PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang selalu berkaitan dengan aktivitas
perilaku administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi diantara keduanya. Di saat
sistem administrasi negara yang menjadi pilar pelayanan public menghadapi masalah yang
fundamental maka rekonseptualisasi, reposisi dan revitalisasi kedudukan hukum administrasi
negara menjadi satu keharusan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan penerapan good
governance.
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia secara simultan berinteraksi dengan
faktor-faktor fisik, geografis, demografi, kekayaan alam, idiologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan hankam. Dalam rangka pencapaian tujuan negara dan pelaksanaan tugas negara
diselenggarakan fungsi-fungsi negara yang masing-masing dilaksanakan oleh Lembaga Negara
yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dengan amandemennya.
Perbuatan pemerintah yang menjadi obyek kajian dalam HAN adalah perbuatan
pemerintah yang merupakan perbuatan hukum (Rechthandelingen). perbuatan pemerintah yang
merupakan perbuatan hukum adalah suatu perbuatan atau tindakan oleh pemerintah kepada
masyarakat yang dapat menimbulkan akibat hukum. (bentuk keputusan dan peraturan)
Perbuatan penerintah yang berupa keputusan dan peraturan lebih mendominasi dari
perbuatan pemerintah yang lain, dan ekef untuk masyarakat juga lebih besar maka dari itu sangat
sayang jka kita tidak mengupas lebih jauh tentang keputusan (beschikking) dan peraturan
(regeling).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Keputusan Tata Usaha Negara?
2. Apa saja unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara ?
3. Apa saja jenis-jenis Keputusan Tata Usaha Negara ?
4. Bagaimana cara-cara membuat Keputusan Tata Usaha Negara ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha Negara.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN)
Beberapa sarjana memberikan pendapat mengenai definisi tentang Keputusan, berikut
adalah pendapat para sarjana tersebut:
Menurut W.F PRINS, Keputusan adalah suatu tindakan hukum sepihak dibidang
pemerintahan, dilakukan olehpenguasa berdasarkan kewenangan khusus.
Penetapan tertulis;
Dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;
Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan;
Bersifat konkret, individual dan final;
Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Maksud dari kelima unsur-unsur keputusan tata usaha negara diatas yaitu :
1. Suatu Pernyataan Kehendak Tertulis
Pernyataan kehendak sepihak yang dituangkan dalam bentuk tertulis ini muncul dalam
dua kemungkinan, yaitu pertama ditujukan ke dalam (naar binnen gericht), yang artinya
keputusan berlaku ke dalam lingkungan administrasi Negara sendiri, dan kedua, ditujukan ke
luar (naar buiten gericht), yang berlaku bagi warga Negara atau badan hukum perdata.
Keputusan dibagi menjadi ketatapan intern(interne beschikking) dan keputusan ekstern
(externe beschikking).
Berdasarkan penjelasan Pasal 1 Angka 3 UU No. 5 Tahun 1986, istilah penetapan tertulis
menunjuk pada isi dan bukan pada bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat
TUN. Yang di syaratkan tertulis bukan formatnya seperti surat keputusan pengangkatan dan
sebagainya yang diharuskan untuk kemudahan segi pembuktian. Oleh karena itu, memo atau
nota dapat memenuhi syarat tertulis dan akan mendapat keputusan badan atau pejabat TUN
menurut undang-undang ini apabila sudah jelas :
a. Badan atau pejabat TUN yang mengeluarkannya.
b. Maksud serta mengenai hal apa saja isi tulisan itu.
c. Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya.
Pembuatan dan penerbitan keputusan harus didasarkan pada peraturan perundangundangan yang berlaku atau didasarkan pada wewenang pemerintahan yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan. Tanpa dasar tersebut pemerintah atau TUN tidak dapat membuat
dan menerbitkan keputusan atau membuat keputusan menjadi tidak sah. Kewenangan itu dapat
diperoleh organ pemerintah melalui atribusi, delegasi, dan mandat.
Atribusi adalah wewenag yang melekat pada suatu jabatan (Pasal 1 angka 6 UU Nomor 5
Tahun 1986 menyebutnya: wewenang yang ada pada badan atau pejabat tata usaha negara yang
dilawankan dengan wewenang yang dilimpahkan). Delegasi adalah pemindahan/pengalihan
suatu kewenangan yang ada. Delegasi menurut Prof. Muchsan adalah pemindahan/pengalihan
seluruh kewenangan dari delegans (pemberi delegasi) kepada delegataris (penerima delegasi)
termasuk seluruh pertanggungjawabannya. Mengenai mandat Philipus M. Hadjon berpendapat
bahwa dalam hal mandat tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau pengalihtanganan
kewenangan. Sedangkan Prof. Muchsan mendefinisikan mandat adalah pemindahan/pengalihan
sebagian wewenang dari mandans (pemberi mandat) kepada mandataris (penerima mandat)
sedangkan pertanggungjawaban masih berada ditangan mandans.
Bersifat konkrit, artinya objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara itu
tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan, umpamanya keputusan
mengenai pembongkaran rumah si A, izin usaha bagi si B, pemberhentian si A sebagai
pegawai negeri.
