Oleh :
Aris Mohamad Ghaffar Binol
e-mail : arisbinol@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk ha katas sumber-sumber kehidupan dalam
ham,ha katas lingkungan hidup yang bersih dalam ham, dan refoemasi pengelolaan lingkungan
hidup dalam ham. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research),
data yang diperoleh dari berbagai sumber yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti, berupa
buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Disamping itu data yang
diambil penulis berasal dari dokumen-dokumen penting maupun dari peraturan perundang-
undangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pelanggaran hak-hak yang
seharunya dijamin oleh negara peserta konvensi hak tersebut adalah hak untuk diperlakukan
secara sama yaitu hak sipil, hak politik serta hak ekonomi, sosial dan budaya.
Kata Kunci : Ham, Lingkungan Hidup, Penglolaan Lingkungan Hidup
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada tahun 1972 di Swedia diselenggarakan KTT lingkungan yang pertama di
Stockholm. Negara-negara dunia pertama dan dunia ketiga hadir dalam KTT yang difasilitasi
PBB itu. Pada bulan April 2001 Komisi Hak Asasi Manusia PBB menyimpulkan bahwa setiap
orang memiliki hak hidup di dunia yang bebas dari polusi bahan-bahan beracun dan degradasi
lingkungan hidup. Menanggapi momen bersejarah tersebut Klaus Toepfer, Direktur Eksekutif
UNEP (United Nation Environment Program) menyatakan keadaan lingkungan hidup secara
nyata membantu untuk menentukan sejauh mana orang dapat menikmati hak-hak dasarnya untuk
hidup, kesehatan, makanan dan perumahan yang layak serta atas penghidupan dan budaya
tradisionalnya. Hak dasar untuk hidup terancam oleh degradasi dan deforestasi, paparan bahan
kimia beracun, limbah berbahaya dan pencemaran air minum.1[1] Untuk lebih jelasnya tentang
Instrumen Internasional dan nasional tentang lingkungan hidup sebagai Hak Asasi Manusia ini
akan dibahas dalam bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hak atas sumber-sumber kehidupan dalam HAM?
2. Bagaimana Hak atas lingkungan hidup yang sehat dan bersih dalam HAM?
3. Bagaimana reformasi pengelolaan lingkungan hidup dalam HAM?
II. PEMBAHASAN
3[3]Ibid
Tugas Jurnal HAM dan Lingkungan Hidup 3
Saat ini beban utang luar negeri atau ketergantungan terhadap utang luar negeri telah
memasuki stadium kritis karena telah menyebabkan defisit kedaulatan. Utang luar negeri telah
dijadikan alat oleh negara-negara kreditor dan lembaga-lembaga keuangan internasional, untuk
mendiktekan kebijakan-kebijakan di bidang perekonomian yang menguntungkan perusahaan-
perusahaan transnasional. Melalui tema-tema deregulasi, liberalisasi dan privatisasi, negara
memberikan atau dipaksa memberikan akses yang sangat besar kepada kepentingan modal
internasional untuk menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak, serta atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Tidak saja akses rakyat yang semakin marginal, tetapi juga pemerintah ditekan untuk
menurunkan standar keaamanan dan regulasi lingkungan hidup.4[4]
Untuk itu pemerintah harus segera melepaskan ketergantungan terhadap utang luar negeri
dan mengutamakan penyiapan prasarana bagi potensi entreprnuer lokal potensi ekonomi rakyat.
Pertama-tama pemerintah harus berani menuntut pihak kreditor untuk menghapuskan utang-
utang lama yang dikorup oleh Rezim Orba serta proyek utang luar negeri yang telah merampas
hak-hak rakyat dan menghancurkan lingkungan hidup. Rakyat Indonesia dn pemerintah berhak
menolak pembayaran utang luar negeri yang sama sekali tidak memberikan manfaat kepada
rakyat, atau dinikmati oleh kontraktor, konsultan, para pemasok dari kreditor sebagai prasyarat
pencairan utang demi pembangunan proyek utang.
Secara moral penghapusan utang luar negeri adalah tindakan yang dapat dibenarkan.
Bahkan kini telah muncul wacana tentang utang sosial-ekologis negara-negara maju terhadap
negara-negara didunia ketiga. Tesisnya adalah bahwa kemakmuran dan gaya hidup konsumen di
negara-negara maju, diperoleh melalui eksploitasi terhadap kekayaan alam di dunia ketiga yang
dihisap sejak jaman kolonialisme hingga hari ini. Tesis kedua, kemakmuran dan gaya hidup
konsumen di dunia maju harus dibayar dengan kerusakan lingkungan yang ditanggung rakyat
dunia ketiga. Diantaranya pemanasan global, penipisan lapisan ozon kontributor utamanya
adalah konsumsi di negara maju.
