Anda di halaman 1dari 17

Laporan KKL BALI-LOMBOK

PENGARUH SEDIMENTASI DAN FAKTOR-FAKTOR HIDRO-OSEANOGRAFI TERHADAP VEGETASI MANGROVE DI KAWASAN PANTAI MERTASARI, BALI

PEMBIMBING : AZIZ RIFAI, ST, M.Si

Oleh : Jeanny Elonica Newyeara Kelompok 6 1. Patar Widyanto S 2. Jeanny Elonica Newyeara 3. Arifin Surya S (K2E009055) (K2E009032) (K2E009047) (K2E009083) (K2E009065)

4. Puji Prasetyaningsih 5. Reandy Indrayana

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan laporan Kuliah Kerja Nyata dengan judul Pengaruh Sedimentasi Dan Faktor-Faktor Hidro-Oseanografi Terhadap Vegetasi Mangrove di Kawasan Pantai Mertasari, Bali. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada Bapak Ir. Hariyadi selaku pembimbing selama kegiatan Kuliah Kerja Nyata, serta kepada Bapak Aziz Rifai, ST, M.Si selaku dosen pembimbing selama penulisan laporan ini. Penulis juga berterima kasih kepada teman-teman Jurusan Ilmu Kelautan 2009 yang bersedia membantu hingga penulisan laporan KKL ini selesai. Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya penulisan dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Semarang, Agustus 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Hal. KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Lokasi

2. ISI 2.1. Mangrove 2.1.1. Karakteristik Hutan Mangrove 2.1.2. Fungsi Hutan Mangrove 2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Regenerasi Mangrove 2.2.1. Sedimentasi 2.2.2. Pasang Surut 2.2.3. Suhu 2.2.4. Salinitas 2.2.5. Perlindungan Terhadap Aksi Gelombang 2.3. Pembahasan 2.4. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Dengan batas darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi didarat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar. Definisi wilayah seperti diatas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem perairan pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi, salah satunya adalah ekosistem mangrove. Hutan mangrove dan komponen-komponennya baik secara langsung maupun tidak langsung memliki manfaat yang mampu mencakup ke berbagai sektor. Hutan mangrove dengan sistem perakarannya yang kokoh secara fisik mampu melindungi dan menjaga stabilitas pantai. Secara ekologis, mangrove merupakan habitat alami, daerah pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground) bagi berbagai jenis ikan, krustasea, gastropoda, burung, dan biota lainnya. Selain itu mangrove sebagai suatu sumber daya juga sering digunakan sebagai penghasil bahan konstruksi bangunan pantai, bahan baku industri, bahan bakar, dan perikanan ( Budiman dan Suhardjono, 1992). Hutan mangrove banyak dijumpai di wilayah tropis terutama di daerah daerah yang terlindung dari gelombang dan terdapat tingkat sedimentasi yang tinggi. Hutan mangrove ini banyak berkembang di daerah pantai sepanjang sisi pulau yang terlindung dari angin, atau serangkaian pulau atau massa daratan dibelakang terumbu karang dilepas pantai yang terlindung. Vegetasi mangrove di kawasan Pantai Mertasari, pulau Bali, merupakan satu diantara sedikit vegetasi mangrove di kawasan pantai yang terdapat di Bali. Secara umum Lokasi Pantai Mertasari terletak di sekitar Tanjung Benoa (ujung Selatan pulau Bali) dan selat antar pulau Bali (pantai Sanur) dengan pulau Serangan dengan posisi geografis 080 4312 LS dan 11501322 BT. Tinggi nya tingkat sedimentasi dan pasang surut di kawasan ini membuat pantai Mertasari didominasi oleh vegetasi mangrove yang notabene dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik.

1.2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui dan memahami proses sedimentasi serta faktor-faktor oseanografi yang berpengaruh terhadap vegetasi mangrove di kawasan Pantai Mertasari, Pulau Bali.

1.3. Lokasi

Lokasi yang digunakan untuk pengamatan adalah Pantai Mertasari yang terletak di sekitar daerah Tanjung Benoa (ujung Selatan pulau Bali) dan selat antar pulau Bali (pantai Sanur) dengan pulau Serangan dengan posisi geografis 080 4312 LS dan 11501322 BT.

