Anda di halaman 1dari 44

BAHAN AJAR

ILMU LINGKUNGAN TERNAK MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN TERNAK

DR. Ir. JALIUS. MS

JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN Desember, 2011


1

I.

PENDAHULUAN

Pada dasarnya alam mempunyai sifat yang beraneka ragam, namun serasi dan seimbang, olehnya itu, perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam harus terus dilakukan untuk mempertahankan keserasian dan keseimbangan itu. Semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia merupakan sumber daya alam, dan pemanfaatan sumber daya alam harus diikuti oleh pemeliharaan dan pelestarian karena sumber daya alam bersifat terbatas. Bumi (alam) sebenarnya cukup untuk memenuhi hajat hidup seluruh manusia, seperti yang diucapkan oleh Mahatma Gandhi, bahwa bumi cukup memenuhi kebutuhan umat manusia, tapi ia tidak cukup untuk memenuhi keinginan satu orang manusia yang serakah. Namun keserakahan manusia terkadang mengabaikan aspek keseimbangan (equalibrium) yang menimbulkan kemerosotan kualitas lingkungan. Jika Pohon terakhir telah ditebang, Ikan terakhir telah ditangkap, Sungai terakhir telah mengering, Manusia baru sadar kalau uang tak dapat dimakan, Untaian bahasa bijak orang Indian yang dipopulerkan oleh Greenpeace itu, sangat cocok mengambarkan kesereakahan dan apatisme manusia terhadap alam dan lingkungannya. Sekarang ini, dengan merosotnya kualitas lingkungan di sertai ancaman global warming, masyarakat dunia mulai sadar bahwa apa yang pernah diungkapkan Mahatmah Gandhi dan pepatah bijak suku Indian tersebut, ditandai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dunia terhadap lingkungan seperti dengan maraknya gerakan-gerakan dan kegiatan kampanye lingkungan di berbagai belahan bumi, karena timbul kesadaran bahwa pada akhirnya kerusakan lingkungan akan berdampak pada kehidupan manusia itu sendiri. Dalam suatu lingkungan hidup yang baik, terjalin suatu interaksi yang harmonis dan seimbang antar komponen-komponen lingkungan hidup. Stabilitas keseimbangan dan keserasian interaksi antar komponen lingkungan hidup tersebut tergantung pada usaha manusia. Karena manusia adalah komponen lingkungan hidup yang paling dominan dalam mempengaruhi lingkungan. Sebaliknya lingkungan pun mempengaruhi manusia. Sehingga terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara manusia dan lingkungan hidupnya. Hal demikian, merupakan interaksi antara manusia dan lingkungan. Emil Salim mengemukakan bahwa, jaringan hubungan timbal balik antara manusia dengan segala jenis benda, zat organis dan bukan organis serta kondisi yang ada dalam suatu lingkungan membentuk suatu ekosistem. Jaringan hubungan dalam ekosistem ini bisa tumbuh secara stabil apabila berbagai unsur dan zat dalam lingkungan ini berada dalam keseimbangan (Sudirman, 2007). Hubungan yang sedemikian erat dan ketergantungan manusia terhadap lingkungannya, seyogyanya menimbulkan kesadaran akan pentingngnya keberlanjutan lingkungan hidup yang lestari dan seimbang sehingga hal tersebut perlu di atur dengan jelas, apalagi sebahagian besar negara di dunia ini menganut sistem atau mengklaim negaranya sebagai negara hukum.

Pemikiran atau konsepsi manusia tentang Negara hukum juga lahir dan berkembang dalam situasi kesejarahan. Karena itu, meskipun konsep negara hukum dianggap sebagi konsep universal, pada daratan implementasi ternyata memiliki karakteristik yang beragam. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh-pengaruh kesejarahan tadi, disamping pengaruh falsafah bangsa, ideologi negara dan lain-lain. Atas dasar itu, secara historis dan praktis, konsep negara hukum muncul dalam berbagai model seperti negara hukum menurut Alquran dan Sunnah atau nomokrasi Islam, negara hukum menurut Eropa Kontinental yang di namakan rechtsstaat, negara hukum menurut konsep Anglo Saxon (rule of law), konsepsocialist legality, dan konsep negara hukum pancasila (Ridwan, 2006). Sebagai negara hukum, maka usaha penegakan hukum harus berdasar pada prinsip bahwa hukum harus tetap dipegang teguh, karena tegaknya hukum dalam suatu negara hukum merupakan jaminan pengakuan akan hak-hak masyarakat. Sejak merdeka para pendiri bangsa ini telah memikirkan pentingnya pemanfaatan lingkungan secara lestari dan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) telah diatur dalam pasal 33 ayat (3), yaitu : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kemakmuran berarti harus dapat dinikmati baik oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Di dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, juga ditekankan bahwa pembangunan ekonomi nasional harus selaras dengan masalah sosial dan lingkungan. Hal ini tertuang dalam pasal 33 ayat(4) yaitu Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Namun, hak atas lingkungan yang sehat dan baik baru diatur dalam sebuah UU No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tentang Lingkungan Hidup yang diganti dengan UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kemudian juga hak atas lingkungan hidup yang sehat dan baik di Indonesia diakui sebagai HAM melalui ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia . Di salah pasal pada Dekrasi Nasional tentang HAM menetapkan bahwa, setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang sehat dan baik. Dalam perkembanganya dengan keluarnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, di Bab HAM dan Kebebasan Dasar Manusia, dibawah bagian Hak untuk Hidup. Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dasarnya pada Pasal 28H UUD 1945, dengan ditempatkan hak lingkungan ini diharapkan semua lapisan masyarakat semakin menjaga kualitas lingkungan hidup dengan perlu dilakukan suatu perlindungan dan pengelolaan yang terpadu, intragrasi dan seksama untuk mengantisipasi penurunan akibat pemanasan global ( Khotijah, 2009). Menurut Khotijah (2009) bahwa UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, juga telah memasukan landasan filosofi tentang konsep pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam rangka pembangunan ekonomi . Ini penting dalam pembangunan ekonomi nasional karena persoalan
3

lingkungan kedepan semakin komplek dan syarat dengan kepentingan investasi. Karenannya persoalan lingkungan adalah persoalan kita semua, baik pemerintah, dunia investasi maupun masyarakat pada umumnya. Reformasi yang ingin dibangun pada UU No.32 tahun 2009 , adanya era otonomi daerah, yang banyak memberi perubahan dalam hubungan dan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, perlu suatu landasan filosofi yang mendasar dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah-daerah. Bukan rahasia lagi bahwa dengan otonomi daerah yang ditandai adanya UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, telah memberi suatu kekuasaan pada raja-raja baru di daerah dengan membabat habis sumber daya alam kita, baik berupa hutan, tambang, perkebunan dan lain-lainnya. Yang semua itu tidak memperhatikan lingkungan dan dianggap tidak penting lingkungan itu. Kedepan dengan terbitnya UU No.32 Tahun 2009, yang filosofinya begitu menghargai lingkungan, agar setiap orang menghormati hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, tidak sewenang-wenang dalam memandang alam nan indah ini. Dalam UU No.32 Tahun 2009 ini terdapat penguatan AMDAL (analisi mengenai dampak lingkungan) untuk mencegah kerusakan lingkungan dengan meningkatkan akuntablitas, penerapan sertifikasi kompetensi penyusun dokumen AMDAL, penerapan sanksi hukum bagi pelanggar bidang AMDAL, dan AMDAL sebagai persyaratan utama dalam memperoleh izin lingkungan. Masalah perijinan juga diperkuat dengan menjadikan izin lingkungan sebagai prasyarat memperoleh izin usaha/kegiatan dan izin usaha/kegiatan dapat dibatalkan apabila izin lingkungan dicabut. Oleh karena itu setiap kegiatan atau usaha yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan wajib melakukan studi amdal. Dalam dokumen amdal terdiri atas kerangka acuan (KA-andal), andal, recana kelola lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan linkungan (RPL). Dengan adanya perangkat ini tidak akan ditemukan lagi adanya polusi (pencemaran) dari suatu kegiatan atau usaha. Dalam UU No.32 Tahun 2009 yang dimaksud pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Usaha peternakan sapi perah, dengan skala lebih besar dari 20 ekor dan relatif terlokalisasi akan menimbulkan masalah terhadap lingkungan (SK.Mentan. No.237/Kpts/RC410/1991 tentang batasan usaha peternakan yang harus melakukan evaluasi lingkungan). Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan (Soehadji, 1992). Ditambahkan oleh Soehadji (1992), limbah peternakan adalah semua buangan dari usaha peternakan yang bersifat padat, cair dan gas. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair (air seni atau
4

urine, air pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas Usaha peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan karena tingginya permintaan masyarakat akan daging. Usaha peternakan ayam ini juga memberikan keuntungan yang tinggi dan bisa menjadi sumber pendapatan bagi peternak ayam broiler tersebut. Akan tetapi, peternak dalam menjalankan usahanya masih mengabaikan aspek-aspek AMDAL. AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL antara lain: aspek fisik-kimia, ekologi, sosialekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan atau kesehatan. Secara umum AMDAL bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya kecil (Setyowati, 2008). Akhir-akhir ini usaha peternakan ayam dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan (Fauziah, 2009). Menurut Setyowati (2008), banyaknya peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat dirasakan mulai mengganggu oleh warga terutama peternakan ayam yang lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan ayam karena masih banyak peternak yang mengabaikan penanganan limbah dari usahanya. Limbah peternakan yang berupa feses, dan sisa pakan serta air dari pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasi peternakan tersebut.

II. PENCEMARAN UDARA


A . Pendahuluan Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan). Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution). Secara umum pencemaran udara diartikan sebagai udara yang mengandung satu atau beberapa zat kimia dalam konsentrasi tinggi sehingga menganganggu manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda lain dalam lingkungan. Berdasarkan prosesterjadinya terdapat dua tipe utama pencemaran udara yaitu polutan primer dan polutan sekunder. Polutan primer adalah zat kimia yang masuk secara langsung ke udara dalam konsentrasi yang merugikan manusia. Zat kimia tersebut dapat berupa komponen alami udara yang konsentrasinya meningkat, misalnya CO2, ataupun zat baru yang tidak terdapat dalam udara normal, misalnya timah hitam. Polutan sekunder adalah zat kimia yang merugikan manusia yang terbentuk dalam atmosfer melalui reaksi kimia di antara komponen udara yang ada. Beratnya polusi udara tidak hanya didasarkan pada konsentrasi zat saja, tetapi juga harus memperhatikan factor lain, misalnya ambang batas tiap zat, adanya sinergisme dan kumulasi akibat rantai makanan. Di samping itu, sulit ditentukan secara langsung adanya hubungan sebab akibat antara suatu zat dengan timbulnya suatu penyakit. Pencamaran udara sudah dikenal sejak zaman romawi, tetapi jumlahnya terbatas dan tidak merata pada tempat lain. Tahun 1276, king Edward I telah mengeluarkan peraturan untuk melarang pemakaian sejenis batubara tertentu karena terlalu mengotori udara. Pada tahun 1952, di London terjadi musibah pencemaran udara akibat adanya "amog" (smoke + fog = asap + kabut) yang oleh Prof.Otto Soemarwoto (1985) disebut "asbut", yang menyebabkan 4000 penduduk meninggal. Juga di Amerika, yaitu di Pennsylvania tahun 1948, 6000 orang menderita penyakit akibat polusi udara dan 20 orang di antaranya meninggal. Sebagian besar udara (95%) terdapat dalam lapisan troposfer, sedangkan lapisan ozon terdapat pada stratosfer. Polutan udara dalam stratosfer bergerak kearah vertical atau horizontal ataupun bereaksi satu dengan yang liannya pada lapisan stratosfer tersebut. Dengan melalui hujan, polutan tersebut jatuh ke bumi, sedangkan polutan yang tidak larut dalam air, misalnya Chlorofluorocarbon, bahkan naik kelapisan ozon dan memecahkan atau mengurangi lapisan ozon. Chlorofluorocarbon banyak digunakan sebagai bahan bakar dalam kaleng semprot, alat pendingin (air conditioner) dan almari es. Bila Chlorofluorocarbon terkena sinar ultra violet, ikatan Cl di lepaskan dan Cl- inilah yang merusak lapisan ozon, dengan cara mengikat satu atom O dari ozon. Pesawat super sonic yang terbang langsung ke stratosfer juga dapat merusak
6

