Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RESUME HUKUM LINGKUNGAN

“Bentuk-Bentuk Kesadaran Lingkungan Tingkat Nasional Dan Internasional”

DISUSUN OLEH:
NAMA : Renhard Fransiskho Soloti

No. Stambuk : D101 18 049

Kelas : BT 02/B

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
PENGANTAR
Hukum lingkungan memiliki arti yang sama dengan lingkungan itu sendiri. Disebutkan

dalam UU Nomor 4 Tahun 1982 Pasal 1 ayat (1) tentang Ketentuan Pokok-Pokok Lingkungan

Hidup yang diperbaharui dengan UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup , bahwa hukum lingkungan (lingkungan hidup) adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi kelanngsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup. Menurut Pasal 2. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan

fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,

pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup Lingkungan amat

penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh

manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung,

yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup

lainnya. Arti penting lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut:

1.        Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan

berkembang, diatas bumi sebagai lingkungan.

2.        Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.

3.        Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yanng mendiaminya.
4.        Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.

5.        Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan dan

kebahagiaan hidup.

Siti Sundari Rangkuti menyatakan, hukum lingkungan adalah hukum yang mengatur

hubungan timbal balik antara manusia dengan makhluk hidup lainnya yang apabila dilanggar

bisa dikenai sanksi (170:2005). Sanksi yang termuat dalam hukum lingkungan merupakan

sanksi-sanksi yang telah diatur sebelumnya dalam hukum perdata, hukum pidana, serta hukum

administrasi. Hukum lingkungan menyangkut penetapan nilai-nilai yang sedang berlaku dan

nilai-nilai yang diharapkan akan berlaku pada masa mendatang.

Sementara Drupsteen dalam Koesnadi Hardjasoemantri mengatakan hukum lingkungan

adalah hukum berhubungan dengan alam (natuurlijk milieu) dalam arti seluas – luasnya. Ruang

lingkupnya  berkaitan erat dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan.

Dengan demikian hukum lingkungan merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan

lingkungan. Mengingat pengelolaan dilakukan terutama oleh pemerintah, maka hukum

lingkungan sebagian besar terdiri atas hukum pemerintahan (bestuurs – recht). Disamping

hukum lingkungan pemerintahan (bestuurs -  natuurlijk milieurecht) yang dibentuk pemerintah

pusat, ada juga yang berasal dari pemerintah daerah, dan sebagian dibentuk oleh badan – badan

internasional atau perjanjian – perjanjian dengan negara – negara lain. Demikian pula terdapat

hukum lingkungan keperdataan (privaatrechtelijk milieurecht), hukum lingkungan

ketatanegaraan (staatrechtelijk milieurecht), hukum lingkungan kepidanaan, (strafrechtelijk

milieurecht) sepanjang bidang hukum ini memuat ketentuan – ketentuan yang bertalian dengan

pengelolaan lingkungan hidup.


Hukum lingkungan, selain dipengaruhi oleh hukum keperdataan dan hukum administrasi,

juga dipengaruhi oleh nilai-nilai moral yang dianut masyarakat setempat, dalam bentuk hukum

adat atau hukum kebiasaan. Nilai-nilai moral tersebut diyakini apabila dilanggar bisa

mendapatkan sanksi, yang umumnya berupa denda.

Kesadaran terhadap masalah lingkungan berupa kesadaran terhadap kemunduran kualitas

lingkungan, yang diakibatkan oleh pencemaran, pengrusakan, dan gangguan. Kesadaran itu

timbul pada tataran global/internasional yang dituangkan/dinyatakan dalam Deklarasi, Konvensi,

Kesepakatan, dan pembentukan kelembagaan dunia regional, serta nasional. Masalah-masalah

global yang muncul dalam kerangka hubungan antar bangsa dan masalah-masalah nasional

timbul dalam rangka internal masing-masing Negara, baik dimensi public maupun privat karena

berbagai kepentingan yang terkait tidak saja kepetingan kolektif (Collective Rights) tetapi juga

berkaitan dengan hak dan kepentingan indivual (Individual Rights), oleh karenanya pelaku

perusakan lingkungan dapat pula besifat individual (Individual Crime), kolektif (Collective

Crime) maupun dilakukan oleh badan hukum ( Corporate Crime); Dengan demikian kerusakan

lingkunganpun yang semakin luas tidak hanya alam, flora dan fauna ( The Ecological Approcah)

tetapi juga masa depan generasi manusia yang memungkinkan menderita akibat kerusakan mutu

lingkungan hidup.

Masalah-masalah ingkungan global maupun nasional tentunya diperlukan pengaturan

yang bersifat global dan nasional pula, agar kasadaran akan lingkungan yang baik dan sehat

dalam konteks pembangunan berkelanjutan bisa di tata dengan memperhatikan berbagai disiplim

ilmu, termasuk ilmu hukum untuk mengendalikan perilaku manusia karena manusialah yang

mempunyai peran dalam pengelolaan lingkungan hidup dengan mengembangkan yang baik dan

bermanfaat dan mengeliminer yang tidak/kurang baik bagi kehidupan manusia.


KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP SECARA GLOBAL/INTERNASIONAL

Kesadaran global/ Internasional akan lingkungan hidup sebagai bentuknya yaitu diperingatinya

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni. Peringatan ini dimaksudkan untuk menggugah

kesadaran dan kepedulian manusia dan masyarakat pada lingkungan hidup yang cenderung

semakin rusak. Hari Lingkungan Hidup Sedunia pertama kali dicetuskan pada tahun 1972

sebagai rangkaian kegiatan lingkungan dari dua tahun sebelumnya ketika seorang senator

Amerika Serikat, Gaylord Nelson menyaksikan betapa kotor dan cemarnya bumi oleh ulah

manusia. Selanjutnya, ia mengambil prakarsa bersama LSM untuk mencurahkan satu hari bagi

usaha penyelamatan bumi dari kerusakan. Dari Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup

yang diselanggarakan pada tanggal 5 Juni 1972 di Stockholm, Swedia. Tanggal 5 Juni tersebut di

tetapkan sebagai hari Lingkungan Hidup Sedunia.Warga atau masyarakat dapat berperan serta

dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kesempatan berperan serta itu dapat dilakukan melalui

cara sebagai berikut:

1.      Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan.

2.      Menumbuhkankembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.

3.      Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial.

4.      Memberikan saran dan pendapat.

5.      Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.

Hasil konferensi ini lazim disebut dengan Stockholm declaration, yang melahirkan 26

prinsip/asas dimana Prinsip I Deklarasi Stockholm 1972 : di katakan “Setiap manusia memiliki

hak fundamental atas lingkungan yang sehat dan layak bagi kehidupan”dan “Setiap manusia
bertanggung jawab untuk melindungi lingkungan demi kepentingan generasi kini dan

mendatang”. Namun demikian hasil konferensi Stockholm tidak efektif karena karusakan

lingkugan masih terus terjadi baik di Negara maju maupun dunia ketiga, hal ini membuat

keprihatinan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kemudian membentuk apa yang dinamakan

dengan World Commission on Environment and Development yang pada akhirnya melahirkan

bebrapa konsep salah satunya adalah Sustaineble Development dimana dikatakan berbagai

pengembangan sektoral, seperti : pertanian, kehutanan, industry, energy, perikanan, investasi,

perdagangan, bantuan ekonomi, memerlukan sumber daya alam yang harus dilestarikan

kemampuannya untuk menunjang proses pembangunan secara berkelanjutan.

Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah

kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk

menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu

perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang

lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto. Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan,

menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam

melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah

emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya,

Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius,

menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang

menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122

negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam

pengurangan emisi gas.


Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W.

Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan

biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara

berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto Protokol

tidak berpengaruh apa-apa bila Negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55

persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil

dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden RusiaVladimir Putin meratifikasi perjanjian ini,

memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.

Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini

dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah

kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-

negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi

gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat.Penolakan

terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri

batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar

fosil.Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan

Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi.

Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88

milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan

uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien.

Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus

tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon

dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga
pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk

memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.

Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara
reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan
pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca.
Para negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki program pembersihan
yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke
negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit
meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat
diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh
keuntungan bila sistem ini diterapkan.Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi
gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih
dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke
negaranegara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB
tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan
global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi
emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam
perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang
telah dikaitkan dengan pemanasan global. Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to
the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai
Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada
Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret1998 dan ditutup pada 15
Maret1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari2005 setelah ratifikasi resmi yang
dilakukan Rusia pada 18 November 2004. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi
akan mengurangi rata – rata cuaca global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050. (sumber :
Nature, Oktober 2003)
KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP SECARA NASIONAL
Kita tak hendak melihat kesadaran nasional Negara tetangga kita akan tetapi kita lihat
pengaturan mengenai pengaturan lingkungan hidup Indonesia; Undang-undang Nomor 4 Tahun
1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215) telah menandai awal
pengembangan perangkat hukum sebagai dasar bagi upaya pengelolaan lingkungan hidup
Indonesia sebagai bagian integral dari upaya pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup. Dalam kurun waktu lebih dari satu dasawarsa sejak diundangkannya Undang-
undang tersebut, kesadaran lingkungan hidup masyarakat telah meningkat dengan pesat, yang
ditandai antara lain oleh makin banyaknya ragam organisasi masyarakat yang bergerak di bidang
lingkungan hidup selain lembaga swadaya masyarakat. Terlihat pula peningkatan kepeloporan
masyarakat dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga masyarakat tidak hanya sekedar
berperanserta, tetapi juga mampu berperan secara nyata. Sementara itu, permasalahan hukum
lingkungan hidup yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat memerlukan pengaturan
dalam bentuk hukum demi menjamin kepastian hukum. Di sisi lain, perkembangan lingkungan
global serta aspirasi internasional akan makin mempengaruhi usaha pengelolaan lingkungan
hidup Indonesia. Dalam mencermati perkembangan keadaan tersebut, dipandang perlu untuk
menyempurnakan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan
berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan upaya
pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada
kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya
demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan social sesuai dengan landasan
konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945; Demikian filosofi
yang menjadi konsideran dalam Undang- Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
UU No. 23 Tahun 1997 ini dibentuk sebelum perubahan UUD 1945, oleh karena itu konsiderans,
jalan pemikiran dan materi muatannya difungsikan untuk melaksanakan Aturan Hukum Dasar
UUD 1945 sebelum perubahan, dan oleh karena itu UU ini perlu disesuaikan dengan semangat
dan materi perubahan UUD 1945, atau berbagai UU yang sekarang berlaku dan/atau
pembentukan UU masa datang di bidang lingkungan hidup disesuaikan dengan UUD 1945
perubahan. Hal itu karena mengenai lingkungan hidup telah menjadi Aturan Hukum
Konstitusional baik dalam rangka HAM, perekonomian nasional, dan kesejahteraan rakyat,
maupun dalam rangka otonomi daerah sebagaimana diatur dalam berbagai Pasal berikut ini.
a.       Pasal 18B ayat (2) mengatur bahwa : Hubungan keuangan,  pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
b.      Pasal 28C ayat (2) bahwa : Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
c.       Pasal 25A bahwa : Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan
yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang.
d.      Pasal 28F bahwa : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
e.       Pasal 28H ayat (1) bahwa : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
f.        Namun sesuai Pasal 28J bahwa :
1)      Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2)      Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
g.       Pasal 33 mengatur bahwa :
1)        Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2)        Cabang – cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
3)        Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4)        Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatua ekonomi nasional.
5)        Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
h.       Pasal 34 mengatur bahwa :
1)      Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
2)      Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang.
Oleh karena itu, selain yang telah dikemukan di depan, Sistem Hukum Lingkungan
Hidup Indonesia barang tentu perlu disesuaikan dengan semngat perubahan UUD 1945 dan
Aturan Hukum Dasar dalam Pasal-pasal UUD 1945 tersebut. Dalam konsideran Undang-
Undang no.23 tahun 1997 dikatakan: Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak
asasi setiap warga Negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa pembangunan ekonomi nasional
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Kita perhatikan juga undangundang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
lingkungan hidup sebagai pengganti Undang-Undang no.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, tak bisa kita lepaskan dalam membangunan karena menyangkut dua hal yang
saya sampaikan diatas yaitu lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, tentunya
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta pembangunan yang berwawasan lingkungan untuk
kesejahteraan masyarakat.
Tentunya masyarakat dan Pemerintah sangat memahami pentingnya pembangunan
nasional karena itu orientasi pembangunan tersebut sudah melalui setidaknya Kajian lingkungan
hidup strategis (KLHS) dengan memperhatikan asas-asas seperti keserasian dan keseimbangan,
keteraduan, manfaat, ekoregion, partisipatif, kearifan local dalam paradigm baru dimana
penguatan tata kelola pemerintahan yang baik dan penguatan otonomi daerah.
Sedangkan asas-asas sebagaimana diatas dapat dilihat dalam penjelasan pasal demi pasal
dimana yang dimaksud dengan :
a.       “Asas keserasian dan keseimbangan” adalah bahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus
memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan
serta pelestarian ekosistem.
b.      “Asas keterpaduan” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait.
c.       “Asas manfaat” adalah bahwa segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya.
d.      “Asas keadilan” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara, baik lintas daerah, lintas
generasi, maupun lintas gender.
e.       “Asas ekoregion” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya
masyarakat setempat, dan kearifan lokal.
f.        “Asas partisipatif” adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif
dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.
g.       “Asas kearifan lokal” adalah bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.
h.       “Asas tata kelola pemerintahan yang baik” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan
keadilan.
i.         “Asas otonomi daerah” adalah bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Proses-proses demikian senantisa di informasikan pada
masyarakat pada umumnya dan khususnya pada masyarakat yang terkena proyek kegiatan agar
tidak dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab demi keuntungan pribadi.
DAFTAR PUSTAKA

http://lajaudi.blogspot.com/2013/10/kesadaran-lingkungan-hidup-
secara.html

Anda mungkin juga menyukai