BAB II ISI

2.1. Mangrove Mangrove merupakan formasi-formasi tumbuhan pantai yang khas di sepanjang pantai tropis dan sub tropis yang terlindung. Di Indonesia, mangrove telah dikenal sebagai hutan pasang surut dan hutan mangrove, atau hutan bakau. Akan tetapi, istilah bakau sebenarnya hanya merupakan nama dari istilah satu jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu Rhizophora spp.

2.1.1. Karakteristik Hutan Mangrove Umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat. Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Air bersalinitas payau (2-22 permil) hingga asin (hingga 38 permil).

Gambar 1. Ekosistem Mangrove

Gambar 2. Vegetasi Mangrove di Kawasan Pantai Mertasari, Bali

2.1.2. Fungsi Hutan Mangrove Ekosistem mangrove merupakan sumber daya alam yang memberikan banyak keuntungan bagi manusia, berjasa untuk produktivitasnya yang tinggi serta kemampuannya memelihara alam. Mangrove banyak memberikan fungsi ekologis dan karena itulah mangrove menjadi salah satu produsen utama perikanan laut. Mangrove memproduksi nutrien yang dapat menyuburkan perairan laut, mangrove membantu dalam perputaran karbon, nitrogen dan sulfur, serta perairan mengrove kaya akan nutrien baik nutrien organik maupun anorganik. Dengan rata-rata produksi primer yang tinggi mangrove dapat menjaga keberlangsungan populasi ikan, kerang dan lainnya. Mangrove menyediakan tempat perkembangbiakan dan pembesaran bagi beberapa spesies hewan khususnya udang, sehingga biasa disebut tidak ada mangrove tidak ada udang (Macnae,1968). Mangrove membantu dalam pengembangan dalam bidang sosial dan ekonomi masyarakat sekitar pantai dengan mensuplai benih untuk industri perikanan. Selain itu telah diketemukan bahwa tumbuhan mangrove mampu mengontrol aktivitas nyamuk, karena ekstrak yang dikeluarkan oleh tumbuhan mangrove mampu membunuh larva dari nyamuk Aedes aegypti (Thangam and Kathiresan,1989). Itulah fungsi dari hutan mangrove yang ada di India, fungsifungsi tersebut tidak jauh berbeda dengan fungsi yang ada di indonesia baik secara fisika kimia, biologi, maupun secara ekonomis. Secara biologi fungsi dari pada hutan mangrove antara lain sebagai daerah asuhan (nursery ground) bagi biota yang hidup pada ekosisitem mengrove, fungsi yang lain sebagai daerah mencari makan (feeding ground) karena mangrove merupakan produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove dimana dari sana tersedia banyak makanan bagi biota-biota yang mencari makan pada ekosistem

mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground) bagi ikan-ikan tertentu agar terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari lingkungan yang optimal untuk memisah dan membesarkan anaknya. Selain itupun merupakan pemasok larva udang, ikan dan biota lainnya (Claridge dan Burnett,1993). Secara fisik mangrove berfungsi dalam peredam angin badai dan gelombang, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Dimana dalam ekosistem mangrove ini mampu menghasilkan zat-zat nutrient (organik dan anorganik) yang mampu menyuburkan perairan laut dan berperan dalam siklus karbon, nitrogen dan sulfur. Secara ekonomi mangrove mampu memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat, baik itu penyediaan benih bagi industri perikanan, selain itu kayu dari tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan untuk sebagai kayu bakar, bahan kertas, bahan konstruksi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Dan juga saat ini ekosistem mangrove sedang dikembangkan sebagai wahana untuk sarana rekreasi atau tempat pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan negara. Ekosistem mangrove secara fisik maupun biologi berperan dalam menjaga ekosistem lain di sekitarnya, seperti padang lamun, terumbu karang, serta ekosistem pantai lainnya. Berbagai proses yang terjadi dalam ekosistem hutan mangrove saling terkait dan memberikan berbagai fungsi ekologis bagi lingkungan. Secara garis besar fungsi hutan mangrove dapat dikelompokkan menjadi :

1.

Fungsi Fisik Menjaga garis pantai Mempercepat pembentukan lahan baru Sebagai pelindung terhadap gelombang dan arus Sebagai pelindung tepi sungai atau pantai Mendaur ulang unsur-unsur hara penting

2.

