Anda di halaman 1dari 39

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah di mana daratan berbatasan

dengan laut. Batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun

yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut, seperti

pasang surut dan intrusi air laut, sedangkan batas di laut adalah daerah-daerah

yang dipengaruhi oleh proses-proses alami didaratan, seperti sedimentasi dan

mangalirnya air tawar ke laut, serta yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan

manusia di daratan (Abdan, 2014).

Biologi laut yakni ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut,

berkembang begitu cepat yang mengungkap kehidupan berbagai jenis biota laut

yang jumlah dan jenisnya cukup banyak. Tingginya keanekaragaman jenis biota

laut hanya dapat ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik

di darat (Romimohtarto, 2001).

Tidak kurang dari 833 jenis tumbuh-tumbuhan dilaut (alga, lamun dan

mangrove), 910 jenis karang (Coelenterata), 850 jenis spon (Porifera), 2500 jenis

kerang dan keong (Mollusca), 1502 jenis udang dan kepiting (Crustacea), 745

hewan berkulit duri (Echinodermata), 2000 jenis ikan ( Pisces), dan 30 jenis

hewan menyusui (Mammalia), diketahui hidup di laut. Di samping itu tercatat

juga tujuh jenis penyu dan tiga jenis buaya (Reptilia) (Romimohtarto, 2001).

Biota laut sangat banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan ke dalam

beberapa kelompok (taksa). Kelompok hewan meliputi ikan, moluska, krustasea,

koral, echinodermata, dan sponge. Sedangkan dari kelompok tumbuhan antara

lain alga (rumput laut), lamun (seagrass) dan bakau (mangrove). Biota-biota

1
tersebut dapat kita jumpai di daerah pesisir dan laut. Kita dapat menemukan

adanya moluska, krustasea, echinodermata, ikan, lamun, rumput laut dan lainnya.

Sering kali kita juga tidak bisa menentukan dari golongan manakah biota laut

yang kita temukan. Sehingga sangat diperlukan pengenalan yang lebih mendalam

agar kita dapat mendeskripsikan biota yang ada (Islami, 2014).

Berdasarkan latar belakang tersebut, dipandang perlu untuk melakukan

Praktikum Biologi Laut berjudul “Identifikasi Tumbuhan Air dan Hewan Air

di Perairan Pantai Kelurahan Kastela”.

I.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan yang dilakukannya praktikum Biologi Laut ini antara lain

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan air dan hewan air yang ditemukan

pada ekosistem mangrove dan lamun.

2. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman, kemerataan,dan dominansi

dari tumbuhan air dan hewan air yang ditemukan.

3. Untuk mengetahui manfaat tumbuhan air dan hewan air pada ekosistem

mangrove dan lamun bagi lingkungan dan manusia.

I.3. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum biologi laut ini yaitu agar mahasiswa dapat

memahami serta meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai jenis-jenis, indeks

keanekaragaman, kemerataan, dan dominasi tumbuhan air dan hewan air yang

ditemukan pada ekosistem mangrove dan lamun, serta manfaat tumbuhan air dan

hewan air pada ekosistem mangrove dan lamun bagi lingkungan dan manusia.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Ekosistem Mangrove

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di

atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh

pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat dimana

terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang

terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai dimana air

melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu ( Anonymousb,

2009).

Menurut Romimontarto (2005), mangrove umumnya berupa hutan yang

terletak di tepi pantai laut di mintakat pasut. Hutan ini umumnya lebat dan

berawa-rawa sehingga penelitian dengan menggunakan metode transek tidak

mudah. Para peneliti harus bekerja keras untuk dapat melakukan penelitian

dengan metode tersebut, tumbuh-tumbuhan mangrove yang khas kebanyakan

beradaptasi seperti yang telah diterangkan. Beberapa jenis seperti Avicennia hidup

di habitat yang berair lebih asin sedangkan Nypa fructicans terdapat pada habitat

yang berair lebih tawar. Beberapa hewan mangrove beradaptasi hidup melekat

pada akar Rizophora dan Bruguiera. Bersama mereka biasanya terdapat

masyarakat kecil terdiri dari keong, kerang, kepiting, udang, teritip, isopoda,

amphipoda, cacing, sepon dan ikan.

II.2. Ekosistem Lamun

Padang lamun adalah ekosistem yang ditumbuhi lamun sebagai vegetasi yang

dominan (Tomascik et al., 1997, Wibowo et al., 1996 ). Wilayah ini terdapat

antara batas terendah daerah pasang surut sampai kedalaman tertentu di mana

3
matahari masih dapat mencapai dasar laut. Padang lamun mendukung kehidupan

biota yang cukup beragam dan berhubungan satu sama lain.

Di samping itu, padang lamun adalah “pengekspor” bahan organik ke

ekosistem lain seperti ekosistem terumbu karang dan hutan bakau melalui hewan-

hewan herbivora atau melaui proses dekomposisi sebagai serasah.

Keanekaragaman biota padang lamun adalah cukup tinggi. Sejumlah invertebrata:

moluska (Pinna, Lambis, dan Strombus ); Echinodermata (teripang – Holoturia ,

bulu babi – Diadema sp ), dan bintang laut ( Archaster, Linckia); serta Krustasea

(udang dan kepiting). Di Indonesia, padang lamun sering di jumpai berdekatan

dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang ( Tomascik et al., 1997, Wibowo

et al., 1996 ).

II.3. Parameter Lingkungan Mangrove

II.3.1. Suhu

Suhu berperan penting dalam proses fisiologi, seperti fotosintesis dan

respirasi. Kusmana (1993) menyatakan bahwa pertumbuhan mangrove yang baik

memerlukan suhu rata-rata minimal lebih besar dari 20°C dan perbedaan suhu

musiman tidak melebihi 5°C, kecuali di Afrika Timur dimana perbedaan suhu

musiman mencapai 10°C. Berdasarkan hasil penelitian Kusmana (1993) diketahui

bahwa hutan mangrove yang terdapat di bagian Timur pulau Sumatera tumbuh

pada suhu rata-rata bulanan dengan kisaran dari 26,3°C sampai dengan 28,7°C.

Hutching dan Saenger (1987) mendapat kisaran suhu optimum untuk

pertumbuhan beberapa spesies tumbuhan mangrove, yaitu Avicennia marina

tumbuh baik pada suhu 18-20°C, R stylosa, Ceriops spp, Excoecaria agallocha

dan Lumnitzera racemosa pertumbuhan tertinggi daun segar dicapai pada suhu

4
26-28°C, suhu optimum Brugueira spp. 27°C, Xilocarpus spp, berkisar antara 21-

26°C dan X granatum 28°C.

II.3.2. Salinitas

Salinitas merupakan indikator yang menunjukkan banyaknya kadar garam

yang terlarut dalam air atau kadar garam terlarut dalam air maupun dalam larutan

tanah dan merupakan istilah yang menyatakan kadar garam yang terkandung

Aksornkoae (1993). Jenis garam yang paling banyak larut adalah NaCl, dimana

jumlah Cl yang terlarut dalam air laut ini rata-rata 55%. Mangrove dapat hidup

dan tumbuh subur di pesisir dengan kadar salinitas antara 10-30%, namun ada

jenis mangrove yang dapat tumbuh pada kondisi kadar garam yang lebih tinggi,

misalnya Avicennia marina sp dan Excoecaria agallocha dapat tumbuh pada

kondisi salinitas tinggi yaitu sekitar 85%.

Mangrove hidup dan tumbuh baik didaerah estuaria dengan kisaran salinitas

10-30% Haann (1937) selanjutnya Bengen (2000) mengatakan bahwa mangrove

dapat tumbuh pada salinitas payau 20-22% hingga perairan asin mencapai 38%.

II.3.3. Substrat

Mangrove terutama tumbuh pada substrat berlumpur, namun berbagai

spesies mangrove dapat tumbuh pula di tanah berpasir, koral, tanah berkerikil,

bahkan tanah gambut. Pada umumnya ciri substrat di hutan mangrove selalu

basah, mengandung garam, sedikit oksigen dan kaya akan bahan organik.

Pembentukan substrat mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (a) faktor

fisik, yang mancakup transportasi nutrien oleh arus pasang, aliran air laut,

gelombang dan aliran sungai, (b) faktor fisik-kimia, misalnya penggabungan dari

beberapa partikel oleh pengumpulan dan pengendapan, dan (c) faktor biotik,

5
seperti produksi dan perombakan senyawa-senyawa organik (Lear dan Turner,

1977 dalam Soeroyo, 1983).

II.3.4. Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa

dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.

Adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat akan menaikan kebasaan air,

sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat akan menaikan

kemasaman (Saeni,1989). Nilai pH bakumutu untuk perairan laut berkisar antara

6-9. Komunitas Rhizophora spp dan Avicennia spp hidup pada tanah dengan nilai

pH berturut-turut adalah 6,6 dan 6,2.

Derajat keasaman atau pH merupakan salah satu parameter yang sangat

penting untuk memantau kualitas air. Perubahan pH sedikit saja akan memberikan

petunjuk terganggunya sistem penyangga. Nilai pH suatu perairan mencerminkan

keseimbangan asam dan basa Wahyudi (2005).

II.4. Parameter Lingkungan Lamun

II.4.1. Kecerahan

Lamun membutuhkan intensitas cahaya untuk berfotosintesis. Hal ini

menyebabkan sulitnya lamun tumbuh di perairan yang lebih dalam. Intensitas

cahaya untuk laju fotosintesis lamun ditunjukkan dengan peningkataan suhu dari

29–35°C untuk Zostera marina, 30°C untuk Cymidoceae nodosa dan 25–30°C

untuk Posidonia oceanica (Anonim, 2009).

II.4.2. Kekeruhan

Kekeruhan secara tidak langsung lamun karena dapat menghalangi penetrasi

cahaya yang dibutuhkan lamun untuk berfotosintesis. Kekeruhan dapat

6
disebabkan karena partikel-partikel tersuspensi dari bahan organik atau sedimen,

terutama dengan ukuran yang halus dan dalam jumlah yang berlebih. Pada

perairan pantai yang keruh, maka cahaya merupakan faktor pembatas

pertumbuhan dan produksi lamun (Anonim, 2009).

II.4.3. Temperatur

Suhu optimal untuk pertumbuhan lamun yaitu 28 – 30°C. Kemampuan

proses fotosintesis akan menurun dengan tajam apabila temperatur perairan berada

di luar kisaran optimal tersebut. Suhu yang baik untuk mengontrol produktifitas

lamun pada air adalah sekitar 20–30°C untuk jenis Thalassia testudinum dan

sekitar 30°C untuk Syringodium filiforme (Anonim, 2009).

7
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1. Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan ini di laksanakan Pada hari Minggu 20 Mei 2018, pukul

08.30-11.00 WIT di Lab. Basah FPIK Kastela, Kelurahan Kastela, Kecamatan

Ternate Selatan, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.

III.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lapangan biologi laut antara

lain sebagai berikut :

Tabel 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan Dalam Pengambilan Data Biologi Laut.

