Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN EKOLOGIS DAN BIOLOGIS YANG TERJADI ANTARA

MANGROVE, LAMUN, DAN TERUMBU KARANG March 6, 2012

Filed under: lingkungan Urip Santoso @ 3:31 am


Tags: lamun, mangrove, terumbu karang

Oleh : Rahadian Harry Dewanto

Abstrak

Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan lamun mempunyai keterkaitan ekologis


(hubungan fungsional), baik dalam nutrisi terlarut, sifat fisik air, partikel organik, maupun
migrasi satwa, dan dampak kegitan manusia. Oleh karena itu apabila salah satu ekosistem
tersebut terganggu, maka ekosistem yang lain juga ikut terganggu. Yang jelas interaksi yang
harmonis antara ketiga ekosistem ini harus dipertahankan agar tercipta sebentuk sinergi
keseimbangan lingkungan. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif
dengan produktivitas primernya yang sangat tinggi daripada ekosistem lainnya di perairan.
Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting yaitu sebagai salah satu
penyerap karbondioksida di udara. Peningkatan kandungan karbondioksida di udara dapat
menyebabkan dampak pemanasan global. Jika terjadi pemanasan global oleh penebangan
hutan mangrove besar-besaran maka ini akan berpengaruh terhadap ekosistem terumbu
karang dan lamun. Misalnya zooxanthela pada terumbu karang akan keluar dari karang
akibat meningkatnya suhu perairan. Karang yang membutuhkan zooxanthela dalam
memproduksi zat-zat penting bagi pertumbuhannya akan mati sehingga terjadi pemutihan
karang.

Kata kunci : interaksi yang harmonis antara ketiga ekosistem, fungsi ekologis

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri atas 17.508 pulau
dengan panjang garis pantai 81.791 km, memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi
seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, ikan, mamalia, reptilia, krustasea
dan berbagai jenis moluska. Sumberdaya alam laut tersebut merupakan salah satu modal
dasar yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional.

Adanya suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup
dengan lingkungannya disebut dengan ekosistem. Ekosistem berasal dari kata :
Geobiocoenosis, yang berarti Biocoenosis : komponen Biotik dan Geocoenosis : komponen
abiotic.

Tidak hanya tergantung di mana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan
organisme termasuk mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik
maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain.

Aliran energi dalam niche yang terjadi adalah ketika matahari menyinari laut, sinarnya akan
membantu proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton. Fitoplankton inilah yang
kemudian akan dikonsumsi oleh zooplankton, zooplankton dikonsumsi oleh hewan dengan
tingkat yang lebih tinggi (karnivora), hingga pada akhirnya hewan karnivora akan mati dan
didekomposisi oleh dekomposer menjadi detritus, yang kemudian diserap fitoplankton
sebagai zat hara/nutrien.

Ada beberapa ekosistem yang terdapat di laut tropis contohnya : mangrove, lamun dan
terumbu karang. hubungan ketiga ekosistem ini sangat sinergis. Apabila salahsatu sistem
mengalami gangguan,maka sistem yang lain akan berpengaruh juga.

MANGROVE, LAMUN, DAN TERUMBU KARANG

1. Ekosistem Mangrove

Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English), Suatu tipe
ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai)
yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut, komunitas tumbuhannya
mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.

Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan
rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis, fisik dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan
mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat, feeding
ground, nursery ground, spawning ground bagi aneka biota perairan, tempat bersarang
berbagai satwa liar terutama burung,sumber plasma nutfah,serta sebagai pengatur iklim
mikro.

Fungsi fisik hutang mangrove yaitu mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di
belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang serta
menguraikan/mengolah limbah organic. Fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan
rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit.

Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan
terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera,
Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan
Conocarpus (Bengen). Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kekeringan, energi gelombang, kondisi pasang surut, sedimentasi, mineralogi, efek
neotektonik. Ekosistem mangrove yang terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang
surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh
dalam perairan asin/payau.

a. Fungsi Mangrove

1. Sebagai peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi dan pengikisan pantai
oleh air laut, penahan intrusi air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap sedimen.

