Disusun oleh:
Yusuf Mathiinul Hakim
20012682125012
A. Pengenalan Taman Nasional Sembilang
Taman Nasional Sembilang terletak di pesisir timur Sumatera Selatan yang lebih
tepatnya berada di Kabupaten Banyuasin, memiliki luas +/- 200.000 ha dengan lebih dari 1/3
kawasan mangrove, yang menjadikannya kawasan mangrove terbesar di kawasan barat
Indonesia. Kawasan mangrove menjadi penting bagi bumi karena sebagai pelindung lahan,
menurunkan kadar karbon di udara, menjaga pencemaran di laut, dan menjaga nutrisi alam.
Taman nasional ini terbentuk dari struktur hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, dan
hutan riparian.
Taman nasional ini diberi nama Sembilang yang merujuk pada spesies ikan yang
banyak tumbuh di kawasan ini, yaitu ikan Sembilang. Ikan ini digolongkan ke keluarga ikan
lele, dengan penyebaran dari air tawar asin Indopasifik, dari Jepang sampai ke Australia.
2
konservasi. Salah satu masalah yang banyak terjadi adalah para nelayan yang menggunakan
alat tangkap illegal seperti strum listrik untuk mengambil ikan.
3
C. Ekosistem Taman Nasional Sembilang
1. Satwa
Selain ikan sembilang yang menjadi ikonik kota Palembang sebagai hewan endemik,
kawasan mangrove menjadi tempat hidup banyak spesies hewan. Tercatat ada 53 spesies
mamalia yang hidup di Taman Nasional Sembilang. Pada area hutan pantai, hidup hewan
seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris-sumatrae), Gajah Sumatera (Elephas maximus
sumatranus), Kucing Mas (Catopuma temminckii), Siamang (Hylobates
syndactylus), Tapir (Tapirus indicus), Rusa Sambar (Cervus unicolor), dan babi hutan (Sus
spp.). Adapun mamalia air yang hidup di kawasan ini, yaitu lumba-lumba tanpa sirip
punggung (Neophocaena phocaenoides), lumba-lumba air tawar atau pesut (Orcaella
brevirostris), dan lumba-lumba bungkuk (Souca chinensis). Kelompok reptil yang menghuni
kawasan perairan taman nasional ini berjumlah 16 spesies, antara lain buaya air asin
(Crocodylus porosus), buaya (Tomistoma schlegelii), biawak (Varanus salvator), labi-labi
berukuran besar (Chitra indica), dan ular punti masak (Boiga dendrophyla).
Ada cukup banyak kelompok aves yang hidup di Taman Nasional Sembilang, mulai
dari jenis endemik sampai migran. Beberapa diantaranya adalah bangau tongtong
(Leptoptilos javanicus), bangau bluwok putih (Mycteria cinerea), ibis cucuk besi
(Threskiornis melalochepalus), pecuk ular asia (Anhinga melanogaster), dan undan putih
(Pelecanus onocrotalus). Taman nasional sembilang merupakan lokasi favorit persinggahan
burung yang bermigrasi dari Siberia ke Australia, ataupun sebaliknya. Alasannya karena
banyak tanah berlumpur di area mangrove, untuk mencari makan. Burung migrasi mendapat
ancaman dari predator lokal, yaitu burung elang.
2. Tumbuhan
Beberapa jenis tumbuhan yang dapat dijumpai di Taman Nasional Sembilang antara
lain gajah paku (Acrostichum aureum), nipah (Nypa fruticans), cemara laut (Casuarina
equisetifolia), pandan (Pandanus tectorius), laut waru (Hibiscus tiliaceus), nibung
(Oncosperma tigillaria), jelutung, menggeris (Koompassia excelsa), dan gelam tikus
(Syzygium inophylla).
Adapun tumbuhan mangrove yang hidup di kawasan ini yaitu Rhizophora
(Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata), Nepenthes ampullaria yang merupakan
spesies indikator pada gambut dalam. Kemudian Brugierra (Bruguierra gymnorrhiza,
Bruguierra parviflora, Bruguierra sexangula, dan Bruguierra cylindrica), Aegiceras
(Aegiceras corniculatum dan Aegiceras floridum).Tumbuhan mangrove lainnya
adalah Kandelia candel, Sonneratia (Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba, dan Sonneratia
Ovata), Avicennia (Avicennia marina, Avicennia alba, dan Avicennia ofificinalis),Ceriops
(Ceriops decandra dan Ceriops taga), Xylocarpus (Xylocarpus granatum dan Xylocarpus
molucensis), dan Excoecaria agallocha.
Dijumpai pula flora jenis ramin yang merupakan tumbuhan dilindungi, spesies nibung
(Oncosperma tigillarium), kantong semar (Nepenthes sp.), dan berbagai spesies palem. TN
Sembilang juga menjadi habitat spesies anggrek lokal seperti Cymbidium
hartinahiahium and Dendrobium macrophylum.
4
Referensi:
LIPI Press, anggota Ikapi, 2009, hlm 226-231 ISSN/ISBN/IBSN: ISBN 978-979-799-493-8.
No. Arsip: LIPI-9030
Hardon, H.J. and Polak, B. 1941. De chemische samenstelling van enkele venen in
Nederlandsch Indië. Landbouw 17:1081-1093.
Gafoer, S., Cobrie, T. and Purnomo, J. (1986) “Peta geologi lembar Lahat (1012), Sumatera
Selatan, scale 1:250.000.” Bandung: Pusat Survey Geologi, p. 1.
Dirjen PHKA dan Wetlands International. 2002. Strategi dan Rencana Tindak Nasional
Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan.
Daniesel dan Verheught, 1990. On WIIP 2001
Oldeman, L.R., I. Las, dan S.N. Darwis. 1979. An Agroclimatic Map of Sumatra. Contr.
Centr. Res. Inst. Agric. Bogor (52). Hal 35
Whitten, T., Damanik, S.J., Anwar, J. & Hisyam, N. 2000. The Ecology of Sumatra.
The Ecology of Indonesia Series Volume I. Periplus, Singapore.