Anda di halaman 1dari 9

Jumal Iktiologi Indonesia Vol.2, No. 2,Th.

2002: 4l-49
ISSN 1693 - 0339

IKAN AIR TAWAR ENDEMIK SUMATRA YANG TERANCAM PUNAH


(The freshwater fishes of endemic of Sumatra that threatened species)

Sunarya Wargasasmita

Jurusan Biologi dan Pusat Studi Biodiversitas & Konservasi FMIPA-UI,


Kampus UI Depok, 16424.

ABSTRAK
Dari 589 jenis ikan air tawar yang tercatat sebagai penghuni ekosistem perairan tawar Sumatra, 58 jenis diantaranya (9,8%) termasuk
kelompok ikan endemik Sumatra. Suku yang mempunyai endemisitas tertinggi adalah Belontiidae (2}%). Berdasarkan daftar jenis biota
air yang tercantum dalam "The 2000 IUCN Redlist of Threatened Species.(IUCN 2001), dapat diidentifikasi l4 jenis ikan air tawar Sumatra
yang terancam punah (threatened species) dan 7 jenis diantaranya (50%) adalahjenis-jenis ikan endemik Sumatra yaitu Betta burdigala, B.
chloropharynx (hanya terdapat di P. Bangka), B. miniopinna dan B. spilotogena (hanya terdapat di P. Bintan), Neolissochilus thienemanni
(hanya terdapat di D. Toba), Poropuntius tawdrensis dan Rasbora tauarensis (hanya terdapat di D. l,aut Tawar). Distribusi geografis ikan
endemik Sumatra dianalisis dengan provinsi sebagai unit analisis. Provinsi yang memiliki endemitas tinggi adalah Sumatra Barut (24,1 %o),
Jambi (20,7 %), Kepulauan Riau (17.3 %), Nanggro Aceh Darussalam (17.3 Yo), dan Riau (15,5%). Endemisitas yang tinggi tersebut
sekarang terancam oleh berbagai aktifitas pembangunan. Diidentifikasi pula faktor-faktor yang mengancam kelangsungan hidup ikan-ikan
tersebut.

Kata kunci: jenis endemik, endemisitas, terancam punah, distribusi geografis.

ABSTRACT
From 589 species freshwater fishes recorded as inhabitant offreshwater ecosystem in Sumatra, 58 species (9.8%) belong to endemic species
for Sumaha. The highest endemicity by family is Belontiidae (42.3%). Based on list of aquatic biota species represented in "The 2000 IUCN
Redlist ofThreatened Species" (IUCN 2001), can be identified 14 species offreshwater fishes ofSumatra thatbelong to threatened species.
Of these, 7 species (50%) are endemic to Sumatra i.e. Betta burdigala, B. chloropharynx (found only in Bangka Island), B. miniopinna dan
B. spilotogena (found only in Bintan Island), l{eolrssochilus thtenemanni (found only in Lake of Toba), Poropuntius tawarensis and
Rasbora tawarensis (found only Lake of Laut Tawar). Geographic distribution of those endemic species were analysed by province as unit
analysis. The high endemicity by province are West Sumaha (24.1 %), Jambi (20.7 %), Riau Islands (17.3 %), Nanggro Aceh Darussalam
(17.3 %), and Riau (15.5%). However, nowadays those high endemicity threatened by various development activities. Factors that threaten
the existence of those species were identified.

Keywords: endemic species, endemicity, threatened species, geographic distribution.

