Anda di halaman 1dari 19

PENGANTAR HUKUM LINGKUNGAN

INDONESIA

NAMA : DEVARA ANDRE SUMAR

NIM : 18513036

KELAS :C
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hukum Lingkungan adalah merupakan satu bidang ilmu yang relatif baru

berkembang. Hukum Lingkungan merupakan bidang Studi yang terus

berkembang,yang mengkuti perkembangan masyarakat dan obyek yang dipelajari

pun mengalami perubahan dari waktu ke waktu, baik dalam scope Nasional,

Regional maupun Global, dan semua itu menuntut pembaharuan di dalam

berbagai peraturannya yang tentunya semakin rumit. Disamping itu materi Hukum

Lingkungan merupakan disiplin ilmu yang menarik, meskipun baru, dan sangat

penting sekali, mengingat perananya dalam mengantisipasi kemungkinan

terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan yang semakin parah.Hukum

Lingkungan adalah merupakan disiplin ilmu hukum yang mempunyai ruang

lingkup yang sangat komplek,artinya pengkajian hukum Lingkungan

pendekatannya tidak cukup dilakukan melalui satu aspek hukum saja, melainkan

dengan multi diplinner (Daliyo, 2001).

Hukum Lingkungan dapat dimasukkan ke dalam berbagai aspek hukum

yang ada, sehingga Hukum Lingkungan tidak dapat dimasukkan ke dalam salah

satu bidang hukum berdasarkan pada pembagian hukum klasik yang ada. Sebagai

Hukum yang multi disipliner, maka ada 3 aspek didalam Hukum Lingkungan,

yaitu : Aspek Perdata, Aspek Pidana dan aspek Administrasi. Pembahasan Hukum

Lingkungan dimulai dengan sejarah perkembangan nya yang dimulai dari

1
Revolusi Industri 1899 dengan berbagai peraturan yang ada setelah lahir nya

revolusi tersebut,yang dalam sejarahnya mempunyai andil yang sangat besar bagi

perkembangan Hukum Lingkungan itu sendiri, yang kemudian dilanjutkan dengan

sejarah perkembangan Hukum Lingkungan Regional yang berkembang cukup

berarti,kemudian dilanjutkan dengan tonggak yang bersejarah di abad XX,yaitu

dengan tercetusnya gagasan cemerlang dari masyarakat Internasional yang

diprakasai oleh United Nations.

1.2. Rumusan Masalah

Melalui pembahasan singkat di Bab Pendahuluan mengenai psejarah

Lingkunganmaka penulis mencoba mengambil dua hal yang sekira nya menjadi

permasalahan danmemerlukan pembahasan dalam makalah kali ini,yaitu :

1. Apa pengertian Hukum Lingkungan?

2. Bagaimana kedudukan Hukum Lingkungan dalam sistem hukum indonesia?

3. Apa subjek dan objek pada Hukum Lingkungan?

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan dan pembahasan dalam makalah ini agar kita dapat

mengetahui lebih dalam tentang pengertian, kedudukan Hukum Lingkungan

dalam sistem hukum dan subjek maupun objek Hukum Lingkungan di negara

kita¸dan bagaimana kita menyikapinya.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum Lingkungan

Hukum lingkungan merupakan instrumen administrasi negara dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Hukum lingkungan menjadi

pedoman dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut.

Norma perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi pedoman dalam

penyelenggaraan perizinan bidang lingkungan hidup.

Drupsteen mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan (Milieurecht)

adalah hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (natuurlijk milieu)

dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan

oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan. Dengan demikian, hukum lingkungan

merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan. Demikian pula

terdapat hukum lingkungan keperdataan (privaatrechtelijk milieurecht), hukum

lingkungan ketatanegaraan Hukum Lingkungan (staatsrechtelijk milieurecht),

hukum lingkungan kepidanaan (strafrechtelijk milieurecht), sepanjang bidang-

bidang hukum ini memuat ketentuanketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan

lingkungan hidup.

Hukum Lingkungan dibedakan antara Hukum Lingkungan Modern yang

berorientasi kepada lingkungan atau environment oriented law dan Hukum

3
Lingkungan klasik yang berorientasi kepada penggunaan lingkungan atau use

oriented law.

