Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

EKOSISTEM MANGROVE

Oleh:
CHANDRA KURNIAWAN
NPM : 2240201033

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTASPERTANIAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangrove adalah ekosistem pesisir yang terbentuk di daerah tropis dan subtropis yang memiliki
tanah berlumpur. Ekosistem mangrove terbentuk oleh keberadaan tumbuhan mangrove yang unik,
tahan garam, dan mampu hidup di perairan payau. Tumbuhan ini memberikan berbagai manfaat dan
fungsi yang sangat penting bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Pada makalah ini, kita akan
membahas tujuan, manfaat, fungsi mangrove, jenis-jenis mangrove, adaptasi mangrove, zonasi
mangrove, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup mangrove.
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang sangat penting dan berperan
besar dalam menjaga keberlanjutan lingkungan di sekitarnya. Mangrove dapat ditemukan di wilayah
pesisir tropis dan subtropis, khususnya di daerah dengan pasang surut yang tinggi. Ekosistem ini
terdiri dari berbagai macam tumbuhan dan hewan yang memiliki kemampuan adaptasi khusus
terhadap lingkungan yang keras dan berubah-ubah.

Mangrove memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan
menyediakan berbagai manfaat bagi manusia. Salah satu manfaat utama dari ekosistem ini adalah
sebagai penyangga dan perlindungan alami terhadap abrasi pantai dan bencana alam seperti
tsunami. Akar-akar yang kuat dari pohon mangrove dapat menyerap energi gelombang laut dan
mengurangi dampaknya terhadap pantai.

Selain itu, mangrove juga berperan dalam menjaga kualitas air di sekitarnya. Akar-akar mangrove
dapat menyaring limbah dan polutan yang masuk ke perairan, sehingga membantu menjaga
ekosistem laut yang sehat. Tumbuhan ini juga berperan dalam siklus nutrisi dan memperbaiki
kualitas tanah melalui dekomposisi daun-daun yang gugur.

Selain manfaat lingkungan, ekosistem mangrove juga memberikan manfaat ekonomi yang signifikan.
Hutan mangrove merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis ikan, kepiting, udang, dan kerang.
Masyarakat sekitar sering menggantungkan penghidupan mereka pada hasil tangkapan yang
didapatkan dari ekosistem ini. Selain itu, kayu mangrove juga digunakan sebagai bahan bangunan,
bahan bakar, dan bahan kerajinan.

Meskipun memiliki manfaat yang besar, ekosistem mangrove saat ini menghadapi berbagai ancaman
yang serius. Pembangunan pesisir, perambahan hutan, polusi, dan perubahan iklim merupakan
beberapa faktor yang mengancam keberlangsungan ekosistem ini. Langkah-langkah konservasi dan
pengelolaan yang bertanggung jawab sangat diperlukan untuk menjaga dan memulihkan ekosistem
mangrove.

Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut tentang ekosistem mangrove, termasuk jenis-jenisnya,
manfaatnya, ancaman yang dihadapi, dan upaya konservasi yang dapat dilakukan. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pentingnya menjaga dan melestarikan ekosistem
mangrove demi keberlanjutan lingkungan dan manfaat-manfaat yang dihasilkannya. Dengan
demikian, diharapkan masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya menjaga dan melindungi
ekosistem mangrov
Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang ekosistem
mangrove, meliputi keberagaman jenis mangrove, adaptasi mangrove terhadap perairan payau,
zonasi mangrove, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup
mangrove.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian manggorove

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.Mangrove tumbuh pada pantaipantai yang terlindung
atau pantai-pantai yang datar, biasanya di sepanjang sisi pulau yang terlindung dari angin atau di
belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung.

Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun labil. Dikatakan kompleks karena
ekosistemnya di samping dipenuhi oleh vegetasi mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa
dan biota perairan.Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan muda
(saline young soil) yang mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan
kapasitas tukar kation yang tinggi.Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan ammonium
termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada bagian arah daratan
(Kusmana, 1994).

Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun labil. Dikatakan kompleks karena
ekosistemnya di samping dipenuhi oleh vegetasi mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa
dan biota perairan.Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan muda
(saline young soil) yang mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan
kapasitas tukar kation yang tinggi.Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan ammonium
termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada bagian arah daratan
(Kusmana, 1994).
2. Manfaat dan Fungsi Mangrove

Mangrove memiliki berbagai manfaat dan fungsi yang sangat penting, baik secara ekologi maupun
ekonomi. Secara ekologi, mangrove berperan sebagai daerah pemijahan dan tempat hidup bagi
berbagai jenis organisme laut, termasuk ikan, kepiting, dan burung. Selain itu, akar-akar mangrove
memberikan perlindungan dan stabilitas pantai dengan menahan erosi dan abrasi. Mangrove juga
berperan dalam menjaga kualitas air dengan menyerap dan menyimpan sejumlah besar nutrisi dan
limbah organik. Selain itu, tumbuhan mangrove juga berkontribusi dalam siklus karbon global
dengan menyerap karbondioksida secara efisien.

Secara ekonomi, mangrove juga memberikan manfaat yang signifikan. Beberapa spesies mangrove
memiliki nilai komersial seperti kayu bakar, kayu bangunan, dan bahan baku industri kayu. Mangrove
juga memberikan sumber pangan dan sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat setempat
melalui kegiatan seperti perikanan, budidaya kepiting, dan pariwisata.

3. Jenis Mangrove (buah, daun, akar)

Terdapat beberapa jenis mangrove yang umum ditemukan di berbagai wilayah. Ada tiga jenis
mangrove berdasarkan bagian tumbuhan yang dapat mempengaruhi identifikasi spesies mangrove,
yaitu jenis mangrove buah, daun, dan akar.

a) Jenis mangrove berdasarkan buah adalah Tegalan (Rhizophora sp.), Bakau (Rhizophora sp.),
Api-api (Avicennia sp.), dan Ketapang (Terminalia catappa). Jenis mangrove ini ditandai
dengan keberadaan buah yang dapat berkecambah di tempat.
b) Jenis mangrove berdasarkan daun meliputi Kandelia (Kandelia sp.), Avicennia (Avicennia sp.),
dan Bakau (Rhizophora sp.). Masing-masing spesies ini memiliki bentuk dan ukuran daun
yang berbeda-beda.
c) Jenis mangrove berdasarkan akar antara lain Rhu (Rhizophora sp.), Api-api (Avicennia sp.),
dan Tembesu (Lumnitzera sp.). Jenis mangrove ini memiliki adaptasi khusus pada akarnya
untuk menghadapi kondisi perairan payau.

4. Adaptasi Mangrove

Mangrove memiliki adaptasi khusus terhadap perairan payau yang unik. Beberapa adaptasi penting
yang dimiliki oleh mangrove adalah sistem akar khusus yang disebut "pneumatofor" yang berfungsi
untuk mengambil oksigen, mengendapkan lumpur, dan memperkuat pohon dalam kondisi lumpur
yang labil dan bergerak. Selain itu, daun mangrove memiliki adaptasi khusus untuk mengurangi
kehilangan air, seperti bentuk daun yang kecil, tebal, atau ditutupi oleh rambut.
5. Zonasi Mangrove

Mangrove merupakan nama kelompok tumbuhan yang hidup di daerah pantai, beriklim tropis,
substrat berlumpur, dan lahan terhadap salinitas (Chandra et al., 2011). Hutan mangrove yang
dimulai dari arah laut kearah daratan yang disebut dengan zonasi mangrove. Zonasi hutan mangrove
terdiri dari tiga bagian antara lain zonasi dekat dengan laut, zonasi antara laut dan darat, zonasi
dekat dengan darat, namun selain berdasarkan letaknya pembagian zonasi mangrove juga
berdasarkan pada tumbuhan penyusunnya.