PENDAHULUAN (1ee3) mencatat 272 jenis ikan air tawar di


Indonesia merupakan negara
yang Sumatra dan 30 jenis diantaranya termasuk ikan
"megabiodiversity" nomor dua setelah Brasil, endemik. Pesatnya perkembangan taksonomi ikan
memiliki 1300 jenis ikan air tawar dengan dari Indonesia Barat dan Sulawesi, maka dalam
kepadatan 0,72 jenisll}00 km2 (The World Bank kurun waktu 2-3 tahun kemudian sudah ada
1998). Habitat-habitat yang kaya akan ikan air tambahan 79 jenis baru (Kottelat & Whitten 1996).
tawar mencakup sungai-sungai di pegunungan dan Studi taksonomi ikan masih terus berlanjut, tetapi
dataran rendah, rawa-rawa gambut, dan danau- pada saat ini konservasi ikan air tawar juga sudah
danau. Kekayaan jenis (species richness) dan sangat mendesak untuk segera ditangani.
endemisitas (endemism) merupakan dua atribut Ekosistem perafuan tawar diakui Bank
yang sangat penting dalam biodiversitas (Caldecott Dunia kaya akan biodiversitas tetapi selama ini
et al. 1994). Pengetahuan mutakhfu tentang kurang mendapat perhatian dalam proses
kekayaan jenis dan endemisitas untuk mamalia, pembangunan. Akibatnya berbagai aktivitas
burung, dan tumbuhan tinggi cukup banyak, tetapi pembangunan mengancam kelestarian kekayaan
untuk fauna ikan sangat terbatas. Kottelat et al. biota perairan tawar. Salah satunya ikan air tawar

4t
Sunarya-Ikan Air Tawar Endemik Sumatra

yang mudah terkena dampak berbagai kegiatan Margasatwa, dan 2 Hutan Lindung dengan luas
manusia di daratan sekitarnya, seperti konversi total357,200ha.
hutan menjadi pemukiman transmigran dan limbah Beberapa lahan basah yang penting terletak
industri. Penurunan kekayaan jenis ikan air tawar di kawasan rawa-rawa di bagian Timur Sumata.
dipercepat pula oleh kerusakan atau lenyapnya Menurut Wibowo & Suyatno (1998) ekosistem
habitat. lahan basah terdiri atas lahan basah alami (Hutan
Berbagai macam informasi diperlukan rawa gambut/Peat swamp forest, Hutan rawa air
dalam upaya konservasi biodiversitas, termasuk tawatlFreshwater swamp forest, danau, hutan
manfaat bagi manusia, distribusi, status, Mangrove, dan Terumbu karang) dan lahan basah
kecenderungan ancaman gangguan, dan hubungan buatan (Reservoir, kolam, sawah, dan Tambak).
ekologis (McNeely et al. 1990). Penentuan Ekosistem lahan basah yang terluas di Sumafra
kawasan lindung tidak akan tepat sasaran bila tidak adalah hutan rawa gambut (luas total 343.000 ha).
disertai pengetahuan yang baik tentang dishibusi Pantai Timur Sumatra memiliki areal mangrove
jenis yang memungkinkan penentuan prioritas yang luas. Hutan rawa air tawar di Sumatra (luas
kawasan konservasi (Kerr 1996). Makalah ini total 11.225 ha) mempunyai ciri khas yaitu
menguraikan dishibusi geografis jenis-jenis ikan sewaktu-waktu digenangi air tawar kaya mineral,
air tawar yang berstatus endemik Sumaha, jenis- yang merupakan limpahan dari sungai pada waktu
jenis yang terancam punah, dan faktor-faktor yang air sungai meluap/banjir. Danau-danau di Sumatra
mengancam kelangsungan hidup jenis-jenis ikan terbentuk melalui berbagai cara yang berbeda:
tersebut. tektonik, vulkanik, dan lebaak-lebungfflood plain
Iakes. Danau permanen yang terpenting adalah
BAHAN DAI\ CAIL{ KERJA Danau Laut Tawar (5.500 ha), D. Toba (112.970
a. Lokasi studi hu), D. Singkarak (13.011 ha), D. Maninjau
Sumatra yang luasnya 476.000 km2 (9.950 ha), Danau Di Atas (1.230 ha), D. Di
(Whitten et al. 1984) merupakan pulau utama yang Bawah (1.120 ha), D. Kerinci (4.200 ha), dan D.

terletak di wilayah paling Barat dari Indonesia, dan Ranau (12.500 ha). Danau limpahan banlh (flood

memiliki kekayaan sumberdaya alam yang plain lakes) seperli Ogan-Komering Lebaks
melimpah. Pegunungan Bukit Barisa membentang mencakup areal seluas 200.000 ha. Arah ke laut

sepanjang pulau Sumatra, sebagian besar dari kawasan ini terdapat hutan mangrove di pulau
wilayahnya telah dimasukkan ke dalam berbagai Bangka dan Belitung, rare heath forests ber-
Cagar Alam dan Taman Nasional. Topografi kembang pada tanah asam yang kaya silika. Hutan

bagian Barat pegunungan ini merupakan dataran pantai (Beach forest) terutama terdapat di pantai
tinggi, sedangkan bagian Timur merupakan dataran Barat Sumatra.