Fungsi Biologi -Nursery ground, feeding ground, spawning ground, bagi berbagai spesies udang, ikan, dan lainnya -Habitat berbagai kehidupan liar

3.

Fungsi Ekonomi Akuakultur Rekreasi Penghasil kayu

Hutan mangrove mempunyai manfaat ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan biologi di suatu perairan. Selain itu hutan mangrove merupakan suatu kawasan yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi. Tingginya produktivitas ini karena memperoleh bantuan energi berupa zat-zat makanan yang diangkut melalui gerakan pasang surut.

2.2. Faktor-faktor Oseanografi yang Mempengaruhi Regenerasi Mangrove 2.2.1. Sedimentasi Daerah pesisir adalah Perairan pesisir adalah daerah pertemuan darat dan laut yang meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar. Definisi wilayah seperti diatas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem perairan pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi. Selain mempunyai potensi besar wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan yang menyebabkan terjadinya proses pengendapan atau sedimentasi secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem perairan pesisir. Sedimentasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi regenerasi mangrove, dimana mangrove biasa dijumpai di wilayah tropis terutama di daerah daerah yang terlindung dari gelombang dan terdapat tingkat sedimentasi yang tinggi. Dampak sedimentasi serta proses pengendapan sedimen di suatu wilayah penting dalam mempelajari tumbuh kembang vegetasi mangrove di suatu kawasan.

Gambar 3. Sedimentasi yang Terjadi di Kawasan Vegetasi Mangrove

2.2.1.1. Pengertian Sedimentasi Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam. Sedangkan Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut. Sedangkan sedimentasi sendiri adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin. Proses tersebut terjadi terus menerus, seperti batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi membuat terjadinya sedimentasi.

2.2.1.2. Jenis-jenis Sedimentasi Dalam sedimentasi sendiri, ada jenis dan tempatnya. Jenis-jenis sedimentasi adalah : Sedimen Laut, dibagi menjadi 2 yaitu : Sedimen Terigen Pelagis Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Sedimen Biogenik Pelagis Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut.

Jenis-jenis Sedimentasi, dibagi menjadi 4 yaitu : Lithougenus Sedimen Sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertrransforkan telah melemah. Biogeneuos Sedimen Sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi. Hidreogenous Sedimen Sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit Cosmogerous Sedimen Sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara atau angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa , aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin.

Sedangkan untuk tempat-tempat terjadinya sedimentasi adalah : Sedimentasi sungai Pengendapan yang terjadi di sungai disebut sedimen fluvial. Hasil pengendapan ini biasanya berupa batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan endapan sungai ini sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau pengaspalan jalan. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang bermata pencaharian mencari pasir, kerikil, atau batu hasil endapan itu untuk dijual. Sedimentasi Danau Di danau juga bisa terjadi endapan batuan. Hasil endapan ini biasanya dalam bentuk delta, lapisan batu kerikil, pasir, dan lumpur. Proses pengendapan di danau ini disebut sedimen limnis. Sedimentasi Darat Gumuk pasir di pantai berasal dari pasir yang terangkat ke udara pada waktu ombak memecah di pantai landai, lalu ditiup angin laut ke arah darat, sehingga membentuk timbunan pasir yang tinggi. Contohnya, gumuk pasir sepanjang pantai Barat Belanda yang menjadi tanggul laut negara itu. Di Indonesia guguk pasir yang menyerupai di Belanda bisa ditemukan di pantai Parang Tritis Yogyakarta.

Sedimentasi Laut Sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya bermuara di laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar. Hasil pengendapan di laut ini disebut sedimen marine.

2.2.2. Pasang Surut Pasang surut adalah fluktuasi atau pergerakan muka air laut sebagai fungsi dari waktu akibat adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut yang ada di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dibandingkan dengan massa matahari, akan tetapi karena jaraknya terhadap bumi yang jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi akan jauh lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari terhadap bumi (Bambang,1999).