2. Sebagai penghasil sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan sumber
makanan utama biota laut.
3. Sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak, ular), dan
mamalia (monyet).

4. Sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds),
dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya.

5. Sebagai penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku
kertas.

6. Sebagai tempat ekowisata.

b. Daya Adaptasi Mangrove Terhadap Lingkungan

Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap lingkungan (Bengen,
2001), menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :

1. Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove memiliki


bentuk perakaran yang khas : (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora
(misalnya: Avecennia spp., Xylocarpus., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari
udara; dan (2) bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhyzophora
spp.).

2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi :

o Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.

o Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan
garam.

o Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.

3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang strabil dan adanya pasang surut, dengan cara
mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horisontal yang
lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil
unsur hara dan menahan sedimen.

c. Zonasi Hutan Mangrove

Menurut Bengen (2001), penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh berbagai
faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan mangrore di Indonesia:

o Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi
oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia spp. Yang dominan tumbuh
pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.
o Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona
ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.

o Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.

Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi
oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.

2. Ekosistem Padang Lamun

Lamun ( sea grass ) adalah Tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri
untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari Rhizome,daun dan akar.
Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-
buku. pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas,berdaun dan
berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri
dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus.

Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidupnya terbenam di dalam laut.Padang lamun
ini merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Fungsi ekologi
yang penting yaitu sebagai feeding ground, spawning ground dan nursery ground beberapa
jenis hewan yaitu udang dan ikan baranong, sebagai peredam arus sehingga perairan dan
sekitarnya menjadi tenang.

Meskipun padang lamun merupakan ekosistim yang penting namun pemanfaatan langsung
tumbuhan lamun untuk kebutuhan manusia tidak banyak di lakukan. Beberapa jenis lamun
dapat digunakan sebagai bahan makanan, samo-samo ( Enhalus acoroides) misalnya di
manfaatkan bijinya oleh penduduk pulau-pulau seribu sebagai bahan makanan.

Adapun ancaman terhadap padang lamun, diantaranya sebagai berikut :

o Pengerukan dan pengurugan dari aktivitas pembangunan (pemukiman


pinggir laut,pelabuhan,industri dan saluran navigasi).

o Pencemaran limbah industri terutama logam berat dan senyawa organoklorin

o Pencemaran minyak dan industri.

a. Upaya pelestarian Padang Lamun Mencegah terjadinya pengrusakan akibat pengerukan


dan pengurugan kawasan lamun

b. Mencegah terjadinya pengrusakan akibat kegiatan konstruksi di wilayah pesisir

c. Mencegah terjadinya pembuangan limbah dari kegiatan industri, buangan termal


serta limbah pemukiman

d. Mencegah terjadinya penangkapan ikan secara destruktif yang membahayakan lamun

e. Memelihara salinitas perairan agar sesuai batas salinitas padang lamun


f. Mencegah terjadinya pencemaran minyak di kawasan lamun

3. Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang adalah suatu ekosistem di laut tropis yang mempunyai produktivitas tinggi
(Sukarno et al., 1986). Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di daerah tropis dan
sering digunakan untuk menentukan batas lingkungan perairan laut tropis dengan laut sub
tropis maupun kutub (Nontji, 1987 dan Nybakken, 1988). Ekosistem ini mempunyai sifat
yang menonjol karena produktivitas dan keaneka- ragaman jenis biotanya yang tinggi.
Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa besarnya produktivitas yang dimiliki
terumbu karang disebabkan oleh adanya pendauran ulang zat-zat hara melalui proses hayati.

Terumbu karang adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat (CaCO3)
dan terutama dihasilkan oleh karang (Filum Cnidaria, Kelas Anthozoa, Ordo Madreporaria =
Scleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain yang
mengeluarkan kalsium karbonat.

