Anda di halaman 1dari 16

HAK ATAS HIDUP LAYAK

KELOMPOK :
ANDINI PERMATA SARI (10040014239)
REIHAN RIZKY (10040014240)
RIZKI UTAMI (10040014241)
MEYRISTA BELLA PUTRI (10040014242)

INSTRUMEN HUKUM HAK ATAS


HIDUP LAYAK

PASAL 25 AYAT (1) DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA

Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang


memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya
dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian,
perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan
sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada
saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi
janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan
lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah,
yang berada di luar kekuasaannya

PASAL 11 AYAT (1) DAN (2) KOVENAN INTERNASIONAL


EKONOMI SOSIAL BUDAYA (EKOSOB)

(1) Negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak


setiap orang atas standar kehidupan yang layak
baginya dan keluarganya, termasuk pangan, sandang
dan perumahan, dan atas perbaikan kondisi hidup
terus menerus. Negara Pihak akan mengambil
langkah-langkah yang memadai untuk menjamin
perwujudan hak ini dengan mengakui arti penting
kerjasama internasional yang berdasarkan kesepakatan
sukarela.

(2) Negara Pihak pada Kovenan ini, dengan mengakui hak


mendasar dari setiap orang untuk bebas dari kelaparan, baik
secara individual maupun melalui kerjasama internasional, harus
mengambil langkah-langkah termasuk program-program khusus
yang diperlukan untuk;
a) Meningkatkan cara-cara produksi, konservasi dan distribusi
pangan, dengan sepenuhnya memanfaatkan pengetahuan teknik
dan ilmu pengetahuan, melalui penyebarluasan pengetahuan
tentang asas-asas ilmu gizi, dan dengan mengembangkan atau
memperbaiki sistem pertanian sedemikian rupa, sehingga
mencapai suatu perkembangan dan pemanfaatan sumber daya
alam yang efisien;
b) Memastikan distribusi pasokan pangan dunia yang adil yang
sesuai kebutuhan, dengan memperhitungkan masalah-masalah
Negara-negara pengimpor dan pengekspor pangan.

INSTRUMEN HUKUM HAK ATAS


HIDUP LAYAK NASIONAL
Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Pasal 11 Undang-Undang No 39 Tahun 1999
Tentang HAM
Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan
dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara
layak

PENGERTIAN HAK ATAS HIDUP LAYAK


Hak Atas Hidup Layak dapat didefinisikan
sebagai hak untuk mendapatkan kebutuhan dasar
(sandang,pangan,papan) pada tingkat yang
memadai dan dalam hal untuk mencapai hak
tersebut negara wajib untuk menjamin dan
memfasilitasinya.

STANDAR HAK ATAS HIDUP LAYAK


Standar Hak atas hidup layak tidak dijabarkan secara
langsung dalam Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia, kovenan ekosob maupun dalam komentar
umum. Standar Hak Atas Hidup Layak mencakup
tentang pemenuhan kebutuhan dasar
(sandang,pangan,papan). Dan oleh karena itu standar
hak atas hidup layak dapat diambil berdasarkan standar
hak atas tempat tinggal yang layak dan standar atas
bahan pangan yang layak, yang tercantum dalam
komentar umum.

STANDAR HAK ATAS TEMPAT


TINGGAL YANG LAYAK

Dalam Komentar Umum No.4 Ekonomi Sosial Budaya yang


membahas tentang Hak Atas Tempat Tinggal yang Layak
menjabarkan standar Hak Atas Hidup Layak adalah sebagai
berikut:
Aman, damai dan bermartabat
Tersedianya privasi yang cukup dan ruang yang cukup
Adanya kepemilikan tempat tinggal yang sah (jaminan
legalitas kepemilikan)
Ketersediaan akan berbagai layanan
Keterjangkauan tempat tinggal dan mata pencaharian
Layak huni
Aksebilitas

STANDAR HAK ATAS BAHAN PANGAN


YANG LAYAK

Dalam Komentar Umum No.12 Ekonomi Sosial Budaya (EKOSOB)


yang membahas tentang Hak Atas Bahan Pangan yang Layak
menjabarkan standar Hak Atas Bahan Pangan Layak adalah sebagai
berikut:
Ketersediaan bahan pangan dalam kualitas dan kuantitas yang memadai
Aksebilitas bahan pangan itu berkesinambungan dan tidak mengganggu
pemenuhan hak asasi manusai lainnya
Berisikan gabungan gizi untuk pertumbuhan fisik dan mental,
perkembangan dan perawatan
Bebas dari substansi-substansi yang merugikan, menetapkan kebutuhan
atas keamanan bahan pangan dan tindakan-tindakan perlindungan
Harga bahan pangan sesuai dengan pendapatan perkapita negara
( aksebilitas ekonomi)
Keterjangkauan bahan pangan bagi setiap orang (aksebilitas fisik).