rendah yang berawa. b. Cara kerja


Berdasarkan data PHKA DePartemen Data jenis-jenis ikan air tawar yang menjadi
Kehutanan sampai Desember 2001, di seluruh penghuni sungai, danau, dan rawa-rawa gambut
Sumatra terdapat 74 kawasan lindung/kawasan dikumpulkan terutama berdasarkan referensi
konservasi, terdiri atas 31 Cagar Alam, 13 Suaka Weber & de Beaufort (1913; 1916; 1922; 1929;
Margasatwa, 9 Taman Nasional, 5 Taman Hutan 1931; 1936; 1951; 1953, 1962), Kottelat et al.
Raya, 11 Taman Wisata Alam, dan 5 Taman Buru. (1993), Kottelat & Whitten (1996), Froese &
Menurut Wibowo & Suyatno (1998) lahan basah Nauly (2000), dan sejumlah jurnal taksonomi yang
yang terdapat di dalam kawasan lindung terdiri mutakhir (lihat: Referensi Ikan Air Tawar Endemik
atas 5 Taman Nasional, 8 Cagar Alam, 6 Suaka Sumatra). Untuk menentukan validitas nama jenis

42
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol.2, No. 2,T\.2002:41-49
rssN 1693 - 0339

digunakan Eschmeyer (1998). Selain data jenis endemisitas yang tinggi (Groombridge 1992).
ikan juga dikumpulkan informasi tentang distribusi Dari 589 jenis ikan air tawar yang tercatat
geografis dari setiap jenis ikan tersebut. Dari sebagai penghuni ekosistem air tawar di Sumatra,
seluruh data yang terkumpul diidentifikasi jenis- 58 jenis (9,8 %) diantaranya termasuk ikan
jenis ikan air tawar yang hanya terdapat di Sumatra endemik Sumatra. Pada Tabel I disajikan
(endemik Sumaha) dan selanjutnya dibuat peta persentase endemisitas per suku yang dapat
GIS. Berdasarkan data jenis biota akuatik yang dijabarkan sebagai berikut: endemisitas
tercantum dalam "The 2000 IUCN Redlist of Belontiidae 42,3 Vo (11 dari 26 jenis Belontiidae
Threatened Species" (IUCN 2001) diidentifikasi endemik Sumatra), Balitoridae 37,5 o (9 dari 24
jenis-jenis ikan air tawar Sumatra. jenis), Akysidae 28,6Yo (2 dari 7 jenis), Bagridae
25.0 % (6 dari 24 jenis), Cyprinidae 17,2 % (22
HASIL DAN PEMBAHASAN dari 128 jenis), Clariidae 11,1 % (l dari 9 jenis),
1. Endemisitas Channidae 9,1 % (l dari 11 jenis), Chandidae 8,3
Ikan endemik adalah jenis ikan yang terdapat % (l dari 12 jenis), Cobitidae 6,3 % (l dari 16
di suatu areal tertentu (sungai, danau, situs, pulau, jenis), Tehaodontidae 6,3 yo (l dari 16 jenis),
negara, benua). Suatu areal dengan keanekaanjenis Gobiidae 4,3 % (2 dari 47 jenis), dan Siluridae 3,8
yang relatif rendah, masih mempunyai kontribusi % (l dari 26 jenis). Dari data di atas terlihat
yang penting pada keanekaan jenis di suatu bahwa endemisitas Belontiidae paling tinggi. Hal
kawasan yang lebih luas bila di areal tersebut ini sesuai dengan pernyataan Zakaria-Ismail
terdapat sejumlah jenis yang endemik. Pulau-pulau (1994), bahwa endemisitas ikan di Sumatra,
kecil dan pegunungan biasanya mempunyai Kalimantan, dan Jawa sangat tinggi, terutama dari
keanekaan jenis yang rendah, tetapi mempunyai suku Belontiidae.

Table 1. Persentase Endemisitas Ikan Air Tawar Sumatra per suku.