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang dinamis, mengalami perubahan terus
menerus dan tidak tahan terhadap gangguan-gangguan alam yang berasal dari luar
terumbu. Beberapa faktor yang membatasi pertumbuhan karang adalah : cahaya,
diperlukan oleh
Zooxanthellae untuk melakukan fotosintesis dalam jaringan karang. Suhu dapat
merupakan faktor pembatas yang umum bagi karang. Pertumbuhan karang yang optimum
terjadi pada perairan yang rata-rata suhu tahunannya berkisar 23 25oC, akan tetapi karang
juga dapat mentoleransi suhu pada kisaran 20oC, sampai dengan 36 40oC (Nybakken,
1988).

Hubungan

1. Sifat fisik air Hutan mangrove sejati biasanya tumbuh di daerah yang terlindung dari
pengaruh ombak dan arus yang kuat. Terumbu karang dan lamun disini berfungsi
sebagai penahan ombak dan arus yang kuat untuk memperlambat pergerakannya. Ini
merupakan salah satu interaksi fisik dari terumbu karang dan lamun terhadap
mangrove sehingga mangrove terlindungi dari ombak dan arus yang kuat. Hutan
mangrove kaya akan sedimen yang mengendap di dasar perairan. Apabila sedimen ini
masuk ke ekosistem lamun maupun terumbu karang dengan jumlah yang sangat
banyak dan terus menerus oleh pengaruh hujan lebat, penebangan hutan mangrove
maupun pasang surut dapat mengeruhkan perairan, maka ini akan mempengaruhi
fotosintesis dari lamun dan zooxanthela yang hidup pada karang. Sedimen yang
membuat perairan keruh akan berdampak pada berkurangnya penetrasi cahaya
matahari (kecerahan). Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang.
Dan ini akan mempengaruhi persebaran dan kelimpahan lamun serta terumbu karang
secara vertikal dan horizontal.
2. Partikel organik yang berasal dari serasah lamun dan mangrove dapat mempengaruhi
pertumbuhan dari terumbu karang. Tingginya partikel organik yang tersuspensi
diperairan dapat menurunkan fotosintesis dari lamun dan zooxanthela di perairan.
Partikel organik ini akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan
lamun dan zooxanthella untuk proses fotosintesis. Selain itu partikel organik yang
terbawa dari ekosistem mangrove ke ekosistem lamun dan terumbu karang merupakan
makanan bagi biota-biota perairan seperti filter feeder dan detritus feeder. Khusunya
ekosistem mangrove, arus dan gelombang disekitarnya cukup kuat sehingga berfungsi
mencernihkan perairan. Sedangkan ekosistem lamun yang berdekatan dengan
ekosistem mangrove yang kaya sedimen, mempunyai rhizoma yang saling menyilang
untuk menahan substrat dasar. Penebangan hutan, pembukaan jalan, pembukaan lahan
pertanian dapat meningkatkan partikel organik diperiaran. Partikel yang tersuspensi
terutama dalam bentuk partikel halus maupun kasar, akan menimbulkan dampak
negatif terhadap biota perairan pesisir dan lautan. Misalnya partikel tersebut menutupi
sistem pernafasan yang mengakibatkan biota tersebut susah bernafas.
3. Nutrien Terlarut

Nutrien diperiaran penting bagi produsen primer untuk proses fotosintesis. Nutrien di
perairan dapat berasal dari batuan-batuan maupun serasah tumbuhan dan organisme-
organisme yang mati, dan kemudian didekomposisi oleh bakteri menjadi zat anorganik yang
diserap oleh produsen primer. Mangrove kaya akan nutrien yang biasanya terbawa ke
ekosistem lamun dan terumbu karang melalui aliran sungai maupun efek pasang surut.
Nutrien ini diserap langsung oleh lamun melalui perakarannya, dan zooxanthella memperoleh
nutrien tersebut juga.Batuan-batuan karang yang pecah juga merupakan nutrien yang
dibutuhkan bagi organisme yang ada disekitar mangrove yang bisanya membentuk cangkang.
Nutrien ini juga bisanya dibawa oleh arus dan ombak untuk diserap oleh lamun.