lapisan ozon karena mengeluarkan dua kontaminan yaitu air dan oksida nitrogen. Akibatnya radikal sinar ultraviolet makin banyak masuk kebumi dan menyebabkan kenaikan suhu rata-rata hamper 1oC, serta meningkatkan kangker kulit. Definisi pencemaran udara menurut peraturan pemerintahan No.29 tahun 1986 adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak terdapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut mak pada pelaksanaannya sudah dibuat ketentuanketentuan yang berhubungan dengan hal tersebut seperti misalnya, ketentuan umum untuk baku mutu udara ambient adalah batas yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, dan atau harta benda; sedangkan bahan baku udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampuinya baku mutu udara ambien. Selain itu pemerintah mengeluarkan ketentuan parameter apa saja yang harus diuji dan berapa nilainya untuk menentukan kedua baku mutu udara tersebut. Bila pemerikasaan dilakukan untuk sampel udara disuatu wilayah misalnya di terminal bus dan ternyata hasilnya melebihi standar nilai yang dikeluarkan pemerintah untuk baku mutu udara ambien, berarti sudahn terjadi pencemaran udara di terminal tersebut. Pencemaran udara terjadi di terminal karena disana banyak penyebab pencemaran udara yaitu perubahan bahan bakar bensin yang berasal dari berbagai jenis kendaraan bermotor. Ada berbagai gas yang dikeluarkan oleh knalpot kendaraan bermotor antara lain: gas CO2, NO2 dan NO yang dikenal dengan Nox, SO2, CO (kalau pembakaran tidak sempurna). Kendaraan bermotor merupakan alat transformasi, sehingga selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan selam diperjalanan mengeluarkan hasil pembakarannya. Oleh karena itu kendaraan bermotor disebut sebagai sumber yang bergerak dari bahan pencemar. Akhir-akhir ini dengan makin meningkatnya pencemaran udara terutama di kota-kota besar seperi Jakarta, sering dilakukan uji emisi untuk kendaraan bermotor. Pemeriksaan langsung dilakukan kepada udara yang dikeluarkan knalpot mobil. Untuk melihat apakah emisi yang dikeluarkan oleh sebuah mobil sudah memenuhi ketentuan maka hasil pemeriksaan dibandingkan dengan baku mutu udara emisi untuk sumber yang bergerak yang dikeluarkan pemerintah. Selain kendaraan bermotor, pabrik-pabrik atau industry merupakan sumber bahan pencemar udara yang tidak kalah pentingnya dan untuk indusrti-industri disebut sumber tidak bergerak. Berbeda dengan jenis bahan pencemar yang dikeluarkan kendaraan bermotor, untuk industry terdapat keberagaman dari bahan pencemarannya tergantung dari jenis bahan baku dan produk apa yang digunakan dan dihasilkan oleh industry yang bersangkutan. Dengan meningkatnya jumlah industry di perkotaan, maka tidak dapat disangkal lagi kualitas udaranya akan makin menurun. Oleh karena itu dikenal dengan istilah: grey air cities, yaitu udara didaerah atau kota yang berwarna keabu-abuan (cirri untuk kota yang tercemar oleh asap industri) dan brown air cities, yaitu udara dikota-kota yang berwarna kecoklat-coklatan (ciri untuk yang tercemar oleh asap-asap kendaraan bermotor).

Faktor-faktor penyebab pencemaran udara 1. Kecepatan kendaraan. Arus lalu lintas kendaraan bermotor dengan kecepatan rata-rata rendah akan menyebabkan pengingkatan konsentrasi terutama partikel karbon dioksida (CO) dan Hidrokarbon (HC) yang lebih berbahaya mengganggu kesehatan daripada dengan kecepatan tinggi, dimana juga akan memproduksi lebih banyak emisi gas buang yang mengandung Nitrogen Oksid (NOx) 2. Usia kendaraan yang lama Mesin kurang berfungsi/sempurna akibat pemeliharaan dan suku cadang kendaraan yang terbatas/tidak diproduksi lagi 3. Kondisi lalu lintas Volume lalu lintas yang cenderung tinggi memberikan andil terbesar pencemaran udara 4. Kondisi atmosfir Perubahan iklim atmosfir seperti menimbulkan panas global, efek rumah kaca, dll B.Macam-macam polutan udara Polutan yang terdapat di udara berbentuk gas dan partikel-partikel yang secara garis besarnya terdiri dari: a. Oksida karbon yaitu CO dan CO2. 1) CO merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tudak berasa dan tidak merangsang. KTD dan CO adalah 25ppm, sedang NAB(Nilai Ambang Batas)-nya 100ppm. Dengan kadar 120 ppm dan waktu kontak 1 jam, telah menimbulkan keracunan; dan kadar CO sebesar 1000 ppm dengan kontak selama satu jam orang akan pingsan; dan bila waktu kontaknya empat jam dapat menimbulkan kematian. Di terminal kebun kota bandung pada waktu bubar kantor, kadar CO dapat mencapai 110ppm (Masrun, 1997). Sumber pencemaran CO adalah pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar fosil, pembakaran sampah serta hutan. Gas CO juga terdapat dalam asap rokok, bahan bakar bensin, tiap 1kg bensin dapat mengeluarkan CO sebanyak 0,25 kg. keracunan CO dapat mengganggu pernafasan, denyut nadi, tekanan darah, serta reflex saraf. Timbulnya gangguan pernafasan ini karena CO mempunyai afinitas dengan hemoglobin sebesar 250 kali afinitas hemoglobin dengan O2. Karena itu CO akan mengusir oksigen dari ikatannya dengan hemoglobin dan membentuk ikatan HbCO. Akibatnya tubuh kekurangan oksigen. Kadar HbCO dalam darah sebesar 5% menunjukkan gejala menurunnya kemampuan berhitung seseorang, karena otak kekurangan oksigen. Secar normal, kadar HbCO dalam kadar -0,4% dan kadar gas CO yang dikeluarkan dari udara pernafasan sebesar 3,2ppm. Gas CO dapat mengadakan sinergisme dengan gas H2S, dan NO 2, sehingga toksisitas gas-gas tersebut meningkatkan beberapa kali lipatan. 2) Gas CO2 secara normal terdapat dalam udara dengan kadar rendah. Gas CO 2 yang dihasilkan dari proses respirasi mahluk hidup lebih kecil jumlahnya dari pada hasil pembakaran minyak dan gas bumi serta pembakaran yang lainnya akibat aktifitas manusia. Kadar gas CO2 yang terlalu banyak akan terkumpul di atmosfer dan menyelubungi bumi. Keadaan ini akan menimbulkan gangguan lingkungan. Sinar
8

infra merah yang merupakan bagian dari cahaya matahari merupakan pancaran panas yang dapat menembus CO2. Tetapi CO mempunyai kemampuan untuk menyerap dan memancarkan kembali sinar infra merah tersebut dengan panjang gelombang yang berbeda. Akibatnya suhu atmosfer lebih hangat. Sementara itu, pancaran panas dari sinar infra merah yang sampai ke bumi diserap oleh tanah dan benda lain pada permukaan bumi. Kemudian panas ini di kembalikan dalam bentuk radiasi infra merah dan panjang gelombang yang lebih besar (4-100 mikrometer). Sebahagian dari gas rumah kaca, yaitu CO2, uap air dan Chlorofluorocarbon menyerap pancaran panas ini masing-masing pada panjang gelombang yabg berbeda. Akibatnya rata-rata suhu gelombang bumi meningkat. Gejal ini disebut efek rumah kaca (greenhouse affect). Efek rumah kaca menyebabkan mencairnya lapisan es di daerah kutub yang mengakibatkan permukaan air laut naik, perubahan pola hujan dan angin, serta perubahan perilaku iklim pada umumnya, yang selanjutnya mempengaruhi kehidupan. b. Polutan yang berupa oksida belerang yaitu SO2 dan SO3 1) SO2 serupa gas yang tidak berwarna tetapi mempunyai bau yang menyengat. Pencemaran ini bersumber dari gunung berapi, pembakaran batu bara yang mengandung belerang, asap berbagai industry serta pengolahan biji sulfide. SO2 menimbulkan iritasi pada mata dan gangguan saluran pernafasan. Juga menimbulkan korosi pada logam dan korosi pada bahan bangunan yang mengandung karbonat, misalnya marmer dan di sebut "kangker batu". Pada tumbuhan dapat mengakibatkan penyakit kronis yang berupa perubahan warna daun menjadi kuning pucat yng akhirnya gugur. KTD SO2 sebesar 10%ppm, tetapi kebanyakan makhluk hidup akan terganggu dengan kadar SO2 sebesar 1-5ppm. Tumbuhan lebih peka terhadap pencemaran SO2, karena kadar 0,1-0,2ppm telah dapat menimbulkan keracunan. Oleh karena itu tumbuhan dapat digunakan sebagai indicator pencemaran SO2 dalam kota. Bahaya SO2 lebih hebat bila bercampur dengan udar lembab serta dingin. Karena gas ini sangat bercun bagi mikro organisme, maka dapat dimanfaatkan dalam pembuatan fungisida dan pengawetan bir serta makanan lainnya. 2. SO3 terjadi dari SO2 yang bereaksi dengan oksigen. Bila SO3 bereaksi dengan uap air pembentuk H2SO4 yang dengan HNO3 turun bersama hujan dan membentuk "hujan asam", SO2, SO3, serta H2SO4 dan partikel lain dalam udara pembentuk "smog" yang disebut "industrial smog". Polutan ini banyak terjadi dalam daerah industry yang berudara lembab dan dingin. Asap industry yang menggunakan bahan bakar batubara merupakan sumber komponen-komponen penyusun "industry smog" (asbut industri). Disamping "industry smog " kita mengenal "smog" lainnya yang disebut "photochemical smog". Polutan pembentuknya adalah hidrokarbon dan asap kendaraan bermotor terutama NO dan NO2. Dalam udara kering dan panas serta karena pengaruh ultra violet terjadilah reaksi yang sangat kompleks. NO 2 dan hidrokarbon membentuk PAN (peroksiasil nitrat), sedangkan ozon dan hidrokarbon membentuk senyawa aldehid. Semua polutan tersebut berakumulasi membentuk campuran asap-kabut yang berwarna coklat dan disebut " photochemical smog" (asbut fotokimia). c. Polutan yang berupa oksida Nitrogen, terutama NO2

Dalam industry asam nitrat dan pembakaran bensin dalam motor, timbul gas NO yang bila bereaksi dengan udara berubah menjadi NO2. NO2 merupakan gas yang sangat beracun dan mematikan. Sumber utama polutan ini adalah kendaraan bermotor, sekalipun industry kimia dan pembangkit listrik juga asap rokok merupakan sumber NO2 tetapi jumlahnya lebih kecil. Gangguan yang ditimbulkannya adalah iritasi pada paru-paru, gangguan pernafasan, menghambat pertumbuhan tanaman dan merupakan komponen hujan asam. KTD gas ini sebesar 5ppm, tetapi dalam kadar kurang dari 1ppm yaitu pada asap rokok dapat mengakibatkan terbentuknya senyawa karsinogenik yang menimbulkan kangker terutama pada paru-paru. Secara terpisah polusi udara dan rokok meningkatkan terjadinya bronchitis lebih banyak. d. Senyawa Hidrokarbon, misalnya metana (CH4), butane (C4H10), benzene (C6H6). Sumber polutan ini adalah pembakaran yang tidak sempurna, asap kendaraan bermotor, kebakaran hutan dan pembusukan tanaman. Gangguan yang ditimbulkan adalah melukai system pernafasan, penyebab kangker dan dapat membentuk photochemical smog. Senyawa organic lainnya, bersumber dari daerah pertanian yaitu percikan atau uap pestisida dan herbisida yang membahayakan ikan dan burung pemakan ikan. Dalam tubuh manusia senyawa ini tertimbun dalam lemak yang dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. e. Polutan yang berupa partikel baik padat maupun cair (titik uap) Polutan yang berupa partikel baik padat maupun cair misalnya asap, debu dari hasil erosi angin, asbestos, partikel logam Pb, Be dan cadmium. Umumnya mengganggu pernapasan, system saraf dan asbestos dapat menimbulkan kangker. Sumber debudebu logam tersebut adalh asap kendaraan bermotor serta industry yang menggunakan bahan bakar fosil. f. Sinar dan subtansi radioaktif Sinar dan subtansi radioaktif baik yang bersumber secara alami dari kerak bumi maupun dari hasil emisi instalasi radioaktif, merupakan polutan yang berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan pada sel dan organ tubuh lainnya yaitu berbentuk penyakit kangker dan mutasi sel. g. Pencemaran suara Pencemaran suara timbul bila dalam lingkungan terdapat suara yang memiliki kekuatan lebih dari daya tahan manusia terhadap suara yaitu 85 desibel. Sebagai bahan perbandingan, percakapan normal mempunyai kekuatan 15-40 desibel, sedangkan pesawat jet mempunyai kekuatan 150 desibel. Sumber pencemaran suara adalah kendaraan bermotor, mesin pada pabrik, lapangan terbang serta kebisingan lainnya. h. Pencemaran panas, Pencemaran panas bersumber dari semua bentuk pembakaran dan panas matahari yang terperangkap bangunan kota. Pada malam hari udar panas dan polutan akan naik kebagian atas atmosfer sedangkan udara yang lebih ringan dan bersih masuk keatass kota. Fenomena ini dapat terjadi sebaliknya dan disebut inversi thermal; yaitu gejala cuaca yang menyebabkan udara dingin dan tercampur polutan terperangkap oleh
10

lapisan udara panas dekat bumi. Akibatnya polutan tidak dapat menyebar keatas dan tidak dapat keluar dari udar kota industri. Inversi thermal tersebut terjadi karena pengaruh dari polutan SO2, NO2, CO, hydrocarbon dan partikel yang terdapat dalam udara. C. Dampak Pencemaran Udara Gas pencemar Anorganik Sejumlah bahan pencemar anorganik berbentuk gas masuk ke atmosfir sebagai hasil dari aktivitas manusia. Gas-gas tersebut antara lain: CO, SO 2, NO, dan NO2 yang jumlahnya relatif kecil bila dibandingkan gas CO 2 dalam atmofir. Gas pencemar organic lainnya adalah: NH3, N2O, N2O5, H2S, Cl2, HCl, dan HF. Sejumlah gas-gas tersebut masuk ke atmosfir sebagai akibat dari aktivitas manusia. Secara global emisi dari karbon monosakarida, belerang oksida, dan nitrogen oksida berkisar antara satu sampai beberapa ratus juta ton per tahun. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penggunaan bahan bakar untuk kendaraan bermotor dapat mengemisikan zat-zat pencemar seperti CO, NOx, SOx, debu, hidrokarbon juga timbal. Udara yang tercemar oleh zat-zat tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Pencemaran udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis khronis, emfiesma paru, asma bronchial dan bahkan kanker paru-paru. Kadar timbal yang tinggi di udara dapat mengganggu pembentukan sel darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan dengan terganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti anemia, kerusakan ginjal dan lain-lain. Sedangkan keracunan Pb bersifat akumulatif. Karbon monoksida dan bahayanya bagi kesehatan Karbon monoksida, CO, dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung karbon dan oleh pembakaran pada tekanan dan suhu tinggi yang terjadi pada mesin. Karbon monoksida dapat juga dihasilkan dari reaksi oksidasi gas metana oleh radikal hidrosil dan dari perombakan/pembusukan tanaman meskipun tidak sebesar yang dihasilkan pembakaran bensin. Pada jam-jam sibuk di daerah perkotaan konsentrasi gas CO bias mencapai 50-100ppm. Tingkat kandungan CO di atmosfer berkorelasi positif dengan padatnya lalu lintas tapi berkorelasi negatif drengan kecepatan angin. Keracunan gas CO timbul sebagai akibat terbentuknya karboksihemoglobin (COHb) dalam darah. Afinitas CO yang lebih besar dibandingkan dengan oksigen (O2) terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen ke seluruh tubuh ini akan membuat sesak napas dan dapat menyebabkan kematian, apabila tidak segera mendapat udara segar kembali. Karbon monoksida dapat mengikat oksigen dari hemoglobin menghasilkan karboksi hemoglobin: O2Hb + CO COHb + O2
11