Suku
Total Endemik %Endemik
A. Primary Freshwater Fishes:
I Belontiidae 26 1i 42,3
2 Balitoridae 24 9 775
3 Akysidae 7 2 28,6
4 Bagridae 24 6 25,0
5 Cyprinidae t28 22 17,2
6 Clariidae 9 1 I 1,1
7 Channidae l1 I 9,1
8 Cobitidae t6 I 6,3
9 Siluridae 26 I 3,8
B. Secondary Freshwater Fishes:
10 Chandidae t2 I 8,3
11 Tetraodontidae t6 I 6,3
t2 Gobiidae 47 2 4,3

43
Sunarya-Ikan Air Tawar Endemik Sumatra

2. Ikan Endemik Sumatra yang Terancam thien emanni, P oropuntius taw ar ens is, dan Ras bora

Punah tawarensis (Tabel 2).

Dari 350 jenis biota air yang tercantum IUCN (2001) mengklasifikasikan tingkat
dalam "The 2000 IUCN Redlist of the Threatened ancaman kepunahan terhadap ikan-ikan tersebut
Species" (IUCN 2001) dapat diidentifrkasi 14 jenis dalam 3 kelompok yaitu genting (Critically
ikan air tawar Sumatra yang terancam punah, dan 7 Endangered), berbahaya (Endangered), dan rawan
jenis diantaranya (50%) termasuk ikan endemik (Vulnerable). Jenis-jenis ikan air tawar Sumatra
Sumatra yaitu Betta miniopinna, B. spilotogena, B' (endemik dan non endemik) yang berstatus
burdigala, B.chloropharynx, Neolissochilus genting-berbahaya-rawan disajikan pada Tabel 2.

T ab el 2. Ikan air tawar Sumatr a y ang terancam punah

No. Nama Ilmiah NamaUmum StAfuS IUCN

* CR A2c Bintan island


I. Betta minioPinna Tan & Tan 1994
* CR A2c Bintan island
2. Betta spilotogena Ng & Kottelat 1994
CR B1+2bcde Bintan island
3. Encheloclarias kelioides Ng & Lim 1993
4. Balantiocheilos melanopterus (Bleeker Silver Shark, EN Alac Palembang, Jambi,
R. Kwantan,
I 85 1) Tricolor sharkminnow
Berbak N.P.
5. Himantura oxyrhyncha (Sauvage 1878) Marbled freshwater EN B1+2c Sumatra, Bomeo
stingray, Marbled
whipray
6. Himantura signifer compagno & Roberts white-edge freshwater EN B1+2c Tulang Bawang,
Batang Hari basin,
1982 WhiPraY
Bomeo
Batang Hari Basin
7. Pristis microdon Freshwater Sawfish B1141fsd+2c

8. Scleropages formosus (Schlegel & Muller Asian bonytounge, EN Alcd+2cd R.Way Sekampung,
Laut Tador,
1839-i844) Kelesa, Siluk, Asian
Palembang, Rawa
Arowana
Gambut, Lematang
g. Encheloclariastapeinopterus(Bleeker VU D2 Marawang, Toboali,
Bangka.
1 852)

10. Neolissochilus thienemanni (Ahl 1933)


VUD2 L. Toba, Sumatra
Utara
VU D2 L. Laut Tawar, Aceh
I l. Poropuntius tawarensis (Weber & de
Beaufort 1916) *
VU D2 L. Laut Tawar, Aceh
12. Rasbora tawarensis (Weber & de Beaufort
1916) *
* VUD2 Bangka island
13. BettaburdigalaKottelat &Ng 1994
14. Betta chloropharynx Kottelat & Ng 1994*
VUD2 Bangka island

Sumber: IUCN (2001).