1. Pembaharuan Kelembagaan
Kelembagaan pemerintah pengelola lingkungan hidup yang ada saat ini tidak mampu
berfungsi secara efektif karena sifat kewenangan yang terbatas mengkoordinasikan kebijakan
sektor dalam bidang lingkungan hidup selalu dimarjinalkan di bawah kepentingan sektor yang
berorientasi eksploitasi dan skala besar. Selain itu kepengurusan lembaga lingkungan hidup yang
sentralistis, menambah kompleksitas penanganan masalah penurunan kualitas lingkungan hidup
tidak memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan monitoring kebijakan dalam rangka
menjamin daya dukung lingkungan, menjamin keadilan dan keberlanjutan bagi generasi
sekarang dan mendatang.
Selain itu, efektivitas kelembagaan pengelolaan sumber daya alam di dukung oleh
keberadaan peran masyarakat. Peran masyarakat adalah sumber dari tiga hak dasar masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintahan yaitu hak masyarakat untuk mengakses informasi, hak
masyarakat untuk berpartisipasi, dan hak masyarakat untuk mendapatkan keadilan. Dalam
Konteks pengelolaan sumber daya alam ketiga hak dasar masyarakat tersebut mutlak harus
dijamin pelaksanaannya.6[6]
Dengan demikian, dalam hal penataan kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup,
reformasi kelembagaan yang harus dilakukan:
a. Kelembagaan yang terkait dengan kebijakan makro pengelolaan lingkungan hidup harus
dijadikan landasan bagi penyangga dan penjamin keberlanjutan kehidupan Indonesia dimasa
yang akan datang dan tidak lagi sebagai penyangga ekonomi.
b. Menetapkan kelembagaan yang memiliki fungsi perlindungan dan konservasi lingkungan, yang
kewenangannya meliputi perencanaan, penetapan baku mutu dan standar pengelolaan lingkungan
hidup, mitigasi dampak penurunan kualitas lingkungan dan rehabilitasi akibat pencemaran.
Lembaga ini juga harus mengintegrasikan fungsi pengawasan dan penegakan hukum lingkungan
dan memiliki kewenangan penundaan ijin operasi sementara jika diduga terjadi pelanggaran
hukum di bidang lingkungan.
c. Mengintegrasikan kelembagaan yang memiliki fungsi menjamin akses terhadap pemanfaatan
lingkungan secara adil dan berkelanjutan. Sebagai konsekuensinya, perlu dilakukan kaji ulang
dan perampingan kelembagaan sektoral yang ada saat ini. Idealnya seluruh kelembagaan sektoral
berada pada satu atap dari mulai perijinan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring.
Di tingkat daerah kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup hendaknya menganut
prinsip desentralisasi kewenangan berdasarkan fungsi, yang diharapkan dapat mendekatkan
proses pengambilan keputusan dari pengambil keputusan kepada kelompok penerima dampak.
Bentuk kelembagaan yang diusulkan adalah kepemerintahan rakyat (community govermance),
dimana kelembagaan ini sifatnya ad-hoc, informal, multistakeholder, pendekatan berdasarkan isu
dan kepentingan dan dikelola dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kelembagaan formal
pemerintah dalam bidang pengelolaan lingkungan menjadi bagian dari kepemerintahan rakyat
ini.
2. Pembaharuan Perundang-Undangan
Reformasi perundang-undangan diperlukan karena tidak adanya kesamaan cara pandang
terhadap lingkungan hidup sebagai penyangga kehidupan, yang berakar pada persoalan
pemahaman yang parsial sehingga menimbulkan pendekatan sektoral dan jangka pendek dalam
6[6]Chandra Muzaffar, Hak Asasi Manusia Dalam Tata Dunia Baru, (Bandung: Mizan Pustaka, 1993), h.
64
Tugas Jurnal HAM dan Lingkungan Hidup 5
III. PENUTUP
Simpulan:
1. Hak atas sumber-sumber kehidupan terbagi empat yaitu :
a. Hak atas penentuan nasib sendiri.
b. Hak atas Pekerjaan.
c. Hak atas taraf kehidupan yang layak.
d. Hak atas kekayaan alam
2. Hak atas lingkungan hidup yang sehat dan bersih terbagi dua, yaitu:
a. Hak atas Kehidupan.
b. Hak Atas Kesehatan.
3. Reformasi pengelolaan lingkungan hidup harus mengacu kepada upaya penguatan ketahanan
dan keberlanjutan ekologi dan sosial di antaranya melalui reformasi kebijakan yang berkaitan
dengan perundang-undangan dan reformasi kebijakan yang berkaitan dengan perundang-
undangan dan reformasi kelembagaan. Adapun reformasi ini akan mencakup reformasi di
bidang perundang-undangan dan reformasi kelembagaan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Muzaffar, Chandra, Hak Asasi Manusia Dalam Tata Dunia Baru, (Bandung: Mizan Pustaka,
1993.