Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang selalu berkaitan dengan aktivitas
perilaku administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi diantara keduanya. Di saat
sistem administrasi negara yang menjadi pilar pelayanan public menghadapi masalah yang
fundamental maka rekonseptualisasi, reposisi dan revitalisasi kedudukan hukum administrasi
negara menjadi satu keharusan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan penerapan good
governance.
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia secara simultan berinteraksi dengan
faktor-faktor fisik, geografis, demografi, kekayaan alam, idiologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan hankam. Dalam rangka pencapaian tujuan negara dan pelaksanaan tugas negara
diselenggarakan fungsi-fungsi negara yang masing-masing dilaksanakan oleh Lembaga Negara
yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dengan amandemennya.
Perbuatan pemerintah yang menjadi obyek kajian dalam HAN adalah perbuatan
pemerintah yang merupakan perbuatan hukum (Rechthandelingen). perbuatan pemerintah yang
merupakan perbuatan hukum adalah suatu perbuatan atau tindakan oleh pemerintah kepada
masyarakat yang dapat menimbulkan akibat hukum. (bentuk keputusan dan peraturan)
Perbuatan penerintah yang berupa keputusan dan peraturan lebih mendominasi dari
perbuatan pemerintah yang lain, dan ekef untuk masyarakat juga lebih besar maka dari itu sangat
sayang jka kita tidak mengupas lebih jauh tentang keputusan (beschikking) dan peraturan
(regeling).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Keputusan Tata Usaha Negara?
2. Apa saja unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara ?
3. Apa saja jenis-jenis Keputusan Tata Usaha Negara ?
4. Bagaimana cara-cara membuat Keputusan Tata Usaha Negara ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha Negara.
4

2. Menyebutkan dan menjelaskan unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara.


3. Menjelaskan jenis-jenis Keputusan Tata Usaha Negara.
4. Menjelaskan syarat-syarat membuat Keputusan Tata Usaha Negara.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN)
Beberapa sarjana memberikan pendapat mengenai definisi tentang Keputusan, berikut
adalah pendapat para sarjana tersebut:
Menurut W.F PRINS, Keputusan adalah suatu tindakan hukum sepihak dibidang
pemerintahan, dilakukan olehpenguasa berdasarkan kewenangan khusus.

Menurut E. UTRECHT, Keputusan adalah suatu perbuatan berdasarkan hukum publik


yang bersegi satu, ialahdilakukan oleh alat-alat pemerinah berdsarkan sesuatu kekuasaan
istimewa.
Menurut VAN DER POT, Keputusan adalah perbuatan hukum yang dilakukan alat-alat
pemerintahan itu dalammenyelenggarakan hal khusus, dengan maksud mengadakan perubahan
dalam lapangan bidang hukum.
Menurut VAN POELJE, Keputusan adalah pernyataan tertulis kehendak suatu alat
perlengkapan pemerintah daripenguasa pusat yang sifatnya sepihak yang ditujukan keluar,
berdasarkan kewenangan atasdasar suatu peraturan HTN atau hukum Tata Pemerintahan dan
yang tujuannya ialahperubahan atau suatu pembatalan suatu hubungan hukum yang ada atau
penetapan sesuatu hubungan hukum yang baru ataupun yang memuat suatu penolakan
pemerintahpenguasa terhadap hal-hal tersebut.
Selain pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut para ahli tersebut, pengertian
keputusan tata usaha negara secara yuridis yaitu Berdasarkan pasal 1 angka 3 Undang-Undang
No. 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 merumuskan bahwasanya Keputusan
Tata Usaha Negara (KTUN) adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau
pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual, dan final yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

2.2 UNSUR-UNSUR KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN)


Berdasarkan pengertian Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana terdapat dalam pasal
1 ayat 3 UU No. 5 Tahun 1986, jika diuraikan apa yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha
Negara tersebut, akan ditemukan unsur-unsurnya sebagai berikut:[2]
1.
2.
3.
4.
5.