Keterangan: * : Threatened sPecies (Jenis yang terancam Punah), CR = Critically Endangered (genting); EN =
Endangered (berbahaYa); VU = Vulnerable (rawan)

44
Jumal Iktiologi Indonesia Vol.2, No. 2,T\.2002: 41-49
rssN 1693 - 0339

3. Distribusi Geografis Ikan Air Tawar fish) dan peningkatan banyaknya limbah domestik
Endemik Sumatra yang masuk ke perairan danau sebagai akibat
Distribusi geografis ikan air tawar endemik pertumbuhan penduduk yang cepat (Whitten et al.
Sumatra, termasuk jenis-jenis yang terancam punah 1987). Dampak eksploitasi komersiaVoverfishing
disajikan pada Peta l. Dengan berbasis provinsi telah terjadi pada beberapa jenis ikan hias dan
sebagai unit analisis, endemisitas ikan air tawar per berbagai jenis ikan yang berukuran besar.
provinsi dari bagian Utara ke Selatan adalah Walaupun penangkapan ikan hias telah diimbangi
sebagai berikut: Nanggro Aceh Darussalam 17,3%o dengan program budidaya, tetapi karena besarnya
(10 dari 58 jenis), Sumatra lJtara 12,1 Yo (7 jenis), permintaan pasar, penangkapan populasi alami
Riau 15,5 % (9 jenis), Kepulauan Riau 17,3% (10 masih sering terjadi. Perdagangan ikan hias rnasih
jenis), Sumatra Barat 24,1 yo (14 jenis), Iambi 20,7 merupakan ancaman kepunahan dan penurunan
% (12 jenis), Sumatra Selatan 13,8 yo (8 jenis), kelimpahan beberapa jenis ikan hias air tawar
Bangka-Belitung 10,3 % (6 jenis), Bengkulu (tidak (Mclarney 1988).
ada jenis endemik), Lampung 5,2 % (3 jenis). Kekayaan fauna ikan air tawar di beberapa
Dari data tersebut terlihat bahwa distribusi Taman Nasional pun kini terancampunah.
geografis ikan endemik Sumaha mengumpul di Kebakaran hutan tahun 1997 yang terjadi di
kawasan bagian Tengah Sumatra (Provinsi Sumatra Taman Nasional Way Kambas, Kerinci Seblat,
Barat, Jambi, Riau dan Kepulauan Riau). Hal ini Berbak, dan Bukit Barisan Selatan diperkirakan
disebabkan perairan di kawasanini sangat luas (S. mempunyai dampak negatif terhadap biota akuatik
Rokan, Siak, Kampar, Indragiri, Batang Hari, D. di perairan sungai dan rawa yang terdapat di
Kerinci, S. Ombilin, D. Singkarak, Maninjau, Taman Nasional tersebut (www.undp.or.id/
Dibawah, Diatas). Provinsi yang paling kaya jenis publications/archives/forest fires/forest evaluation
ikan air tawar endemik adalah Sumaha Barat. en3.pdfl. Penebangan vegetasi di "catchment
Habitat tujuh jenis ikan air tawar endemik Sumaha Area" sungai mengakibatkan penurunan kekayaan
yang terancam punah adalah Danau Laut Tawar (2 jenis ikan air tawar melalui erosi/sedimentasi,
jenis), danau Toba (1 jenis), P. Bintan (2 jenis), dan penurunan pasokan energi/pakan allochton, dan
P. Bangka (2 jenis). peningkatan temperatur (Kan & Schlosser 1977).
4. Faktor-faktor yang Mengancam Kepunahan telah terjadi pada ikan
Eksploitasi berlebihan
Ikan Air Tawar I(allago attu di sungai-sungai bagian Timur
Menurut Moyle & Leidy (1992), faktor Sumatra (Dudgeon 2000). Overfrshing ikan Bilih
penyebab menurunnya jumlah jenis ikan dapat (Mystacoleucus padangensu) di danau Singkarak

dibagi menjadi 5 golongan besar yaitu : (1) merupakan ancaman terhadap kelangsungan hidup
degradasi dan kepunahan habitat, (2), pencemaran, ikan tersebut.
(3) introduksi ikan asing, (4) eksploitasi komersial,
(5) persaingan penggunaan air. Selain itu KESIMPULAN DAN SARAN
perubahan iklim global (global climate change) Ikan air tawar endemik Sumatra terdiri atas

juga merupakan ancaman terhadap kelangsungan 58 jenis atau 9,8o/o dari seluruh jenis ikan penghuni

hidup ikan (Allan & Flecker 1993). Degradasi dan ekosistem air tawar Sumatra. Suku Belontiidae
kepunahan habitat antara lain sebagai dampak dari merupakan suku ikan air tawar yang
pembuatan bendungan besar (McAllister et al. endemisitasnya paling tinggi (42,3%). Suku yang
2001). Faktor utama yang rnempengaruhi menduduki peringkat endemisitas berikutnya
menurunnya keanekaan jenis ikan di Sulawesi adalah Balitoridae (37,5 y'), Akysidae (28,6yo),
adalah introduksi ikan asing (introduced fish/exotic Bagridae (25.0 %), dan Cyprinidae (17.2 %).

