Anda di halaman 1dari 12

TUGAS EKOLOGI BENTANG LAHAN

TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

OLEH :

KELOMPOK 2 :
MUHAMMAD AKBAR RIZKI PRATAMA PUTRA 22/508716/PMU/11329
RISDAYANTI SAPANNA 22/509379/PMU/11358
DEVARA ANDRE SUMAR 23/524383/PMU/11518
FAMEILIA HANDAYANI 23/526126/PMU/11581

MAGISTER PENGELOLAAN LINGKUNGAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
Diagram Bentang Lahan Taman Nasional Alas Purwo
GAMBARAN UMUM BENTANG LAHAN TAMAN NASIONAL ALAS
PURWO

Taman Nasional Alas Purwo adalah taman nasional yang terletak di Kecamatan
Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia.
Secara geografis terletak di ujung timur Pulau Jawa wilayah pantai selatan antara
8°26'45"–8°47'00" LS dan 114°20'16"–114°36'00" BT. Taman Nasional Alas Purwo
mempunyai luas 43.420 ha terdiri dari beberapa zonasi, yaitu :

- Zona Inti (Sanctuary zone) seluas 17.200 ha


- Zona Rimba (Wilderness zone) seluas 24.767 ha
- Zona Pemanfaatan (Intensive use zone) seluas 250 ha
- Zona Penyangga (Buffer zone) seluas 1.203 ha

Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, semula berstatus Suaka Margasatwa


Banyuwangi Selatan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor
6 stbl 456 tanggal 01 September 1939 dengan luas areal 62.000 ha. Kemudian, diubah
menjadi Taman Nasional Alas Purwo dengan luas 43.420 ha melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutanan pada tahun 1992. Berikut adalah pembagian resort di wilayah Alas
Purwo:
- Resort Grajagan: 2.286,58 ha
- Resort Kucur: 2.284,81 ha
- Resort Pancur: 13.544,7 ha
- Resort Rowobendo: 4.108,8 ha
- Resort Sembulungan: 7.556,459 ha
- Resort Tanjung Pasir: 13.638,6 ha

Taman Nasional Alas Purwo memiliki kawasan tanah kapur karst yang mendominasi.
karst yang terbentuk mengalami karstifikasi yang tidak sempurna, sebab iklim maupun
batuan kapur telah terintrusi batuan lain. banyaknya wilayah karst menyebabkan Taman
Nasional Alas Purwo memiliki banyak goa di dalam kawasannya tidak kurang dari 44 buah
goa telah teridentifikasi. beberapa goa masih mengalami pembentukan aktif yang dicirikan
dengan masih adanya aliran air di dalam goa.
ANALISIS BENTANG LAHAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

A. Topografi
Secara umum Kawasan Taman Nasional Alas Purwo mempunyai topografi landai (0-8%)
seluas 10.554 ha, sampai landai (8-15%) seluas 19.474 ha di bagian barat, bagian selatan
kawasan bergelombang (15-25%) seluas 11.091 ha mulai dari Tanjung Sembalungan
sampai Watu Pecah, sedangkan yang berbukit (25-40%) seluas 2.301 ha di sekitar
Linggamanis. Ketinggian TNAP berkisar antara 0 – 322 mdpl dengan puncak tertinggi
Gunung Lingga Manis. Areal curam berkembang pada batugamping berumur
Miosen-Pliosen yang terangkat ke permukaan karena ada interaksi antara Lempeng
Samudera Hindia (oceanic plate) yang bertemu dengan Lempeng Eurasia (continental
plate). Proses pengangkatan yang terjadi pada Pleistosen Tengah terus berlanjut dengan
intensitas yang tidak selalu sama mengakibatkan daerah Semenanjung Blambangan
terangkat pada ketinggian lebih dari 100 mdpl. beberapa bagian puncak bukit karst
terangkat sampai ketinggian 300 mdpl. Sejak terangkat ke permukaan, batugamping
mulai mengalami karstifikasi.