Hukum Lingkungan modern menetapkan ketentuan dan norma-norma

guna mengatur tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi

lingkungan dari kerusakan dan kemerosotan mutunya demi untuk menjamin

kelestariannya agar dapat secara langsung terus-menerus digunakan oleh generasi

sekarang maupun generasi-generasi mendatang.

Sebaliknya Hukum Lingkungan klasik menetapkan ketentuan dan norma-

norma dengan tujuan terutama sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi

sumber-sumber daya lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia

guna mencapai hasil semaksimal mungkin dan dalam jangka waktu yang

sesingkat-singkatnya.

Hukum Lingkungan modern berorientasi kepada lingkungan sehingga sifat

dan wataknya juga mengikuti sifat dan watak dari lingkungan itu sendiri. Dengan

demikian, lebih banyak berguru kepada ekologi.

Dengan orientasi kepada lingkungan ini maka Hukum Lingkungan modern

memiliki sifat utuh-menyeluruh atau komprehensif-integral, selalu berada dalam

dinamika dengan sifat dan wataknya yang luwes, sedang sebaliknya Hukum

Lingkungan klasik bersifat sektoral, serba kaku, dan sukar berubah

(Danoesapoetro, 1980: 35-36).

UUD 1945 mengamanatkan, pemerintah dan seluruh unsur masyarakat

wajib melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam

4
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, agar lingkungan hidup Indonesia tetap

menjadi sumber daya dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk

hidup lain. Pasal 33 UUD 45 merupakan norma dasar pengelolaan lingkungan

hidup di Indonesia, yakni:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai

hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atasdemokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

undang-undang.

Ketentuan umum Pasal 1 angka 2 UU No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU-PPLH), perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang

dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,

pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

5
2.2. Kedudukan Hukum Lingkungan

Hukum lingkungan telah berkembang dengan pesat, bukan saja

hubungannya dengan fungsi hukum sebagai perlindungan, pengendalian dan

kepastian bagi masyarakat (social control) dengan peran agent of stability, tetapi

terlebih menonjol lagi sebagai sarana pembangunan (a tool of social engineering)

denga peran sebagai agent of development atau agent of change.

Hukum lingkungan menyangkut penetapan nilai-nilai (waarden

beoordelem), yaitu nilai-nilai yang sedang berlaku dan nilai-nilai yang diharapkan

diberlakukan di masa mendatang serta dapat disebut “hukum yang mengatur

tatanan lingkungan hidup”. Hukum lingkungan adalah hukum yang mengatur

hubungan timbal balik antara manusia dengan makhluk hidup lainnya yang

apabila dilanggar dapat dikenakan sanksi.

Hukum lingkungan mencakup berbagai bidang hukum. Koesnadi

Hardjasoemantri, menyatakan bahwa hukum lingkungan Indonesia dapat meliputi

aspek-aspek sebagai berikut :

1. Hukum kesehatan lingkungan, adalah hukum yang berhubungan dengan

kebijaksanaan di bidang kesehatan lingkungan, dengan pemeliharaan

kondisi air, tanah dan udara, dan pencegahan kebisingan;

2. Hukum perlindungan lingkungan, merupakan peraturan perundang-

undangan di bidang pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan

lingkungan biotis;

6
3. Hukum tata lingkungan, disingkat HTL, mengatur penataan lingkungan

hidup guna mencapai keselarasan hubungan antara manusia dan

lingkungan hidup, baik lingkungan hidup fisik maupun lingkungan hidup

sosial budaya. Bidang garapannya meliputi tata ruang, tata guna tanah, tata

cara peran serta masyarakat, tata cara peningkatan upaya pelestarian

kemampuan lingkungan, tata cara penumbuhan dan pengembangan

kesadaran masyarakat, tata cara perlindungan lingkungan, tata cara ganti

kerugian, dan pemulihan lingkungan serta penataan keterpaduan

pengelolaan lingkungan hidup;

4. Hukum pencemaran lingkungan, dalam kaitannya dengan misalnya

pencemaran oleh industri dan sebagainya;

5. Hukum lingkungan trasnasional/internasional, dalam kaitannya dengan

hubungan antar bangsa.