CONTOH KASUS
Seorang anak balita, Zahra Aulia, tewas mengenaskan. Korban yang
baru berusia lima tahun itu meninggal karena tercebur ke sungai.
Selama ini, ia tinggal bersama orang tuanya di kolong Jembatan
Latuharhari, Menteng, Jakarta Pusat. Senin (9/6) malam, ia tercebur
ke dalam Kali Ciliwung, Kanal Banjir Barat (KBB).
Kasus ini menjadi perhatian Pelaksana Tugas(Plt) Gubernur DKI
Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Demi keselamatan jiwa
warga Jakarta katanya, sebelumnya pihaknya telah melarang warga
tinggal di bawah atau kolong jembatan. Seperti diketahui, di Jakarta
banyak kolong jembatan yang sejak lama sudah tak asing lagi
dijadikan tempat tinggal masyarakat.

ANALISIS KASUS

Di Indonesia standar Hak Atas Hidup Layak, khususnya dilihat


dari standar Hak Atas Tempat Tinggal yang layak belum
terpenuhi sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan
dalam komentar umum.
Dari kasus diatas standar-standar yang telah ditetapkan dalam
Komentar Umum Ekosob yang belum terpenuhi diantaranya:
1.Warga kolong jembatan belum mendapatkan tempat tinggal
yang aman, damai dan bermartabat. Sehingga dalam kasus
diatas seorang anak balita menjadi korban terbawa arus sungai
karena tinggal di kolong jembatan yang dekat sungai yang
pada umumnya dinilai sebagai tempat tinggal yang berbahaya.

2.

3.

Warga yang tinggal di kolong jembatan tidak memiliki


privasi yang cukup serta ruang yang cukup untuk
melakukan aktivitasnya. Sehingga hal yang terjadi
seperti kasus diatas seorang anak balita yang tercebur
sungai rawan sekali terjadi karena tidak adanya ruang
yang cukup bagi anak-anak untuk bermain.
Warga yang tinggal di kolong jembatan tidak memiliki
tempat tinggal yang layak huni, berdasarka Komentar
Umum definisi tempat tinggal yang layak huni yaitu
Tempat tinggal harus dapat memberi penghuninya
ruang yang layak dan dapat melindungi mereka dari
cuaca dingin, lembab, panas, hujan, angin, atau
ancaman-ancaman bagi kesehatan bahaya fisik
bangunan dan vektor penyakit.

4.

Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa tempat


tinggal yang berada di kolong jembatan tidak
dapat melindungi penghuninya, karena dekat
dengan sungai yang merupakan sumber dari
berbagai penyakit, lingkungan dekat sungai juga
berbahaya bagi anak-anak serta terdapat banyak
polusi, baik polusi udara maupun polusi suara.
Warga yang tinggal di kolong jembatan tidak
memiliki sertifikat kepemilikan tempat tinggal
yang sah sehingga sewaktu waktu dapat
dilakukan penggusuran oleh pemerintah.

SOLUSI

Untuk mewujudkan penyediaan fasilitas bagi


kehidupan yang layak untuk warga kolong jembatan
terdapat beberapa solusi yang dapat diambil oleh
pemerintah solusi tersebut yakni:
Memberikan sosialisasi kepada warga kolong jembatan
bahwa sangat berbahaya untuk tinggal di kolong
jembatan
Menyediakan fasilitas rumah rakyat yang sesuai
dengan warga kolong jembatan, dalam hal ini harga
rumah tersebut harus terjangkau dan rumah harus
mudah di akses bagi warga kolong jembatan dalam
memenuhi kebutuhannya.

Menyediakan fasilitas air bersih, listrik, sarana dan


prasarana publik yang terjangkau di sekitar
perumahan rakyat
Melanjutkan program BLT(bantuan tunai
langsung) secara lebih menyeluruh sehingga
warga kolong jembatan dapat menerima bantuan
tersebut
Menyesuaikan harga-harga bahan pangan bagi
warga miskin atau warga kolong jembatan.

Anda mungkin juga menyukai