B. Geologi
Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Informasi Taman Nasional Alas Purwo
terdapat tiga jenis formasi batuan di kawasan Taman Nasional Alas Purwo yaitu Formasi
Punung (Tmp), Formasi Wuni (Tmw), dan Formasi Batu ampar (Tomb) :

- Formasi Punung tersusun atas batu gamping terumbu (reef limestone), batu gamping
berlapis (bedded limestone), dan napal (marl).
- Formasi Wuni tersusun atas breksi (breccias), konglomerat (conglomeate), tuf (tuff),
napal, dan batu gamping (marl and limestone).
- Formasi Batu ampar tersusun atas breksi gunung api (volcanic breccia), tuf (tuff),
batu pasir (sandstone), batu pasir tufan (tuffaceous sandstone), lava andesit (andesite
lava),dan sisipan batugamping (limestone intercalation).

Formasi geologi pembentuk kawasan Taman Nasional Alas Purwo berumur Meosen atas,
terdiri dari batuan berkapur dan batuan berasam. Pada batuan berkapur terjadi proses
karstifikasi yang tidak sempurna, karena faktor iklim yang kurang mendukung (relatif
kering), serta batuan kapur yang diperkirakan terintrusi oleh batuan lain. Jenis batuan
kapur ini menyebabkan terjadinya sejumlah gua di kawasan Taman Nasional Alas
Purwo. Tidak kurang dari 44 buah gua telah teridentifikasi di dalam kawasan.

C. Geomorfologi
Karst merupakan salah satu bentuk lahan hasil proses geomorfologi yaitu pelarutan.
Kawasan Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar merupakan bentuk lahan karst
yang merupakan satu dari empat kawasan karst luas di Pulau Jawa (Balasz, 1968). Secara
fisiografis Taman Nasional Alas Purwo terdiri atas 4 unit bentuk lahan yaitu, bentuklahan
fluvial, bentuklahan organik, bentuklahan marin dan bentuklahan karst. Bentuklahan
fluvial menempati daerah bagian barat kawasan memanjang dari Teluk Pangpang sampai
ke Pantai Trianggulasi. Bentuklahan organik menempati bagian tepi taman nasional,
terbagi menjadi dua yaitu daerah mangrove dan terumbu karang dengan luas yang belum
dapat dipastikan karena bersifat sangat dinamis utamanya dipengaruhi oleh pasang-surut
air laut. Bentuklahan marin menempati bagian tepi berasosiasi dengan bentuklahan
organik, terbagi menjadi 5 macam bentukan yaitu; Bura, dataran pasang surut, lagun,
beting gisik dan gerong laut (marine notch). Bentuklahan karst menempati sebagian
besar wilayah ini, mulai dari Gunung Sembulungan, Tanjung Purwo, Tanjung Bantenan
dan Teluk Banyubiru, terbagi menjadi 3 bentukan utama yaitu; perbukitan gamping
ter-karstifikasi awal, perbukitan gamping ter-karstifikasi muda, dan perbukitan gamping
ter karstifikasi dewasa. Karstifikasi pada wilayah ini membentuk berbagai jenis
kenampakan karst, baik karst makro, mikro, endokarst, dan eksokarst. Umumnya
pembentukan topografi di wilayah ini dipengaruhi oleh aktivitas struktur geologi jenis
kekar (joint) dan sesar (fault). Jenis topografi karst yang berkembang meliputi:

- Bukit-bukit karst (conical hills, sinusoid hills, pepino hills), bentukan bukit-bukit
karst pepino hills terdapat di sebagian besar batu gamping. Formasi Punung,
terutama di bagian timur.
- Lembah kering (dry valley) pada wilayah karst merupakan aliran sungai musiman
yang terjadi ketika musim penghujan. Sebagian lembah kering kadang berakhir pada
ponor.
- Dolina merupakan depresi tertutup dengan ukuran beragam, tersebar di antara
perbukitan batu gamping. Berdasarkan proses pembentukannya terdapat dua jenis
dolina, yaitu dolina yang terbentuk oleh hasil reruntuhan (collapse doline) dan
dolina yang terbentuk oleh proses pelarutan.
- Ponora yaitu mulut-mulut sistem goa yang terdapat di ujung lembah kering,yang
berfungsi sebagai lubang saluran air tembusan dari akuifer karst yang berbentuk
sungai-sungai bawah tanah.
- Goa karst merupakan ciri dari bentang alam karst. Proses pembentukannya
melibatkan air dan udara. Udara menciptakan sifat asam pada air yang menjadi
pelarut dan pengikis mineral-mineral karbonat yang terkandung dalam batu
gamping.
D. Flora dan Fauna
Flora dan fauna terdapat berbagai formasi hutan yang berkembang seperti: Hutan Payau,
Hutan Pantai, Hutan Bambu, Hutan Hujan dataran rendah, padang rerumputan serta
hutan tanaman.
- Hutan Payau (mangrove), di sekitar teluk Grajangan (Segara Anak) dengan luar
sekitar 1000 ha. Jenis tumbuhan mangrove yang terdapat di Taman Nasional Alas
Purwo seperti api-api (Avicennia Marina (Forsk.) Vierh.), murbei (Morus alba L).
prepat putih (Sonneratia alba J.E Smith), bakau minyak (Rhizophora apiculata BI),
bakau hitam (Rhizophora mucronata Lamk)
- Hutan Pantai. Hutan pantai terdapat di bagian Selatan membentang dari Segara Anak
(Grajagan) sampai dengan Plengkung, dari Plengkung hingga Tanjung Slakah. Di
bagian Utara dari Tanjung Sembulungan hingga Tanjung Slakah. Lebar hutan pantai
berkisar 250 – 300 m Tipe vegetasi yang umum pada formasi ini adalah putat air
(Barringtonia racemosa (L.) Spreng), ketapang (Terminalia cattapa L), waru
(Hibiscus tiliaceus L) serta nyamplung (Calophyllum inophyllum L). Jenis burung
yang dapat dijumpai di daerah ini seperti kangkareng (Anthracoceros albirostris),
pergam (Ducula aenea), elang laut (Haliaetus leucogaster), sedangkan jenis mamalia
yang sering ke areal ini antara lain monyet (Macaca fascicularis), lutung
(Trachypithecus auratus) dan babi hutan (Sus scrofa). Jenis reptilia yang sering
ditemukan di hutan ini II- 8 adalah biawak (Varanus salvator). Selain itu beberapa
jenis penyu bertelur di pasiran pantai taman nasional ini seperti penyu abu
(Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys
imbricata) dan penyu belimbing (Dermochelys coriaceae).
- Padang rerumputan di Sadengan yang merupakan merupakan padang rumput buatan,
yang aslinya adalah tipe hutan hujan dataran rendah. Jenis rumput yang umumnya
dominan di areal padang rumput tersebut antara lain lamuran merah (Dichantium
coricosum L), rumput bede (Bracharia mutica Forssk), dan sorgum (Sorgum nitidum
L), sedangkan jenis semaknya adalah rumput minjangan (Eupatoriun odoratum (L.)
R.M.King & H.Rob.) dan telek telekan (Lantana camara L). Banyak jenis satwa liar
yang menggunakan padang rumput tersebut antara lain berbagai jenis burung seperti
kutilang (Pycnonots aurigaster), terucuk (Pycnonotus goiavier), jalak putih (Sturnus
melanopterus), gagak (Corvus enca)
- Hutan dataran rendah. Hutan alam dataran rendah ini merupakan formasi vegetasi
yang paling luas di kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Jenis vegetasi yang umum
dijumpai pada tipe hutan ini termasuk pohon duhu (Dracontomelon mangiferum
(Blanco) Merr. & Rolfe), pohon binong (Tetrameles nudiflora R.Br.), kelumbuk
(Sterculia campanulata (Blanco) Merr), benda (Artocarpus elastica Reinw. ex Blume),
bayur (Pterospermum javanicum Jungh), majegau (Dysoxylum amooroides (Blume)
Miq), pulai (Alstonia scholaris L. R. Br.), dan kanunu (Dryopetes ovalis J.J.Sm. ex
Koord. & Valeton). Jenis burung di hutan gunung antara lain rangkong badak
(Buceros rhinoceros), julang emas (Aceros undulatus), kangkareng (Anthracoceros
albirostris), beo (Gracula religiosa) dan kecembang gadung (Irena puella),
sedangkan jenis mamalia yang dapat ditemukan di hutan ini adalah banteng (Bos
javanicus), rusa (Cervus timorensis), lutung (Trachypithecus auratus), kijang
(Muntiacus muntjak), jelarang (Ratufa bicolor), ajag (Cuon alpinus) serta macan tutul
(Panthera pardus)
- Hutan tanaman. Hutan tanaman merupakan hutan milik perhutani KPH Banyuwangi
Selatan yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Jenis pohon
yang ditanam adalah jati (Tectona grandis linn.f.) dan mahoni (Swietenia macrophylla
king) Taman Nasional Alas Purwo memiliki keanekaragaman jenis satwa liar yang
cukup tinggi baik dari klas mamalia, burung maupun reptilia. Tercatat 21 jenis
mamalia, 215 jenis burung, dan beberapa jenis reptilia

