Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dimana mengobservasi
keanekaragaman jenis-jenis lamun.
B. Waktu dan tempat penelitian
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 29 November 2014 di Pantai
Bama, Baluran
C. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah transek kuadrat 1x1 m2, pensil,tali
rafia,thermometer , buku identifikasi lamun, dan plastik., serta formalin untuk
mengawetkan.
D. Prosedur kerja
1. Membuat garis transek sepanjang 10 meter.
2. Sepanjang garis transek ditentukan 10 plot pengamatan dengan ukuran 1x
1 meter.
3. Melakukan pengamatan pada setiap bagian plot.
4. Mengamati dan mencatat tiap penutup spesies vegetasi lamun yang
terdapat pada plot pengamatan, sesuai dengan kelas masing-masing.
5. Setelah itu mengidentifikasi lamun tersebut dan menghitung indeks
keanekaragamannya.

A. Lamun
Padang lamun adalah ekosistem yang ditumbuhi lamun sebagai
vegetasi yang dominan (Tomascik et al., 1997, Wibowo et al., 1996).
Wilayah ini terdapat antara batas terendah daerah pasang surut sampai
kedalaman tertentu di mana matahari masih dapat mencapai dasar laut.
Padang lamun mendukung kehidupan biota yang cukup beragam dan
berhubungan satu sama lain. Jaringan makanan yang terbentuk antara
padang lamun dan biota lain adalah sangat kompleks. Di samping itu,
padang lamun adalah pengekspor bahan organik ke ekosistem lain
seperti ekosistem terumbu karang dan hutan bakau melalui hewanhewan herbivora atau melaui proses dekomposisi sebagai serasah.
Keanekaragaman biota padang lamun adalah cukup tinggi. Sejumlah
invertebrata: moluska (Pinna, Lambis, dan Strombus); Echinodermata
(teripang - Holoturia, bulu babi Diadema sp.), dan bintang laut
(Archaster, Linckia); serta Krustasea (udang dan kepiting).Di
Indonesia, padang lamun sering di jumpai berdekatan dengan
ekosistem mangrove dan terumbu karang (Tomascik et al., 1997,
Wibowo et al., 1996.
Sehingga interaksi ketiga ekosistem ini sangat erat. Struktur komunitas dan
sifat fisik ketiga ekosistem ini saling medukung, sehingga bila salah satu
ekosistem terganggu, ekosistem yang lain akan terpengaruh. Seperti
terumbu karang, padang lamun memperlambat gerakan arus dan
gelombang. Karenanya, sedimen yag tersuspensi dalam air akan
mengendap dengan lebih cepat. (Myxomycetes) (Giesen dalam Wibowo,
1996)
Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem.
Lamun merupakan sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi
biota perairan dan melindungi mereka dari serangan predator. Lamun juga
menyokong rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien serta
sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi. Ekosistem
Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang tinggi
dikarenakan karena gerakan daun lamun dapat merangkap larva

invertebrata dan makanan tersuspensi pada kolom air. Alasan lain karena
batang lamun dapat menghalangi pemangsaan fauna bentos sehingga
kerapatan dan keanekaragaman fauna bentos tinggi. (Romimohtarto dkk,
1999).
B. Jenis-jenis Lamun

Tumbuhan

lamun

merupakan

satu-satunya

tumbuhaN

berbunga dan berpembuluh (vascular


plant) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri
hidup terbenam di dalam air laut. Beberapa jenis
lamun bahkan ditemukan tumbuh sampai 815
meter dan 40 meter. Tumbuhan lamun jelas
memiliki akar, batang, daun, buah dan biji. Lamun termasuk dalam
kelas

monocotyledoneae,

anak

kelas

alismatidae (Rifqi, A., 2008), yang terdiri atas 2


famili, yaitu hydrocharitacheae dan
potamogetonaceae, 12 genera, dan 60 spesies. 7
genera diantaranya berada di perairan tropis, dari
famili hydrocharitacheae yaitu enhalus sp.,
halophila sp., dan thallassia sp., sedangkan dari
famili potamogetonaceae, yaitu chymodeceae sp.,
halodule sp., syringodium sp., dan thalassodendron
sp. (den Hartog, 1970 dalam laporan CORMAP,
2006). Lamun termasuk dalam divisi thallophys
(tumbuhan berthalus) dengan ciri khas memiliki akar, batang dan daun
belum bias dibedakan (Rifqi, A., 2008).
Reproduksi lamun dapat dilakukan secara
aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual terjadi
dengan terbentuknya stolon, sedangkan reproduksi
seksual terjadi dengan terbentuknya hydrophilus. Tunas berdaun yang
tegak dan tangkai-tangkai yang
merayap pada lamun efektif sebagai alat berbiak.
Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut lainnya,
lamun dapat berbunga, berbuah dan menghasilkan biji. (Rinta
Kusumawati)
2.3.2. Pemanfaatan Lamun

