebagai trias politika atau pembagian kekuasaan.(h.267)
Konfederasi
Konfederasi merupakan gabungan beberapa negara yang berdaulat penuh untuk
mempertahankan kemerdekaan secara internal dan eksternal , bersatu negara negara tersebut
diatur dalam perjanjian internasional . (h.268)
Negara Kesatuan
Negara kesatuan negara yang terdiri dari banyaknya wilayah namun yang menjadi pusat
pengatur dalam negara tersebut yaitu pemerintah pusat sebagai penguasa atas negara itu.
(h.269)
Negara Federal
Negara yang menyesuaikan dua konsep yang bertentangan , yaitu kedaulatan negara
federal dalam keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Kedaulatan keluar diserahkan
penuh oleh pemerintahan federal sedangkan yang kedalam dibatasi.(h.270)
Perkembangan Konsep Trias Politika
Konsep ini pembagian kekuasaannya secara horisontal , trias politika adalah anggapan
bahwa kekuasaan negara terdiri terdiri atas tiga macam kekuasaan yaitu legislatif kekuasaan
pembuat undang-undang, kedua eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-undang dan
ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang-undang. Trias
politika adalah sutu prinsip kekuasaan-kekuasaan ini sebaliknya tidak diserahkan kepada
orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
Dengan diharapkan hak-hak asasi warga negara lebih terjamin.(h.281-h.282)
Bab 9
Badan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif
Badan Eksekutif
Badan eksekutif terdiri atas kepala negara seperti raja atau presiden beserta menteri-
menterinya. Dalam arti luas pegawai negeri sipil serta militer juga termasuk kedalam badan
eksekutif. Badan eksekutif memiliki beberapa wewenang yang diantaranya mencakup
berbagai bidang yaitu Administratif, Legislatif, Keamanan, Yudikatif memberi grasi, amnesti,
abolisi dan sebagainya. Dan diplomatik untuk berhubungan dengan negara-negara lain.
(h.295-h.297)
Badan Legislatif
Badan Legislatif yaitu pembuat undang-undang pada umumnya di berbagai negara
terdapat pada parlemen dalam negara itu, di Indonesia badan legislatif terdiri atas Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan badan-badan
yang memiliki wewenang legislasi, kontrol dan anggaran. Tentunya disetiap negara badan
legislatifnya tentu berbeda-beda ada yang menerapkan dengan sistem satu majelis dan dua
majelis. Majelis tersebut juga diklasifikasikan kembali menjadi majelis rendah dan majelis
tinggi. (h.315-h.326)
Badan Yudikatif
Badan Yudikatif biasanya identik dengan kehakiman dimana badan ini bertugas sebagai
mengadili dan memutuskan pelanggaran undang-undang. Diberbagai negara badan yudikatif
memiliki berbagai persamaan. Di Indonesia badan Yudikatif terdiri atas Mahkamah
Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (Ma), serta Komisi Yudisial (KY). MK adalah lembaga
yudikatif tertinggi atas lembaga-lembaga yang lain setara dengan MA jika MA bisa digugat
namun keputusan MK tidak dapat diajukan banding dan sifatnya sudah final. Sedangkan, KY
pada dasarnya sebagai pengatur dari hakim-hakim konstitusi karena KY umumnya bersifat
mengatur kode etik para hakim-hakim agung agar dapat menjalankan tugas kehakiman secara
baik.(h.350-h.361)
Bab 10
Partisipasi Politik
Sifat dan Definisi Partai Politik
Dalam analisis politik modern partisipasi politik merupakan salah suatu masalah yang
penting; dan akhir-akhir ini banyak dipelajari terutama dalam hubungannya dengan Negara-
negara berkembang. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik , antaralain dengan jalan memilih pimpinan
Negara; dan secara langsung dan tindak langsung , mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Di Negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa
kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-
orang yang akan memgang tampuk pimpinan.(h367-h.368)
Partisipasi Politik erat kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa
dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan
pemerintah. Orang yang memiliki kesadaran politik tentunya harus orang yang memiliki
pendidikan, yang kehidupannya lebih baik, dan orang-orang terkemuka. Jika Partisipasi
Politik disebuah Negara rendah pada umumnya sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat
ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap permasalahan Negara.
(h.369)
Bab 11
Partai Politik
Partai Politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau berpartisipasi
dalam proses pengelolaan Negara. Partai Politik pertama-tama lahir di Negara-negara Eropa
Barat dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang dapat diperhitungkan
serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik (parpol) telah lahir secara
spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di
pihak lain.(h.397)
Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena kursi kekuasaan yang
diperebutkan hanya satu.
Perpecahan partai dan pembentukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat
mendorong penyederhanaan partai secara alami.
Distrik merupakan daerah kecil, karena itu wakil terpilih dapat dikenali dengan baik
oleh komunitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih akrab.
Bagi partai besar, lebih mudah untuk mendapatkan kedudukan mayoritas di parlemen.
Jumlah partai yang terbatas membuat stabilitas politik mudah diciptakan
Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh dengan jumlah kursi di partai, hal ini
menyebabkan partai besar lebih berkuasa.
Partai kecil dan minoritas merugi karena sistem ini membuat banyak suara terbuang.
Sistem ini kurang mewakili kepentingan masyarakat heterogen dan pluralis.
Wakil rakyat terpilih cenderung memerhatikan kepentingan daerahnya daripada
kepentingan nasional.
Sistem Pemilu
Sistem Proposional ( satu dapil memilih beberapa wakil )
Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih. Berbeda dengan
sistem distrik, wakil dengan pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda gambar
kertas suara saja. Sistem proporsional banyak diterapkan oleh negara multipartai, seperti Italia,
Indonesia, Swedia, dan Belanda.
Sistem ini juga dinamakan perwakilan berimbang ataupun multi member constituenty. ada dua
jenis sistem di dalam sistem proporsional, yaitu ;
Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama dengan
persentase kursinya di parlemen.
Setiap suara dihitung & tidak ada yang terbuang, hingga partai kecil & minoritas
memiliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen. Hal ini sangat
mewakili masyarakat majemuk(pluralis).
Sistem proporsional tidak begitu mendukung integrasi partai politik. Jumlah partai yang
terus bertambah menghalangi integrasi partai.
Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, tapi lebih dekat dengan partainya. Hal
ini memberikan kedudukan kuat pada pimpinan partai untuk menentukan wakilnya di
parlemen.
Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan kesulitan bagi suatu partai untuk
menjadi partai mayoritas.
Perbedaan utama antara sistem proporsional & distrik adalah bahwa cara penghitungan
suara dapat memunculkan perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam parlemen bagi
masing-masing partai politik.(h.461-h.467)