E. Jenis Tanah
Jenis tanah di Kawasan Taman Nasional Alas Purwo terdiri atas 4 kelompok:
- Tanah komplek Mediteran Merah-litosol, merupakan jenis tanah yang terbentuk dari
pelapukan yang intensitasnya rendah. Ciri-ciri tanah litosol antara lain warnanya
coklat, struktur remah, solumnya dangkal, dan teksturnya yang beragam. Persebaran
tanah litosol berada di wilayah pegunungan dengan lereng miring
- Tanah Regosol Kelabu merupakan salah satu jenis tanah vulkanik, yakni tanah yang
berasal dari hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair dari gunung api. Ciri-ciri
tanah regosol antara lain memiliki warna kelabu, teksturnya kasar seperti pasir, dan
memiliki konsistensi lepas.
- Tanah Grumosol Kelabu, merupakan jenis tanah yang berasal dari pelapukan batuan
karst dan vulkanik. Ciri-ciri tanah grumosol antara lain memiliki warna coklat hingga
kehitaman, teksturnya halus, konsistensinya lekat pada saat basah dan retak pada saat
kering.
- Tanah Alluvial Hidromorf; jenis tanah yang mendominasi di Taman Nasional Alas
Purwo. Jenis tanah ini mempunyai ciri-ciri fisik warna kelabu, bertekstur liat dan
memiliki permeabilitas (water run off) lambat. Jenis tanah ini biasanya banyak
digenangi oleh air sehingga warnanya tua kelabu sampai kehitaman. Daerah
penyebarannya terdapat di berbagai ketinggian tetapi umumnya di dataran rendah
dengan daerah relatif datar sampai bergelombang

F. Hidrologi
Jaringan sungai di kawasan Taman Nasional Alas Purwo berpola radial karena leher
semananjungnya menyempit. Aliran airnya langsung mengarah ke laut (Samudera
Hindia dan Selat Bali). Sungai di kawasan Alas Purwo, secara umum berupa
sungai-sungai kecil (aliran kurang dari 10 m dengan panjang kurang dari 5 KM), namun
jumlahnya sangat banyak (sekitar 70 buah). Beberapa sungai, seperti Sunglon Ombo dan
Sungai Pancur, berhubungan dengan sungai bawah tanah yang mengalir di bawah
kompleks perbukitan/lipatan kapur (daerah karst).

G. Iklim
Menurut sistem klasifikasi Schmidth dan Ferguson daerah sekitar Taman Nasional Alas
Purwo memiliki tipe iklim sekitar D (agak lembab) sampai E (agak kering). Secara
administrasi Kawasan Taman Nasional Alas Purwo masuk dalam wilayah Kabupaten
Banyuwangi sehingga untuk data iklim kawasan Taman Nasional Alas Purwo diperoleh
dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, A. 2010. Pengelolaan kawasan karst dan peranannya dalam siklus karbon di
Indonesia. In Makalah dalam Seminar Nasional Perubahan Iklim di Indonesia (Vol.
13).

Ford, D. and Williams, P. 1992. Karst Geomorphology and Hydrology, Chapman and Hall,
London

Hidayat, S. (2008). Struktur, Komposisi Dan Status Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan
Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Biologi Udayana.

Jenis tanah. Taman Nasional Alas Purwo - Jenggala in East Java. (2017, May 8).
https://tnalaspurwo.org/geofisik/jenis-tanah

Julianti, Dwi. “10 Jenis Tanah di Indonesia dan Persebarannya” Diakses pada 5 September
2023. https://www.zenius.net/blog/jenis-tanah-indonesia-persebarannya.

KSDAE, D. (n.d.). KSDAE. Gallery - Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
https://ksdae.menlhk.go.id/album/7/33.html

Laporan Penelitian Eksploratif Ekspedisi Arkelogi Alas Purwo. 2015. Universitas Gadjah
Mada

Anda mungkin juga menyukai