Penetapan tertulis;
Dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;
Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan;
Bersifat konkret, individual dan final;
Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Maksud dari kelima unsur-unsur keputusan tata usaha negara diatas yaitu :
1. Suatu Pernyataan Kehendak Tertulis
Pernyataan kehendak sepihak yang dituangkan dalam bentuk tertulis ini muncul dalam
dua kemungkinan, yaitu pertama ditujukan ke dalam (naar binnen gericht), yang artinya
keputusan berlaku ke dalam lingkungan administrasi Negara sendiri, dan kedua, ditujukan ke
luar (naar buiten gericht), yang berlaku bagi warga Negara atau badan hukum perdata.
Keputusan dibagi menjadi ketatapan intern(interne beschikking) dan keputusan ekstern
(externe beschikking).
Berdasarkan penjelasan Pasal 1 Angka 3 UU No. 5 Tahun 1986, istilah penetapan tertulis
menunjuk pada isi dan bukan pada bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat
TUN. Yang di syaratkan tertulis bukan formatnya seperti surat keputusan pengangkatan dan
sebagainya yang diharuskan untuk kemudahan segi pembuktian. Oleh karena itu, memo atau
nota dapat memenuhi syarat tertulis dan akan mendapat keputusan badan atau pejabat TUN
menurut undang-undang ini apabila sudah jelas :
a. Badan atau pejabat TUN yang mengeluarkannya.
b. Maksud serta mengenai hal apa saja isi tulisan itu.
c. Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya.

2. Dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;


Hampir semua bagian pemerintahan berwenang untuk mengeluarkan keputusan atau
keputusan. Keputusan dikeluarkan oleh pemerintah selaku administrasi negara. Banyaknya
lembaga atau organ pemerintahan dan yang dipersamakan dengan organ pemerintahan
menunjukan bahwa pengertian badan atau pejabat TUN memiliki cakupan luas. Hal ini berarti
luas pula pihak-pihak yang dapat diberikan wewenang pemerintah untuk membuat dan
mengeluarkan keputusan.
3. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan;

Pembuatan dan penerbitan keputusan harus didasarkan pada peraturan perundangundangan yang berlaku atau didasarkan pada wewenang pemerintahan yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan. Tanpa dasar tersebut pemerintah atau TUN tidak dapat membuat
dan menerbitkan keputusan atau membuat keputusan menjadi tidak sah. Kewenangan itu dapat
diperoleh organ pemerintah melalui atribusi, delegasi, dan mandat.
Atribusi adalah wewenag yang melekat pada suatu jabatan (Pasal 1 angka 6 UU Nomor 5
Tahun 1986 menyebutnya: wewenang yang ada pada badan atau pejabat tata usaha negara yang
dilawankan dengan wewenang yang dilimpahkan). Delegasi adalah pemindahan/pengalihan
suatu kewenangan yang ada. Delegasi menurut Prof. Muchsan adalah pemindahan/pengalihan
seluruh kewenangan dari delegans (pemberi delegasi) kepada delegataris (penerima delegasi)
termasuk seluruh pertanggungjawabannya. Mengenai mandat Philipus M. Hadjon berpendapat
bahwa dalam hal mandat tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau pengalihtanganan
kewenangan. Sedangkan Prof. Muchsan mendefinisikan mandat adalah pemindahan/pengalihan
sebagian wewenang dari mandans (pemberi mandat) kepada mandataris (penerima mandat)
sedangkan pertanggungjawaban masih berada ditangan mandans.

4. Bersifat Konkret, Individual, dan Final

Bersifat konkrit, artinya objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara itu
tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan, umpamanya keputusan
mengenai pembongkaran rumah si A, izin usaha bagi si B, pemberhentian si A sebagai
pegawai negeri.

Bersifat individual, artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditunjukkan untuk
umum, tetapi tertentu, baik alamat maupun hal yang dituju. Kalau yang dituju itu lebih
dari seorang, maka tiap tiap nama orang yang terkena keputusan itu disebutkan, misalnya
keputusan tentang pembuatan atau pelebaran jalan dengan lampiran yang menyebutkan

nama-nama yang terkena keputusan tersebut.


Bersifat final, artinya sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum.
Keputusan yang masih memerlukan persetujuan instansi atasan atau instansi lain belum
8

bersifat final, karenanya belum dapat menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada pihak
yang bersangkutan, misalnya keputusan pengangkatan seorang pegawai negeri
memerlukan persetujuan dari Badan Kepegawaian Negara
5. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Yang dimaksud dengan menimbulkan akibat hukum adalah menimbulkan akibat hukum
Tata Usaha Negara, karena penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha yang menimbulkan akibat hukum tersebut adalah berisi tindakan hukum Tata Usaha
Negara. Akibat hukum Tata Usaha Negara tersebut dapat berupa:
1. Menguatkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum yang telah ada (declaratoir),
misalnya surat keterangan dari Pejabat Pembuat Akta Tanah yang isinya menyebutkan
antara A dan B memang telah terjadi jual beli tanah atau surat keterangan dari Kepala
Desa yang isinya menyebutkan tentang asal-usul anak yang akan nikah.
2.

Menimbulkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum yang baru (constitutief0,
misalnya Keputusan Jaksa Agung tentang pengangkatan calon Pegawai Negeri Sipil atau
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang sisinya menyebutkan suatu
Perseroan Terbatas diberikan izin mengimpor suatu jenis barang.

3.

Menolak untuk menguatkan hubungan hukum atau keadaan hukum yang telah ada,
misalnya Keputusan Jaksa Agung tentang penolakan untuk mengangkat calon Pegawai
Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil atau Keputusan Badan Pertahanan Nasional
tentang penolakan permohonan perpanjangan Hak Guna Usaha; (2) menolak untuk
menimbulkan hubungan hukum atau keadaan hukum yang baru, misalnya Keputusan
Jaksa Agung tentang penolakan untuk mengangkat calon Pegawai Negeri Sipil atau
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan tentang penolakan permohonan dari
suatu Perseroan Terbatas untuk mengimpor suatu jenis barang.

2.3 JENIS-JENIS KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA


Mengenai jenis-jenis Keputusan Tata Usaha Negara terdapat berbagai doktrin atau pendapat
oleh beberapa ahli hukum. Diantaranya yaitu menurut Utrecht yang menyebut keputusan Tata
Usaha Negara sebagai ketetapan sedangkan Prajudi Atmosudirdjo dan sarjana hukum lainnya
menyebutnya sebagai penetapan.
Menurut Utrecht ketetapan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai
berikut:
9

Ketetapan positif dan ketetapan negatif


Ketetapan positif menimbulkan hak dan/atau kewajiban bagi yang dikenai ketetapan.
Sedangkan ketetapan negatif tidak menimbulkan perubahan dalam keadaan hukum yang telah
ada. Ketetapan negatif tersebut dapat dibedakan menjadi pernyatan tidak berkuasa (onbevoegd
verklaring), pernyataan tidak diterima (neit ontvankelijk verklaring), atau suatu penolakan
(afwijzing).
Ketetapan deklaratur versus ketetapan konstitutif
Ketetapan deklaratur hanya menyatakan bahwa hukumannya demikian. Sedangkan
keputusan konstitutif adalah membuat hukum.
Ketetapan kilat dan ketetapan yang tetap (blijvende)
Menurut Prints ada empat macam ketetapan kilat yaitu:
Ketetapan yang bermaksud mengubah redaksi (teks) ketetapan lama;
Suatu ketetapan negatif yaitu ketetapan yang hanya mengandung suatu keputusan untuk
tidak berbuat sesuatu dan tidak ada halangan untuk masih melakukan tindakan;
Penarikan atau pembatalan suatu ketetapan yaitu ketetapan yang tidak memberikan hasil
yang positif dan tidak menolak untuk mengambil suatu ketetapan;
Suatu pernyataan pelaksanaan
Ketetapan yang berisi dispensasi, izin (vergunning), licentie, dan konsesi
Menurut Prajudi Atmosudirdjo yang menyebut Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)
sebagai penetapan ini membaginya menjadi dua macam yaitu:[