Pengaruh dari reduksi ini mengakibatkan kapasitas darah mengangkut oksigen menurun. Tingkat kandungan COHb dalam darah naik dengan kenaiakan CO atmosfer dan aktifitas fisik individu. Adanya gas CO dalam darah memberikan berbagai pengaruh atau gangguan yang sesuai dengan tingkat konsentrasinya, seperti tampak pada Tabele 1. ke naikan CO mengakibatkan menurunnya fungsi system saraf sentral, perubahan-perubahan fungsi jantung dan paru-paru, mengantuk, koma, sesak nafas, dan akhirnya meninggal. Tabel 1. Pengaruh kenaikan konsentrasi CO dalam darah No 1. 2. 3. 4. 5. Konsentrasi CO, ppm 10 100 250 750 1000 Persen konvernsi O2Hb COHb 2 15 32 60 66 Pengaruh terhadap manusia Gangguan pernafasan, penglihatan Sakit kepala, pusing, capai Kehilangan kesadaran Setelah beberapa jam mati Cepat mati

Sumber: Crosby,1998 Dengan adanya pengaruh yang cukup membahayakan dari gas CO terutama ditempat sumber (beberapa kejadian orang meninggal karena keracunan gas CO dalam mobil), maka uji emisi perlu dilakukan untuk setiap mobil, emisi dari gas CO dapat diturunkan dengan pengaturan pemasukan udara. Seperti perbandingan bahan bakar (berat : berat) kira-kira 16 : 1 dalam pembakaran mesin mobil diperkirakan tidak akan menghasilkan. Mobil-mobil yang moderen menggunakan "catalytic Exhaust Reaktors" untuk menurunkan emisi CO. kelebihan udara dipompakan kedalam tempat pembuangan gas, dan campuran tersebut dilewatkan melalui ruang katalitik dalam system pembuangan dimana akan terjadi oksidasi dari CO menjadi CO2. Keberadaan atau umur dari karbon monoksida di atmosfer tidak lama hanya kira-kira 4 bulan. Hal ini terjadi karena karbon monoksida di atmosfer dihilangkan melalui reaksi dengan radikal hidroksil, HO.: CO + HO. CO2 + H Reaksi menghasilkan radikal hidroperoksil O2 + H + M HOO. + M Yang kemungkinan radikal NO. dihasilkan kembali dari radikal hidrokferosil (NOO.) melalui reaksi: HOO. + NO NO. + NO2 HOO. + HOO. H2O2 + O2 Reaksi terakhir terjadi dengan disosiasi dari H2O2 melalui reaksi photo kimia dan menghasilkan kembali HO.: H2O2 + hv 2HO. Gas metana juga terlibat dalam reaksi siklus atmosfer yang berhubungan dengan CO, HO., dan CH4. CH4 + HO. H3C + H2O CO + HO CO2 + H
12

H + O2 HOO. Radiakl hidrokperoksil selanjutnya menghasilkan kembali HO. Seperti reaksi yang sudah di tulis sebelumnya. Mikroorganisme tanah melalui aktifitasnya dapat menghilanhkan CO dari atmosfer, oleh karena itu, tanah merupakan tempat penampungan dari karbon monoksida. Belerang dioksida dan bahayanya bagi kesehatan Secara global senyawa-senyawa belerang dalam jumlah cukup besar masuk keatmosfer dalam jumlah cukup besar masuk keatmosfer melalui aktivitas manusia sekitar 100juta metric ton belerang setiap tahunnya, terutama sebagai SO 2 dari pembakaran batubara dan gas buang pembakaran bensin. Jumlah yang cukup besar dari senyawa belerang juga dihasilkan oleh kegiatan gunung berapi dalam bentuk H 2S, proses perombakan bahan organic, dan reduksi sulfat secara biologis. Jumlah yang dihasilkan proses biologis ini dapat mencapai kurang lebih 1 juta metric ton H2S pertahun. Sebagian dari H2S yang mencapai atmosfer secar cepat diubah menjadi SO 2 melalui reaksi: H2S + 3/2 O2 SO2 + H2O Reaksi bermula dari pelepasan ion hydrogen oleh radikal hidroksil, H2S + HO. HS. + H2O Yang kemudian dilanjutkan dengan reaksi berikut ini menghasilkan SO2 Hampir setengahnya dari belerang yang terkandung dalam batubara dalam bentuk pyrite, FeS2, dan setengahnya lagi dalam bentuk sulfur organic. Sulfur dioksida yang dihasilkan oleh perubahan pyrite melalui reaksi sebagai berikut: Pada dasarnya, semua sulfur yang memasuki atmosfer dirubah dalam bentuk SO 2, dan hanya 1% atau 2% saja sebagai SO3. Walaupun SO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hanya merupakan bagian kecil dari SO2 yang ada diatmosfer, tetapi pengaruhnya sangat serius karena SO 2 langsungdapat meracuni makhluk disekitarnya. Belerang dioksida yang ada diatmosfer menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan kenaikan sekresi mucus. Orang yang mempunyai pernafasan lemah sangat peka terhadap kandungan SO 2 yang tinggi di atmosfer. Dengan konsentrasi 500 ppm, SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia. Pencemaran yang cukup tinggi oleh SO2 telah menimbulkan malapetaka yang cukup serius. Seperti yang terjadi dilembah sungai Nerse Belgia pada 1930 tingkat kandungan SO2 di udara mencapai 38ppm dan menyebabkan toksinitas akut. Selama periode itu menyebabkan kematian 60 orang dan sejumlah ternak sapi mati. Hal yang sama beberapa tahun kemudian terjadi di Donov, Persylvania yang menyebabkan 20 orang meninggal. Yang paling mengerikan terjadi pada tahun 1952 di London, selama 5 hari terjadi perubahan temperature dan pembentukan kabut yang menyebabkan kematian antara 3500 sampai 4000 penduduk, peristiwa ini di kenal dengan "London smog" (kabut asap kota London). Hasil autopsy menyatakan bahwa kematian disebabkan oleh iritasi saluran nafas. Belerang dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun (necrosis daun). P[inggiran daun dan daerah di antara tulang-tulang daun rusuk. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya Khlorosis. Kerusakan tanaman ini akan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. Belerang dioksida di atmosfer akan diubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu di daerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam
13

sulfat. Kerusakan lebih lanjut dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti, batu kapur, batu pualam, dolomite akan di rusak oleh SO2 dari udar. Efek dari kerusakan ini akan Nampak pada penampilannya, integrasi struktur, dan umur dari gedung tersebut. Dolomite, suatu mineral dalam bentuk garam rangkap dari kalsium-magnesium karbonat akan bereaksi dengan SO2 di udara. SO2 berasal dari belerang yang terdapat dalam minyak tanah atau batu bara yang teroksidasi selama proses pembakaran. Bagian yang merasakan dampaknya, karena mudah larut di dalam air, SO2 akan diserap di dalam rongga hidung atau saluran pernafasan bagian atas. Akan memancing radang batang tenggorokan atau asma. Keberadaannya bersama dengan SPM (butiran debu) atau NOx akan memperparah penyakit. SPM (butiran debu), berrasal dari sumber alami misanya tanah, garam laut, aktifitas gunung berapidll. Hasil perbuatan manusia (gas buangan pabrik, kendaraan bermotor dll.). Bagian yang merasakan dampaknya, butiran debu diserap ditempat yang berbeda-beda, tergantung besar ukuran butir debu tsb. Butiran debu yang bersumber dari hasil perbuatan manusia, sebagian besar berukuran dibawah 2,5 m, sehingga sering mencapai bagian dalam alat pernafasan. SPM mengandung berbagai bahan-bahan yang berbahaya, yang dapat menyebabkan penyakit alat pernafasan dan alergi. Asbes merupakan penyebab kanker paru-paru. Di Negara yang menggunakan bensin yang mengandung timbal, SPM menjadi sebab keracunan timbal. Bahan pencemar udara seperti NOx, SOx, dan H 2S dapat merangsang pernapasan yang mengakibatkan iritasi dan peradangan. D. Pencegahan Pencemaran Udara Zat-zat pencemaran udara terdapat dalam bentuk gas atau partikel (biasanya sebagai bahan-bahan partikulat). Kedua bentuk zat pencemar itu berada di atmosfer secara simultan, tetapi seluruh zat pencemar udara 90% berbentuk gas. Bentuk-bentuk zat pencemar yang sering terdapat dalam atmosfer: 1. Gas : Keadaan gas dari cair atau keadaan padatan. 2. Embun : Tetesan cairan yang sangat halus yang tersuspensi di udara. 3. Uap : Keadaan gas dari zat padat volatile atau cairan. 4. Awan : Uap yang dibentuk pada tempat yang tinggi. 5. Kabut : Awan yang terdapat diketinggian yang rendah. 6. Debu : Padatan yang tersuspensi dalam udara yang dihasilkan dari pemecahan bahan. 7. "size" : Partikel-partikel debu atau garam yang trsuspensi dalam tetes air. 8. Asap : Padatan dalam gas yang berasal dari pembakaran tidak sempurna. Partikulat bias berupa padatan atau tetes cairan yang sangat halus yang disebut "mist". Partikulat mempunyai bermacam-macam ukuran, bentuk, densitas, dan susunan kimianya. Sumbangannya terdapat zat pencemar udara hanya 10%. Banyak zat pencemaran primer melakukan reaksi dalam atmosfir menghasilkan zatzat pencemar sekunder, seperti ozon dengan zat-zat lain membentuk kabut fotokimia. Tetes air misalnya, bergabung dengan asam-asam seperti hydrogen sulfide menghasilkan aerosol asam (partikel-partikel yang tersuspensi dalam gas).

14

Beberapa pencemaran udara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran udara adalah: a. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang banyak mengeluarkan asap serta gas-gass polutan lainnya, serta menggagalkan pemakaian bahan bakar yang tidak mencemarkan lingkungan. b. Melakukan pengolahan asap sebelum dilepas keudara, misalnya dengan memasang saringan atau bahan penyerap polutan. Gas buangan atau asap dialirkan kedalam air atau larutan penyakit sebelum dibebaskan ke atmosfer . untuk mencegah terjadinya pencemaran panas, gas yang akan dibuang ke udara diturunkan dahulu suhunya. Sedangkan untuk sumber pencemaran yang bergerak, yaitu mobil juga perlu memiliki saringan partikel atau gas-gas lainnya. c. Membangun cerobong asap yang cukup tinggi hingga asap dapat menembus lapisan inverse thermal agar tidak menambah polutan yang terperangkap di ats kota atau di atas daerah pemukiman. d. Memilih system transformasi yang efisien dan tidak menimbulkan banyak polutan. Misalnya menggunakan bensin tanpa Pb, menciptakan mesin mobil yang hemat bensin atau mengurangi angkutan pribadi dan menambah angkutan umum. e. Memperbanyak penghijauan dan taman-taman dalam kota, agar banyak lebih banyak CO2 yang diserap tumbuhan untuk proses fotosintesis. Penghijauan juga bermanfaat uantuk menambah kadar oksigen. Selain itu tumbuhan dapat bermanfaat pula sebagai penahan debu dan partikel lainnya. Bila dalam udara terdapat bahan pencemar yang berbahaya atau kadar tinggi, maka efeknya dapat dilihat lebih dahulu pada tumbuhan, sehingga tumbuhan tersebut merupakan indicator pencemaran. f. Mendorong terlaksananya peraturan pencegahan pencemaran serta pelaksanaan sanksi bagi para pelanggar aturan. E. Pencemaran di Peternakan Peternakan Ayam Polusi udara (bau) sangat mengganggu masyarakat yang ada di sekitar kandang peternakan ayam. Hal ini dikarenakan kurangnya manajemen dalam pengelolaan limbah dan lalu lintas ayam pasca panen. Sebagai contoh keberadaan Sembilan peternakan ayam yang berada di desa Bandar Jaya, Karang Patri, Sumber Sari, Sumber Reja, Karang Segar, dan desa Karang Harja di Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi sangat meresahkan warga karena limbah peternakan ayam tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap (Anonimous, 2010). Bau yang tidak sedap ini berasal dari kandungan gas amonia yang tinggi yang terbentuk dari penumpukan feses yang masih basah dalam kondisi anaerob. Gas amonia mempunyai pengaruh buruk terhadap manusia dan ternak, hal ini dapat di lihat pada Tabel 2.

