METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dimana mengobservasi
keanekaragaman jenis-jenis lamun.
B. Waktu dan tempat penelitian
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 29 November 2014 di Pantai
Bama, Baluran
C. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah transek kuadrat 1x1 m2, pensil,tali
rafia,thermometer , buku identifikasi lamun, dan plastik., serta formalin untuk
mengawetkan.
D. Prosedur kerja
1. Membuat garis transek sepanjang 10 meter.
2. Sepanjang garis transek ditentukan 10 plot pengamatan dengan ukuran 1x
1 meter.
3. Melakukan pengamatan pada setiap bagian plot.
4. Mengamati dan mencatat tiap penutup spesies vegetasi lamun yang
terdapat pada plot pengamatan, sesuai dengan kelas masing-masing.
5. Setelah itu mengidentifikasi lamun tersebut dan menghitung indeks
keanekaragamannya.
A. Lamun
Padang lamun adalah ekosistem yang ditumbuhi lamun sebagai
vegetasi yang dominan (Tomascik et al., 1997, Wibowo et al., 1996).
Wilayah ini terdapat antara batas terendah daerah pasang surut sampai
kedalaman tertentu di mana matahari masih dapat mencapai dasar laut.
Padang lamun mendukung kehidupan biota yang cukup beragam dan
berhubungan satu sama lain. Jaringan makanan yang terbentuk antara
padang lamun dan biota lain adalah sangat kompleks. Di samping itu,
padang lamun adalah pengekspor bahan organik ke ekosistem lain
seperti ekosistem terumbu karang dan hutan bakau melalui hewanhewan herbivora atau melaui proses dekomposisi sebagai serasah.
Keanekaragaman biota padang lamun adalah cukup tinggi. Sejumlah
invertebrata: moluska (Pinna, Lambis, dan Strombus); Echinodermata
(teripang - Holoturia, bulu babi Diadema sp.), dan bintang laut
(Archaster, Linckia); serta Krustasea (udang dan kepiting).Di
Indonesia, padang lamun sering di jumpai berdekatan dengan
ekosistem mangrove dan terumbu karang (Tomascik et al., 1997,
Wibowo et al., 1996.
Sehingga interaksi ketiga ekosistem ini sangat erat. Struktur komunitas dan
sifat fisik ketiga ekosistem ini saling medukung, sehingga bila salah satu
ekosistem terganggu, ekosistem yang lain akan terpengaruh. Seperti
terumbu karang, padang lamun memperlambat gerakan arus dan
gelombang. Karenanya, sedimen yag tersuspensi dalam air akan
mengendap dengan lebih cepat. (Myxomycetes) (Giesen dalam Wibowo,
1996)
Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem.
Lamun merupakan sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi
biota perairan dan melindungi mereka dari serangan predator. Lamun juga
menyokong rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien serta
sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi. Ekosistem
Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang tinggi
dikarenakan karena gerakan daun lamun dapat merangkap larva
invertebrata dan makanan tersuspensi pada kolom air. Alasan lain karena
batang lamun dapat menghalangi pemangsaan fauna bentos sehingga
kerapatan dan keanekaragaman fauna bentos tinggi. (Romimohtarto dkk,
1999).
B. Jenis-jenis Lamun
Tumbuhan
lamun
merupakan
satu-satunya
tumbuhaN
monocotyledoneae,
anak
kelas
Secara umum manfaat lamun terbagi atas dua kelompok, yaitu manfaat
ekologis dan manfaat ekonomis. Manfaat ekologis lamun lebih
mengarah kepada fungsinya sebagai anggota ekosistem lamun yang
dominant, yaitu sebagai:
1. Tempat berlindungnya larva ikan dan biota
laut, serta sebagai daerah sumber makanan
bagi ikan dan udang (den Hartog, 1970 dan
Stevenson, 1988 dalam Laporan CORMAP, 2006).
2. Penahan ombak dan memperlambat aliran arus, atau sebagai pelindung
pantai dari abrasi pantai (Scoffin, 1970 dan Fonseca et.l, 1982 dalam
CORMAP, 2006).
Selanjutnya, manfaat ekonomis lamun lebih
mengarah pada pemanfaatannya untuk kepentingan hidup manusia,
diantaranya:
1. Bahan baku produk-produk tradisional
(Philips & Menez (1988), yaitu bahan baku
kompos (pupuk), cerutu, mainan, keranjang anyaman, tumpukan untuk
pematang, pengisi kasur, makanan, dan jaring ikan.
2. Bahan baku produk-produk modern (Philips &
Menez (1988), yaitu sebagai penyaring
limbah, stabilizator pantai, bahan baku pada
pabrik kertas, makanan, obat-obatan, dan sumber bahan kimia (Rinta
Kusumawati).
2.3.3. Habitat Lamun
Lamun umumnya teridentifikasi tumbuh dengan subur di perairan yang
terbuka dan memiliki dasar perairan pantai yang berpasir mengandung
lumpur, pasir, krikil, dan patahan karang mati.
Pendukung lain adalah kecerahan perairan yang tinggi, suhu yang stabil,
dengan kedalaman sekitar 1 10 meter.
Ekosistem lamun dapat berasosiasi dengan
baik dengan ekosistem mangrove dan terumbu
karang. Terumbu karang berperan sebagai
penghalang arus air laut sehingga memungkinkan
komunitas mangrove dan lamun di belakangnya
dapat tumbuh dengan baik. Lamun, kemudian
berperan untuk menahan sedimen dan
memperlambat gerakan air, sehingga
Kecerahan
Lamun membutuhkan intensitas cahaya untuk berfotosintesis. Hal ini
menyebabkan sulitnya lamun tumbuh
di perairan yang lebih dalam. Intensitas
cahaya untuk laju fotosintesis lamun ditunjukkan
dengan peningkataan suhu dari 2935C untuk
Zostera marina, 30C untuk Cymidoceae nodosa dan 25
30C untuk Posidonia oceanica (Anonim,2008; ).
2. 2. Kekeruhan
Kekeruhan secara tidak langsung lamun karena dapat menghalangi
penetrasi cahaya yang dibutuhkan lamun untuk berfotosintesis.
Kekeruhan dapat disebabkan karena partikel-partikel
tersuspensi dari bahan organik atau sedimen,
terutama dengan ukuran yang halus dan dalam
jumlah yang berlebih. Pada perairan pantai yang
keruh, maka cahaya merupakan faktor pembatas
pertumbuhan dan produksi lamun (Hutomo, 1997 dalam Anonim,
2008).
3. Temperatur
Suhu optimal untuk pertumbuhan lamun yaitu 28
30C (Zimmerman et. Al, 1987; Phillips & Menez 1988; dan
Nybakken, 1993 dalam Anonim, 2008). Kemampuan proses fotosintesis
akan menurun dengan tajam apabila temperatur perairan
berada di luar kisaran optimal tersebut. Suhu yang baik untuk
mengontrol produktifitas lamun pada air adalah sekitar 2030C
suntuk jenis Thalassia
testudinum dan sekitar 30C untuk Syringodium filiforme (Anonim,
2008) .
LAMPIRAN