1. MigrasiFauna
Migrasi fauna dapat disebabkan oleh meningkatnya predator pada suatu ekosistem,
berkurangnya makanan, reproduksi, meningkatnya persaingan dalam memperbutkan
makanan, tempat persembunyian yang aman, dll. Ketika ekosistem mangrove dalam
keadaan rusak atau terganggu oleh aktivitas manusia maupun oleh pengaruh alam,
maka biota-biota/fauna yang hidupnya disekitar mangrove akan beralih tempat ke
ekositem lamunmaupun terumbukarang untuk memperoleh perlindungan. Apabila
dalam ekosistem lamun, terjadi persaingan yang ketat dalam memperbutkan makanan,
maka fauna-fauna disekitarnya akan bermigrasi ke darerah mangrove untuk
memperoleh makanan yang banyak. Ketika terjadi kekeruhan di ekosistem lamun oleh
pengaruh sedimentasi, maka fauna-fauna yang hidup disekitarnya khususnya ikan
akan menghindari daerah tersebut dan menempati ekosistem terumbu karang yang
tidak kecerahan lebih baik.
1. 5. DampakManusia
Penebangan hutan mangrove untuk pemukiman, pebukaan lahan pertanian dan
pertambakan dapat mengakibatkan erosi sehingga mengeruhkan perairan.
Pengaruhnya ini akan berdampak pada ekosistem lamun dan terumbu karang
yang ada disekitarnya. Proses fotosintesis akan yang berjalan akan terhambat.
Selain pemanfaatan mangrove yang merusak lingkungan, pemanfaatan lamun
dengan cara yang sama akan menyebabkan sedimentasi, mengingat bahwa
lamun mempunyai rhizoma yang saling mentilang yang berfungsi untuk
mengikat sedimen didasar Pengambilan terumbu karang sebagai bahan
bangunan akan mengancam ekosistem mangrove. Mengingat bahwa secara
ekologis terumbu karang berfungsi untuk menahan gelombang dan arus yang
kuat, sehingga tanpa keberadaannya akan mengamcam ekosistem mangrove
yang biasanya terlindung dari ombak dan arus yang kuat.Ikan di daerah
terumbu karang yang memakan suatu spesies ikan di sekitar daerah lamun
lama kelamaan akan habis apabila terus menerus dieksploitasi secara besar-
besaran oleh manusia. Ikan di daerah terumbu karang berkurang jumlahnya
sedangkan ikan di daerah lamun meningkat jumlahnya. Dari pembahasan
diatas kita dapat melihat bahwa dampak manusia dan alam akan
mempengaruhi ketiga ekosistem ini.

B. Keterkaitan Ekosistem secara Biologis

Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang sudah diduga
sejak lama oleh para ahli ekologi. Namun kepastian tentang bentuk keterkaitan antara ketiga
ekosistem tersebut secara biologis masih belum banyak dibuktikan. Salah satu penelitian
yang dilakukan untuk membuktikan adanya keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun
dan terumbu karang tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al., (2000), di Pulau Curacao,
Karibia.

Penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan apakah daerah mangrove dan lamun benar-
benar secara mutlak (obligat) dibutuhkan oleh ikan karang untuk membesarkan ikan yang
masih juvenil ataukah hanya sebagai tempat alternatif (fakulatif) saja untuk memijah. Lokasi
penelitian dibagi menjadi 4 jenis biotope (habitat) yang berbeda, yaitu : daerah padang lamun
di teluk yang ditumbuhi komunitas mangrove, daerah padang lamun di teluk yang tidak
ditumbuhi mangrove (tanpa mangrove), daerah berlumpur di teluk yang ditumbuhi lamun dan
mangrove serta daerah berlumpur di teluk yang tidak ditumbuhi lamun dan mangrove (daerah
kosong tanpa vegetasi).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Nagelkerken et al., (2000) melaporkan bahwa
beberapa spesies ikan menggunakan daerah lamun dan mangrove sebagai daerah asuhan
tempat membesarkan juvenile (nursery ground). Kelimpahan dan kekayaan jenis (species
richness) tertinggi ditemukan di daerah padang lamun dan daerah berlumpur yang
sekelilingnya ditumbuhi oleh vegetasi mangrove.

Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang menciptakan suatu
variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organisme. Hal ini membuktikan
adanya pengaruh tepi (edge effect) seperti tampak pada penelitian Nagelkerken et al. (2000).
Adanya variasi habitat menciptakan daerah tepi yang saling tumpang tindih. Hal ini
menimbulkan suatu daerah pertemuan antar spesies sehingga meningkatkan keanekaragaman
jenis organisme di daerah tersebut.

C. Keterkaitan ekositem secara Ekologis

Secara ekologis, terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan serta
ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun. Hal ini disebabkan karena terumbu karang
berada dekat dengan ekosistem tersebut serta daratan dan lautan. Berbagai dampak kegiatan
pembangunan yang dilakukan di lahan atas atau di sekitar padang lamun atau hutan
mangrove akan menimbulkan dampak pula pada ekosistem terumbu karang. Demikian pula
dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti: kegiatan pengeboran minyak lepas
pantai, pembuangan limbah dan perhubungan laut.

Kesimpulan

Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English), Suatu tipe
ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai)
yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut, komunitas tumbuhannya
mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.

Lamun ( sea grass ) adalah Tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri
untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari Rhizome,daun dan akar.
Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-
buku. pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas,berdaun dan
berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri
dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus.

Terumbu karang adalah suatu ekosistem di laut tropis yang mempunyai produktivitas tinggi
(Sukarno et al., 1986). Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di daerah tropis dan
sering digunakan untuk menentukan batas lingkungan perairan laut tropis dengan laut sub
tropis maupun kutub (Nontji, 1987 dan Nybakken, 1988).

Secara ekologis, terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan serta
ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun.

Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang menciptakan suatu
variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organisme.

Saran

Dari pembahasan diatas kita dapat melihat bahwa dampak manusia dan alam akan
mempengaruhi ketiga ekosistem ini. Ketiga ekosistem ini saling terkait satu sama lain dan
biasanya ke tiga ekosistem ini bersama-sama terdapat di sekitar pesisir. Untuk itu penting
bagi ketiga ekosistem ini untuk dilestarikan dan dijaga secara sinergis sehingga terhindar dari
kerusakan.

DAFTAR PUSTAKA

Anugerah Nontji.2007.Laut Nusantara.Djambatan:Jakarta.

Bengen Dietriech. G. 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL


IPB, Bogor. 27 halaman
Naamin, N. 2001. Oseanology (Parameter fisik, Kimia dan Biologi) Dari Terumbu Karang.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta.

Sudarmadji, 2003. Konservasi dan Rehabilitasi Hutan Mangrove. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jember, Bali. 53 halaman

Sukarno, M., M. Hutomo, K. Moosa, dan P. Darsono,. 1986. Terumbu Karang di Indonesia
: Sumberdaya, Permasalahan dan Pengelolaannya. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam
Indonesia. Studi Potensi Sumberdaya Hayati Ikan. LON-LIPI. Jakarta

Suharsono. 1998. Standard Monitoring Terumbu Karang. Puslitbang LIPI. Jakarta

Supriharyono, 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir


Tropis. PT. Gramedia Pustaka Umum Jakarta,

Sudarmadji, 2003. Konservasi dan Rehabilitasi Hutan Mangrove. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jember, Bali.

Yayasan Terangi. 2005. Selamatkan Terumbu Karang Indonesia. Jakarta

http://shifadini.wordpress.com/2010/04/15/56/

http://www.shttp://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biolog
i/0027%20Bio%201-6b.htmmkjeunieb.co.cc/2010/08/keterkaitan-ekosistem-secara-
biologis.html

http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/kel4_012.htm

EKOLOGI LAUT TROPIS


Ditinjau dari daratan menuju ke arah laut lepas, tipologi umum dari perairan laut tropis
diawali oleh hutan mangrove yang kemudian diikuti oleh hamparan padang lamun, dan
bentang terumbu karang (gambar 1). Masing-masing ekosistem laut tropis tersebut memiliki
beragam fungsi dan peran yang saling terkait satu sama lain.

Gambar 1. Fungsi dan peran tiga ekosistem laut tropis


Tingginya kompleksitas ekosistem laut tropis, baik di dalam maupun antar ekosistem,
membuat penelitian interaksi suatu kajian yang sangat rumit dan dinamis. Oleh karena itu,
mekanisme yang pasti dalam interaksi antara ketiga ekosistem ini masih terus diteliti sampai
saat ini. Ogden dan Gladfelter (1983) menyarikan interaksi rumit dalam ekosistem laut tropis
ke dalam lima kategori, yaitu interaksi fisik, interaksi bahan organik terlarut, interaksi bahan
organik partikel, interaksi migrasi biota dan interaksi dampak manusia (gambar 2).

Gambar 2. Interaksi antara ketiga ekosistem laut tropis (modifikasi Ogden dan Gladfelter
dalam Bengen 2004)
INTERAKSI FISIK
Terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove berinteraksi secara fisik melalui
beberapa mekanisme, yaitu reduksi energi gelombang, reduksi sedimen, dan pengaturan
pasokan air baik air laut maupun air tawar dari sungai. Komunitas lamun dan mangrove
sangat bergantung pada keberadaan struktur kokoh dari bangunan kapur terumbu karang
sebagai penghalang aksi hidrodinamis lautan, yaitu arus dan gelombang. Di zona reef front,
terjadi produksi pecahan fragmen kapur akibat hempasan gelombang dan terpaan arus yang
terus-menerus. Fragmen-fragmen kapur ini akan diproses oleh beberapa jenis ikan, bulu babi,
dan sponge untuk menghasilkan kerikil, pasir, dan lumpur. Selanjutnya kerikil, pasir, dan
lumpur akan diteruskan ke arah pantai oleh aksi gelombang dan arus yang telah dilemahkan,
sehingga membentuk akumulasi sedimen yang menjadi substrat utama di goba serta
diperlukan di ekosistem padang lamun dan hutan mangrove.
Padang lamun berperan ganda dalam mempengaruhi kedua komunitas di sekitarnya, yaitu
sebagai (1) pemerangkap dan penstabil sedimen, serta (2) pemroduksi sedimen. Fungsi
pertama sangat diperlukan oleh terumbu karang karena menghindari proses sedimentasi yang
bisa menutup permukaan hewan karang dan mengahalangi proses fotosintesis zooxanthellae
di dalamnya. Fungsi yang kedua dilakukan oleh alga berkapur, epifit, dan infauna, yang
hasilnya diperlukan oleh komunitas lamun dan mangrove.
Hutan mangrove juga berperan serupa dalam hal pemerangkap dan penyaring sedimen dan
bahan pencemar, sehingga sedimentasi dan pencemaran di perairan pesisir jauh
berkurang. Mangrove juga berperan dalam mengatur pasokan air tawar ke sistem perairan
pesisir.
INTERAKSI MIGRASI BIOTA
Migrasi biota laut merupakan suatu hubungan yang penting dan nyata antara terumbu
karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Ada dua kategori migrasi biota, yaitu:

1. Migrasi jangka pendek untuk makan

Tipe migrasi ini umumnya dilakukan oleh biota-biota dewasa. Ada dua strategi migrasi
makan, yaitu:
Edge (peripheral) feeders Edge feeders merupakan biota yang memanfaatkan suatu sistem
habitat untuk berlindung, namun berkelana jauh dari sistemnya untuk mencari
makan. Umumnya tipe migrasi ini berlangsung dalam jarak pendek, dan biota yang telah
diketahui melakukannya adalah bulu babi Diadema dan ikan Scaridae.
Migratory feeders Tipe migratory feeders memiliki jarak migrasi yang relatif jauh dan
memiliki waktu tertentu dalam melakukan kegiatannya. Contoh biotanya adalah ikan
penghuni terumbu karang seperti ikan kakap (Lutjanidae) yang diketahui sering mencari
makan di padang lamun saat malam hari, dan ikan barakuda (Sphyraenidae) yang mencari
makan di hutan mangrove saat pasang naik.
2. Migrasi daur hidup antara sistem yang berbeda,
Tipe migrasi ini sering dijumpai pada spesies-spesies ikan dan udang yang diketahui
melakukan pemijahan dan pembesaran larva di hutan mangrove atau padang lamun. Hal ini
dimungkinkan oleh tersedianya banyak ruang berlindung, kaya akan sumber makanan, dan
kondisi lingkungan perairan yang lebih statis dibandingkan terumbu karang. Lambat laun
biota tersebut tumbuh dan menjadi besar, sehingga ruang berlindung yang tersedia sudah
tidak memadai lagi dan mereka pun bermigrasi ke perairan yang lebih dalam seperti terumbu
karang atau laut lepas.
INTERAKSI DAMPAK MANUSIA
Kegiatan manusia memiliki dampak yang bervariasi terhadap ekosistem laut tropis, dari yang
sifatnya sementara atau dapat diatasi secara alami oleh sistem ekologi masing-masing
ekosistem hingga yang bersifat merusak secara permanen hingga ekosistem tersebut hilang.
Kerusakan yang terjadi terhadap salah satu ekosistem dapat menimbulkan dampak lanjutan
bagi aliran antar ekosistem maupun ekosistem lain di sekitarnya. Khusus bagi komunitas
mangrove dan lamun, gangguan yang parah akibat kegiatan manusia berarti kerusakan dan
musnahnya ekosistem. Bagi komunitas terumbu karang, walau lebih sensitif terhadap
gangguan, kerusakan yang terjadi dapat mengakibatkan konversi habitat dasar dari komunitas
karang batu yang keras menjadi komunitas yang didominasi biota lunak seperti alga dan
karang lunak.
1.
Gambar .Berbagai kegiatan manusia yang merusak dan mengganggu keberlangsungan
ekosistem laut tropis: (A) konversi hutan mangrove untuk tambak, (B) pencemaran minyak,
(C) kegiatan wisata yang kurang berhati-hati, (D) pemasangan jangkar perahu yang merusak
koloni karang.

INTERAKSI BAHAN ORGANIK PARTIKEL (particulate organic matter)


Sejumlah besar bahan organik partikel yang masuk ke lautan berasal dari bahan organik
terlarut dari daratan yang terakumulasi dan mengeras. Sebagian kecil lainnya berasal dari
detritus yang berupa dedaunan mangrove dan lamun yang membusuk. Mayoritas bahan
organik partikel ini akan dihancurkan terlebih dahulu oleh biota-biota mangrove sehingga
membentuk fragmen yang berukuran lebih kecil. Fragmen-fragmen berukuran kecil ini
merupakan makanan yang berprotein tinggi dan disukai oleh biota laut berukuran besar yang
sering terdapat di terumbu karang.

Keterkaitan Ekosistem Padang Lamun, Mangrove dan Terumbu Karang.

Jika dilihat dari pola zonasi lamun secara horizontal, maka boleh dikatakan
ekosistem lamun terletak di antara 2 ekosistem bahari penting yaitu ekosistem
mangrove dan ekosistem terumbu karang. Dengan letak yang berdekatan dengan 2
ekosistem pantai tropik tersebut, ekosistem lamun tidak terisolasi atau berdiri sendiri
tetapi berinteraksi dengan kedua ekosistem tersebut.

Dari penelitian (Ogden dan Zieman, 1977 dalam KLH 2001; UNESCO, 1983),
interaksi tersebut diklasifikasikan dalam 5 tipe interaksi utama (Gambar 4), yaitu :
interaksi-interaksi fisik, nutrien dan organik terlarut (dissolved organic matter),
materi organik melayang (particulate organic matter), migrasi hewan dan dampak
kegiatan manusia.