Ekosistem magrove bersifat dinamis, labil, dan kompleks. Ekosistem mangrove bersifat dinamis
karena dapat terus tumbuh, berkembang, mengalami suksesi, dan mengalami perubahan zonasi.
Ekosistem mangrove bersifat labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali.
Ekosistem mangrove bersifat kompleks karena merupakan habitat berbagai jenis satwa daratan dan
biota perairan (Kusmana, 1995), salah satunya makrozoobentos. Zonasi adalah kondisi dimana
kumpulan vegetasi yang saling berdekatan mempunyai sifat atau tidak ada sama sekali jenis yang
sama walaupun tumbuh dalam lingkungan yang sama dimana dapat terjadi perubahan lingkungan
yang dapat mengakibatkan perubahan nyata di antara kumpulan vegetasi, selanjutnya perubahan
vegetasi tersebut dapat terjadi pada batas yang jelas atau tidak jelas atau bisa terjadi bersamasama
(Anwar et al., 1984). Zonasi hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh substrat, salinitas dan pasang
surut. Beberapa ahli seperti Chapman (1977) dan Bunt dan Williams (1981), menyatakan bahwa hal
tersebut berkaitan erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan (terhadap
hempasan gelombang), salinitas serta pangaruh pasang surut. Pasang surut dan arus yang membawa
material sedimen ISSN 2086-4639 | e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 8 (1): 77-85 78 dan substrat yng
membawa material sedimen dan substrat yang terjadi secara priodik menyebabkan perbedaan
dalam pembentukan zonasi mangrove.

Ekosistem mangrove juga memiliki zonasi atau pembagian berdasarkan tingkat pasang surut air
laut dan keberadaan spesies mangrove. Biasanya, ekosistem mangrove terbagi menjadi tiga zonasi
utama: zona sublitoral, zona intertidal rendah, dan zona intertidal sempit.

Zona sublitoral adalah daerah yang terendam air laut dan hanya terdapat beberapa jenis mangrove
yang dapat hidup di dalamnya. Zona intertidal rendah adalah daerah yang ketinggian permukaan
tanahnya berkisar antara pasang surut tertinggi dan paling rendah. Zona intertidal sempit adalah
daerah yang terletak di atas pasang surut tertinggi dan hanya dihuni oleh jenis mangrove tertentu
yang dapat bertahan dalam kondisi perairan yang relatif kering.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Mangrove