Secara umum manfaat lamun terbagi atas dua kelompok, yaitu manfaat
ekologis dan manfaat ekonomis. Manfaat ekologis lamun lebih
mengarah kepada fungsinya sebagai anggota ekosistem lamun yang
dominant, yaitu sebagai:
1. Tempat berlindungnya larva ikan dan biota
laut, serta sebagai daerah sumber makanan
bagi ikan dan udang (den Hartog, 1970 dan
Stevenson, 1988 dalam Laporan CORMAP, 2006).
2. Penahan ombak dan memperlambat aliran arus, atau sebagai pelindung
pantai dari abrasi pantai (Scoffin, 1970 dan Fonseca et.l, 1982 dalam
CORMAP, 2006).
Selanjutnya, manfaat ekonomis lamun lebih
mengarah pada pemanfaatannya untuk kepentingan hidup manusia,
diantaranya:
1. Bahan baku produk-produk tradisional
(Philips & Menez (1988), yaitu bahan baku
kompos (pupuk), cerutu, mainan, keranjang anyaman, tumpukan untuk
pematang, pengisi kasur, makanan, dan jaring ikan.
2. Bahan baku produk-produk modern (Philips &
Menez (1988), yaitu sebagai penyaring
limbah, stabilizator pantai, bahan baku pada
pabrik kertas, makanan, obat-obatan, dan sumber bahan kimia (Rinta
Kusumawati).
2.3.3. Habitat Lamun
Lamun umumnya teridentifikasi tumbuh dengan subur di perairan yang
terbuka dan memiliki dasar perairan pantai yang berpasir mengandung
lumpur, pasir, krikil, dan patahan karang mati.
Pendukung lain adalah kecerahan perairan yang tinggi, suhu yang stabil,
dengan kedalaman sekitar 1 10 meter.
Ekosistem lamun dapat berasosiasi dengan
baik dengan ekosistem mangrove dan terumbu
karang. Terumbu karang berperan sebagai
penghalang arus air laut sehingga memungkinkan
komunitas mangrove dan lamun di belakangnya
dapat tumbuh dengan baik. Lamun, kemudian
berperan untuk menahan sedimen dan
memperlambat gerakan air, sehingga

menguntungkan bagi terumbu karang yang sangat


rentan terhadap kelimpahan sedimen. Mangrove
juga berperan sebagai penahan sedimen, terutama
yang berasal dari daratan, sehingga mengurangi
kemungkinan penutupan lumpur pada terumbu karang dan padang lamun.
Kumpulan sedimen yang terkumpul,
pada gilirannya dapat menjadi substrat bagi komunitas mangrove. Faktorfaktor yang mempengaruhi kesuburan lamun adalah sebagai berikut:
1.

Kecerahan
Lamun membutuhkan intensitas cahaya untuk berfotosintesis. Hal ini
menyebabkan sulitnya lamun tumbuh
di perairan yang lebih dalam. Intensitas
cahaya untuk laju fotosintesis lamun ditunjukkan
dengan peningkataan suhu dari 2935C untuk
Zostera marina, 30C untuk Cymidoceae nodosa dan 25
30C untuk Posidonia oceanica (Anonim,2008; ).

2. 2. Kekeruhan
Kekeruhan secara tidak langsung lamun karena dapat menghalangi
penetrasi cahaya yang dibutuhkan lamun untuk berfotosintesis.
Kekeruhan dapat disebabkan karena partikel-partikel
tersuspensi dari bahan organik atau sedimen,
terutama dengan ukuran yang halus dan dalam
jumlah yang berlebih. Pada perairan pantai yang
keruh, maka cahaya merupakan faktor pembatas
pertumbuhan dan produksi lamun (Hutomo, 1997 dalam Anonim,
2008).
3. Temperatur
Suhu optimal untuk pertumbuhan lamun yaitu 28
30C (Zimmerman et. Al, 1987; Phillips & Menez 1988; dan
Nybakken, 1993 dalam Anonim, 2008). Kemampuan proses fotosintesis
akan menurun dengan tajam apabila temperatur perairan
berada di luar kisaran optimal tersebut. Suhu yang baik untuk
mengontrol produktifitas lamun pada air adalah sekitar 2030C
suntuk jenis Thalassia
testudinum dan sekitar 30C untuk Syringodium filiforme (Anonim,
2008) .