Secara fisik, ketiga ekositem baik padang lamun, terumbu karang, maupun
hutan mangrove dapat berfungsi sebagai penahan ombak. Jika salah satu dari
ekosistem tersebut dirusak (dikonversi) maka akan berdampak (negatif) terhadap
keberaan atau kelestarian kedua ekosistem lainnya. Jika hutan mangrove dirusak,
maka tidak ada lagi fungsi penahan sedimen dan lumpur dari lahan atas, akibatnya
sedimen dan lumpur tersebut menutupi (shading) ekositem padang lamun dan
terumbu karang yang mengganggu kehidupan mereka dan bahkan bisa rusak (mati).
Sebaliknya Terumbu karang dan padang lamun bertindak sebagai peredam dinamika
gerakan air dengan cara melemahkan energi gelombang dan menciptakan zone
energi rendah yang cocok untuk hutan bakau. Padang lamun juga menjebak,
menstabilkan, dan menghasilkan sedimen, yang kesemuanya adalah proses yang
sangat penting bagi hutan bakau karena dapat mencegah abrasi ataupun
penenggelaman bagian-bagian bakau yang diperlukan untuk aerasi. Sebaliknya
hutan bakau bertindak sebagai tempat sedimentasi dan pengikat sedimen (lumpur)
yang efektif, membalas keuntungan yang didapat dari padang lamun. Kemampuan
bakau mengatur aliran air tawar di wilayah pesisir menahan perubahan salinitas
yang dapat merugikan tumbuhan lamun.

Gambar 4. Interaksi antara Ekosistem Mangrove, Padang


Lamun, dan TerumbuKarang.

Baik hutan bakau maupun padang lamun cenderung melepaskan atau


mengekspor nutrien. Pelepasan berkaitan positif dengan pasokan nutrien yang
tinggi, sedangkan ekspor berkaitan dengan masukan nutrien yang rendah kepada
ekosistem di dekatnya. Pelepasan nutrien menjamin bahwa setiap sistem
(ekosistem) menerima nutrien yang cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
Bahan organik atau nutrien yang ada di ekosistem mangrove baik yang
berasal dari lahan atas maupun dari detritus akan diekspor ke ekosistem pdang
lamun dan terumbu karang melalui pergerakan air pasut. Begitu juga padang lamun
yang dikenal kaya akan bahan organik dan senyawa lain berupa karbohidrat dan
lemak yang merupakan hasil dari fotosintesis dan atau respirasi ditranspor ke
ekosistem lain (terumbu karang dan hutan mangrove) yang berdekatan dan dapat
dimanfaatkan oleh organisme sebagai sumber penghidupan.
Burung-burung yang beristirahat di pohon bakau dan mencari makan di
padang lamun akan membawa nutrien ke hutan bakau dengan cara lewat kotoran.
Bahan organik (partikulat maupun terlarut) yang mengalir dari hutan mangrove ke
terumbu karang dan sebaliknya, membantu mempertahan ketiga ekosistem ini kaya
akan nutrien.
Padang lamun juga mengikat sedimen sehingga tidak terbawa ke terumbu
karang, yang kalau terjadi akan mengganggu kehidupan terumbu karang. Terumbu
karang sendiri, terutama di daerah tubir merupakan pemecah gelombang,
menghempaskan energi gelombag di tubir sehingga secara fisik melindungi padang
lamaun dan hutan bakau dari hantaman gelombang. Terumbu karang juga
menyediakan berbagai macan habitat bagi organisme yang hidup di padang lamun
dan hutan bakau.
Ketiga ekosistem di atas menjadi tempat migrasi atau sekedar berkelana
(mencari makan) organisme fauna (ikan dan udang) dari parairan hutan bakau
padang lamun terumbu karang dan sebaliknya. Migrasi ini atau perpindahan ini
dapat dlam jangka pendek (harian atau musiman) atau jangka panjang (seumur
hidup), dan dan pertukaran energi ini dilakukan oleh bentuk kehidupan dewasa
ataupun juvenil. Udang dan lobster serta berbagai jenis ikan menghabiskan
sebagian dari awal hidup mereka di ekosistem hutan bakau atau padang lamun dan
kemudian bermigrasi ke sistem lain. Salah satu fungsi ekologis hutan bakau adalah
sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground),
dan dearah pemijihan (spawning ground) bermacam biota perairan (ikan, udang,
dan kerang-kerangan) baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai
(Bengen 2002a).

Anda mungkin juga menyukai