Penetapan positif

Keputusan ini terdiri dari lima golongan penetapan yaitu: (a) yang menciptakan keadaan
hukum baru pada umumnya; (b) yang menciptakan keadaan hukum baru hanya terhadap suatu
objek saja; (c) yang membentuk atau yang membubarkan suatu badan hukum; (d) yang
memberikan beban; (e) penetapan yang memberikan keuntungan yaitu dispensasi, izin, licentie
atau konsesi.

Penetapan negatif

10

Merupakan penetapan yang berlaku sekali saja sehingga seketika permintaannya boleh
diulangi lagi.

Menurut P.

De

Haan (Belanda)

dalam

bukunya Bestuursrecht

in

de

Sociale

Rechtsstaat, terdapat pengelompokan beschikking atau KTUN (Keputusan Tata Usaha


Negara)sebagai berikut:

1.

KTUN Perorangan dan KTUN Kebendaan (Persoonlijk en Zakelijk beschikkingen)


KTUN perorangan adalah keputusan yang diterbitkan kepada seseorang berdasarkan
kualitas pribadi tertentu, dimana hak yang timbul tidak dapat dialihkan kepada orang lain.
Contoh : SK PNS, SIM, dsb.
Sedangkan KTUN kebendaan adalah keputusan yang diterbitkan berdasarkan kualitas
kebendaan atau status suatu benda sebagai obyek hak, dimana hak yang timbul dapat
dialihkan kepada orang lain. Contoh : Sertifikat Hak atas Tanah, BPKP/STNK kendaraan
bermotor, dsb.

2.

KTUN

yang

bersifat

Deklaratif

dan

KTUN

yang

bersifat

Konstitutif

(Rechtsvastellend en Rechtsscheppend beschikkingen)


KTUN deklaratif adalah keputusan yang sifatnya menyatakan atau menegaskan adanya
hubungan hukum yang secara riil sudah ada. Contoh : Akta Kelahiran, Akta Kematian, dsb.
KTUN konstitutif adalah keputusan yang menciptakan hubungan hukum baru yang
sebelumnya tidak ada, atau sebaliknya memutuskan hubungan hukum yang ada. Contoh :
Akta Perkawinan, Akta Perceraian, dsb .
3.

KTUN Bebas dan KTUN Terikat (Vrij en Gebonden beschikkingen)


KTUN bebas adalah keputusan yang didasarkan atas kebebasan bertindak (Freis
Ermessen/Discretionary Power) dan memberikan kebebasan bagi pelaksananya untuk
melakukan penafsiran atau kebijaksanaan. Contoh : SK Pemberhentian PNS

4.

KTUN yang memberi beban dan KTUN yang menguntungkan (Belastend en


Begunstigend beschikkingen)
11

KTUN yang memberi beban adalah keputusan yang memberikan kewajiban. Contoh : SK
tentang Pajak, Restribusi, dll.
Sedangkan KTUN yang menguntungkan adalah keputusan yang memberikan keuntungan
bagi pihak yang dituju. Contoh: SK pemutihan pembayaran pajak yang telah kadaluwarsa.
5.

KTUN Seketika dan KTUN Permanen (Einmaligh en Voortdurend beschikkingen)


KTUN seketika adalah keputusan yang masa berlakunya hanya sekali pakai. Contoh :
Surat ijin pertunjukan hiburan, music, olahraga, dsb.
KTUN pemanen adalah keputusan yang masa berlakunya untuk selama-lamanya, kecuali
ada perubahan atau peraturan baru. Contoh : Sertifikat Hak Miik.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun
2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, keputusan tata usaha Negara (KTUN) dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

1.