Review yang dilaporkan oleh Institut Pertanian Bogor (2008)


menyebutkan adanya penelitian yang
menunjukkan bahwa perubahan suhu berpengaruh
nyata terhadap kehidupan lamun, yaitu terhadap
metabolisme, penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun
(Brouns dan Hiejs 1986; Marsh et al. 1986;Bulthuis 1987). Dalam review
tersebut juga disebutkan bahwa Marsh et al. (1986)
melaporkan bahwa pada kisaran suhu 2530C
fotosintesis bersih lamun akan meningkat dengan meningkatnya suhu.
Demikian juga dengan proses
respirasi akan meningkat dengan meningkatnya suhu, namun dengan
kisaran yang lebih luas yaitu 5 35C.
4. Salinitas
Spesies lamun memiliki kemampuan toleransi yang
berbeda terhadap salinitas, namun sebagian besar
memiliki kisaran yang lebar yaitu 1040%o. Nilai
salinitas optimum untuk lamun adalah 35.
Peningkatan salinitas yang melebihi ambang batas
toleransi lamun dapat menyebabkan kerusakan,
namun demikian lamun yang telah tua diketahui
mampu meningkatkan toleransi terhadap fluktuasi
salinitas yang besar (Zieman, 1986 dalam Anonim, 2008). Thalassia
sp. memiliki waktu toleransi yang
singkat, kisaran optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar 24
35. Selai itu, salinitas juga dapat berpengaruh terhadap biomassa,
produktivitas,kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih lamun.
5. Substrat
Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe
subtrat, di Indonesia padang lamun dikelompokkan
dalam 6 kelompok berdasarkan tipe substratnya, yaitu lumpur, lumpur
pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang (Kiswara,
1997 dalam anonim, 2008). Kedalaman substrat berperan dalam
menjaga stabilitas sedimen, yaitu sebagai pelindung
dari arus air laut dan tempat pengolahan nutrient.(Anonim, 2008).
6. Kecepatan Arus Perairan
Kecepatan arus air laut dipengaruhi oleh kontur perairan, jenis perairan
(terbuka/tertutup), kecepatan angin, dan kedalaman perairan.

Kecepatan arus mempengaruhi produktivitas padang lamun, jenis


Thallassia testudium misalnya,mempunyai kemampuan maksimal untuk
tumbuh pada kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik.
7. Kedalaman
Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara
vertikal. Lamun tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas
hingga mencapai kedalaman 30 m. Zona intertidal dicirikan oleh
tumbuhan pionir yang didominasi oleh Halophila
ovalis, Cymodocea rotundata dan Holodule
pinifolia, sedangkan Thalassodendron ciliatum
mendominasi zona intertidal bawah (Hutomo, 1997
dalam Anonim, 2008). Selain itu, kerapatan dan
pertumbuhan lamun juga dipengaruhi oleh kedalaman perairan.
8. Nutrien
Ketersediaan nutrient menjadi faktor pembatas
pertumbuhan, kelimpahan dan morfologi lamun
pada perairan yang jernih (Hutomo, 1997 dalam
Anonim, 2008). Unsur N dan P dalam sedimen
perairan dapat berbentuk sedimen terlarut atau
terikat dalam suspensi. Hanya nutrien N dan P
terlarut yang dapat dimanfaatkan oleh lamun (Udy dan Dennison,
1996 dalam Anonim, 2008).
Penyerapan nutrien oleh lamun dilakukan oleh
daun dan akar, tetapi penyerapan oleh akar lamun
lebih dominant (Erftemeijer, 1993 dalam Anonim, 2008).

Irwanto. 2006. KEANEKARAGAMAN FAUNA PADA HABITAT MANGROVE.


Yogyakarta.
Kusumawati, Rinta. Jenis dan Kandungan Kimiawi Lamun dan Potensi
Pemanfaatannya di Indonesia.
Rahman, Abdur. 2008. Studi Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton di Perairan
Muara Sungai Alalak. Alulum, Vol.37, No.3, Hlm. 12-17
Sasongko, teguh. 2009. Laporan Praktikum Ekologi Perairan KONDISI FISIKA,
KIMIA DAN BIOLOGI SELAMA 12 JAM DI HABITAT PERAIRAN LOTIK DAN
LENTIK; Purwokerto.

Thoha , Hikmah. 2007. KELIMPAHAN PLANKTON DI EKOSISTEM PERAIRAN


TELUK GILIMANUK, TAMAN NASIONAL, BALI BARAT. Makara, SAINS, Vol. 11,
No. 1,: 44-48
Wijayanti, Tri. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Wisata Pendidikan. Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.1 Edisi Khusus.
Anonim, 2009. Sistematika Ceriops Tagal. Diakses darihttp://www.wikipedia.com.
pada tanggal 19 Mei 2011 pukul 18.46 WIT
Anonim, 2009. Sistematika Lumnitzera Racemosa. Diakses
darihttp://www.wikipedia.com. pada tanggal 19 Mei 2011 pukul 18.46 WIT
Anonim, 2009. Sistematika Rhizophora Stylosa. Diakses
darihttp://www.wikipedia.com. pada tanggal 19 Mei 2011 pukul 18.46 WIT
Anonim, 2009. Sistematika Sonneratia Caseolaris. Diakses
darihttp://www.wikipedia.com. pada tanggal 19 Mei 2011 pukul 18.46 WIT.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai