Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH EKOLOGI PERAIRAN

PADANG LAMUN

BAB I

PENDAHULUAN
Ekosistem Padang Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang
merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut.Komunitas lamun ini juga dapat
memperlambat gerakan air, bahkan ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi
penduduk sekitar pantai.
Luas padang lamun di Indonesia diperkirakan sekitar 30.000 km2 yang dihuni
oleh 13 jenis lamun. Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal
yang paling produktif. Di samping itu juga ekosistem lamun mempunyai peranan penting
dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, sebagai
berikut (Azkab 1988):
1) Sebagai produsen primer : Lamun memiliki tingkat produktifitas primer
tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut dangkal
seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975).
2) Sebagai habitat biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat
menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang
lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan
dan makanan berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes)
(Kikuchi dkk, 1977).
3) Sebagai penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat air
yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi
tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat
sedmen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi,
padang lamun disini berfungsi sebagai penangkap sedimen dan juga dapat
mencegah erosi (Gingsuburg & Lowestan, 1958).
4) Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan penting dalam
pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan laut.
Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit (Saleh, 2003).

BAB II

PEMBAHASAN
A. Padang Lamun
Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup pada
padang lamun ada berbagai penghuni tetap ada pula yang bersifat sebagai pengunjung.
Hewan yang datang sebagai pengunjung biasanya untuk memijah atau mengasuh anaknya
seperti ikan. Selain itu, ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut
(dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun Syriungodium isoetifolium dan
Thalassia hemprichii.
Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai dan
persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan
makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewanhewan
nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang
sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini.
Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae,
epifit, mikroflora dan fauna.
Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif, ekosistem
lamun pada perairan dangkal berfungsi sebagai ( Manez dkk, 1988):
1) Menstabilkan dan menahan sedimensedimen yang dibawa melalui tekanan
tekanan dari arus dan gelombang.
2)
Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta
mengembangkan sedimentasi.
3) Memberikan perlindungan terhadap hewanhewan muda dan dewasa yang
berkunjung ke padang lamun.
4) Daundaun sangat membantu organisme-organisme epifit.
5) Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
6) Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.
2. Ekologis Padang Lamun Dan Fungsinya
Selain itu secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi
wilayah pesisir (Nontji, 2003), yaitu :
1) Produsen detritus dan zat hara.
2) Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran
yang padat dan saling menyilang.
3) Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi
beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini.

4) Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan
matahari.
3. Pemanfaatan Lamun Bagi Masyarakat
Lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik
secara tradisional maupun secara modern. Adapun pemanfaatan lamun tersebut baik secara
modern maupun tradisional yaitu sebagai berikut (Menez dkk, 1988):
Secara Tradisional

Dimamfaatkan sebagai pupuk atau kompos


Cerutu dan mainan anak-anak.
Dianyam menjadi keranjang.
Pembuat kasur (sebagai isi kasur).
Dibuat jarring ikan.

Secara Modern

Penyaring limbah.
Stabilisasi pantai.
Bahan untuk pabrik kertas.
Makanan
Sumber bahan kimia.
Obat-obatan.

Di alam padang lamun membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi
berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air.
bahkan ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan
ekosistem padang lamun masih belum banyak dikenal baik pada kalangan akdemisi maupun
masyarakat umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumbu
karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir
merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi ekologisnya.
Selain itu, padang lamun diketahui mendukung berbagai jaringan rantai makanan, baik
yang didasari oleh rantai herbivor maupun detrivor. Nilai ekonomis biota yang berasosiasi
dengan lamun diketahui sangat tinggi (Romimohtarto 2001). Ekosistem padang lamun
memiliki nilai pelestarian fungsi ekosistem serta manfaat lainnya di masa mendatang sesuai
dengan perkembanga teknologi, yaitu produk obat-obatan dan budidaya laut. Beberapa
negara telah memanfaatkan lamun untuk pupuk, bahan kasur, makanan, stabilisator pantai,
penyaring limbah, bahan untuk pabrik kertas, bahan kimia, dan sebagainya.
Peranan padang lamun secara fisik di perairan laut dangkal adalah membantu mengurangi
tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen yang terlarut dalam air dan menstabilkan
dasar sedimen (Kiswara dkk, 1999). Peranannya di perairan laut dangkal adalah kemampuan
berproduksi primer yang tinggi yang secara langsung berhubungan erat dengan tingkat
kelimpahan produktivitas perikanannya. Keterkaitan perikanan dengan padang lamun sangat
sedikit diinformasikan, sehingga perikanan di padang lamun Indonesia hampir tidak pernah