45
Sunarya-Ikan Air Tawar Endemik Sumatra

Provinsi yang memiliki endemitas tinggi adalah Groombridge, B. 1992. Global Biodiversity: Status
Sumatra Barat (24,1 yo), Jambi (20,7 o/o), of the Earth's Living Resources. A Report
Kepulauan Riau (17.3 o/o), Nanggro Aceh
compiledby WCMC in collaboration with
The Natural History Museum, London,
Darussalam (17.3 %), dan Riau (15,5%). Distribusi
IUCN, UNEP, WWF, and WRI. ChaPman &
geografis ikan endemik Sumatra mengumpul di Hall, London.
kawasan bagian Tengah Sumatra (Provinsi Sumatra Guegan, J.F., Lek, S, & T. Oberdorff. 1998. Energy
Barat, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau)' availability and habitat heteroge- nity predict
Endemisitas yang tinggi tersebut sekarang riverine fish diversity. Nature 391: 382'384.
terancam oleh berbagai kegiatan pembangunan IUCN (2001). The 2000 IUCN Red List of
yang berdampak negatif, terutama kegiatan yang lhreatened Species. http: //www' redlist.
org/info sources qualitv.html, 5 I 8101.
mengakibatkan degradasi habitat atau bahkan
Karr, J.R. and LJ. Schlosser. 1977 ' Impact of
mengakibatkan lenyapnya habitat ikan air tawar. nearstream vegetation and stream
Lima puluh prosen dari jenis-jenis ikan yang morphologt on water quality and stream
terancam punah adalah ikan-ikan endemik biota. EP A-600 /3 -7 7 -097
Sumatra. Kerr, J.T. 1996. Species Richness, Endemism, and
Sehubungan dengan itu perlu segera the Choice of Areas for Conserva- tion.
Conservation Biologt 1 l(5): 1094-l 100.
diidentifikasi kawasan yang mempunyai prioritas
McAllister, D.E., Craig, J.F., Davidson, N',
tinggi untuk kegiatan konservasi yaitu kawasan
Delany, S. & M. Seddon. 2001. Biodiversity
yang kaya akan jenis ikannya (termasuk jenis ikan
Impacts of Large Dams. Background Paper
endemik), tetapi terletak diluar kawasan ' Nr.l Prepared for IUCNAJNEPAMCD
lindung/kawasan konservasi. Mclarney, W.O. 1988. Still a dark side to the
' aquarium frade. Intl. Witdl. 18 (2):46-51.
REFERENSI McNeely, J.A., Miller, K.R., Reid, W.V.,
Allan, J.D. & A.S. Flecker 1993. Biodiversity Mittermeier, R.A. & T.B. Werner. 1990.
Cons erving The llorld's Biolo gical Diversity.
Conservation in running waters. BioScience
43 :32-43. ruCN, WRI, C.I., WWF-US, the World
Barbour, M.G. & R.H. Minnich 1974. Fish species Bank. Gland, Switzerland, and Washington,
D.C.
diversity in lakes. American Naturalist 108:.
473-489. Moyle, P.B. & R.A. Leidy. 1992' Loss of
Caldecott, J.O., Jenkins, M.D', Johnson, T. & B. Biodiversity in aquatic ecosystems : Evidence
Groombridge . 199 4. Priorities for Conserving
from fish faunas. 1lr: Fiedler, P.L' & S.K.
Global Species Richness and Endemism. Jain (eds.). Conservation Biology: The theory
WCMC Biodiversity Series No.3: l-41.
and practice of nature conservation,
preservation and management. Chapman and
Dudgeon, D. 2000. The Ecology of Tropical Asian
Rivers and Streams in Relation to Hall, New York.
Biodiversity Conservation. Annu' Rev. Ecol. The World Bank, 1998. Integrating Freshwater
Syst.3L:239-263. Biodiversity Conservation with
Deve-
Emerging Lessons. Natural
Eschmeyer, W.N. 1998. Catalog of Fishes. lopment: Some
California Academiy of Sciences. San habitats and Ecosystems Management Series,
Paper No. 61, viii + 24 pP.
Francisco. Revised version of Nopember
www.undo.or.id/oublications/archives/forest fires/f
2000
Froese, R. & D. Nauly, Editors. 2000. FishBase orest evaluation en-3.pdf. Impacts of the
1997 land andforest fires, pp'15-60.
2000: Concepts, design and data sources.
ICLARM, Los Banos, Laguna, Philippines, Whitten A.J., Damanik, S.J., Anwar, J. & N.
344 p.
Hisyam. 1984. The Ecologt of Sumatra'