6. Hukum perselisihan lingkungan, dalam kaitannya dengan penyelesaian

masalah ganti rugi dan sebagainya.

Aspek-aspek tersebut di atas dapat ditambah dengan aspek-aspek lainnya

sesuai dengan kebutuhan perkembangan pengelolaan lingkungan hidup di masa-

masa yang akan datang (Hardjasoemantri, 1999: 36-42).

Diantara aspek-aspek tersebut, materi hukum lingkungan sebagian besar

memang termasuk dalam lingkup hukum administrasi. Hal ini disebabkan, bidang

yang diatur yakni lingkungan hidup menyangkut kepentingan umum. Di

Indonesia, urusan mengenai kepentingan umum menyangkut tentang hubungan

antara negara dengan warga negara. Menurut N.H.T Siahaan, hukum lingkungan

7
diperlukan sebagai alat pergaulan sosial dalam masalah lingkungan yang

mengandung manfaat sebagai pengatur interaksi manusia dengan lingkungan

supaya tercapai keteraturan dan ketertiban (social order).

Dalam negara hukum kesejahteraan yang sedang dibicarakan ini, Hukum

Administrasi memegang peranan yang “besar” sehubungan dengan makin luasnya

urusan pemerintahan yang berkaitan dengan kepentingan publik. Urusan

kepentingan publik dimaksud, yakni dalam rangka menyelenggarakan

kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Dalam negara hukum kesejahteraan

dituntut peran aktif administrasi negara dalam penyelenggaraan kesejahteraan

rakyat.

Berdasarkan uraian di atas dalam negara hukum kesejahteraan diperlukan

perlindungan dan kepastian hukum tidak hanya untuk rakyat melainkan juga bagi

administrasi negara dalam melaksanakan tugas pemerintahan. Dalam lapangan

penyelenggaraan pemerintahan dikenal bidang-bidang penyelenggaraan

pemerintahan, salah satunya bidang lingkungan hidup. Dalam kontek negara

hukum kesejahteraan di atas, penyelenggaraan pemerintahan bidang lingkungan

hidup, pemerintah dituntut terlibat aktif, karena bidang ini menyangkut

kepentingan publik yang sangat luas. Dalam hal ini hukum lingkungan memegang

peranan penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Berdasarkan uraian di atas, hal yang penting diketahui, yakni pertama,

dalam Negara hukum kesejahteraan, hukum lingkungan mengatur keseluruhan

aspek-aspek lingkungan hidup guna tercapainya keberlanjutan lingkungan bagi

8
kesejahteraan manusia. Kedua, hukum lingkungan lebih dominan sebagai bagian

hukum administrasi Negara berasaskan keberlanjutan.

2.3. Subjek dan Objek Hukum Lingkungan

2.3.1 Subjek Hukum Lingkungan

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi

pendukung (dapat memiliki) hak dan kewajiban (Chainur, 2008). Sedangkan

menurut Dirjosisworo, S.H (2007:128) mengemukakan subjek hukum atau

subjeck van een recht yaitu “orang” yang mempunyai hak manusia pribadi atau

badan hukum yang berhak atau yang melakukan perbuatan hukum.

Subjek hukum disini dibagi menjadi 2 yaitu orang (Natuurlijke Persoon)/

Manusia Pribadi dan badan hukum (recht persoon).

1. Orang (Natuurlijke Persoon)/ Manusia Pribadi

Setiap manusia memiliki kewenangan berhak dan berbuat hukum.

Kewenangan berhak yaitu sejak manusia lahir dan janin dalam

kandungan dianggap telah lahir bila kepentingan menghendaki.

Sedangkan orang memiliki kewenangan berbuat hukum dengan syarat

dewasa, sehat akal pikirannya dan tidak dilarang oleh suatu undang-

undang untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum tertentu.

Kewengangan tersebut dibagi dalam 2 wujud yaitu wujud prestasi dan

tidak berprestasi.

2. Badan Hukum (rechtsperson)

9
Badan Hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang

mempunyai tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan

kewajiban.