15

Tabel 2. Pengaruh gas amonia pada manusia dan ternak


No 1 2 3 4 5 6 7 Kadar ammonia (ppm) 5 6 11 25 35 40 50 Gejala/pengaruh yang ditimbulkan pada manusia dan ternak Kadar paling rendah yang tercium baunya Mulai timbul iritasi pada mukosa mata dan saluran napas Penurunan produktivitas ayam Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 8 jam Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 10 jam Mulai menyebabkan sakit kepala, mual, hilang nafsu makan pada manusia Penurunan drastis produktivitas ayam dan terjadi pembengkakkan Fabricious Sumber: Setiawan (1996)

Ada banyak cara untuk mengatasi permasalahan bau yang ditimbulkan feses ayam broiler antara lain: penggunaan zeolit pada pakan, penambahan kapur pada kotoran dan penggunaan mikroba probiotik starbio pada pakan. Penggunaan zeolit lebih dari 4% dalam pakan, memberikan kemungkinan yang lebih besar dalam menurunkan pembentukan gas amonia, tetapi perlu diperhatikan efek samping dari penggunaan zeolit yang lebih tinggi (Fauziah, 2009). Penambahan kapur 1% dan 3% pada kotoran ayam dapat mengurangi gas amonia. Sedangkan penggunaan mikroba starbio sebanyak 0,025%-0,05% pada pakan dapat menurunkan kadar amonia dilingkungan kandang (Zainuddin et.al.,1994). Untuk menurunkan bau kotoran ayam dan mengurangi kepadatan lalat bisa menggunakan Effective Organisme Sucimanah (2002). Permasalahan bau juga dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah ternak berupa kotoran ayam yang dapat diolah menjadi biogas dan pupuk. Setiap usaha peternakan baik itu berupa sapi, ayam, kambing, kuda maupun babi akan menghasilkan kotoran yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, sehingga banyak petani menggunakannya sebagai pupuk dasar. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak ada dua macam yaitu pupuk kandang segar dan pupuk yang telah membusuk. Pupuk kandang segar adalah kotoran yang dikeluarkan oleh ternak sebagai sisa proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan sedangkan pupuk kandang yang telah membusuk adalah pupuk kandang yang telah disimpan lama sehingga telah mengalami proses pembusukan atau penguraian oleh jasad renik (mikroorganisme) yang ada dalam permukaan tanah Wibowo (2010). Pupuk kandang sangat bermanfaat bagi para petani karena memiki keunggulan: menambah zat atau unsur hara dalam tanah, mempertinggi kandungan humus di dalam tanah, mampu memperbaiki struktur tanah, dan mendorong atau memacu aktivitas kehidupan jasad renik dalam tanah. Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yng merupakan hsil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2). Produksi gas bio dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menyetrika dan menjalankan lemari es. Pembentukan gasbio melalui tiga tahap dan pada situasi anaerob yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan organik dan pencernakan bahan organic yang komplek menjadi sederhana, perubahan bentuk primer menjadi monomer. Pada tahap pengasaman komponen monomer akan menjadi bahan makanan bakteri pembentuk asam, sehingga menghasilakan asam asetat, propionate, format, laktat, alcohol dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hydrogen dan amonoak (Anonimus, 2009b).
16

Timbulnya Lalat yang Banyak Lalat timbul karena kurangnya kebersihan kandang ayam. Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Lalat ini dapat menimbulkan berbagai masalah seperti mediator perpindahan penyakit dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat, mengganggu pekerja kandang, menurunkan produksi, mencairkan feses atau kotoran ayam yang berakibat meningkatnya kadar amonia dalam kandang (Dedy, 2010). Lalat juga meresahkan masyarakat yang tinggal di pemukiman yang dekat dengan peternakan sehingga menimbulkan protes warga. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengurangi keberadaan lalat. Ada banyak jenis lalat yang ada di permukaan bumi ini, tapi yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (musa domestika), lalat hijau (lucilia), lalat biru (calliphora vumituria), dan lalat latrine (fannia cunicularis). Selain mengganggu pemandangan lalat juga menimbulkan banyak berbagai penyakit misalnya; desentri, diare, thypoid dan colera. Penyebaran bibit dari berbagai penyakit itu hampir sama yaitu dibawa oleh lalat yang berasal dari sampah, kotoran manusia atau hewan, terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat lalu hinggap pada makanan manusia. Umumnya gejala dari penyakit ini adalah perut sakit, gangguan pada usus, demam tinggi, sakit kepala dan berak darah Menurut Lili (2010), keberadaan lalat dapat diberantas dengan cara biologis, kimiawi, elektrik dan tekhnis. Secara biologis yaitu pemberantasan yang melibatkan makhluk lainnya yang merupakan predator lalat, contohnya kumbang parasit, lebah. Cara biologis lainnya dengan menggunakan hormone serangga sintesis yang dicampurkan ke dalam pakan ternak. Pemberantasan lalat secara kimiawi dengan menggunakan berbagai macam racun serangga yang efektif dalam membunuh lalat. Secara elektrik yaitu dengan menggunakan lampu neon yang memiliki daya tarik pandangan lalat, sehingga lalat yang mendekati lampu akan tersetrum aliran listrik dan mati. Sedangkan secara teknis yaitu menggunakan alat penangkap lalat yang paling sederhana hingga modern. Selain usaha tersebut di atas, menurut Dedy (2010) keberadaan lalat juga dapat diatasi dengan memelihara kotoran ayam agar tetap kering dan secara mekanik yaitu dengan biosekuriti yang meliputi manajemen kebersihan (pembersihan dan disenfeksi kandang, terutama setelah panen) dan manajemen sampah (pembuangan litter, kotoran dan bangkai ayam). Kekhawatiran menyebarnya virus flu burung Avian Infuenza (H5N1) Perijinan pendirian peternakan akan semakin sulit diperoleh, karena takut akan terjangkitnya virus flu burung. Peternak dan masyarakat umum perlu diberikan pengarahan mengenai pedoman, pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular Influenza pada unggas. Sehingga dapat diambil tindakan secara dini bila dilaporkan adanya unggas yang mati akibat virus Avian Influenza (AI). Flu Burung (Avian Influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan manusia (Anonimous,2009a). Menurut Pambudi (2010), gelala-gejala flu burung pada unggas adalah sebagai berikut; terjadi pembengkakan pada jengger, pial dan kelopak mata; warna kebiruan
17

(sianosis)pada jengger dan pial; perdarahandi bawah kulit pada daerah kaki (tungkai, telapak kaki) dan bagian badanyang tidak berbulu sehingga tampak kemerah-merahan; keluar cairan (eksudat) dari hidung yang jernih dan kadang-kadang bercampur dengan darah; perdarahan titik (petechie) pada daerah dada, kaki dan telapak kaki; batuk bersin dan ada suara ngorok; kadang kala unggas mengalami diare; penurunan produksi telur atau berhenti berproduksi; dan penurunan nafsu makan. Penyebab flu burung pada unggas adalah virus influenza tipe A. Virus ini termasuk family Orthomyxoviridae dari genus influenza. Pada manusia virus flu burung yang mempunyai tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau High Pathogenic Avian influenza (HPAI) H5N1. Penyakit ini diidentifikasi pertama kali di Itali lebih dari 100 tahun yang lalu. Di Indonesia kasus flu burung pada manusia terjadi pada januari 2004. Penyebaran kasus flu burung dapat dilihat pada table 2. Tabel 2. Penyebaran Kasus Flu burung menurut WHO Sampai Juni 2007 No Negara Jumlah Kasus Jumlah Kematian 1 Indonesia 99 79 2 Vietnam 93 42 3 Mesir 34 14 4 Thailand 25 17 5 Republik Rakyat Cina 25 16 6 Turki 12 4 8 Azerbaijan 8 5 9 Kamboja 7 7 10 Irak 3 2 11 Laos 2 2 12 Nigeria 1 1 13 Djibouti 1 0 14 Jumlah 310 189 Secara umum gejala manusia yang terinfeksi flu burung ialah demam tinggi, keluhan pernafasan dan perut, nyeri otot, sakit tenggorokan, batuk dan sesak nafas. Menurut Anonimous (2009), apabila dalam 7 hari terakhir kontak kontak dengan unggas di peternakan terutama jika jika unggas tersebut sakit atau mati, dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis, bila tidak segera ditolong korban bisa meninggal karena komplikasi (gagal nafas dan gangguan fungsi tubuh lainnya). Pengobatan manusia yang terinfeksi flu burung adalah dengan cara pengobatan antiviral yaitu dengan pemberian anti virus dan penurun panas. Di antara anti virus yang dapat dipakai adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidaseantara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Selain usaha pengobatan diatas, menurut Namia (2010), usaha untuk pencegahan penyebaran virus flu burung ini adalah dengan cara menjaga kesehatan makanan, cuci tangan dengan air sabun setelah kontak dengan unggas dan produk unggas lainya baik sebelum makan maupun sesudah makan, beli unggas yang sehat, jangan makan darah mentah, daging atau telur unggas setengah matang, jangan menyembelih unggas sakit, jangan makan unggas mati atau sakit, hindari kontak dengan sumber yang terinfeksi, jangan biarkan anak-anak bermain di dekat kandang, jangan biarakan unggas
18

berkeliaran di dalam rumah, gunakan masker atau sarung tangan saat kontak atau menyemblih unggas, kubur limbah unggas (bulu, jeroan dan darah). Jadi apabila ditemukan orang yang mengalami gejala-gejala yang sama seperti yang disebutkan di atas disarankan segera konsultasi dengan dokter. Peternakan Sapi Di berbagai negara, peternakan merupakan salah satu sumber pencemaran utama di sektor pertanian. Pemanasan global yang terjadi tidak terlepas pula dari perm serta peternakan yang memberikan kontribusiberupa elnisi gas rumah kaca seperti CO2 dan CH4 (Seidl, 1999). Limbah ternak yang dihasilkan pada usaha peternakan sapi perah adalah berupa feses dan urine. Satu ekor sapi perah dewasa setiap harinya menghasilkan limbah ternak berupa feses sebanyak 30 - 40 kg dan urine 20 - 25 kg dengan kandungan bahan organik lebih dari 70% (Van Horn et a/., 1994). Limbah ternak mengandung nitrogen dan fosfor yang merupakan unsur hara utama penyebab eutrofikasi. Nitrogen biasanya akan dikonversi menjadi nitrat yang mudah tercuci dan mengalami presipitasi ke dalam tanah, sehingga akan mencemari air tanah. Kadar nitrat yang tinggi dapat mengakibatkan methemoglobinemia pada bayi atau dikenal dengan penyakit bayi biru (Miner et al., 2000). Feses dan urine juga inengandung gas NH 3 dan H2S yang me~npunyai bau menyengat, sehingga akan dapat menganggu lingkungan sekitarnya. Saeni (1989) menyatakan bahwa gas NH3 adalah gas yang mudah menguap ke udara, apabila konsentrasi NH3 di udara tinggi dapat mengakibatkan tanaman kekurangan kalsium, sedangkan H2S merupakan gas yang dapat ~nencelnari lingkungan. Di atmosfir H2S akan bereaksi dengan 02 membentuk HZO dan SOz yang mempunyai pengaruh negatif terhadap saluran pernafasan, yaitu mengakibatkan iritasi dan sekresi mukus. Pencegahan bau dapat dilakukan dengan menggunakan Zeolit yaitu mencampurkan kotoran dan zeolite, dimana ia akan menyerap ion-ion dan kation pada kotoran ternak dan menggumpalkan kotoran. Bau dapat dieliminernya dan kotoran menggumpal sehingga cepat matang menjadi pupuk organik. Zeolit yang dipakai dalam pertanian adalah Klinoptilotit (Na3K3)(Al2Si7O18).6H2O, dan Modernit (Na2K2) (Al2Si10O24.7H2O. Klinoptilotit mempunyai sifat selektifitas dan daya afinitas yang tinggi terhadap NH4+ (Rohmat et al. 199..). DAFTAR PUSTAKA
Anonim (.). http://ilmupedia.com/akademik/92/622-penanggulangan-pencemaran-udara.html Anonim (.). http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaranudara/terjadinya-pencemaran-udara-dan-penanggulangannya/ Anonim (.). http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaranudara/zat-zat-pencemar-dan-pencemaran-udara/ Anonim. 2009a. Apakah flu burung. http://goldgamat.com/info-gamat/apakah -flu-burung.htm (15 september 2010). Anonim. 2009b. Pencemaran akibat limbah peternakan dan penanganannya. http://kalimantankita.blogspot.com/2009/05/pencemaran-akibat-limbah-peternakan.html (15 september 2010). Anonim. 2010. Serangan lalat dari peternakan ayam resahkan warga Pebayuran. http://www.pikiran-rakyat.com/node/112932 (15 september 2010). Dedy. 2010. Mengenal parasit lalat. http://dedykoe.blogspot.com/2010/02/mengenal-parasitlalat.html (15 september 2010). 19