Keputusan Tata Usaha Negara Positif


Yaitu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat Tata Usaha Negara
yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, bersifat konkrit, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau Badan Hukum Perdata.

2.

Keputusan Tata Usaha Negara Fiktif


Yaitu Keputusan Tata Usaha Negara yang seharusnya dikeluarkan oleh Badan/Pejabat
Tata Usaha Negara menurut kewajibannya tetapi ternyata tidak diterbitkan, sehingga
menimbulkan kerugian bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata.
Contoh : Dalam kasus kepegawaian, seorang atasan berkewajiban membuat DP3 atau
mengusulkan kenaikan pangkat bawahannya, tetapi atasannya tidak melakukan.

3.

Keputusan Tata Usaha Negara Fiktif Negatif (Pasal 3 ayat (2))


Yaitu Keputusan Tata Usaha Negara yang dimohonkan seseorang atau Badan Hukum
Perdata, tetapi tidak ditanggapi atau tidak diterbitkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara
12

yang bersangkutan. Sehingga dianggap bahwa Badan/Pejabat Tata Usaha Negara telah
mengeluarkan keputusan penolakan (negatif).
Contoh : Pemohon IMB, KTP, dsb apabila dalam jangka waktu yang ditentukan tidak
dijawab/diterbitkan, maka dianggap jelas-jelas menerbitkan keputusan Tata Usaha Negara
yang menolak.

2.4 SYARAT-SYARAT MEMBUAT KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA


1. Syarat material :
a. Organ pemerintah yang membuat ketetapan harus berwenang.
b. Keputusan tidak boleh mengandung kekurangan-kekurangan yuridis.
c. Keputusan harus berdasarkan suatu keadaan tertentu.
d. Keputusan harus dapat dilaksanakan tanpa melanggar peraturan lain, serta isi dan
tujuannya sesuai dengan peraturan dasar.
2. Syarat formal :
Syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya Keputusan dan
berhubungan dengan cara dibuatnya ketetapan harus dipenuhi.
a.

Keputusan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan perundangundangan yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan itu.

b. Syarat-syarat berhubungan dengan pelaksanaan Keputusan itu harus dipenuhi.


c.

Jangka waktu harus ditentukan.


Keputusan itu sah menurut hukum apabila kedua syarat tadi dapat dipenuhi, artinya dapat

diterima sebagai suatu bagian dari tata tertib hukum yang ada baik secara formal dan
material. Apabila ada kekurangan maka ketetapan itu menjadi tidak sah.
Keputusan yang sah dengan sendirinya akan memiliki kekuatan hukum formal dan
kekuatan hukum material. Selain itu, juga akan melahirkan prinsip pradugarechmatig. Asas
ini berkaitan erat dengan asas kepastian hukum (rechtszekerheid) yang terdapat dalam asasasas umum pemerintahan yang layak (AAUPL). Meskipun asas praduga rechmatig ini
penting dalam melandasi setiap ketetapan dengan berbagai konsekuensi yang dilahirkan, asas
13

ini tidak berarti mematikan sama sekali kemungkinan perubahan, pencabutan, atau
penundaan ketetapan TUN yang dapat dilakukan dengan alasan tertentu.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dalam makalah ini, maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986
tentang PTUN, yaitu: Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) adalah suatu penetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata
Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit,
individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata.
2. Ada beberapa unsur yang terdapat yang terdapat dalam Keputusan Tata Usaha Negara
(KTUN),yaitu:
14

Penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
Berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bersifat konkrit, individual dan final.
Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

3. Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan ketetapan mencakup syarat-syarat


material dan syarat formal.