diketahui. Keterkaitan antara padang lamun dan perikanan udang lepas pantai sudah dikenal
luas di perairan tropika Australia.
B. Masalah Ekosistem Padang Lamun
1. Masalah Padang Lamun
Keberadaannya yang berada di daerah estuaria dan pesisir, yang merupakan perbatasan
antara daratan dan lautan, menyebabkan padang lamun terancam oleh berbagai faktor yang
disebabkan oleh manusia, selain juga oleh perubahan iklim global saat ini.
Padang lamun diketahui sebagai salah satu habitat yang rentan terhadap kerusakan.
Aneka kegiatan manusia diketahui memberikan dampak negatif yang merusak padang lamun.
Kegiatan pembangunan yang pesat dan perubahan peruntukan lahan di wilayah pantai telah
meningkatkan masuknya sedimen ke laut dan menimbulkan eutrofikasi. Bertambahnya
pelumpuran ini telah menaikkan konsentrasi lumpur, bahan organik, dan nutrien, serta telah
meningkatkan kekeruhan air laut, yang pada gilirannya mengurangi kedalaman laut yang dapat
dicapai cahaya matahari. Semua hal-hal ini berpengaruh buruk bagi ekosistem padang lamun
(Fairhurst dkk,2003).
Masuknya lumpur serta berjenis-jenis bahan organik yang dihasilkan aktivitas manusia ke
laut juga telah meningkatkan jumlah dan jenis nutrien yang masuk ke padang lamun. Sementara
sebagian nutrien dibutuhkan untuk tumbuhnya lamun, sebagian nutrien yang lain mungkin
menghasilkan efek racun bagi lingkungan lamun. Nutrien yang semakin banyak dalam air juga
meningkatkan pertumbuhan alga epifitik yang tumbuh menempel di daun-daun lamun, dan
mengurangi kemampuan lamun berfotosintesis. untuk menyebutkan bahwa pelumpuran dan
naiknya jumlah liat (clay) dalam air laut melebihi ambang tertentu, akan menurunkan secara
tajam kekayaan spesies dan biomassa daun komunitas padang lamun. Sensitivitas jenis-jenis
lamun ini berbeda-beda terhadap gangguan tersebut, mulai dari Syringodium yang paling sensitif
hingga Enhalus sebagai jenis yang paling tahan (Duarte 2003).
Namun demikian Enhalus pun diketahui cukup terpengaruh oleh pelumpuran dengan
berkurangnya pembungaan dan pembentukan buah pada air yang meningkat kekeruhannya.
Kematian rumpun-rumpun Enhalus karena siltasi itu pun diduga dapat menurunkan kapasitas
reproduksi Enhalus lebih jauh, mengingat pembentukan buah Enhalus berlangsung baik pada
kepadatan rumpun yang cukup tinggi. (Terrados dkk, 2003)
Meskipun lamun kini diketahui mempunyai banyak manfaat, namun dalam kenyataannya
lamun menghadapi berbagai gangguan dan ancaman. Gangguan dan ancaman terhadap lamun
pada dasarnya seperti yang telah diungkapkan di atas dapat dibagi menjadi dua golongan yakni
gangguan alam dan gangguan dari kegiatan manusia (antropogenik)

2. Gangguan Alam
Fenomena alam seperti tsunami, letusan gunung api, siklon, dapat menimbulkan
kerusakan pantai, termasuk juga terhadap padang lamun. Tsunami yang dipicu oleh gempa
bawah laut dapat menimbulkan gelombang dahsyat yang menghantam dan memorak-perandakan
lingkungan pantai, seperti terjadi dalam tsunami Aceh (2004).
Gempa bumi, seperti gempa bumi Nias (2005) mengangkat sebagian dasar laut hingga
terpapar ke atas permukaan dan menenggelamkan bagian lainnya lebih dalam. Debu letusan
gunung api seperti letusan Gunung Tambora (1815) dan Krakatau (1883) menyelimuti perairan
pantai sekitarnya dengan debu tebal, hingga melenyapkan padang lamun di sekitarnya
.
Siklon tropis dapat menimbulkan banyak kerusakan pantai terutama di lintang 10 - 20o
Lintang Utara maupun Selatan, seperti yang sering menerpa Filipina dan pantai utara Australia.
Kerusakan padang lamun di pantai utara Australia karena diterjang siklon sering dilaporkan.
Indonesia yang berlokasi tepat di sabuk katulistiwa, bebas dari jalur siklon, tetapi dapat
menerima imbas dari siklon daerah lain(Siklon Lena 1993), di Samudra Hindia misalnya,
lintasannya mendekati Timor dan menimbulkan kerusakan besar pada lingkungan pantai di
Maumere.
Selain kerusakan fisik akibat aktivitas kebumian, kerusakan lamun karena aktivitas hayati
dapat pula menimbulkan dampak negatif pada keberadaan lamun. Sekitar 10 15 % produksi
lamun menjadi santapan hewan herbivor, yang kemudian masuk dalam jaringan makanan di laut.
Di Indonesia, penyu hijau, beberapa jenis ikan, dan bulubabi, mengkonsumsi daun lamun.
Duyung tidak saja memakan bagian dedaunannya tetapi juga sampai ke akar dan rimpangnya.
3. Gangguan dari aktivitas manusia
Pada dasarnya ada empat jenis kerusakan lingkungan perairan pantai yang disebabkan
oleh kegiatan manusia, yang bisa memberikan dampak pada lingkungan lamun:
1) fisik yang menyebabkan degradasi lingkungan, seperti penebangan mangrove, perusakan
terumbu karang dan atau rusaknya habitat padang lamun;
2) Pencemaran laut, baik pencemaran asal darat, maupun dari kegiatan di laut;
3) Penggunaan alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan;
4) Tangkap lebih, yakni eksploitasi sumberdaya secara berlebihan hingga melewati kemampuan
daya pulihnya karang dari padang lamun untuk bahan konstruksi, atau untuk membuka usaha
budidaya rumput laut.
Kerusakan Padang Lamun di Indonesia akibat gangguan alam dan aktivitas manusia,
adalah sebagai berikut:

1) Kerusakan fisik
Kerusakan fisik terhadap padang lamun telah dilaporkan terjadi di berbagai daerah di
Indonesia. Di Pulau Pari dan Teluk Banten, kerusakan padang lamun disebabkan oleh aktivitas
perahu-perahu nelayan yang mengeruhkan perairan dan merusak padang lamun. Reklamasi dan
pembangunan kawasan industri dan pelabuhan juga telah melenyapkan sejumlah besar daerah
padang lamun seperti terjadi di Teluk Banten. Di Teluk Kuta (Lombok) penduduk membongkar
karang.
2) Pencemaran laut
Pencemaran laut dapat bersumber dari darat (land based) ataupun dari kegiatan di laut (sea
based). Pencemaran asal darat dapat berupa limbah dari berbagai kegiatan manusia di darat
seperti limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, atau pengelolaan lahan yang tak
memperhatikan kelestarian lingkungan seperti pembalakan hutan yang menimbulkan erosi dan
mengangkut sedimen ke laut. Bahan pencemar asal darat dialirkan ke laut lewat sungai-sungai
atau limpasan (runoff).
Masukan hara (terutama fosfat dan nitrat) ke perairan pantai dapat menyebabkan eutrofikasi
atau penyuburan berlebihan, yang mengakibatkan timbulnya ledakan populasi plankton
(blooming) yang mengganggu pertumbuhan lamun. Epiffit yang hidup menempel di permukaan
daun lamun juga dapat tumbuh kelewat subur dan menghambat pertumbuhan lamun. Kegiatan
penambangan didarat, seperti tambang bauksit di Bintan, limbahnya terbawa ke pantai dan
merusak padang lamun di depannya.
Pencemaran dari kegiatan di laut dapat terjadinya misalnya pada tumpahan minyak di laut,
baik dari kegiatan perkapalan dan pelabuhan, pemboran, debalasting muatan kapal tanker.
Bencana yang amat besar terjadi saat kecelakaan tabrakan atau kandasnya kapal tanker yang
menumpahkan muatan minyaknya ke perairan pantai, seperti kasus kandasnya supertanker
Showa Maru yang merusak perairan pantai Kepuluan Riau.
3) Penggunaan alat tangkap tak ramah lingkungan
Beberapa alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan dapat menimbulkan kerusakan pada
padang lamun seperti pukat harimau yang mengeruk dasar laut. Penggunaan bom dan racun
sianida juga ditengarai menimbulkan kerusakan padang lamun. Di Lombok Timur dilaporkan
kegiatan perikanan dengan bom dan racun yang menyebabkan berkurangnya kerapatan dan luas
tutupan lamun.
4) Tangkap lebih
Salah satu tekanan berat yang menimpa ekosistem padang lamun adalah tangkap lebih (over
fishing), yakni eksploitasi sumberdaya perikanan secara berlebihan hingga melampaui
kemampuan ekosistem untuk segera memulihkan diri. Tangkap lebih bisa terjadi pada ikan

maupun hewan lain yang berasosiasi dengan lamun. Banyak jenis ikan lamun yang kini semakin
sulit dicari, dan ukurannya pun semakin kecil

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut,
berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.

2) Ekosistem padang lamun memiliki fungsi ekologi dan ekonomi.


3) Peranan ekosistem padang lamun adalah sebagai produsen primer, sebagai habitat
biota,sebagai penangkap sedimen dan sebagai pendaur zat hara.
4) Di Indonesia terdapat 12 jenis lamun di antaranya Enhalus acoroides, Halophila
decipiens, H. minor, H. ovalis, H. spinulosa, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata,
Halodule pinifolia, H. uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassodendron ciliatum
dan Ruppia maritima.
5) Permasalahan utama yang mempengaruhi ekosistem padang lamun adalah akibat
pengaruh dari alam dan pengaruh dari manusia

Anda mungkin juga menyukai