No Alat dan Bahan Kegunaan


1 Tali Rafia Untuk membuat line transek 5 × 5 m.
2 Alat Tulis Menulis Untuk mencatat dan menggambar hasil
pengamatan.
3 Kertas Sampel Untuk tempat menyimpan sampel
organisme yang ditemukan.
4 Kamera Digital Sebagai alat untuk dokumentasi.
5 Ekosistem Mangrove Sebagai obyek yang diamati.
6 Ekosistem Lamun Sebagai obyek yang diamati.

III.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum lapangan biologi laut adalah

sebagai berikut :

III.3.1.Ekosistem Mangrove

1. Membuat line transek didaerah ekosistem mangrove dengan

menggunakan tali rafia dengan ukuran 5 × 5 m.

2. Mengamati dan mencatat jenis jumlah mangrove yang ada dalam stasiun.

3. Mengambil foto sebagai bukti untuk mengindetifikasi jenisnya.

III.3.2.Ekosistem Lamun

8
1. Membuat line transek (transek kuadrat 10 × 10 m).

2. Dilakukan pengamatan pada tiap bagian transek kuadrat.

3. Mengamati dan mencatat jenis jumlah mangrove yang ada dalam stasiun.

4. Ambil foto sebagai bukti untuk mengindetifikasi jenisnya.

III.4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam praktikum ini adalah survei

yang dilakukan metode jelajah, menelusuri plot area dan mengamati tumbuhan air

dan hewan air.

III.5. Analisis Data

Data hasil pengamatan berikut akan dianalisis dengan beberapa rumus,

diantaranya:

III.5.1. Indeks Keanekaragaman

Untuk mengukur indeks keanekaragaman menggunakan suatu indeks yang

dikembangkan oleh Shannon dan Wiever melalui persamaan sebagai berikut :

Hˈ= - ∑ ( pi ln pi )
Dimana :

H’ = Indeks keanekaragaman spesies

pi = Perbandingan jumlah individu satu jenis dengan jumlah individu

keseluruhan sampel dalam plot (nN).

Dengan kriteria :

Hˈ < 1,5 = Keanekaragaman jenis rendah


Hˈ = 1,5 – 3,5 = Keanekaragaman jenis sedang
Hˈ > 3,5 = Keanekaragaman jenis tinggi

III.5.2. Indeks Kemerataan

9
Penetapan tingkat kemerataan spesies digunakan analisis indeks kemerataan

spesies (Manguran, 1987). Formula indeks kemerataan adalah sebagai berikut :


E=
ln( S)

Dimana :
E = Indeks kemerataan jenis
H’ = Indeks shannon
S = Jumlah jenis yang ditemukan
Ln = Logaritma natural
Dengan kriteria :
E’ < 0,3 = Penyebaran jenis rendah
E’ = 0,3 – 0,6 = Penyebaran jenis sedang
E’ > 0,6 = Penyebaran jenis tinggi

III.5.3. Indeks Dominasi

2
∑i = niN
n

C=
()
Dimana :
C = Indeks dominasi
Ni = Nilai penting masing-masing jenis ke-n
N = Total nilai penting dari seluruh jenis
Dengan kriteria :
H=1 : Dominasi
H>0 : Tidak ada dominasi

10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tumbuhan Air

4.1.1. Tumbuhan Mangrove


Tabel 2. Hasil pengamatan tumbuhan mangrove

No Family Spesies Jumlah


1 Arecaceae Nypa fruticans 7
2 Acanthaceae Avicennia marina 2
Jumlah 9

Hasil di atas ditemukan 2 jenis mangrove yaitu Nypa fruticans sebanyak 7

pohon dan Avicennia marina sebanyak 2 pohon. Hasil analisis indeks

keanekaragaman jenis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai keanekaragaman

spesies tertinggi dari 9 spesies yang ditemukan adalah Avicennia marina dengan

nilai 0,33 dan yang terendah adalah Nypa fruticans dengan nilai 0,20. Indeks

keanekaragaman jenis diperoleh nilai H = 0,53 sehingga tergolong rendah dimana

H’ < 1,5. Heddy dan Kurniaty (1996) dalam Suwondo (2006), menambahkan

bahwa rendahnya keanekaragaman menandakan ekosistem mengalami tekanan

atau kondisinya mengalami penurunan.

Indeks Kemerataan Mangrove diperoleh Nilai E = 0,77 sehingga

kemerataan tumbuhan mangrove tergolong tinggi karena E > 0,6. Nilai dominansi

tertinggi berada pada jenis Nypa fruticans dengan nilai 0,61 dan nilai dominansi

terendah berada pada jenis Avicennia marina dengan nilai 0,05. Berdasarkan hasil

analisis pada lampiran 1, diperoleh nilai indeks dominansi (C) sebesar 0,66

sehingga disimpulkan bahwa ada salah satu spesies yang mendominasi, yaitu

Nypa fruticans.

Berikut ini sedikit ulasan mengenai jenis-jenis mangrove yang ditemukan

diantaranya:

11
Tabel 3. Hasil identifikasi jenis mangrove Nypa fruticans

Gambar: Keterangan gambar:

Klasifikasi menurut (Siregar, Fungsi:


2010): 1. Sebagai penahan erosi dan abrasi
Kingdom : Plantae pantai.
Divisi : Magnoliophyta 2. Sebagai tempat mencari makan dan
Kelas : Liliopsida pembesaran (Nursery ground)
Ordo : Arecales hewan akuatik.
Famili : Arecaceae
Genus : Nypa
Spesies : Nypa fruticans
Habitat: Manfaat Bagi Manusia:
Di daerah rawa berair payau atau 1. Daun nipah juga dapat dianyam
daerah pasang surut di dekat pantai untuk membuat tikar, tas, topi dan
aneka keranjang anyaman.
2. Tangkai daun dan pelepah nipah
dapat digunakan sebagai bahan
kayu bakar yang baik.
3. Pelepah daun nipah juga
mengandung selulosa yang bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan pulp (bubur kertas).
4. Lidinya dapat digunakan untuk
sapu, bahan anyam-anyaman dan
tali.
Cara Perkembangbiakan: Manfaat Bagi Lingkungan:
Bersifat kryptovivipary, Dapat berperan sebagai tanaman
yaitu biji tumbuh keluar dari kulit penyangga ekositem, tanaman nipah
biji saat masih menggantung pada dapat menahan erosi tanah di tepian
tanaman induk, tetapi tidak tumbuh muara sungai dan menahan abrasi

12
keluar menembus buah sebelum biji pantai.
jatuh ke tanah.
Daftar Pustaka:
C.G.G.J. Van Steenis. 1975. Flora
Untuk Sekolah Di Indonesia. Jakarta
Pusat: PT. Pradnya Paramita.

Gambar Referensi:

Tabel 4. Hasil identifikasi jenis mangrove Avicennia marina

Gambar: Keterangan gambar:


1. Bunga
2. Daun
3. Buah
4. Tangkai

Klasifikasi menurut (Linnaeus, Fungsi:


1759) 1. Sebagai penahan erosi dan abrasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan) pantai.
Divisio : Magnoliophyta 2. Sebagai tempat mencari makan dan
Classis : Magnoliopsida pembesaran (Nursery ground)
Ordo : Lamiales hewan akuatik.
Familia : Acanthaceae
Genus : Avicennia
Species : Avicennia marina

13
Habitat: Manfaat Bagi Manusia:
Di rawa-rawa air tawar, tepi pantai 1. Daun api-api (Avicennia marina)
berlumpur daerah mangrove, hingga dimanfaatkan sebagai bahan pakan
di substrat yang berkadar garam ternak dan dipakai sebagai obat
sangat tinggi. anti fertilitas tradisional oleh
masyarakat pantai.
2. Kayunya dapat dipakai untuk
bangunan rumah (pilar, atap, dll.),
selain itu juga digunakan untuk
membuat mebel, perahu. Kayunya
juga digunakan untuk membuat
kayu bakar, dan juga pulp.
Cara Perkembangbiakan: Manfaat Bagi Lingkungan:
Bersifat kryptovivipary, Mengakumulasi logam berat yang
yaitu biji tumbuh keluar dari kulit tinggi sehingga daya toksik terhadap
biji saat masih menggantung pada perairan dapat menurun.
tanaman induk, tetapi tidak tumbuh
keluar menembus buah sebelum biji
jatuh ke tanah.
Gambar Referensi: Daftar Pustaka:
Wijayanti, E.D. 2008. Pengaruh
Pemberian Ekstrak Daun Api-api
(Avicennia marina) Terhadap Resorpsi
Embrio, Berat Badan dan Panjang
Badan Janin Mencit (Mus Musculus).
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga. Vol. 1 – No. 1 /
January-2008.

4.1.2. Tumbuhan Lamun


Tabel 5. Hasil pengamatan tumbuhan lamun
No Family Spesies Jumlah
1 Hydrocharitaceae Enhalus acoroides 30
2 Hydrocharitaceae Thallasia 15

14
hemprichii
Jumlah 45

Dari hasil di atas, diperoleh 2 jenis tumbuhan lamun dari family yang

sama yaitu Enhalus acoroides sebanyak 30 dan Thallasia hemprichii sebanyak 15

pohon. Hasil analisis indeks keanekaragaman jenis (Lampiran 1) menunjukkan

bahwa nilai keanekaragaman spesies tertinggi dari 45 spesies yang ditemukan

adalah Thallasia hemprichii dengan nilai 0,37 dan yang terendah dengan nilai

0,27 adalah Enhalus acoroides.

Hasil indeks keanekaragaman jenis lamun menunjukkan bahwa nilai H’ =

0,64 sehingga tergolong rendah karena H’ < 1,5. Hal ini sesuai dengan pendapat

Cox (2002) dalam Lefaan (2008) bahwa indeks keanekaragaman kurang dari 1

termasuk dalam kategori keanekaragaman jenisnya rendah dan tekanan ekologis

sangat kuat.

Nilai indeks kemerataan dari 2 jenis lamun diperoleh Nilai E = 0,93

sehingga kemerataan tumbuhan lamun tergolong tinggi dimana E > 0,6. Indeks

kemerataan lebih dari 0,6 maka ekosistem tersebut dalam keadaan stabil dan

mempunyai kemerataan tinggi (Argadi, 2003).

Nilai dominansi tertinggi berada pada jenis Enhalus acoroides dengan

nilai 0,45 dan nilai dominansi terendah berada pada jenis Thallasia hemprichii

dengan nilai 0,11. Berdasarkan hasil analisis (lampiran 1), diperoleh nilai indeks

dominansi sebesar 0,56 sehingga disimpulkan bahwa ada salah satu spesies yang

mendominasi, yaitu Enhalus acoroides.

Berikut ini sedikit ulasan mengenai jenis-jenis mangrove yang ditemukan

diantaranya:

Tabel 6. Hasil identifikasi jenis lamun Enhalus acoroides

15
Gambar: Keterangan gambar:

1. Pelepah
2. Daun
3. Akar

Klasifikasi menurut Dan Menez Fungsi:


1988 dalam Soedharma et al. 2007: 1. Produsen detritus dan zat hara.
Kingdom: Plantae 2. Mengikat sedimen dan menstabilkan
Divisi : Anthophyta substrat yang lunak, dengan sistem
Kelas : Angiospermae perakaran yang padat dan saling
Ordo : Helobiae menyilang.
Famili : Hydrocharitaceae 3. Sebagai tempat berlindung, mencari
Genus : Enhalus makan, tumbuh besar, dan memijah
Species : Enhalus acoroides bagi beberapa jenis biota laut,
terutama yang melewati masa
dewasanya di lingkungan ini.
4. Sebagai tudung pelindung yang
melindungi penghuni padang lamun
dari sengatan matahari.
Habitat: Manfaat Bagi Manusia:
 Di daerah pasang surut yang 1. Dimanfaatkan untuk kompos dan
dangkal. lamun tumbuh dalam pupuk
substrat pasir dan lumpur, bahkan 2. Cerutu dan mainan anak-anak
pada bebatuan.  3. Dianyam menadi keranjang
4. Tumpukan untuk pematang
5. Pembuatan kasur (sebagai pengisi
kasur)
6. Dan dibuar jaring ikan
Cara Perkembangbiakan: Manfaat Bagi Lingkungan:
Spesies ini mengalami penyerbukan 1.Menstabilkan dan menahan sedimen–

16
permukaan udara. sedimen yang dibawa melalui tekanan–
. tekanan dari arus dan gelombang.
2.Daun-daun memperlambat dan
mengurangi arus dan gelombang serta
mengembangkan sedimentasi.
3.Memberikan perlindungan terhadap
hewan–hewan muda dan dewasa yang
berkunjung ke padang lamun.
4.Daun–daun sangat membantu
organisme-organisme epifit.
5.Mempunyai produktifitas dan
pertumbuhan yang tinggi.
6.Menfiksasi karbon yang sebagian
besar masuk ke dalam sistem daur
rantai makanan.
Gambar Referensi: Daftar Pustaka:
Latuconsina, M.U., 2002. Studi
Kepadatan dan Laju Pertumbuhan
Lamun Enhalus acoroide dan
Thalassia hemprichii di Pulau
Barrang Lompo dan Pulau Bone
Batang.  Skripsi Ilmu Kelautan.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Hasanuddin Makassar.

Tabel 7. Hasil identifikasi jenis lamun Thallasia hemprichii

Gambar: Keterangan:
1. Daun
2. Pelepah
3. Akar Tunggal
4. Rhizoma atau rimpang

17
Klasifikasi menurut Den Hartog Fungsi:
(1970) dan Philips dan Menez 1. Produsen detritus dan zat hara.
(1988) 2. Mengikat sedimen
Kingdom  : Plantae   3. Sebagai tempat berlindung, mencari
Divisio   : Anthophyta makan, tumbuh besar, dan memijah
Kelas    :  Monocotyledonia bagi beberapa jenis biota laut.
Ordo     :  Helobiae
Famili   :  Hydrocaritaceae
Genus         : Thalassia
Spesies       : Thalassia hemprichii
Habitat: Manfaat Bagi Manusia:
 Di daerah intertidal rataan 1. Penyaring limbah
terumbu karang yang menerima 2. Stabilizator pantai
hempasan energi yang tinggi 3. Bahan untuk pabrik kertas
dengan substrat pasir dan pecahan- 4. Makanan
pecahan karang yang kasar 5. Sumber bahan kimia
(Thomascik et al, 1997). 6. Dan obat-obatan

Cara Perkembangbiakan: Manfaat Bagi Lingkungan:


Spesies ini mengalami penyerbukan 1.Menstabilkan dan menahan sedimen–
permukaan udara. sedimen melalui arus dan gelombang.
. 2.Daun-daun memperlambat dan
mengurangi arus dan gelombang serta
mengembangkan sedimentasi.
3.Menfiksasi karbon yang sebagian
besar masuk ke dalam sistem daur
rantai makanan.
Gambar referensi: Daftar Pustaka:

18
Tomascik, T., Mah, A.J., Nontji, A.,
dan Moosa, M.K., 1997. The Ecologi
Of Indonesian Seas. Part two. The
Ecologi of Indonesia Series. Volume
VII

4.2. Hewan Air

4.2.1. Fauna Mangrove


Tabel 8. Hasil pengamatan fauna mangrove.
No Family Spesies Jumlah
1 Neritidae Nerita violacea 3
2 Ellobidae. Ellobium aurisjudae 8
Jumlah 11

Berdasarkan hasil di atas, diperoleh 2 jenis fauna mangrove dari filum

mollusca yaitu Nerita violacea sebanyak 3 ekor dan Ellobium aurisjudae

sebanyak 8 ekor. Hasil analisis keanekaragaman jenis (Lampiran 1) menunjukkan

bahwa nilai keanekaragaman spesies tertinggi dari 11 spesies yang ditemukan

adalah Nerita violacea dengan nilai 0,35 dan yang terendah adalah Ellobium

aurisjudae dengan nilai 0,23. Sedangkan hasil indeks keanekaragaman jenis

diperoleh nilai E = 0,58 sehingga tergolong rendah karena H’ < 1,5. Nilai indeks

keanekaragaman tersebut, menandakan bahwa kondisi lingkungan di hutan

mangrove di pantai Kastela masih cukup baik bagi habitat Gastropoda.

Nilai indeks kemerataan dari 2 jenis fauna mangrove diperoleh Nilai E =

0,84 sehingga kemerataan tumbuhan mangrove tergolong tinggi dimana E > 0,6.

Sedangkan nilai dominansi tertinggi berada pada jenis Ellobium aurisjudae

dengan nilai 0,53 dan nilai dominansi terendah berada pada jenis Nerita violacea

dengan nilai 0,07. Berdasarkan hasil analisis pada lampiran 1, diperoleh nilai

19
indeks dominansi sebesar 0,60 sehingga disimpulkan bahwa ada salah satu spesies

yang mendominasi, yaitu Ellobium aurisjudae dimana nilai C mendekati angka 1.

Berikut ini sedikit ulasan mengenai jenis-jenis mangrove yang ditemukan

diantaranya:

Tabel 9. Hasil identifikasi fauna mangrove jenis Nerita violacea


Klasifikasi: Gambar referensi:
Kingdom: Animalia
Filum: Mollusca 
Kelas: Gastropoda
Subkelas: Neritimorpha 
Ordo: Cycloneritida 
 Superfamily: Neritoidea 
 Family: Neritidae
 Subfamily: Neritinae 
 Genus: Nerita 
Habitat: Daftar Pustaka
Hidup di dalam subtrat berlumpur,
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang
di batang, di daun mangrove dan di Indonesia I. PT. Sarana Graha: Jakarta
bawah bebatuan di sungai.

Tabel 10. Hasil identifikasi fauna mangrove jenis Ellobium aurisjudae


Klasifikasi: Gambar referensi:
 Kingdom. : Animalia.
Filum. : Moluska.
Kelas. : Gastropoda.
Ordo. : Eupulmonata.
Famili. : Ellobidae.
Genus. : Ellobium.
Spesies.  Ellobium aurisjudae 
Habitat: Daftar Pustaka
Habitatnya ditemukan di atas Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang
Indonesia I. PT. Sarana Graha: Jakarta
substrat daerah pasang surut air laut
pada ekosistem mangrove.

20
4.2.2. Fauna Lamun
Tabel 11. Hasil pengamatan fauna lamun
No Family Spesies Jumlah
1 Diadematidae Diadema sitosum 3
2 Arcidae Anadara granosa 5
3 Holothuridae Holothuria edulis 1
Jumlah 9

Dari hasil di atas, diperoleh 3 jenis fauna lamun yaitu Diadema sitosum

sebanyak 3 ekor, Anadara granosa sebanyak 5 ekor, dan Holothuria edulis

sebanyak 1 ekor. Hasil analisis keanekaragaman jenis (Lampiran 1) menunjukkan

bahwa nilai keanekaragaman spesies tertinggi dari 9 spesies yang ditemukan

adalah Diadema sitosum dan yang terendah adalah Holothuria edulis.

Sedangkan hasil indeks keanekaragaman jenis diperoleh nilai H = 0,93

sehingga tergolong rendah karena H’ < 1,5. Indeks Keanekaragaman (Diversitas)

biota asosiasi lamun dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kekayaan jenis dan

kemerataan jenis (Hutomo, 1987). Nilai indeks kemerataan dari 2 jenis fauna

mangrove diperoleh Nilai E = 0,85 sehingga kemerataan tumbuhan mangrove

tergolong tinggi dimana E > 0,6. Sedangkan nilai dominansi tertinggi berada pada

jenis Anadara granosa dengan nilai 0,31 dan nilai dominansi terendah berada

pada jenis Holothuria edulis dengan nilai 0,01. Berdasarkan hasil analisis pada

lampiran 1, diperoleh nilai indeks dominansi sebesar 0,43 sehingga disimpulkan

bahwa tidak ada spesies yang mendominasi, karena C=1.

Berikut ini sedikit ulasan mengenai jenis-jenis mangrove yang ditemukan

diantaranya:

Tabel 12. Hasil identifikasi fauna lamun jenis Anadara granosa


Gambar: Keterangan gambar:
1. Umbo

21
2. Hati
3. Ginjal
4. Anus
5. Insang
6. Mantel
7. Usus
8. Kaki
9. Mulut
Klasifikasi Fungsi:
Kindom : Animalia 1. Sebagai pemakan detritus
Filum : Moluska
Kelas : Bivalva
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies: Anadara granosa
Habitat: Manfaat Bagi Manusia:
Hidup di substrat pasir berlumpur dan 1. Dapat dimakan
tinggal di mintakat pasang surut 2. Bernilai ekonomis
3. Cangkang digunakan sebagai
cindera mata.
Cara Perkembangbiakan: Manfaat Bagi Lingkungan:
Secara kawin, telur dibuahi Mengakumulasi logam berat
oleh sperma dan berkembang menjadi sehingga mengurangi daya toksik
larva glosidium terhadap perairan.
Gambar Referensi: Daftar Pustaka:
Kasry A. 2003. Budidaya Anadara
granosa dan Biologis Ringkas.
Jakarta: Bharata.

Tabel 13. Hasil identifikasi fauna lamun jenis Holothuria edulis


Gambar: Keterangan gambar:
1. Mulut
2. Tentakel

22
3. Anus
4. Usus halus
5. Kaki tabung
6. Gonad

Klasifikasi: Fungsi:
Kingdom : Animalia 1. Sebagai pakan detritus
Filum       : Echinodermata
Kelas       : Holothuroidea
Ordo        : Aspidochirotida
Famili       : Holothuridae
Genus      : Holothuria
Spesies    : Holothuria edulis
Habitat: Manfaat Bagi Manusia:
Di perairan berkarang dan berpasir Diolah menjadi makanan atau obat-
kasar obatan.
Cara Perkembangbiakan: Manfaat Bagi Lingkungan:
Terjadi pembuahan di luar 1. Merupakan komponen penting
tubuh dengan pertemuan sperma dalam rantai pakan
dengan telur. 2. Sebagai pemakan deposit dan
pemakan suspense
Gambar Referensi: Daftar Pustaka:

Tabel 14. Hasil identifikasi fauna lamun jenis Diadema sitosum


Gambar: Keterangan gambar:

1. Mulut

2. Faring

23
3. Gonad

4. Gonopore

Klasifikasi menurut (Siregar, Fungsi:


2010): 1. Sebagai pemakan detritus
Kingdom : Animalia
Divisi : Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Ordo : Diadematoida
Famili : Diadematidae
Genus : Diadema
Spesies : Diadema sitosum
Habitat: Manfaat Bagi Manusia:
hidup pada daerah padang lamun 1. Bernilai ekonomis jika dijual
dan bersembunyi di terumbu 2. Gonad dapat dikonsumsi
karang.
Cara Perkembangbiakan: Manfaat Bagi Lingkungan:
Fertilisasi terjadi di luar
tubuh, yaitu di dalam air laut.
Gambar Referensi: Daftar Pustaka:
Barnes,Robert D. (1982). Invertebrate
Zoology. Philadelphia, PA: Holt-
Saunders       International

24
25
V. PENUTUP

V.1.Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil praktikum yaitu:

1. Ditemukan 2 jenis mangrove, yaitu Nypa fruticans dan Avicennia marina.

Keanekaragaman jenis mangrove tergolong rendah. Mangrove memiliki

indeks kemerataan yang tergolong tinggi. Ada salah satu spesies yang

mendominasi yaitu Nypa fruticans.

2. Ditemukan 2 jenis fauna mangrove, yaitu Nerita violacea dan Ellobium

aurisjudae. Keanekaragaman jenis fauna mangrove tergolong rendah. Hal ini

disebabkan oleh kemerataan fauna mangrove yang tinggi. Ada salah satu

spesies yang mendominasi yaitu Ellobium aurisjudae.

3. Ditemukan 2 jenis lamun, yaitu Enhalus acoroides dan Thallasia hemprichii.

Keanekaragaman jenis lamun tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh

adanya spesies yang mendominansi serta kemerataan jenis yang tinggi.

4. Ditemukan 3 jenis fauna lamun, yaitu Anadara granosa, Holothuria edulis

dan Diadema sitosum. Keanekaragaman jenis fauna lamun tergolong rendah.

Hal ini disebabkan oleh kemerataan fauna lamun yang tinggi. Tetapi tidak ada

salah satu spesies yang mendominansi.

V.2.Saran

Sebaiknya dalam melakukan praktikum biologi laut perlu adanya asisten

untuk mengarahkan mahasiswa dalam menjalankan praktikum.

26
DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D. G. 2002. Mengenal dan Memelihara Mangrove .

Darsono P dan Toso A V. 1987. Umur dan Pertumbuhan Bulu Babi Diadema

setosum Leske di Perairan Terumbu karang Gugus Pulau Pari, Pulau-Pulau

Seribu. Jakarta : Puslitbang Oseanologi LIPI.

Latuconsina, M.U., 2002. Studi Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Lamun Enhalus

acoroide dan Thalassia hemprichii di Pulau Barrang Lompo dan Pulau

Bone Batang. Skripsi Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan. Universitas Hasanuddin Makassar .

Martins, A. M. de F. (1996) Anatomy and systematics of the Western Atlantic

Ellobiidae (Gastropoda: Pulmonata) . Malacologia 37: 163-332.

Nontji, Anugerah. 2005. Laut Nusantara. Djambatan : Jakarta

NYBAKKEN, J. W. 1993. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT.

Gramedia, Jakarta: 325 hal.

Pathansali, D. (1966). Notes on the biology of the cockle, Anadara granosa L.

Proc. Indo-Pacific Fish. Counc. 11:84-98

Paulay, Gustav (2010). " Holothuria (Halodeima) edulis Lesson, 1830" . World

Register of Marine Species. Retrieved 2013-03-26.

Romimahtarto dkk. 1999. Pedoman Invetarisasi Lamun. Oseana 1: 1-16.

Balitbang Biologi Laut, Pustlibang Biologi Laut-LIPI, Jakarta.

ROMIMOHTARTO, K. dan JUWANA, S. 1999. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan

Tentang Biota Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-

LIPI, Jakarta: 527 hal.

27
Strong E. E., Gargominy O., Ponder W. F. & Bouchet P. (2008). "Global

Diversity of Gastropods (Gastropoda; Mollusca) in Freshwater".

Hydrobiologia 595: 149-166. hdl : 10088/7390 doi : 10.1007/s10750-007-

9012-6.

Sukardjo, S. 1996. Fisiologi Mangrove Suatu Catatan Pengetahuan. Pelatihan

Pelestarian dan Pengembangan Ekosistem Mangrove Secara Terpadu dan

Berkelanjutan. PSL-PPLH Unibraw, Malang.

Wibowo 1996. Biologi Laut. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

28
Lampiran 1. Tumbuhan Air

1. Ekosistem Mangrove

Dik :

ni Nf = 7

ni Am = 2

N =9

S =2

Penyelesaian :

1.1. Indeks keanekaragaman

Hˈ= - ∑ ( pi ln pi )

Nf :
H ' =− ( 79 ) ln ( 79 )
=−( 0 , 78 ) ln ( 0 ,78 )

=−( 0 , 78 ) (−0 , 25 )

=0,20

2 2
Am :
H ' =− () ()
9
ln
9

=−( 0 , 22 ) ln ( 0 , 22 )

=−( 0,22 ) (−1,51 )

=0,33
H’ = 0,20 + 0,33

= 0,53

29
Dari hasil analisis diatas diperoleh bahwa kedua jenis mangrove yaitu

Nypa fruticans dan Avicennia marina sama-sama memiliki indeks

keanekaragaman yang rendah karena H’ < 1,5.