Badan hukum dibedakan menjadi dua bentuk yaitu:

a. Badan hukum dalam lingkungan hukum publik, yaitu badan -

badan yang pendiriannya dan tatanannya ditentukan oleh hukum

publik. Contohnya: Pemerintah

b. Badan hukum dalam lingkungan hukum privat, yaitu badan-badan

yang pendirian dan tatanamanya ditentukan oleh hukum privat

Contohnya: PT, yayasan, koperasi.

Badan hukum disini adalah yang berhubungan dengan lingkungan

hidup seperti perusahaan tambang, migas, kelapa sawit dsb. Karena

badan hukum tersebutlah yang memiliki kewenangan untuk

memanfaatkan hasil lingkungan dan bertanggung jawab jika terdapat

kerusakan lingkungan.

Subjek hukum ini memiliki kewajiban untuk menjaga lingkungan hidup

karena terdapat hukum yang mengatur apabila subjek ini merusak lingkungan

hidup. Berikut sanksi-sanksi yang berlaku jika suatu subjek melakukan

pelanggaran hukum lingkungan:

a. Sanksi pidana meliputi: hukuman penjara, hukuman kurungan,

hukuman denda.

10
b. Sanksi perdata yang meliputi: kewajiban untuk memenuhi prestasi

(kewajiban), hilangnya suatu keadaan hukum, yang diikuti dengan

terciptanya suatu keadaan hukum.

c. Sanksi administrasi/administratif, adalah sanksi yang dikenakan

terhadap pelanggaran administrasi atau ketentuan undang-undang yang

bersifat administratif. Pada umumnya sanksi administrasi/administratif

berupa;

1. Denda (misalnya yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 2008),

2. Pembekuan hingga pencabutan sertifikat dan/atau izin (misalnya

yang diatur dalam Permenhub No. KM 26 Tahun 2009),

3. Penghentian sementara pelayanan administrasi hingga

pengurangan jatah produksi (misalnya yang diatur dalam

Permenhut No. P.39/MENHUT-II/2008 Tahun 2008),

4. Tindakan administratif (misalnya yang diatur dalam Keputusan

KPPU No. 252/KPPU/KEP/VII/2008 Tahun 2008).

Contoh kasusnya yaitu Kasus Sierra Club v. Morton (1972) menjadi salah

satu kasus landmark dalam wajah baru perlindungan hukum lingkungan hidup.

Kasus tersebut merupakan gugatan yang mendalilkan hak gugat lingkungan hidup

yang pertama, yaitu Sierra Club menggugat US Forest Service atas kerugian

lingkungan hidup yang disebabkan pembangunan Mineral King di dekat Sequoia

National Park, Amerika Serikat. William O. Douglas salah satu hakimnya,

mengajukan dissenting opinion yang sangat monumental. Dissenting opinion

tersebut kemudian memicu diskursus secara meluas di berbagai negara dalam hal

11
penegasan hak bagi lingkungan hidup dan/atau sumber daya alam untuk memiliki

kedudukan hukum dalam mempertahankan perlindungan dirinya sendiri.

2.3.2 Objek Hukum Lingkungan

Objek hukum (recht objek) merupakan segala sesuatu yang berguna bagi

subjek hukum dan yang menjadi objek hukum dari suatu hubungan hukum adalah

hak oleh karena itu dapat dikuasai oleh subjek hukum.

Menurut hukum perdata Eropa pasal 503 KUH Perdata, benda dibedakan

menjadi:

1. Benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh

pancaindera, misalnya: rumah, tanah, hutan, pohon, air dll.

2. Benda yang tak berwujud, yaitu segala macam hak. Misalnya: hak cipta,

merek, dll.

Kemudian pada saat yang sama, benda terwujud maupun tak berwujud itu

terbagi menjadi dua yaitu menurut pasal 504 KUH perdata yaitu:

1. Benda bergerak (benda tidak tetap) yaitu benda-benda yang dapat

dipindahkan, seperti: air, hasil bumi dll.

2. Benda tidak bergerak (benda tetap) yaitu benda yang tak dapat

dipindahkan, seperti: tanah, mencakup pohon, gedung, mesin-mesin, dll.

Kapal yang ukurannya besarnya 20 m3 termasuk juga golongan benda

tetap.

12
Dalam Hukum Lingkungan segala sesuatu yang berupa lingkungan hidup

termasuk dalam objek hukum. Dalam menjaga objek hukum ini dibuatlah aturan

yang berupa Undang-Undang No. 32 Th 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Karena lingkungan hidup yang baik dan sehat

merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan

dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dan menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak

setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai

bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem.

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan

fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,

pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Sedangkan Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang

menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,

dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan

lingkungan hidup. Sehingga untuk menjaga agar tidak terjadinya kerusakan perlu

adanya Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) BAB V UU No.32 Th 2009 meliputi:

13
a. Pencegahan yang meliputi;

1. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis);

2. tata ruang;

3. baku mutu lingkungan hidup;

4. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;

5. amdal;

6. Perizinan;

7. instrumen ekonomi lingkungan hidup;

8. UKL-UPL;

9. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;

10. anggaran berbasis lingkungan hidup;

11. analisis risiko lingkungan hidup;

12. audit lingkungan hidup; dan

13. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu

pengetahuan.

b. Penanggulangan dilakukan dengan;

1. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup kepada masyarakat;

2. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

3. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup; dan/atau

4. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

14
c. Pemulihan dengan cara;

1. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;

2. remediasi;

3. rehabilitasi;

4. restorasi; dan/atau

5. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Subjek Hukum meliputi:

Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing. Maka

dalam Hukum Lingkungan subjek hukum harus menjaga objek hukum dengan

baik agar terciptanya Lingkungan yang baik karena dengan hal tersebut kita dapat

menikmati Lingkungan kita dimana itu merupakan hak asasi setiap warga negara

Indonesia.

15
BAB 3

PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan

Hukum lingkungan merupakan instrumen administrasi negara dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Hukum lingkungan menjadi

pedoman dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut.

Dimana Hukum Lingkungan di Indonesia merupakan Hukum Lingkungan

Modern yang memiliki sifat utuh menyeluruh atau komprehensif integral, selalu

berada dalam dinamika dengan sifat dan watak nya yang luwes, memperhatikan

hak asasi manusia dan peran serta mayarakat termasuklingkungan hidup itu

sendiri, yang seiring dengan perkembangan hukum lingkungan hidup

Internasional.

Dalam kedudukannya Hukum Lingkungan mencakup berbagai bidang

yaitu Hukum kesehatan lingkungan, Hukum perlindungan lingkungan, Hukum

tata lingkungan, Hukum pencemaran lingkungan, Hukum lingkungan

trasnasional/internasional, dan Hukum perselisihan lingkungan. Diantara aspek

tersebut sebagian besar hukum lingkungan masuk ke dalam lingkup hukum

administrasi karena Hukum Lingkungan yang mengatur tentang lingkungan hidup

menyangkut kepentingan umum.

Maka dalam menjaga lingkungan hidup (objek) subjek hukum harus

menjaga/melestarikan setiap fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya

16
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Agar setiap mahluk hidup

dapat melanjutkan kelangsungan kehidupan, dan kesejahteraan hidup yang

merupakan hak setiap warga negara Indonesia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hardjasoemantri, K., & Supriyono, H. (2014). Hukum Lingkungan.

Helmi, H. (2011). Hukum Lingkungan dalam Negara Hukum Kesejahteraan

Untuk Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Environmental Law in

The Welfare State Law Making for Sustainable Development). INOVATIF|

Jurnal Ilmu Hukum, 4(5).

J.B. Daliyo, S.H, Pengantar Hukum Indonesia, Buku Panduan Mahasiswa,

PT.Prenhallindo,Jakarta, Tahun 2001

Usman, A. S. (2018). Lingkungan Hidup Sebagai Subjek Hukum: Redefinisi

Relasi Hak Asasi Manusia Dan Hak Asasi Lingkungan Hidup Dalam

Perspektif Negara Hukum. Legality: Jurnal Ilmiah Hukum, 26(1), 1-16.

Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

18

Anda mungkin juga menyukai