46
-

Jumal Iktiologi Indonesia Vo1.2, No. 2,Th.2002: 4l-49


ISSN 1693 - 0339

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Kottelat, M. & A.J. Whitten, 1996. Freshwater
Whitten A.J., Bishop, K.D., Nash, S.V. and L. fishes of
Western Indonesia and Sulawesi:
Clayton. 1987. One or more Extinctions from Additions & Corrections. Periplus Editions,
Sulawesi, Indonesia ? Conservation Biology I Hongkong, 8 pp.
(r): Kottelat, M. & P.K.L. Ng. 1998. Parosphromenus
Wibowo, P. & N. Suyatno. 1998. An Overview of bintan, a new osphronemid fish from Bintan
Indonesian Wetland Sites - II: An Update and Bangka islands, Indonesia, with
Information - Included in the Indonesian redescription of P. deissneri. Ichthyol. Explor.
Wetland Database. Wetlands International - Fres hw at er s 8 (3) : 263 -27 2.
Indonesia Program/PHPA, Bogor. Ng, P.K.L. & K.K.P. Lim. 1991. The identity of
Zakaia-Ismail, M. 1994. Zoogeography and Ophiocephalus cyanospilos Bleeker from
biodiversity of the freshwater fishes of Sumatra, and a new record of Channa
Southeast Asia. Hydrobiologia 285: 41 -48. bankanensis (Bleeker) from Peninsular
Malaysia (Pisces: Channidae). Rffies Bull.
REFERENSI IKAN AIR TAWAR ENDEI}IIK Zool. 39 (l): I 19-130
SUMATRA Ng, P.K.L. & M. Kottelat. 1994. Revision of the
Hadiaty, R.K. & D.J. Siebert 1998. Two new Betta waseri species group (Teleostei:
species of Osteochilus (Teleostei: Cypri- Belontiidae). Rffies Bull. Zool. 42(3): 593-
nidae) from Sungai Lembang, Suag 61 1.
Balimbing Research Station, Gunung Leuser Ng, H.H. 1996. Alqtsis heterurus, a new species of
National Park, Aceh, northwestem Sumatra. catfish (Teleostei: Akysidae) from eastern
Revue fr. Aquariol.,25: 1-4. Sumatra. Raflles Bull. Zool. 44: 3-10.
Kottelat, M. 1991a. Notes on the taxonomy of Ng, H.H. & M. Kottelat. 1998. Hyalobagrus, a new
some Sundaic and Indochinese species of genus of miniature bagrid catfish from
Rasbora, with description of four new species Southeast Asia (Teleostei: Siluriformes).
(Pisces: Cyprinidae). Ichthyol. Explor. Ichthyological Exploration of Freshwaters 9:
Freshwaters 2 (2): 171-191. 335-346.
Kottelat, M. 1991b. Notes on the taxonomy and Ng, H.H. & H.H. Tan. 2000. A new species of
distribution of some Western Indonesian Encheloclarias from Sumatra. J. Fish Biol.,
freshwater fishes, with diagnoses of a new 57: 536-539.
genus and six new species (Fishes : Tan, H.H. & S.H. Tan 1994a. Betta miniopinna, a
Cyprinidae, Belontiidae, and Chaudhuriidae. new species of fighting fish from Bintan,
Ichthyol. Explor. Freshwaters 2 (3):273-287. Riau Archipelago, Indonesia (Teleostei:
Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N. & S. Belontiidae). Ichthyol. Explor. Freshwaters 5
Wirjoatodjo, 1993. Freshwater fishes of (t):41-44.
Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Tan, S.H. & H.H.Tan. 1994b. The freshwater fishes
Editions, Hongkong. of Pulau Bintan, Riau Archipelago, Sumatra,
Kottelat, M. & P.K.L. Ng. 1994. Diagnoses of five Indonesia. Tropical Biodiversity 2: 351-361 .
new species of fighting fishes from Banka Tan, H.H. & P.K.L. Ng. 1996. Redescription of
and Bomeo (Teleostei: Belontiidae). Ichthyol. Betta bellica Sauvage, 1884 (Teleostei:
Explor. Freshwaters 5(1): 65-78. Belontiidae), with description of a new allied
Kottelat, M. 1995. Gymnochanda limi, a new species from Sumatra. Rffies Bull. Zool.44:-
species of glassperch from Sumatra I 43- 1 55.
(Teleostei: Chandidae). Cybium 19: 55-59. Tan, H.H. & H.H. Ng. 2000. The catfishes
Kottelat, M. 1996. The identity of Puntius (Teleostei: Siluriformes) of Central Sumatra.
eugramus and diagnosis of two new species J. Nat. Hist., 34: 261 -303
of striped barbs from Southeast Asia Weber, M., & L.F. de Beaufort 1913. Fishes of the
(Teleostei, Cyprinidae). Rffies Bull. Zool.44 Indo-Austrelian Archipelago. YoL II, E.J.
(l):312-316. Brill., Leiden.