1.2. Indeks Kemerataan


E’ =
ln( S)

0,53
E' =
ln ( 2 )
0,53
E' =
0,69
E' = 0,77
Dari hasil analisis diatas diperoleh bahwa indeks kemerataan tumbuhan

mangrove tergolong tinggi karena E’ > 0,6.

1.3. Indeks Dominasi

2
∑i = niN
n

C=
()
7 2
Nf =
9 ()
2
= ( 0 ,78 )
Nf = 0 , 61

2 2
Am =
9 ()
2
= ( 0 ,22 )
Am = 0 , 05

C = 0,61 + 0,05

30
= 0,66

Dari hasil diatas menunjukkan bahwa ada salah satu spesies yang

mendominasi karena C = 1.

2. Ekosistem Lamun

Dik :

ni Ea = 30

ni Th = 15

N = 45

S =2

Penyelesaian :

2.1. Indeks Keanekaragaman

∑ ( pi ln pi )
Hˈ= -

Ea :
H ' =− (3045 ) ln (3045 )
=−( 0 ,67 ) ln ( 0,67 )

=−( 0, 67 ) (−0 , 40 )

=0,27

Th :
H ' =− (1545 ) ln (1545 )
=−( 0 , 33 ) ln ( 0 ,33 )

=−( 0,33 ) (−1,11 )

=0,37
H’ = 0,27 + 0,37

31
= 0,64

Dari hasil analisis diatas diperoleh bahwa keanekaragaman jenis lamun

tergolong rendah karena H’ < 1,5.

2.2. Indeks Kemerataan


E’ =
ln( S)

0,64
E' =
ln ( 2 )
0,64
E' =
0,69
E' = 0,93
Dari hasil analisis diatas diperoleh bahwa kemerataan jenis lamun tergolong

tinggi karena E’ > 0,6.

2.3. Indeks Dominasi

2
∑i = niN
n

C=
()
30 2
Ea = ( )
45
2
= ( 0,67 )
Ea= 0 , 45

15 2
Th = ( )
45
2
= ( 0 ,33 )
Am = 0 ,11

C = 0,45 + 0,11

= 0,56

32
Dari hasil analisis diatas menunjukkan bahwa ada salah satu spesies yang

mendominasi karena C = 1.

Lampiran 1. Hewan Air

1. Fauna Mangrove

Dik :

ni Nv = 3

ni Ea = 8

N = 11

S =2

Penyelesaian :

1.1. Indeks keanekaragaman

Hˈ= - ∑ ( pi ln pi )

Nv :
H ' =− (113 ) ln (113 )
=−( 0 , 27 ) ln ( 0 ,27 )

=−( 0,27 ) (−1 ,31 )

=0,35

Ea :
H ' =− (118 ) ln (118 )
=−( 0 , 73 ) ln ( 0 ,73 )

=−( 0, 73 ) (−0 ,31 )

=0,23
H’ = 0,35 + 0,23

33
= 0,58

Dari hasil analisis diatas diperoleh bahwa kedua jenis fauna mangrove

sama-sama memiliki indeks keanekaragaman yang rendah karena H’ < 1,5.

1.2. Indeks Kemerataan


E’ =
ln( S)

0,58
E' =
ln ( 2 )
0,58
E' =
0,69
E' = 0,84
Dari hasil analisis diatas diperoleh bahwa indeks kemerataan fauna mangrove

tergolong tinggi karena E’ > 0,6.

1.3. Indeks Dominasi

2
∑i = niN
n

C=
()
3 2
Nv = ( )
11
2
= ( 0 ,27 )
Nv= 0 , 07

8 2
Ea = ( )
11
2
= ( 0 ,73 )
Ea = 0 ,53

C = 0,07 + 0,53

= 0,60

34
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa ada salah satu spesies yang

mendominasi karena C = 1.

2. Fauna Lamun

Dik :

ni Ds = 3

ni Ag = 5

He = 1

N =9

S =3

Penyelesaian :

2.1. Indeks Keanekaragaman

∑ ( pi ln pi )
Hˈ= -

Ds :
H ' =− ( 39 ) ln ( 39 )
=−( 0 ,33 ) ln ( 0 ,33 )

=−( 0,33 ) (−1,11 )

=0,37

Ag :
H ' =− ( 59 ) ln ( 59 )
=−( 0 , 56 ) ln ( 0 ,56 )

=−( 0 ,56 ) (−0 ,58 )

=0,32

35
He :
H ' =− ( 19 ) ln ( 19 )
=−( 0, 11) ln ( 0 ,11 )

=−( 0,11 ) (−2,21 )

=0,24
H’ = 0,37 + 0,32 + 0,24

= 0,93

Dari hasil analisis diatas diperoleh bahwa keanekaragaman fauna lamun

tergolong rendah karena H’ < 1,5.

2.2. Indeks Kemerataan


E’ =
ln( S)

0,64
E' =
ln ( 2 )
0,64
E' =
0,69
E' = 0,93
Dari hasil analisis diatas diperoleh bahwa kemerataan fauna lamun tergolong

tinggi karena E’ > 0,6.

2.3. Indeks Dominasi

2
∑i = niN
n

C=
()
2
30
Ea = ( )
45
2
= ( 0,67 )
Ea= 0 , 45

36
15 2
Th = ( )
45
2
= ( 0 ,33 )
Am = 0 ,11
C = 0,45 + 0,11
= 0,56
Dari hasil analisis diatas menunjukkan bahwa ada salah satu spesies yang
mendominasi karena C = 1.
Lampiran 3. Dokumentasi

Foto Kelompok 4

Alat dan Bahan

37
Fauna yang ditemukan

Flora yang ditemukan

Penarikan Tali Transek

38
Contoh Sampel Mangrove

Contoh Sampel Lamun

39

Anda mungkin juga menyukai