Bersifat individual, artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditunjukkan untuk
umum, tetapi tertentu, baik alamat maupun hal yang dituju. Kalau yang dituju itu lebih
dari seorang, maka tiap tiap nama orang yang terkena keputusan itu disebutkan, misalnya
keputusan tentang pembuatan atau pelebaran jalan dengan lampiran yang menyebutkan
bersifat final, karenanya belum dapat menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada pihak
yang bersangkutan, misalnya keputusan pengangkatan seorang pegawai negeri
memerlukan persetujuan dari Badan Kepegawaian Negara
5. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Yang dimaksud dengan menimbulkan akibat hukum adalah menimbulkan akibat hukum
Tata Usaha Negara, karena penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha yang menimbulkan akibat hukum tersebut adalah berisi tindakan hukum Tata Usaha
Negara. Akibat hukum Tata Usaha Negara tersebut dapat berupa:
1. Menguatkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum yang telah ada (declaratoir),
misalnya surat keterangan dari Pejabat Pembuat Akta Tanah yang isinya menyebutkan
antara A dan B memang telah terjadi jual beli tanah atau surat keterangan dari Kepala
Desa yang isinya menyebutkan tentang asal-usul anak yang akan nikah.
2.
Menimbulkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum yang baru (constitutief0,
misalnya Keputusan Jaksa Agung tentang pengangkatan calon Pegawai Negeri Sipil atau
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang sisinya menyebutkan suatu
Perseroan Terbatas diberikan izin mengimpor suatu jenis barang.
3.
Menolak untuk menguatkan hubungan hukum atau keadaan hukum yang telah ada,
misalnya Keputusan Jaksa Agung tentang penolakan untuk mengangkat calon Pegawai
Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil atau Keputusan Badan Pertahanan Nasional
tentang penolakan permohonan perpanjangan Hak Guna Usaha; (2) menolak untuk
menimbulkan hubungan hukum atau keadaan hukum yang baru, misalnya Keputusan
Jaksa Agung tentang penolakan untuk mengangkat calon Pegawai Negeri Sipil atau
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan tentang penolakan permohonan dari
suatu Perseroan Terbatas untuk mengimpor suatu jenis barang.
Penetapan positif
Keputusan ini terdiri dari lima golongan penetapan yaitu: (a) yang menciptakan keadaan
hukum baru pada umumnya; (b) yang menciptakan keadaan hukum baru hanya terhadap suatu
objek saja; (c) yang membentuk atau yang membubarkan suatu badan hukum; (d) yang
memberikan beban; (e) penetapan yang memberikan keuntungan yaitu dispensasi, izin, licentie
atau konsesi.
Penetapan negatif
10
Merupakan penetapan yang berlaku sekali saja sehingga seketika permintaannya boleh
diulangi lagi.
Menurut P.
De
Haan (Belanda)
dalam
bukunya Bestuursrecht
in
de
Sociale
1.
2.
KTUN
yang
bersifat
Deklaratif
dan
KTUN
yang
bersifat
Konstitutif
4.
KTUN yang memberi beban adalah keputusan yang memberikan kewajiban. Contoh : SK
tentang Pajak, Restribusi, dll.
Sedangkan KTUN yang menguntungkan adalah keputusan yang memberikan keuntungan
bagi pihak yang dituju. Contoh: SK pemutihan pembayaran pajak yang telah kadaluwarsa.
5.
1.
2.
3.
yang bersangkutan. Sehingga dianggap bahwa Badan/Pejabat Tata Usaha Negara telah
mengeluarkan keputusan penolakan (negatif).
Contoh : Pemohon IMB, KTP, dsb apabila dalam jangka waktu yang ditentukan tidak
dijawab/diterbitkan, maka dianggap jelas-jelas menerbitkan keputusan Tata Usaha Negara
yang menolak.
Keputusan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan perundangundangan yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan itu.
diterima sebagai suatu bagian dari tata tertib hukum yang ada baik secara formal dan
material. Apabila ada kekurangan maka ketetapan itu menjadi tidak sah.
Keputusan yang sah dengan sendirinya akan memiliki kekuatan hukum formal dan
kekuatan hukum material. Selain itu, juga akan melahirkan prinsip pradugarechmatig. Asas
ini berkaitan erat dengan asas kepastian hukum (rechtszekerheid) yang terdapat dalam asasasas umum pemerintahan yang layak (AAUPL). Meskipun asas praduga rechmatig ini
penting dalam melandasi setiap ketetapan dengan berbagai konsekuensi yang dilahirkan, asas
13
ini tidak berarti mematikan sama sekali kemungkinan perubahan, pencabutan, atau
penundaan ketetapan TUN yang dapat dilakukan dengan alasan tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dalam makalah ini, maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986
tentang PTUN, yaitu: Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) adalah suatu penetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata
Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit,
individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata.
2. Ada beberapa unsur yang terdapat yang terdapat dalam Keputusan Tata Usaha Negara
(KTUN),yaitu:
14
Penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
Berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bersifat konkrit, individual dan final.
Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Jl. Soekarno Hatta Telp. (0752) 76017 Fax. (0752) 76015 Padang Baru Lubuk BasungI N D O N E S I A
SEH AT
www.kabupaten-agam.go.id
2010
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM
NOMOR :
TAHUN 2012
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM AKREDITASI RSUD LUBUK BASUNG TAHUN 2012
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LUBUK BASUNG
Menimban
g :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
16
MEMUTUSKAN
Menetap
kan:
PERTAMA
:
KEDUA
:
KETIGA
:
KEEMPAT
:
17
DAFTAR PUSTAKA
http://elgawatyos.blogspot.co.id/2011/01/tugas-han-beschikking_18.html
https://goresankataku.wordpress.com/2014/06/05/keputusan-tata-usaha-negara-ktun/
http://studihukum.blogspot.co.id/2010/11/keputusan-tata-usaha-negara-1.html
http://juniarwibisana.blogspot.co.id/2015/10/makalah-keputusan-dan-ketetapan-hukum.html
18
http://dokumen.tips/documents/sk-akreditasi-tahun-2012.html
19