47
Sunarya-Ikan Air Tawar Endemik Sumatra

Weber, M., & L.F. de Beaufort 1916. Fishes of the Brill., Leiden'
Indo-Australian Archipelago. Vol. III, E.J. Weber, M., & L.F. de Beaufort 1951. Fishes of the
Brill., Leiden. Indo-Australian Archipelago. Vol. VIII, E.J'
Weber, M., & L.F. de Beaufort 1922. Fishes of the Brill., Leiden,
Indo-Australian Archipelago. Vol. IV, E.J, Weber, M., & L.F. de Beaufort 1952 . Fishes of the
Brill., Leiden. Indo-Australian Archipelago. Vol. IX, E.J.
Weber, M., & L.F. de Beaufort 1929. Fishes of the Brill., Leiden.
Inclo-Australian Archipelago. Yol. V, E.J. Weber, M., & L.F. de Beaufort 1953 . Fkhes of the
Brill.,Leiden. Indo-Australian Archipelago' Vol. X, E'J.
Weber, M., & L.F. de Beaufort 1931. Fishes of the Brill., Leiden.
Indo-Australian Archipelago. Yol. VI, E.J. Weber, M., & L.F. de Beaufort 1962 . Fishes of
Brill., Leiden the Indo-Australian Archipelago. Vol. XI,
Weber, M., & L.F. de Beaufort 1936. Fishes of the E.J. Brill.,Leiden..
Indo-Australian Archipelago. Vol. VII, E.J.

48
+
+
.i
cj
F
ol
z c
q L'
o s E
E
F
o E
E E

o
{-, I
E
E
L G G
:l .!q
EE d
o
0
bo o- CE

>
C=
'=+ *
)l { Gft
&U
d tJ tnm
! 7 *fl
{
E
IIJ
F
u
3T .. '-'-'rr

=
{
F
d u
E
F Ea
Et
E0
E
f
ut
._ e
-ft *--
.-.r-{
(D
/-J'L "
!C a! ..._.j lla-d!ry
-f
iul
L I.L
IJJ
trl
v
UJ
E
4 tu

F =E
{F
E
c lE
E C
ft
ifi
ti
+
-:
{ c ic a
m ,F
ut-vt
=
s
E
0
; g !+=
{ c
EE
-\i----
E=FF="E
!C
== 1E afi l #
cu
E
D
EoHwI's:FEoS =tr;:
-=t=
;F-lEsF-saf- -.-5=
=E
o E=.s===EFFt
E |']E(t/]-(rtCOJ!C:C
* tntAtnfifitnfitnrno
rrrrrErr'E'F
OOtrtrootro=b
LLL
ELELELELcLO-E-tr-a1
FF.t(rlrt$1 (D,***F
+

Anda mungkin juga menyukai