PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini tidak ada negara atau suatu bangsa di dunia yang
tidak mempunyai hukum sendiri. Apabila dalam pengartian bahasa
kita sering mengenal dengan istilah tata hukum. Tiap-tiap bangsa
mempunyai tata hukumnya sendiri, sedemikian juga dengan bangsa
indonesia
yang
mempunyai
tata
hukum
dan
pembentukan
perundang-undangannya sendiri.
Indonesia dikenal sebagai negara yang menganut sistem hukum
civil law, yang prinsip dasarnya adalah hukum itu memiliki kekuatan
mengikat
karena
berupa
peraturan
perundang-undangan
yang
lembaga
eksekutif
yang
berdasarkan
kewenangan
dan
negara
yang
berdasarkan
atas
hukum
moderen
asas-asas
peraturan
perundang-
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori dan Landasan Pembentukan Peraturan PerundangUndangan
2.1.1 Teori Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang (gezets) adalah dasar dan batas bagi kegiatan pemerintah, yang
menjamin tuntutan-tuntutan negara berdasar atas hukum, dan adanya kepastian
dalam hukum. Menurut pendapat Peter Badura, dalam pengertian
teknis
Otto,
dkk.,
teori
tentang
pembentukan
undang-undang
mengaruhi kualitas hukum (the legal quality) dan substansi undang-undang (the
content of the law). Teori-teori tersebut meliputi:
Landasan Filosofis
Peraturan
perundang-undangan
dikatakan
mempunyai
landasan
Landasan Sosiologis
Suatu
perundang-undangan
dikatakan
mempunyai
landasan
c.
Landasan Yudiris
Peraturan
perundang-undangan
dikatakan
mempunyai
landasan
yuridis ( rechtsground ) apabila mempunyai dasar hukum, legalitas atau landasan yang
terdapat dalam ketentuan hukum yang lebih tinggi derajatnya. Disamping itu landasan
yuridis mempertanyakan apakah peraturan yang dibuat sudah dilakukan oleh atas dasar
kewenganannya.
d. Landasan Teknik Perancangan
Pembuatan peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan teknik perancangan
yaitu sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Negara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam
penyelenggaraan negara.
b.
Undang-Undang
(UU)/Peraturan
Pemerintahan
Pengganti
ke
DPR
f.
Peraturan
Daerah
Provinsi
(Perda
Provinsi);
dan
Peraturan
Daerah
a. Kejelasan Tujuan;
Yang dimaksud dengan kejelasan tujuan adalah bahwa setiap Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak
dicapai.
b.
Yang dimaksud dengan asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
adalah bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh
lembaga/pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang.
Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum,
apabila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang.
c. Kesesuaian Antara Jenis Dan Materi Muatan;
Yang dimaksud dengan asas kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah
bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis Peraturan Perundangundangannya.
d.
Dapat Dilaksanakan;
Yang dimaksud dengan asas dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas
Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis,
yuridis maupun sosiologis.
g.
Keterbukaan.
Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah bahwa dalam proses
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari pencanaan, persiapan,
penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian,
Sementara itu, asas-asas yang harus dikandung dalam materi muatan Peraturan
Perundang-undangan dirumuskan dalam Pasal 6 sebagai berikut :
a.
Pengayoman;
Yang dimaksud dengan asas pengayoman adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam
rangka menciptakan ketenteraman masyarakat.
b.
Kemanusiaan;
Yang dimaksud dengan asas kemanusiaan adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan
Perundang-undangan
harus
mencerminkan
perlindungan
dan
penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara
dan penduduk Indonesia secara proporsional.
c. Kebangsaan;
Yang dimaksud dengan asas kebangsaan adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa
Indonesia yang pluralistik (kebhinnekaan) dengan tetap menjaga prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
d.
Kekeluargaan;
Yang dimaksud dengan asas kekeluargaan adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai
mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
e. Kenusantaraan;
Yang dimaksud dengan asas kenusantaraan adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh
wilayah Indonesia dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat
di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan
Pancasila.
f.
Yang dimaksud dengan asas bhinneka tunggal ika adalah bahwa Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama,
suku, dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaza khususnya yang
menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
g.
Keadilan;
Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional
bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
h.
Yang dimaksud dengan asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban
dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
j.
10
1.
2.
RUU dari DPR diajukan oleh anggota DPR, komisi, gabungan komisi, atau
alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi atau Dewan
Perwakilan Daerah (DPD)
3.
RUU yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga
pemerintah non-kementerian sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya
4.
5.
Setiap RUU yang diajukan harus dilengkapi dengan Naskah Akademik kecuali
untuk RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), RUU penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) menjadi UU, serta RUU
pencabutan UU atau pencabutan Perpu.
6.
7.
8.
9.
Pembicaraan tingkat I dilakukan dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat
Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran, atau rapat panitia khusus
11
a. penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, pendapat mini
DPD, dan hasil Pembicaraan Tingkat I;
b.
pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota secara
lisan yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Landasan
pembentukan
peraturan
perundang-undangan
memuat:
Landasan Filosofis,
Landasan Sosiologis,.
Landasan Yudiris,
Landasan Teknik Perancangan.
2. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan menurut ketentuan UU No.
12 Tahun 2011 mengatur bahwa jenis dan hierarki peraturan perundangundangan terdiri atas:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
13
Pengayoman
Kemanusiaan
Kebangsaan
Kekeluargaan
Kenusantaraan
Bhinneka Tunggal Ika
Keadilan
Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum Dan Pemerintahan
Ketertiban Dan Kepastian Hukum
Keseimbangan; Keserasian, Dan Keselarasan
14
Presiden,
pembahasan,
pengundangan,
sosialisasi,
15
DAFTAR PUSTAKA
A
Hamid
Attamimi,
Penyelenggaraan
Peranan
Pemerintahan
Keputusan Presiden
Negara,
Disertasi,
RI
dalam
Fakultas
16