Fauziah. 2009. Upaya pengelolaan lingkungan usaha peternakan ayam. http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/04/13/upaya-pengelolaan-lingkungan-usahapeternakan-ayam/ (15 september 2010). Khotijah S, 2009. Analisis Filosofi UU Nomor 32 Tahun 2009 http://gagasanhukum.wordpress.com/2009/11/lg/analisis-filosofi-uu-nomor-32-tahun2009/). Laksmi prihantoro. 1989. Manusia dan Lingkungan. Bandung. FPMIPA IKIP Lili, N.C. 2010. Memberantas lalat di peternakan ayam. http://groups.yahoo.com/ group/lingkungan/message/12632 (4 September 2010). Michael Hogan, Leda Patmore, Gary Latshaw and Harry Seidman das ist alles scheisse Computer modeling of pesticide transport in soil for five instrumented watersheds, prepared for the U.S. Environmental Protection Agency Southeast Water laboratory, Athens, Ga. by ESL Inc., Sunnyvale, California (1973). Miner JL, FJ Humenik and MR Overcash. Managing Livestock Wastes to Preserve Environment Quolity.Iowa Stae University Press. Iowa. Namia,I.,G.,G. 2010. Pencegahan flu burung (H5N1) pada unggas dan manusia. http://denpasarkota.go.id/main.php?act=1opi&xid=67 (4 September 20100. Ridwan HR, 2003. Hukum Administrasi Negara. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rohman D dkk. 199.. Pemanfaatan Zeolit untuk pengolahan Limbah Peternak Sapi Perah milik Rakyat di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung (Kaji Tindak di Desa Cibodas dan Desa Sukajaya).FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia. Rukaesih Ahmad. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta. Penerbit: ANDI Setiawan, H. 1996. Amonia sumber pencemaran yang meresahkan dalam: Infovet (Informasi Dunia Kesehatan Hewan) Edisi 037. Agustus Hal 12. Saeni MS. 1989. Kimia Lingkungan. Pusat Antar University Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor. Bogor Seidl W. 1999. Intensification of Animal Husbandry: Effect on Global warming and Soil Quality. Animal Research and Development. No.49 Sucimanah. 2002. Efectivitas effective mikroorganisme (EM) terhadap penurunan tingkat kepadatan lalat dan bau kotoran ayam di peternakan desa Kali Balik Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. http://fkm.undip.ac.id (15 September 2010). Sudirman, Andi Hamsah. 2007. Perlindungan Hukum Terhadap Kars Maros-Pangkep dalam Rangka Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup pada Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Tesis tidak diterbitkan. Makassar. Program Pascasarjana UNHAS. Wibowo, A,S. 2010. Pemanfaatan limbah peternakan untuk kesuburan tanah. http://facebook.com/topic.php?vid=90951128900&topic=10844 (15 September 2010). Van Horn HN, AC Wilkie, WJ Powers and RA Nordstedt. 1994. Component of Dairy Manure Management Systems. J Dairy Sci. 77:2008-2030. Zainuddin, D., K. Dwiyanto dan Suharto. 1994. Penggunaan probiotik starbio (mikroba starter) dalam ransum ayam pedaging terhadap produktivitas, nilai, ekonomis (IOFC) dan kadar amonia lingkungan kandang. Prosiding Pertemuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian hal.159-165. 1994.

III. PENCEMARAN AIR


20

A.Pendahuluan Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit (Pink dan Daniel. 2006), dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya (West dan Larry. 2006). Diperkirakan 700 juta orang India tidak memiliki akses ke toilet, dan 1.000 anak-anak India meninggal karena penyakit diare setiap hari(Anonim, 2008). Sekitar 90% dari kotakota Cina menderita polusi air hingga tingkatan tertentu(Anonim, 2005), dan hampir 500 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman (Anonim, 2007a). Ditambah lagi selain polusi air merupakan masalah akut di negara berkembang, negaranegara industri/maju masih berjuang dengan masalah polusi juga. Dalam laporan nasional yang paling baru pada kualitas air di Amerika Serikat, 45 persen dari mil sungai dinilai, 47 persen dari danau hektar dinilai, dan 32 persen dari teluk dinilai dan muara mil persegi diklasifikasikan sebagai tercemar (Anonim, 2007b). Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air. Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum pencemaran air oleh sampah ncemaran air. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena
21

alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air. B.Pengertian Air bersih Air bersih itu pengertiannya air yang memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk treatment air minum dan untuk treatmen air sanitasi. Persyaratan disini ditinjau dari persyaratan kandungan kimia, fisika dan biologis. Pengertian Air Persih: 1. Secara Umum: Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia. 2. Secara Fisik : Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. 3. Secara Kimia: a.PH netral (bukan asam/basa) b.Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya. c.Parameter-parameter seperti BOD, COD,DO, TS,TSS dan konductiviti memenuhi aturan pemerintah setempat. C.Parameter Kualitas Air 1. Kesadahan (Hardness) Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan sangat penting artinya bagi para akuaris karena kesadahan merupakan salah satu petunjuk kualitas air yang diperlukan bagi ikan. Tidak semua ikan dapat hidup pada nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan prasarat nilai kesadahan pada selang tertentu untuk hidupnya. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH. Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: (1) kesadahan umum (general hardness atau GH) dan (2) kesadahan karbonat (carbonate hardness atau KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu yang disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total merupakan penjumlahan dari GH dan KH. Penggunaan paramater kesadahan total sering sekali membingungkan, oleh karena itu, sebaiknya penggunaan parameter ini dihindarkan. General hardness (GH)

22

Kesadahan umum atau General Hardness merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium (Mg++) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan. GH pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/ satu persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO 3), tingkat kekerasan (dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air. Di Amerika, kesadahan pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO 3, dengan demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17.8 ppm CacO 3. Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen = 2.8 dH = 50 ppm. Perlu diperhatikan bahwa kebanyakan teskit pengukur kesadahan menggunakan satuan CaCO3. Untuk lebih jelasnya bacalah petunjuk pembacaan pada teskit yang anda miliki untuk mengetahui dengan pasti satuan pengukuran yang digunakan, untuk menghindari terjadinya kesalahan pembacaan. Berikut adalah kriteria selang kesadahan yang biasa dipakai: 0 - 4 dH, 0 - 70 ppm : sangat rendah (sangat lunak) 4 - 8 dH, 70 - 140 ppm : rendah (lunak) 8 - 12 dH, 140 - 210 ppm : sedang 12 - 18 dH, 210 - 320 ppm : agak tinggi (agak keras) 18 - 30 dH, 320 - 530 ppm : tinggi (keras) Dalam kaitannya dengan proses biologi, GH lebih penting peranananya dibandingkan dengan KH ataupun kesadahan total Apabila ikan atau tanaman dikatakan memerlukan air dengan kesadahan tinggi (keras) atau rendah (lunak), hal ini pada dasarnya mengacu kepada GH. Ketidaksesuaian GH akan mempengaruhi transfer hara/gizi dan hasil sekresi melalui membran dan dapat mempengaruhi kesuburan, fungsi organ dalam (seperti ginjal), dan pertumbuhan. Setiap jenis ikan memerlukan kisaran kesadahan (GH) tertentu untuk hidupnya. Pada umumnya, hampir semua jenis ikan dan tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi GH lokal, meskipun demikian, tidak demikian halnya dengan proses pemijahan. Pemijahan bisa gagal apabila dilakukan pada nilai GH yang tidak tepat. Apabila nilai GH terlalu rendah bagi suatu jenis ikan, ia dapat dinaikan dengan menambahkan kalsium sulfat, magnesium sulfat, atau kalsium karbonat. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa penambahan garam-garam tersebut membawa dampak lain yang perlu medapat perhatian. Pemberaian garam sulfat akan memberikan tambahan sulfat kedalam air, sehingga perlu dilakukan dengan hati-hati. Sedangkan penambahan garam karbonat akan menyumbangkan ion karbonat kedalam air sehingga akan menaikkan KH. Untuk mendapat kondisi yang diinginkan perlu dilakukan manipulasi dengan kombinasi pemberian yang sesuai. Penurunan nilai GH dapat dilakukan dengan perlakuanperlakuan yang mampu menghilangkan kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dari dalam air. Carbonate hardness (KH) Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3) di dalam air. Dalam akuarium air tawar, pada kisaran pH netral, ion bikarbonat lebih dominan, sedangkan pada akuarium laut, ion karbonat lebih berperan. KH sering disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi
23

dari kemampuan air untuk mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+). Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat kemasaman, kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan untuk menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan kemampuan air mengikat kemasaman, KH berperan sebagai agen pem-buffer-an yang berfungsi untuk menjaga kestabilan pH. KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan dalam CaCO3 seperti halnya GH. Kesadahan karbonat dapat diturunkan dengan merebus air yang bersangkutan, atau dengan melalukan air melewati gambut. Perlakuan perebusan air tentu saja tidak praktis, kecuali untuk akuarium ukuran kecil. Untuk menaikkan kesadahan karbonat dapat dilakukan dengan menambahkan natrium bikarbonat (soda kue), atau kalsium karbonat. Penambahan kalsium karbonat akan menaikan sekaligus baik KH maupun GH dengan proporsi yang sama. Pemberian soda kue (NaHCO3) sebanyak satu sendok teh (sekitar 6 gram) pada air sebanyak 50 liter akan meningkatkan KH sebanyak 4 satuan tanpa disertai dengan kenaikan nilai GH. Sedangkan pemberian satu sendok teh kalsium karbonat (CaCO3) (sekitar 4 gram) pada air sebanyak 50 liter akan menyebabkan kenaikan KH dan GH secara bersamasama, masing-masing sebanyak 4 satuan. Berpatokan pada hal ini, maka pemberian secara kombinasi antara soda kue dan kalsium karbonat akan dapat menghasilkan nilai KH dan GH yang diinginkan. Mengingat pengukuran bahan kimia dalam jumlah sedikit relatif sulit dilakukan, khususnya di rumah, maka sebaiknya gunakanlah test kit untuk memastikan nilai KH dan GH yang telah dicapai. Pembuferan karbonat diketahui efektif pada rasio 1:100 sampai 100:1. Hal ini akan memberikan pH efektif pada selang 4.37 sampai dengan 8.37. Selang angka ini secara kebetulan merupakan selang pH bagi hampir semua mahluk hidup akuatik. Apabila ion bikarbonat ditambahkan, rasio basa terhadap asam akan meningkat, akibatnya pH pun meningkat. Laju peningkatan pH ini akan ditentukan oleh nilai pH awal. Sebagai contoh, kebutuhan jumlah ion karbonat yang perlu ditambahkan untuk meningkatkan satu satuan pH akan jauh lebih banyak apabila pH awalnya adalah 6.3, dibandingkan apabila hal yang sama dilakukan pada pH 7.5. Kenaikan pH yang terjadi pada saat KH ditambahkan akan diimbangi oleh kadar CO2 terlarut dalam air. CO2 di dalam air akan membentuk sejumlah kecil asam karbonat dan bikarbonat yang selanjutkan akan cenderung menurunkan pH. Mekanisme ini setidaknya dapat memberikan gambaran cara mengatur dan menyiasati pH dalam akuarium agar dapat memenuhi kriteria yang diinginkan. Penanganan Kesadahan Apabila air anda terlalu keras untuk ikan atau tanaman, air tersebut dapat dilunakan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan kesadahan. Yang paling baik adalah dengan menggunakan reverse osmosis (RO) atau deioniser (DI). Celakanya metode ini termasuk dalam metode yang mahal. Hasil reverse osmosis akan memiliki kesadahan = 0, oleh karena itu air ini perlu dicampur dengan air keran sedemikian rupa sehingga mencapai nilai kesadahan yang diperlukan. Resin pelunak air komersial dapat digunakan dalam skala kecil, meskipun demikian tidak efektif digunakan untuk sekala besar. Produk-produk komersial pengolah air untuk keperluan rumah tangga pada umumnya tidak cocok digunakan,
24

karena mereka sering menggunakan prinsip pertukaran kation dalam prosesnya. Dalam prosoes ini natrium (Na) pada umumnya digunakan sebagai ion penukar, sehingga pada akhirnya natrium akan berakumulasi pada hasil air hasil olahan. Kelebihan natrium (Na) dalam air akuarium merupakan hal yang tidak dikehendaki. Pengenceran dengan menggunakan air destilasi (air suling/aquadest) dapat pula dilakukan untuk menurunkan kesadahan. Penurunan secara alamiah dapat pula dilakukan dengan menggunakan jasa asam-asam organik (humik/fulvik) , asam ini berfungsi persis seperti halnya yang terjadi pada proses deionisasi yaitu dengan menangkap ion-ion dari air pada gugus-gusus karbonil yang terdapat pada asam organik (tanian). Beberapa media yang banyak mengandung asam-asam organik ini diantaranya adalah gambut yang berasal dari Spagnum (peat moss), daun ketapang, kulit pohon Oak, dll. Proses dengan gambut dan bahan organik lain biasanya akan menghasilkan warna air kecoklatan seperti air teh. Sebelum gambut digunakan dianjurkan untuk direbus terlebih dahulu, agar organisme-organisme yang tidak dikehendaki hilang. Menurunkan kesadahan dapat pula dilakukan dengan menanam tanaman duck weed atau Egeria densa. Untuk meningkatkan kesadahan bisa dilakukan dengan memberikan dekorasi berbahan dasar kapur, seperti tufa atau pasir koral. Atau dengan melalukan air melewati pecahan marble (batu marmer) atau bahan berkapur lainnya. 2.Alkalinitas Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO 3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm. Kapasitas pembufferan Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH. Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sbb: CO2 + H2O H2CO3 --- H+ + HCO3- --- CO3 + 2H+ CO3 (karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air. Sedangkan H(+) merupakan sumber kemasaman. Mekanisme diatas merupakan reaksi bolak-balik, artinya reaksi bisa berjalan ke arah kanan (menghasilkan H+) atau ke arah kiri (menghasilkan CO 2). Oleh karena itu, apabila seseorang mencoba menurunkan pH dengan memberikan asam-asaman artinya menambahkan H+ saja maka (seperti ditunjukan mekanisme diatas). H+ tersebut akan segera diikat oleh CO3 dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan CO2, (CO2 ini akhirnya bisa lolos ke udara). Pada saat asam baru ditambahkan, pH akan terukur rendah, tapi
25