Menurut Onrizal (2008) salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah
tanah atau substrat. Pada umumnya mangrove tumbuh dengan baik pada tanah yang berlumpur,
terutama di daerah endapan lumpur yang terakumulasi. Di Indonesia substrat berlumpur ini sangat
baik untuk jenis tegakan Rhizophora mucronata dan Avicennia marina. Menurut Darmadi dkk.
(2012), karakteristik substrat merupakan faktor pembatas kehidupan mangrove. Jenis substrat
sangat memepengaruhi sususan jenis dan kerapatan vegetasi mangrove yang hidup diatasnya.
Semakin cocok substrat untuk vegetasi mangrove jenis tertentu dapat dilihat dari seberapa rapat
vegetasi tersebut menutupi area hidupnya. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Darmadi dkk.
(2012), menunjukan pada substrat pasir berlempung ditumbuhi oleh satu jenis yaitu Rhizophora
apiculata dan pada substrat liat ditumbuhi oleh jenis yang lebih beragam seperti jenis Rhizophora,
Avicenia. Masing-masing jenis mangrove memiliki kerapatan yang berbeda-beda, perbedaan
kerapatan ini diduga disebabkan oleh jenis substrat yang berbeda-beda pula. Pada umumnya
kawasan hutan mangrove terdapat di seluruh pantai Indonesia dan tumbuh pada lokasi-lokasi yang
masih dipengaruhi oleh aktovitas pasang surut pada kawasan aliran sungai yang terdapat di
sepanjang pesisir pantai. Salah satu kawasan hutan mangrove yang ada di Bali adalah Mangrove
kawasan Taman hutan raya (TAHURA) Ngurah Rai, Bali. TAHURA Ngurah Rai Bali adalah suatu
kawasan hutan bertipe hutan payau. Menurut Balai Pengelolaan Daerah Aliran sungai (BPDAS) Unda
Anyar Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Departemen Kehutanan Tahun 2008 kerusakan hutan mangrove terluas di Bali terjadi di kawasan
Tahura Ngurah Rai yaitu seluas 253,4 hektar dari luas total 1.373,5 hektar. Hal ini disebabkan oleh
adanya perambahan, pencemaran, aktivitas penduduk di sekitar kawasan, adanya sampah kiriman
akibat pembuangan sampah ke badan sungai yang bermuara di kawasan mangrove terutama
sampah plastik, adanya pembakaran sampah di pinggir-pinggir kawasan, adanya TPA yang berakibat
pada kawasan mangrove dan sekitarnya rusak (Christiani dan Adikampana, 2014). Melihat dari
permasalahan tersebut pemerintah telah berupaya melestarikan hutan mangrove dengan upaya
konservasi dengan penanaman kembali bibit- bibit mangrove di daerah TAHURA, oleh karena itu
diperlukan penelitian mengenai kondisi struktur komunitas vegetasi mangrove berdasarkan
karakteristik substrat di TAHURA Ngurah Rai,Bali yang diharapkan dapat menunjang upaya
konservasi mangrove agar pengelolaan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan
konservasi untuk menunjang upaya pengelolaan ekosistem mangrove.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup mangrove.
Faktor utama meliputi keberadaan pasokan air yang cukup untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan
oksigen tumbuhan, tingkat salinitas (kadar garam) yang sesuai, dan pasokan sinar matahari yang
cukup untuk proses fotosintesis. Selain itu, keberadaan spesies tumbuhan yang saling melindungi
dan saling bersaing di dalam ekosistem mangrove juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup mangrove.

Kesimpulan

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang memiliki banyak manfaat dan fungsi
penting. Mangrove memberikan perlindungan terhadap erosi dan abrasi, menjaga kualitas air, serta
berperan sebagai tempat hidup bagi beragam organisme laut. Mangrove juga memberikan manfaat
ekonomis seperti kayu bakar dan bahan baku industri kayu, serta sebagai sumber pangan tambahan
dan pendapatan bagi masyarakat setempat. Mangrove memiliki adaptasi khusus terhadap perairan
payau, seperti sistem akar yang unik dan bentuk daun khusus. Ada tiga jenis mangrove berdasarkan
buah, daun, dan akar. Ekosistem mangrove juga memiliki zonasi berdasarkan tingkat pasang surut air
laut dan keberadaan spesies mangrove. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup mangrove meliputi pasokan air, salinitas, sinar matahari, serta interaksi dengan
spesies tumbuhan yang lain.

Fitriah, E., Maryuningsih, Y., Chandra, E., & Mulyani, A. (2013). Studi analisis pengelolaan hutan
mangrove Kabupaten Cirebon. Scientiae Educatia: Jurnal Pendidikan Sains, 2(2), 73-92.

Mughofar, A., Masykuri, M., & Setyono, P. (2018). Zonasi dan komposisi vegetasi hutan mangrove
pantai Cengkrong desa Karanggandu kabupaten Trenggalek provinsi Jawa Timur. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and
Environmental Management), 8(1), 77-85.

Prinasti, N. K. D., Dharma, I. G. B. S., & Suteja, Y. (2020). Struktur komunitas vegetasi mangrove
berdasarkan karakteristik substrat di Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Journal of Marine
and Aquatic Sciences, 6(1), 90-99.

Anda mungkin juga menyukai