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LUBUK BASUNG

Jl. Soekarno Hatta Telp. (0752) 76017 Fax. (0752) 76015 Padang Baru Lubuk BasungI N D O N E S I A
SEH AT
www.kabupaten-agam.go.id
2010

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM
NOMOR :
TAHUN 2012
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM AKREDITASI RSUD LUBUK BASUNG TAHUN 2012
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LUBUK BASUNG
Menimban
g :

a. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dirasa perlu


untuk melakukan Akreditasi Rumah Sakit dari 5 pelayanan
dasar menjadi 12 pelayanan, RSUD Lubuk Basung
merencanakan terakreditasi 12 pelayanan pada tahun
2012;
15

b. Bahwa pemenuhan standar mutu dari perumusan SPO


terdokumentasi secara lengkap dan benar merupakan
syarat mutlak untuk pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit;
c. Bahwa untuk pelaksanaan seperti yang dimaksudkan pada
point b diatas harus dilakukan secara komprehensif, untuk
itu perlu dibentuk Tim Akreditasi yang dilengkapi dengan
Kelompok Kerja (POKJA) Akreditasi Rumah Sakit;
d. Bahwa untuk mencapai hal tersebut diatas perlu ditetapkan
dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Lubuk Basung;
Mengingat
:

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran
( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431 );
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 5063 );
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153 dan Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 5072);
Permenkes Republik Indonesia Nomor : 159 / Menkes / Per
/ II / 1988 tentang Rumah Sakit, Pasal 26 mengatur tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. HK.00.06.3.5.525 tentang Pemberian Status Akreditasi
Penuh Tingkat Dasar Kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Lubuk Basung Jalan. Dr. M. Hatta Padang Baru, Lubuk
Basung, Kab. Agam Propinsi Sumatera Barat;
Surat Keputasan Direktorat Jenderal Pelayanan Medis
Nomor : YM.02.03.3.5.2626 tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan Lainnya;
Surat
Keputusan
Direktorat
Jenderal
RI
No.
YM.02.03.3.2626
mulai
tahun
anggaran
1999/2000
Akreditasi Rumah Sakit akan dilaksanakan untuk 12
kegiatan pelayanan;
Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor : 7 Tahun 2008
Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah;

16

MEMUTUSKAN
Menetap
kan:
PERTAMA
:

KEDUA
:

KETIGA
:

KEEMPAT
:

Membentuk Tim Akreditasi Rumah Sakit Umum


Daerah Lubuk Basung tahun 2012 beserta uraian
tugasnya sebagaimana tercantum pada Lampiran
Surat Keputusan ini.
Tim Akreditasi Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk
Basung bertanggung jawab kepada Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Basung
Kepada Anggota Tim Akreditasi RSUD Lubuk
Basung,
diberikan
Honorarium
satu
kali
pembayaran yang dibebankan pada kegiatan
Evaluasi dan Pengembangan Standar Pelayanan
dengan Nomor Rekening 1.02.02.23.02.5.2.1.01,
yang besarnya :
1. Penanggung Jawab
Rp. 500.000,2. Ketua Umum
Rp. 500.000,3. Sekretaris Umum
Rp. 400.000,4. Anggota
Rp. 350.000,5. Sekretariat 2 orang
Rp. 200.000,@
Rp. 400.000,6. Ketua Pokja
Rp. 350.000,7. Sekretaris Pokja
Rp. 260.000,8. Anggota Pokja 4 orang
@

Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal


ditetapkan dan akan diperbaiki kembali jika
dikemudian hari terdapat kekeliruan atau
kesalahan.
DITETAPKAN DI : LUBUK
BASUNG
PADA TANGGAL :
Januari
2012

17

DIREKTUR RSUD LUBUK


BASUNG

Dr. Hendri Rusdian, M.Kes


NIP. 19670309 200003 1 002

DAFTAR PUSTAKA
http://elgawatyos.blogspot.co.id/2011/01/tugas-han-beschikking_18.html
https://goresankataku.wordpress.com/2014/06/05/keputusan-tata-usaha-negara-ktun/
http://studihukum.blogspot.co.id/2010/11/keputusan-tata-usaha-negara-1.html
http://juniarwibisana.blogspot.co.id/2015/10/makalah-keputusan-dan-ketetapan-hukum.html
18

http://dokumen.tips/documents/sk-akreditasi-tahun-2012.html

19

Anda mungkin juga menyukai