setelah beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai bergerak ke kiri,pH akan kembali bergerak ke angka semula. Itulah hukum alam, dan karena itu pulalah kita masih bisa menemukan ikan di alam sampai saat sekarang. Dengan demikian penurunan pH tidak akan efektif kalau hanya dilakukan dengan penambahan asam saja. Untuk itu, cobalah pula usahakan untuk menurunkan alkalinitasnya. Kalaupun dipaksakan hanya dengan penambahan asam maka jumlahnya harus diberikan dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya terlebih dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi diatas. 3.Keasaman (pH) pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan. Karena untuk menuliskan 0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan angka tersebut sehingga manjadi -6. Tetapi karena ada tanda - (negatif) dibelakang angka tersebut, yang dinilai kurang praktis, maka orang mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6. Oleh karena itu, pH diartikan sebagai -(minus) logaritma dari konsenstrasi ion H. pH = - log (H+) Yang perlu diperhatikan adalah bahwa selisih satu satuan angka pH itu artinya perbedaan kosentrasinya adalah 10 kali lipat. Dengan demikian, apabila selisih angkanya adalah 2 maka perbedaan konsentrasinya adalah 1010 = 100 kali lipat. Sebagai contoh pH 5 menunjukkan konsentrasi H sebanyak 0.00001 atau 1/100000 (seperseratus ribu) sedangkan pH 6 = 0.000001 atau 1/1000000 (sepersejuta). Dengan demikian kalau kita menurunkan pH dari 6 ke 5 artinya kita meningkatkan kepekatan iob H+ sebanyak 10 kali lipat. Kalau kita misalkan pH itu gula, maka dengan menurunkan pH dari 6 ke 5, sama artinya bahwa larutan tersebut sekarang 10 kali lebih manis dari pada sebelumnya. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an. pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral. Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap gangguan terhadap pengubahan pH. Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan. Penanganan pH Seperti disebutkan sebelumnya, pengananan atau pengubahan nilai pH akan lebih efektif apabila alkalinitas ditanganai terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa cara pangananan pH, yang kalau diperhatikan lebih jauh, cenderung mengarah pada penanganan kesadahan atau alkalinitas.
26

Penurunan pH Untuk menurunkan pH, pertama kali harus dilakukan pengukuran KH. Apabila nilai KH terlalu tinggi (12 atau lebih) maka KH tersebut perlu diturunkan terleibh dahulu, yang biasanya secara otomatis akan diikuti oleh menurunnya nilai pH. Apabila nilia pH terlalu tinggi (lebih dari sedangkan KH tergolong bagus ( antara 6 -12)maka hal ini merupakan petunjuk terjadinya proses keseimbangan yang buruk. Penurunan pH dapat dilakukan dengan melalukan air melewati gambut (peat), biasanya yang digunakan adalah peat moss (gambut yang berasal dari moss). bisa juga dilakukan dengan mengganti sebagaian air dengan air yang berkesadahan rendah, air hujan atau air yang direbus, air bebas ion, atau air suling (air destilata). Selain itu bisa juga dapat dilakukan dengan menambahkan bogwood kedalam akuairum. Bogwood adalah semacam kayu yang dapat memliki kemampuan menjerap kesadahan. Sama fungsinya seperti daun ketapang, kayu pohon asam dan sejenisnya. Peningkatan pH Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif, melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu kapur. Atau dengan menambahkan dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa, atau pasir koral. Atau dengan melakukan penggantian air. Karbon Dioksida (CO2) Karbon dioksida dalam air pada umumnya merupakan hasil respirasi dari ikan dan phytoplankton. Kadar CO2 lebih tinggi dari 10 ppm diketahui menunjukkan bersifat racun bagi ikan, beberapa bukti menunjukkan bahwa karbon dioksida berfungsi sebagai anestesi bagi ikan. Kadar karbon dioksida tinggi juga menunjukkan lingkungan air yang asam meskipun demikian karbon dioksida diperlukan dalam proses pem-buffer-an . Apabila pH dalam suatu akuarium dikendalikan, terutama, oleh sistem pem-buffer-an karbonat, maka hubungan pH, KH dan CO2 terlaut akan merupakan hubungan yang tetap. Dengan demikian, salah satu dari parameter tersebut dapat diatur dengan mengatur parameter yang lain. Sebagai contoh nilai pH dapat diatur dengan mangatur KH atau kadar CO2. Suatu sistem CO2 injektor, misalnya, dapat digunakan untuk mengatur pH dengan cara mengatur injeksi CO2 sedemikian rupa apabila nilai pH nya mencapai nilai tertentu. Dalam hal ini KH dibuat tetap. CO2 digunakan oleh tanaman atau terdifusi ke atmosfer, akibatnya pH naik. Dengan sistem otomatis seperti disebutkan sebelumnya maka sistem injeksi CO2 akan berjalan sedemikian rupa disekitar nilai pH tertentu, untuk menjaga kadar CO2 yang memadai. Salinitas Salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam air. Dalam pengukuran salinitas turut pula diperhitungkan komponen GH dan KH disamping bahan-bahan terlarut lainnya seperti natrium. Informasi kadar salintas sangat penting artinya dalam akuairum laut. Sedangkan dalam akuarium air tawar mengetahui pH,KH dan GH sudah memadai. Salinitas pada umumnya dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu rasio antara berat larutan terhadap berat air murni dalam volume yang sama. Rasio ini dihitung berdasarkan konidisi suhu 15C. Pengukuran salinitas dalam kehidupan seharihari biasanya menggunakan hydrometer, yang telah dikalibrasikan untuk digunakan pada suhu kamar.

27

Salah satu komponen salinitas yang tidak tercakup baik oleh KH dan GH adalah kadar natrium. Beberapa ikan air tawar dapat menerima (toleran) kehadiran sejumlah kecil natrium dalam bentuk garam. Bahkan sampai tahap tertentu digunakan sebagak terapi pengobatan akibat parasit seperti ich. Sedangkan beberapa spesies yang lain sama sekali tidak toleran terhadap garam. Jenis-jenis ikan tidak bersisik dan corydoras diketahui sangat sensitif terhadap garam dibandingkan dengan kebanyakan ikan air tawar lainnya. D. Penyebab dan Dampak Pencemaran Air Sumber pencemaran air yang paling umum adalah : Limbah Pemukiman Limbah Pertanian Limbah Industri a. Limbah Pemukiman Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daundaunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen. Tentunya anda pernah melihat permukaan air sungai atau danau yang ditutupi buih deterjen. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri. Sehingga tetap aktif untuk jangka waktu yang lama. Penggunaan deterjen secara besarbesaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan. b. Limbah Pertanian dan Peternakan Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat tanamannya. Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen.

28

Limbah pestisida mempunyai aktifitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air keluar dari daerah pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang dan hewan air lainnya. Pestisida mempunyai sifat relatif tidak larut dalam air, tetapi mudah larut dan cenderung konsentrasinya meningkat dalam lemak dan sel-sel tubuh mahluk hidup disebut Biological Amplification, sehingga apabila masuk dalam rantai makanan konsentrasinya makin tinggi dan yang tertinggi adalah pada konsumen puncak. Contohnya ketika di dalam tubuh ikan kadarnya 6 ppm, di dalam tubuh burung pemakan ikan kadarnya naik menjadi 100 ppm dan akan meningkat terus sampai konsumen puncak. Pada peternakan, limbah ternak Sapi dan kerbau seperti feces dan urine dapat mencemari kualitas air, dimana bakteri E. coli meningkat dan kadar urea (NH 2)2CO yang berasal dari urine sapi akan meningkat di dalam air, Urea akan terurai menjadi nitrat (NH3-) berupa asam nitrate (HNO 3) dan nitrite (NH2-) menjadi asam nitrite (HNO2) dalam air. Sedangkan urine ayam akan mencemari air dengan asam urik (Uric acide) (Lusk. 1998). Karak teristik limbah Peternakan memiliki COD (Chemical Oxigen Demand) = 136.000 mg/L, ammonia = 322 mg/L, Volatile solids = 6,54 % dan volatile fatty acids = 1698 mg/L. Secara anaerob limbah ternak akan diprosess oleh mikroorganisme terutama bakteri E. Coli dll menghasilkan gas 55-65% gas methane (CH4), 35-45% CO2 dan sisanya gas ammonia dan hidrogene sulfide (H 2S) (Anonim. 2002). c. Limbah Industri Limbah industri sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran air. Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Menurut PP 18 tahun 99 pasal 1, limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya. Karakteristik limbah B3 adalah korosif/ menyebabkan karat, mudah terbakar dan meledak, bersifat toksik/ beracun dan menyebabkan infeksi/ penyakit. Limbah industri yang berbahaya antara lain yang mengandung logam dan cairan asam. Misalnya limbah yang dihasilkan industri pelapisan logam, yang mengandung tembaga dan nikel serta cairan asam sianida, asam borat, asam kromat, asam nitrat dan asam fosfat. Limbah ini bersifat korosif, dapat mematikan tumbuhan dan hewan air. Pada manusia menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu pernafasan dan menyebabkan kanker. Logam yang paling berbahaya dari limbah industri adalah merkuri atau yang dikenal juga sebagai air raksa (Hg) atau air perak. Limbah yang mengandung merkurei selain berasal dari industri logam juga berasal dari industri kosmetik, batu baterai, plastik dan sebagainya. Di Jepang antara tahun 1953-1960, lebih dari 100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang bearasal dari sebuah pabrik plastik. Senyawa merkuri yang terlarut dalam air masuk melalui rantai makanan, yaitu mula-mula masuk ke dalam tubuh mikroorganisme yang kemudian dimakan yang dikonsumsi manusia. Bila merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/ acrodynia, alergi kulit dan kawasaki disease/ mucocutaneous lymph node syndrome.
29

Limbah Pertambangan Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi, yang dapat mengalir ke luar daerah pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam. Bila air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan karang/ kapur akan melarutkan senyawa Ca dan Mg dari batuan tersebut. Selanjutnya senyawa Ca dan Mg yang larut terbawa air akan memberi efek terjadinya AIR SADAH, yang tidak bisa digunakan untuk mencuci karena sabun tidak bisa berbuih. Bila dipaksakan akan memboroskan sabun, karena sabun tidak akan berbuih sebelum semua ion Ca dan Mg mengendap. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logamlogam sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik. Selain pertambangan batubara, pertambangan lain yang menghasilkan limbah berbahaya adalah pertambangan emas. Pertambangan emas menghasilkan limbah yang mengandung merkuri, yang banyak digunakan penambang emas tradisional atau penambang emas tanpa izin, untuk memproses bijih emas. Para penambang ini umumnya kurang mempedulikan dampak limbah yang mengandung merkuri karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Biasanya mereka membuang dan mengalirkan limbah bekas proses pengolahan pengolahan ke selokan, parit, kolam atau sungai. Merkuri tersebut selanjutnya berubah menjadi metil merkuri karena proses alamiah. Bila senyawa metil merkuri masuk ke dalam tubuh manusiamelalui media air, akan menyebabkan keracunan seperti yang dialami para korban Tragedi Minamata.

E. Pengaruh Pencemaran Air terhadap Hewan, Tumbuh-tumbuhan, dan Tubuh Manusia.


Diantara sekian banyak bahan pencemar air ada yang beracun dan berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Telah anda pelajari bahwa bahan pencemar air antara lain ada yang berupa logam-logam berat seperti arsen (As), kadmium (Cd), berilium (Be), Boron (B), tembaga (Cu), fluor (F), timbal (Pb), air raksa (Hg), selenium (Se), seng (Zn), ada yang berupa oksida-oksida karbon (CO dan CO2), oksidaoksida nitrogen (NO dan NO2), oksida-oksida belerang (SO2 dan SO3), H2S, asam sianida (HCN), senyawa/ion klorida, partikulat padat seperti asbes, tanah/lumpur, senyawa hidrokarbon seperti metana, dan heksana. Bahan-bahan pencemar ini terdapat dalam air, ada yang berupa larutan ada pula yang berupa partikulat-partikulat, yang masuk melalui bahan makanan yang terbawa ke dalam pencernaan atau melalui kulit. Bahan pencemar unsur-unsur di atas terdapat dalam air di alam ataupun dalam air limbah. Walaupun unsur-unsur diatas dalam jumlah kecil? sensial/diperlukan dalam makanan hewan maupun tumbuhtumbuhan, akan tetapi apabila jumlahnya banyak akan bersifat racun, contoh tembaga (Cu), seng (Zn) dan selenium (Se) dan molibdium esensial untuk tanaman tetapi bersifat racun untuk hewan. Air merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan di muka bumi terutama bagi manusia. Oleh karena itu apabila air yang akan digunakan mengandung bahan pencemar akan mengganggu kesehatan manusia, menyebabkan keracunan bahkan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian
30

apabila bahan pencemar itu tersebut menumpuk dalam jaringan tubuh manusia. Bahan pencemar yang menumpuk dalam jaringan organ tubuh dapat meracuni organ tubuh tersebut, sehingga organ tubuh tidak dapat berfungsi lagi dan dapat menyebabkan kesehatan terganggu bahkan dapat sampai meninggal. Selain bahan pencemar air seperti tersebut di atas ada juga bahan pencemar berupa bibit penyakit (bakteri/virus) misalnya bakteri coli, disentri, kolera, typhus, para typhus, lever, diare dan bermacammacam penyakit kulit. Bahan pencemar ini terbawa air permukaan seperti air sungai dari buangan air rumah tangga, air buangan rumah sakit, yang membawa kotoran manusia atau kotoran hewan. Air yang mengalami pencemaran seperti pestisida, logam berat Hg, Pb dan Cd akan menyebabkan terjadinya akumulasi dalam jaringan tubuh ternak dan lama-kelamaan hewan / ternak mengalami gangguan kelainan tubuh (abnormalitas). Oleh karena itu untuk melakukan perencanaan usaha peternakan harus mempertimbangkan setuasi dan kondisi wilayah, aman dari pencemaran sehingga ternak dapat digembalakan. Pencemaran lingkungan oleh logam berat dan pestisida akan menyebabkan terakumulasi dalam rumput di wilayah pengembalaan, ternak yang mengkonsumsi rumput akan mengalami akumulasi bahan pencemar tersebut, sehingga daging dan susu ternak juga akan mengalami pencemaran. Olehkarena itu produksi daging dan susu tidak dapat dikonsumsi, bila dikonsumsi akan nmenyebabkan terakumulasi di tubuh manusia dan mengalami toksik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2002. Tinedale Farms Anaerobic Digestion: A Biomass Energy Project. Energy Center of Wisconsin. Anonim. 2005. "China says water pollution so severe that cities could lack safe supplies". Chinadaily.com.cn. 2005-06-07. Anonim. 2007a. As China Roars, Pollution Reaches Deadly Extremes". The New York Times. August 26, 2007. Anonim. 2007b. United States Environmental Protection Agency (EPA). Washington, DC. "The National Water Quality Inventory: Report to Congress for the 2002 Reporting Cycle A Profile." October 2007. Fact Sheet No. EPA 841-F-07-003. Anonim. 2008. A special report on India: Creaking, groaning: Infrastructure is Indias biggest handicap". The Economist. 11 Desember 2008. Lusk P. 1998. Methane Recovery from Animal Manures The Current Opportunities Casebook. National Renewable Energy Laboratory 1617 Cole Boulevard Golden, Colorado 80401-3393. A national laboratory of the U.S. Department of Energy Managed by Midwest Research Institute for the U.S. Department of Energy under contract No. DE-AC36-83CH10093. Pink and Daniel H. 2006. "Investing in Tomorrow's Liquid Gold", Yahoo, 19 April 2006. West and Larry. 2006. "World Water Day: A Billion People Worldwide Lack Safe Drinking Water", About, 26 Maret 2006.

IV. PENCEMARAN TANAH


31

A.Pendahuluan Tanah adalah tubuh alam (bumi) yang berasal dari berbagai campuran hasil pelapukan oleh iklim dan terdiri atas komposisi bahan organik dan anorganik yang menyelimuti bumi, sehingga mampu menyediakan air, udara, dan hara bagi tumbuhan, serta sebagai tempat berdiri tegaknya tumbuh-tumbuhan. Ilmu tanah murni sering disebut pedologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tanah dari sudut pandang sebagai faktor tempat tumbuh disebut edafologi. Kesuburan tanah mempengaruhi keadaan tumbuhtumbuhan yang tumbuh di atasnya. Kesuburan tanah akan berpengaruh terhadap tipe vegetasi yang terbentuk serta berpengaruh terhadap keproduktifan hutan. Oleh karena itu, tanah merupakan salah satu faktor pembatas alam yang memengaruhi pertumbuhan semua spesies tumbuhan, struktur, dan komposisi vegetasi, sehingga akan berpengaruh terhadap tipe hutannya. Definisi dan pengertian dari Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu. Istilah tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki sebagian besar daratan permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, serta menjadi tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Menurut pandangan dan pengertian yang diberikan oleh para ahli tanah adalah sebagai berikut : 1. Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang membentuknya di alam. 2. Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai tanaman. Seorang Pedolog, melihat tanah sebagai lapisan kulit bumi yang lunak dan gembur yang berasal dari batuan induk. Tanah mempunyai lapisan-lapisan yang berbeda warna sampai ke dalam terdapat bagian keras yang sulit ditembus disebut batuan induk. Tanah mempunyai beberapa sifat yang menentukan kualitas tanah seperti sifat biologi, sifat fisik dan sifat kimia. Tanah bagian paling atas sering disebut top soil, selanjutnya ada lapisan-lapisan dibawahnya sehingga terbentuk profil tanah. B. Proses Pembentukan Tanah Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat menjadi bahan induk yang agar lunak, selanjutnya berangsur-angsur menjadi tanah pada lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah bagian atas (topsoil), dalam jangka waktu lama sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun. Perubahan-perubahan dari batuan induk sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami proses pelapukan, yaitu proses penghancuran karena iklim (Rosmarkam dan Yuwono, 2006) . Tahap pertama dari proses pembentukan tanah adalah proses pelapukan. Proses ini terjadi penghancuran dan pelembutan dari bahan induk tanpa perubahan susunan kimianya.
32

Pelapukan dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat merusak. Faktor-faktor iklim yang turut menentukan adalah sinar matahari, perbedaan temperatur antara siang dan malam, keadaan musim kemarau dan musim penghujan. Pada awalnya batuan pecah dalam bentuk pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral penyusunnya. Selanjutnya oleh adanya air, asam dan senyawa-senyawa yang larut dalam air, pecahan-pecahan bantuan dan mineral ini menjadi lunak dan terurai ke dalam unsurunsur penyusunnya. Dari bahan-bahan sisa penguraian dan senyawa kembali membentuk mineral-mineral baru. Pelapukan digolongkan dalam tiga bentuk : 1. Pelapukan fisik 2. Pelapukan kimia 3. Pelapukan biologis Pelapukan fisik sering disebut juga alterasi yakni proses pemecahan dan pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tidak ada pembentukan mineral baru. Pelapukan kimia adalah proses pelapukan dan penguraian pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral ke dalam unsur-unsur penyusunnya yang biasa disertai dengan pembentukan mineral-mineral baru. Pelapukan biologis adalah pelapukan yang disebabkan kegiatan tanaman dan hewan, baik yang tingkat tinggi maupun yang tingkat rendah. Dalam proses pemecahan batuan induk menjadi tanah terjadi aktivitas hidup organisme. Bakteri autotrof dan lumut-lumut pada waktu mati menjadi bahan organik bagi kehidupan organisme yang lain. Tumbuhan tingkat tinggi berperan dengan aktivitas akar-akarnya masuk dicelah-celah retakan batuan dan seterusnya(Sulaeman et al. 2005). Faktor-Faktor Pembentukan Tanah Faktor-faktor yang menentukan pembentukan tanah adalah sebagai berikut : 1. Ikllim 2. Batuan Induk 3. Vegetasi 4. Relief (tinggi rendahnya permukaan) 5. Manusia 6. Waktu Semua faktor ini tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi dan saling berkaitan. C. Klasifikasi Jenis Tanah Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Untuk memahami hubungan antara jenis tanah , diperlukan pengetahuan yang mampu mngelompokkan tanah secara sistematik sehingga dikenal banyak sekali sistem klasifikasi yang berkembang. Untuk mempelajari hubungan antar jenis tanah maka sistem klasifikasi tanah dibagi menjadi sistem klasifikasi alami dan sistem klasifikasi teknis (Sutanto, 2005).

33

Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah. Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam tanaman semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Dalam prakteknya untuk mempelajari jenis tanah maka sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami. Pada awalnya jenis tanah dikalsifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu : Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi, Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief, Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah. Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah (taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis. Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah dibedakan atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri. Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Keduabelas ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols. Alfisols. Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols. Andisols. Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol. Aridisol. Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah). Entisols. Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah. Gelisols. Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di Indonesia Histosols. Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah gambut. Inceptisols. Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei humik dan glei humik rendah.

34

Mollisols. Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina. Oxisols. Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik. Spodosols. Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik. Ultisols. Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merahkuning. Vertisols. Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah grumosol. Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005). C.Pencemaran Tanah Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. Definisi dan Pengertian dari Pencemaran tanah adalah kerusakan lapisan tipis bumi yang bermanfaat yaitu tanah produktif untuk menumbuhkan tanaman sebagai sumber bahan makanan. Tanpa tanah yang subur, petani tidak bisa bercocok tanam dan menghasilkan makanan untuk orang di seluruh dunia. Tanah yang subur dipengaruhi juga oleh organisme seperti bakteri, jamur, dan organisme lain yang menguraikan limbah dalam tanah dan menyediakan unsur hara. Unsur hara memberikan pertumbuhan bagi tanaman. Pupuk dan pestisida dapat membatasi kemampuan organisme tanah untuk menguraikan limbah. Akibat penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan dapat merusak produktivitas tanah. Pencemaran tanah disebabkan oleh hasil pembuangan limbah yang mengandung bahan-bahan anorganik yang sukar terurai dalam tanah seperti plastik, kaca, dan kaleng. Bahan-bahan ini sukar diuraikan oleh organisme dan mengakibatkan produktivitas tanah
35

akan berkurang. Jika limbah atau sampah yang dibuang mudah terurai oleh mikroorganisme, bahan-bahan itu akan mengalami proses pembusukan kemudian terurai dan menyatu dengan tanah sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Dampak langsung akibat limbah yang dirasakan manusia adalah timbulnya bau yang tidak sedap dan kotor. Dampak yang tidak langsung diantaranya tempat pembuangan limbah dapat menjadi tempat berkembangnya organisme penyebab penyakit. Organisme ini dapat menyebabkan pernyakit ataupun hanya sebagai vektor (pembawa) penyakit yang merugikan manusia. Adapun penyakit yang dapat berkembang pada daerah berlimbah yang tidak terjada sanitasinya seperti pes, kaki gajah, malaria, demam berdarah ataupun penyakit yang lain. Penyebab pencemaran tanah diantaranya sampah-sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan oleh bakteri. Upaya untuk mengurangi penumpukan sampah adalah dengan melakukan daur ulang sampah anorganik. Bahan-bahan yang tidak bisa terurai seharusnya dapat dipisahkan kemudian dimasukan dalam proses daur ulang. Proses daur ulang yang dilakukan membuat limbah diolah kembali menjadi barang yang dapat dipergunakan. Barang hasil daur ulang dapat berupa barang yang sama dengan asalnya ataupun dapat memproduksikan barang yang berbeda. Limbah padat mungkin merupakan bentuk yang paling terlihat dari Pencemaran. Setiap tahun, orang membuang miliaran ton sampah padat. Industri limbah account untuk sebagian besar bahan dibuang. Limbah padat dari rumah, kantor, dan toko disebut limbah padat perkotaan. Ini termasuk kertas, plastik, kaca, kaleng logam, sisa makanan, dan hiasan halaman. Limbah lainnya dibuang terdiri dari mobil, besi tua, bahan sisa dari proses pertanian, dan limbah pertambangan dikenal sebagai merusak. Penanganan limbah padat menjadi masalah karena metode pembuangannya merusak mencemari lingkungan. Pembuangan terbuka merusak keindahan tanah alam dan menyediakan persembunyian untuk tikus dan hewan pembawa penyakit. Kedua pembuangan terbuka dan landfill (daerah penanaman limbah) dapat mengandung racun yang meresap ke dalam air tanah atau mengalir ke sungai dan danau. Kegiatan Pembakaran limbah padat menciptakan asap dan Pencemaran udara lainnya. Bahkan pembakaran limbah dapat melepaskan bahan kimia beracun, abu, dan logam berat berbahaya ke udara. Limbah berbahaya terdiri dari zat dibuang yang dapat mengancam kesehatan manusia dan lingkungan. Sumber limbah berbahaya meliputi industri, rumah sakit, dan laboratorium. Limbah tersebut dapat menyebabkan cedera langsung ketika orang bernapas, menelan, atau menyentuhnya. Ketika dikuburkankan di tanah atau ditinggalkan di tempat pembuangan terbuka, beberapa limbah berbahaya dapat mencemari udara, air tanah, dan tanaman pertanian. Sejumlah kegiatan manusia lainnya juga dapat merusak tanah. Irigasi tanah di daerah kering dengan drainase yang buruk bisa menyebabkan genangan air di ladang. Ketika air yang ada menguap, ia meninggalkan endapan garam, membuat tanah terlalu asin untuk tanaman bertumbuh. Kegiatan pertambangan dan peleburan mencemari tanah dengan logam berat beracun. Banyak ilmuwan percaya bahwa hujan asam juga dapat mengurangi kesuburan tanah. Beberapa limbah berbahaya serius dapat membahayakan kesehatan manusia, satwa liar, dan tanaman. Polutan ini termasuk radiasi, pestisida, dan logam berat. Radiasi adalah polutan tak terlihat yang dapat mencemari setiap bagian dari lingkungan. Kebanyakan radiasi berasal dari sumber-sumber alam, seperti mineral dan sinar matahari. Para ilmuwan juga dapat menghasilkan unsur-unsur radioaktif dari laboratoriumnya. Radiasi radio aktif dalam jumlah besar dapat merusak sel dan menyebabkan kanker. Limbah radioaktif yang dihasilkan oleh reaktor nuklir dan pabrik36

