Anda di halaman 1dari 4

RESUME

ILMU NEGARA
“TEORI KEDAULATAN”

DOSEN MATA KULIAH:


Kristina Sulatri, SH.MHum.

DISUSUN OLEH :
ARIE SETIA PANGESTU
2074201001446
SEMESTER I - A

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN
Sekretariat: Jl. Ir. H. Juanda No.68, Kota Pasuruan - 67129
Contact person: 083833116772
Website: https://unmerpas.ac.id/ e-mail: unmerpas@gmail.com
2020
RESUME

Teori kedaulatan pertama kali dikemukakan oleh Jean Bodin yang ditulis
dalam bukunya “Sixliveries de la Republique” (Suhino; 1980; 79). Kedaulatan
diartikan “kekuasaan tertinggi” yang menetukan kekuatan dan legitimasi negara
dalam menetukan dan menjalankan berbagai kebijakan (Francis Fukuyama,op.cit;
2005: 124). Menurut Mac Iver kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang akan
menetukan kebijakan dari negara.
Jika konsep diatas dicermati, dapat dikatakan kedaulatan sebagai kekuasaan
tertinggi hanya berkenaan dengan lingkup kekuasaan saja. Di balik itu Jack H.
Nagel dalam bukunya The Descriptive Analysis of Power, menyatakan konsep
kekuasaan terkait dengan dua lingkup, yaitu lingkup kekuasaan (scope of power)
dan jangkauan kekuasaan (domain of power). Dalam kaitannya dengan lingkup
kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi, berkait dengan fungsi kedaulatan yakni
aktivitas meliputi proses pengambilan keputusan atau kebijakan.
Kajian teori kedaulatan dalam uraian ini, dititik beratkan pada “domain
kedaulatan”, yakni siapa yang memegang kekuasaan tertinggi. Ilmu hukum
mengenai lima teori atau ajaran mengenai siapa yang berdaulat dalam negara,
yaitu:
1. Teori Kedaulatan Tuhan
Inti teori ini bahwa domain “kekuasaan tertinggi” berada ditangan Tuhan.
Dari pendekatan teologi dizaman abad pertengahan, teori ini melahirkan
“negara teokrasi” sebagaimana dianut oleh Thomas Aquinas yang
menyatakan bahwa sumber hukum tertinggi adalah Tuhan. Berdasarkan
pandangan tersebut, ia membagi hukum menjadi empat macam, yaitu hukum
abadi, hukum tuhan, hukum alam dan hukum yang dibuat oleh manusia.
Negara yang menganut teori kedaulatan Tuhan adalah Jepang.
2. Teori Kedaulatan Raja
Inti teorinya bahwa raja itu wakil tuhan dalam menyelenggarakan atau
memegang “kekuasaan tertinggi” di dunia. Dengan demikian dalam
konstruksi praktisnya Kedaulatan Tuhan menjelma dalam “Kedaulatan Raja”.
Artinya raja sebagai kepala negara mengklaim wewenang untuk menetapkan
hukum atas nama Tuhan. Jadi teori ini mengajarkan bahwa Raja lah yang
memegang kekuasaan tertnggi dalam negara. Teori ini muncul setelah periode
sekularisasi negara dan hukum di Eropa. Inti teori bahwa domain “kekuasaan
tertinggi” berada pada negara itu sendiri. Negara yang menciptakan hukum,
dan negara satu-satunya sumber hukum.
Contoh negara adalah Perancis dan Jerman pada masa pemerintahan Hitler.
3. Teori Kedaulatan Negara
Menurut Koesnardi, “Teori Kedaulatan Negara” merupakan kelanjutan dari
teori kedaulatan raja. Oleh karena itu hakekatnya teori kedaulaan negara ini
sama dengan ajaran kedaulatan raja, hanya saja dikonstruksikan sedemikian
rupa agar dapat diterima oleh rakyat, karena teori ini berpangkal pada
kedaulaan rakyat. Teori kedaulatan negara juga disebut sebagai kedaulatan
raja-raja modern. Jadi dalam teori “Kedaulatan Negara” terkandung
pandangan bahwa negara secara alamiah memiliki wewenang tertinggi untuk
memerintah. Teori ini sudah tidak dianut lagi karena sudah ketinggalan
zaman dan prakteknya melahirkan negara-negara monarkhi absolut.
Contoh negara adalah Rusia pada masa pemerintahan Stalin.
4. Teori Kedaulatan Hukum
Teori ini dipelopori oleh Prof. Krabbe, sebagai reaksi penyangkalan terhadap
teori kedaulatan negara. Inti teorinya berbeda dengan teori kedaulatan negara
yang mengajarkan kedudukan negara lebih tinggi daripada kedudukan
hukum, sebaliknya teori kedaulatan hukum, mengajarkan bahwa hukum
kedudukannya lebih tinggi daripada negara. Oleh karena itu, baik raja,
penguasa dan rakyat, bahkan negara dalam sikap, tingkah laku dan
perbuatannya harus sesuai dengan hukum. Jadi menurut Krabbe hukum itu
tidak bersumber pada kehendak negara, tetapi hukum memiliki kedaulatan
sendiri bersumber pada kesadaran hukum individu-individu. Pandangan
Krabbe ini kemudian disangkal oleh Jellinek dengan mengemukakan teori
Selbsbindung, bahwa negara dengan sukarela mengikatkan diri atau
mengharuskan dirinya tunduk kepada hukum sebagai penjelmaannya sendiri.
Teori ini dipengaruhi oleh faktor kemasyarakatan dan faktor ideal, yaitu
perasaan hukum dan kesadaran hukum, serta rasa keadilan.
5. Teori Kedaulatan Rakyat
Inti teorinya bahwa domain kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Ini
berarti bahwa kehendak rakyat adalah satu-satunya sumber kekuasaan bagi
setiap pemerintah. Dalam kaitan ini muncul suara rakyat adalah hukum yang
tertinggi. Dikaitkan dengan ajaran Jean Jack Rousseau, disebutkan ada dua
macam kehendak rakyat, yaitu: (1) kehendak rakyat selurunya yang disebut
“Volunte de Tous”. (2) kehendak mayoritas rakyat yang disebut “Volunte
Generale”.
Volunte de Tous haya dipergunakan oleh rakyat seluruhnya sekali saja yaitu
pada waktu negara dibentuk melalui perjanjian masyarakat atau kontrak
sosial. Dengan demikian Volunte de Tous dasar persetujuan bagi berdirinya
negara, sehingga tidak bisa ditarik kembali. Di balik Volunte Generale
dinyatakan sesudah berdirinya negara, dan merupakan dasar untuk
pengambilan keputusan berdasarkan suara mayoritas. Dengan demikian
kedaulatan rakyat menurut pandangan Rousseau sama dengan keputusan
suara terbanyak.
Catatan terhadap “Teori Kedaulatan” dikaitkan dengan karakter yakni sifat
khas dimiliki suatu negara, disebutkan karakternya oleh Hendra Nurtjahjo (2005),
sebagai berikut:
o Kedaulatan Tuhan = melahirkan sifat negara Theokrasi.
o Kedaulatan Raja = melahirkan sifat negara Monarkhis.
o Kedaulatan Negara = melahairkan sifat negara Otoritarian.
o Kedaulatan Hukum = melahirkan sifat negara Nomokrasi.
o Kedalatan Rakyat = melahirkan sifat negara Demokratis.

Anda mungkin juga menyukai