pabrik senjata menimbulkan masalah lingkungan yang serius. Beberapa limbah ini akan tetap bersifat radioaktif selama ribuan tahun. Penyimpanan limbah radioaktif yang aman sangat sulit dan mahal. Pestisida disemprotkan pada tanaman atau di kebun, pestisida dapat ditiup oleh angin ke daerah lain. Mereka juga dapat mengalir dengan air hujan ke sungai terdekat atau dapat merembes melalui tanah ke dalam air tanah. Beberapa pestisida dapat tetap berada di lingkungan selama bertahun-tahun dan lolos dari satu organisme ke organisme lain. Sebagai contoh, ketika pestisida yang hadir terdapat dalam sungai, ikan kecil dan organisme lain dapat menyerapnya. Ikan yang lebih besar memakan ikan terkontaminasi, dalam organisme ini tertimbun sejumlah pestisida yang lebih besar dalam dagingnya. Proses ini disebut bioakumulasi. Logam berat termasuk merkuri dan timah menyebabkan pencemaran. Aktivitas pertambangan, penghasil limbah padat, proses industri, dan kendaraan bermotor semua dapat melepaskan logam berat ke lingkungan sekitar. Seperti pestisida, dapat bertahan lama dan menyebar melalui lingkungan. Pestisida dapat terakumulasi dalam tulang dan jaringan dalam tubuh hewan. Pada manusia, logam berat dapat merusak tulang, berbagai organ, dan sistem saraf. Banyak juga dapat menyebabkan kanker. D. Dampak Pencemaran Tanah terhadap kesehatan Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi. Kuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian. Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhlukmakhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut. Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan
37

pada konservasi tanaman dimana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama. Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium , berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak , serta kerusakan ginjal. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, dan mungkin tidak bias di Obati, PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati, Organofosfat dan karmabat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Ada beberapa macam dampak pada kesehatan seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit. Zat kimia diatas bila dosis yang bayak, menimbulkan pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.. E. Penanganan Pencemaran Tanah Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit. Remediasi Kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah dikenal dengan remediasi. Sebelum melakukan remediasi, hal yang perlu diketahui: 1. Jenis pencemar (organic atau anorganik), terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak, 2. Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut, 3. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P), 4. Jenis tanah, 5. Kondisi tanah (basah, kering), 6. Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut, 7. Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda). Remediasi On-site dan Off-site Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau offsite). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang
38

aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit. Bioremediasi Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi : 1. stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb 2. inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus 3. penerapan immobilized enzymes 4. penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemar. Proses bioremediasi harus memperhatikan temperatur tanah, ketersediaan air, nutrien (N, P, K), perbandingan C : N kurang dari 30:1, dan ketersediaan oksigen. Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Menurut Dr. Anton Muhibuddin, salah satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat berperan langsung maupun tidak langsung dalam remediasi tanah. Berperan langsung, karena kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam tanah dan berperan tidak langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi lain seperti bakteri tertentu, jamur dan sebagainya. Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, zat kimia, atau limbah. air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat. Jika suatu zat berbahaya telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia dan hewan/ternak/tumbuhan ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. DAFTAR PUSTAKA

39

Sutanto, R, 2005, Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono, 2006. Ilmu Kesuburan Tanah. Cetakan ke 6. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sulaeman, Suparto dan Eviata, 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanaian. Departemen Pertanian. Bogor.

V. PENCEMARAN SUARA
Pendahuluan Gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya disebut dengan Pencemaran suara. Lebih jelasnya Pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatka oleh bunyi atau suara yang mengganggu ketentraman makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran suara biasanya diukur dalam satuan dB atau desibel. Pencemaran suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan tidak menyenangkan. Penilaian terhadap suara yang muncul sebagai polusi atau tidak merupakan sesuatu yang subjektif. Kerusakan yang diakibatkan pencemaran suara bersifat setempat, tidak seperti polusi udara maupun polusi air. Suara bising yang terus-menerus dengan tingkat kebisingan yang relatif tinggi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan kesehatan manusia. Ini dapat berarti gangguan secara fisik maupun psikologis. Gangguan secara fisik antara lain adalah kehilangan pendengaran yang merupakan perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan, serta akibat-akibat fisiologis yang berupa perasaan tidak nyaman atau stres meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, dan bunyi dering. Gangguan psikologis akibat polusi suara dibagi menjadi tiga mecam, yaitu gangguan emosional, gaya hidup, dan pendengaran. Ganggguan emosional ditandai dengan kejengkelan dan kebingungan. gangguan gaya hidup berupa gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja. Gangguan pendengaran merintangi kemampuan mendengarkann TV, radio, percakapan, telpon, dan sebagainya. Pencemaran suara yang bersifat terus-menerus dengan tingkat kebisingan di atas 80 dB dapat mengakibatkan efek atau dampak yang merugikan kesehatan manusia. Berikut ini adalah beberapa efek samping negatif dari pencemaran suara : a. stres b. gila c. perubahan denyut nadi d. tekanan darah berubah e. gangguan fungsi jantung f. kontraksi perut Berikut ini adalah contoh kebisingan yang menimbulkan pencemaran suara : 1. Orang ngobrol biasa = 40 dB 2. Orang ribut / silat lidah = 80 dB 3. Suara kereta api / krl = 95 db
40

4. mesin motor 5 pk = 104 dB 5. suara gledek / geledek / petir = 120 dB 6. Pesawat jet tinggal landas = 150 dB Bunyi merupakan perubahan tekanan dalam udara yang ditangkap oleh gendang telinga dan disalurkan ke otak. Tekanan diukur dalam pascal (Pa). Ambang pendengaran manusia diperkirakan 0,00002 Pa. Frekuensi bunyi paling rendah yang dapat dideteksi oleh telinga manusia ialah sekitar 20 Hz dan yang paling tinggi, pada orang muda sampai 18 KHz. Dengan bertambahnya usia, telinga makin kurang peka terhadap frekuensi tinggi. Penggandaan frekuensi akan meningkatkan nada not sebesar satu oktaf. Telinga paling peka terhadap suara antara 500 Hz - 4 kHz, diantaranya 500 Hz 2 kHz adalah frekuensi bicara. Kecuali nada murni yang tidak lazim, banyak kebisingan terdiri atas banyak frekuensi dan intensitas (Harrington dan Gill, 2005). Gelombang bunyi adalah gelombang mekanis longitudinal, gelombang bunyi tersebut dapat dijalarkan di dalam benda padat, benda cair dan gas. Partikel-partikel yang mentransmisikan sebuah gelombang seperti itu berosilasi di dalam arah penjalaran gelombang itu sendiri. Ada suatu jangkauan frekuensi yang besar di dalam mana dapat menghasilkan gelombang mekanis longitudinal dan gelombang bunyi adalah dibatasi oleh jangkauan frekuensi yang dapat merangsang telinga dan otak manusia kepada sensasi pendengaran (Halliday, 1990). Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori: 1. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising yang disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik. 2. Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 8.000 Hz. 3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan bedil. Banyak pendapat yang mengemukakan tentang definisi kebisingan seperti yang tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987: Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang tidak diingini sehingga mengganggu ketentraman orang terutama pendengaran (Dirjen P2M dan PLP Depkes RI, 1993). Sedangkan menurut surat edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor SE 01/Men/1978: Kebisingan ditempat kerja adalah semua bunyibunyi atau suara-suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja (Rizeddin, dalam Suheryanto, 1994). Pengukuran Suara Alat pengukur tingkat suara sound level meter. Pengukuran tingkat polusi suara dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu cara sederhana dan cara langsung. Cara sederhana dilakukan dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap lima detik. Cara langsung dilakukan dengan sebuah integrating sound level meter yang
41

mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Secara langsung, polusi suara seperti ini dapat menyebabkan ketulian secara fisik dan tekanan psikologis. Lebih jauh, tekanan psikis akan menyebabkan penyakit-penyakit lainnya muncul pada manusia. Pencegahan pencemaran suara dilakukan dengan melindungi tubuh dari suara yang keras dan meredam suara pada tempat atau sumber suara. Alat untuk melindungi tubuh dari suara keras antara lain: a. Menyumbat telinga, mereduksi suara sekitar 25-30 desibel. b. Menutup telinga, mereduksi suara sekitar 40 desibel. c. Topi pelindung telinga, mereduksi suara sebesar 50 desibel. Untuk mengurangi keras suara di tempat sumber suara antara lain menggunakan "silencer" yang dapat melindungi kebisingan sebesar 10%. Alat peredam suara dapat mengurangi kebisingan sebesar 70 desibel (Soendjoyo, 1982). Dampak Pecemaran suara Dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kebisingan adalah efek kesehatan dan non kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena telinga tidak diperlengkapi untuk melindungi dirinya sendiri dari efek kebisingan yang merugikan. Bunyi mendadak yang keras secara cepat diikuti oleh reflek otot di telinga tengah yang akan membatasi jumlah energi suara yang dihantarkan ke telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan dengan keadaan semacam itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang terpajan pada kebisingan mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau terus menerus. Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama dan kuat akan merusak organ korti dan selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian permanen (Harrington dan Gill, 2005). Secara umum telah disetujui bahwa untuk amannya, pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan yang keras selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang adanya rasa mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah. Apakah kebisingan dapat menyebabkan perubahan yang menetap seperti penyakit tekanan darah tinggi (Pulat, 1992). Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan pendengaran biasanya disebabkan karena energi kebisingan yang tinggi mampu menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah, dan tingkat pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada efek psikososial dan psikomotor ringan jika dicoba bekerja di lingkungan yang bising (Harrington dan Gill, 2005). Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh: 1. 3 - 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.

42

2. 6 - 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah. 3. 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi. 4. 13 - 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi. 5. < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian. Dampak Pencemaran Suara terhadap ternak Pada ternak suara yang keras akan menurunkan produktivitas ternak, misalnya bunyian yang keras dapat menurunkan produksi telur pada ayam peterlur, pada ayam pedaging dapat menurunkan berat ayam potong. Pada sapi perah suara yang keras akan menurunkan produksi susu yang dihasilkan selama masa laktasi berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Dirjen, P2M dan PLP Departemen Kesehatan RI. 1993. Pelatihan Petugas Pengawas Tingkat Kebisingan Model III. Jakarta. Harrington & F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi 3. Penerbit EGC Cetakan I. Jakarta. Halliday. 1990. Fisika. Penerbit Erlangga. Jakarta. Pulat, B. M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Prentice Hall. Inc Englewood Cliff. New Jersey. Suheryanto, R. 1994. Pengaruh Kebisingan Mesin Pabrik Tekstil terhadap Pendengaran Karyawan, Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran UNAIR/RS. Dr. Soetomo. Surabaya.

VI. PENCEMARAN ELEKTROMAGNETIK


Pada dekade 70an ada pendapat di AS bahwa anak-anak yang tinggal di sekitar tegangan tinggi berisiko terken leukimia. Bahkan di tahun 1980 orang meributkan komputer meningkatkan angka keguguran pada karyawati. Kemudian muncul istilah electrosmog, yaitu risiko terkena polusi medan elektromagnet dari peralatan sehari-hari. Atas dasar ini tahun 1988, seorang ilmuwan AS, John Savitz mengemukakan model penelitiannya. Ia membagi tempat tinggal keluarga menjadi 4 kelompok risiko. Atas dasar besarnya kekuatan medan magnet yang dekat dengan tegangan tinggi dan pengoperasian alat-alat elektronik. Sebagai kelompok pembandingnya dipilih anak-anak yang rumahnya jauh dari tegangan tinggi. Hasilnya kelompok berisiko tinggi adalah mereka yang tinggal di wilayah medan magnet berkekuatan 0,25 mikro Tesla (satuan pengukur kekuatan medan magnet). Akhirnya risiko terkena leukimia menjadi naik 50%. Sejauh ini belum ada model yang dapat menerangkan bagaimana medan elektromagnet berperan dalam terbentuknya kankr. Sementara orang beranggapan munculnya penyakit itu melewati dua thap. mula-mula sel kanker mulai memecah diri dengan cepat. Tumor mulai tumbuh lantaran adanya faktor pemicu dan electosmag adalah salah satu faktor. Secara umum memang ada beberapa orang yang bereaksi lebih sensitif terjadap
43

elektromagnet. Norbet Leitgeb, seorang dokter biologi dari universitas Teknik Graz, meneliti 69 wanita dan 71 pria yang berusia antara 10 76 tahun. Sekitar 2% mereka terbukti sensitif terhadap listrik. yang pasti semua harus memperkecil risiko. Soalnya tak seorangpun tahu, seberapa besar frekuensi dan kekuatan yang dapat mempengaruhi kesehatan. uajr para ahli dari Institut Katalyase (Anonim. 2010). Menurut Sukry (2005) bahwa gejala yang ditimbulkan oleh pencemaran elektromagnetik adalah kelelahan, sakit mata, pusing atau sakit kepala, mual-mual, bingung, kanker dan keguguran. Berdasarkan hal tersebut diduga pencemaran elektromagnetik akan menyebakan penurunan produktivitas ternak, baik ternak ungags maupun ternak rumenansia, misalnya produksi telur bias turun dan demikian juga pada produksi dading dan susu ternak. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Polusi Medan Elektromagnetik. Wartawarga Student Journalisme. Gunadarma University. 10 Januari 2010. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/ polusi-medan-elektromagnetik/ Sukry Y. 2005. Pengaruh Biologis Medan-medan Listrik dan Magnetik pada Frekuensi amat rendah. Jounak Elektronika, No. 2 Vol.5. LIPI. Jakarta

44

Anda mungkin juga menyukai