Gambar 4. Kurva Pasang Surut

Pengertian tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara muka air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama pada waktu berikutnya. Periode pasang surut bias 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit, yang tergantung pada tipe pasang surut. Periode di mana muka air naik disebut pasang, sedang pada saat air turun disebut surut. Variasi muka air menimbulkan arus yang disebut arus pasang surut, yang mengangkut massa air dalam jumlah sangat besar. Selain sedimentasi, pasang surut juga sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan mangrove, karena tumbuhan mangrove memiliki sistem pengakaran jangkar dimana memiliki sistem pernafasan dengan menggunakan akar napas. Saat Spring Tide amplitudo pasang besar, sehingga tanaman mangrove akan terendam dan sebaliknya pada saat surut, tanaman mangrove akan terangkat dan disini lah akar nafas itu dapat berfungsi dan bekerja dalam pernapasan tumbuhan mangrove tersebut.

Gambar 5. Sisa Air Laut Akibat Pengaruh Pasang Surut di Vegetasi Mangrove Pantai Mertasari, Bali

Komunitas mangrove akan lebih luas penyebarannya pada daerah landai dengan kisaran pasang surut besar (Kennish, 1990). Sedangkan menurut Chapman (1984) penetrasi pasang ke arah daratan akan memungkinkan mangrove tumbuh lebih jauh ke arah darat. Arus laut akan membawa benih mangrove, menyuplai O2 dan nutrien bagi mangrove. 2.2.3. Suhu Mangrove tumbuh dengan subur di daerah tropis pada suhu udara lebih dari 20 C dan kisaran suhu udara musiman kurang dari 5 C. Suhu udara di bawah -4 C akan berakibat fatal pada mangrove karena komunitas ini tidak dapat mentolerir kebekuan (Kennish, 1990)

2.2.4. Salinitas Salinitas optimum untuk pertumbuhan mangrove adalah 28 34 ppt (Aksornkoae, 1993)

2.2.5. Perlindungan Terhadap Aksi Gelombang Aksi gelombang dapat merusak benih mangrove yang akar-akarnya belum kuat tertanam. Oleh sebab itu mangrove hanya dapat tumbuh dengan baik di pantai-pantai yang terlindung dari aksi gelombang. Menurut Chapman (1984) pantai-pantai tersebut antara lain teluk, estuari, laguna, dan kepulauan.

2.3. Pembahasan

Pantai Mertasari merupakan pantai yang terletak di sekitar daerah Tanjung Benoa (ujung Selatan pulau Bali) dan selat antar pulau Bali (pantai Sanur) dengan pulau Serangan dengan posisi geografis 080 4312 LS dan 11501322 BT. Pantai ini dipengaruhi oleh sifatsifat dari darat maupun laut seperti angin, pasang surut, dan intrusi air laut. Sementara itu, sifat-sifat dari darat yaitu terjadinya suatu proses-proses sedimentasi yang mengangkut sedimen dari daratan menuju laut sehingga terbentuklah suatu daerah yang didominasi oleh sedimentasi dan ditumbuhi oleh vegetasi mangrove. Selain sedimentasi, pasang surut juga sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan mangrove, karena tumbuhan mangrove memiliki sistem pengakaran jangkar dimana memiliki sistem pernafasan dengan menggunakan akar napas. Saat Spring Tide amplitudo pasang besar, sehingga tanaman mangrove akan terendam dan sebaliknya pada saat surut, tanaman mangrove akan terangkat dan disini lah akar nafas itu dapat berfungsi dan bekerja dalam pernapasan tumbuhan mangrove tersebut. Sedimentasi sungai mempunyai pengaruh besar pada kawasan yang di dominasi ekosistem mangrove ini. Meningkatnya aktivitas manusia akhir-akhir ini di sepanjang aliran sungai telah memberi pengaruh terhadap ekosistem muara. Sebagai dampaknya jumlah sedimen (suspended solid) dan sampah di dalam sungai bertambah dan menyebabkan pendangkalan. Ini yang dapat bertampak negatif pada pertumbuhan mangrove dimana dasar di hilir sungai akan meninggi akibat sedimentasi ini. Akibatnya, air tidak mengalir dengan baik sehingga meningkatkan kemungkinan banjir. Ini juga berdampak buruk pada ekosistem mangrove apabila terlalu lama terendam maka lama-kelamaan tumbuhan tersebut akan mati. Mangrove memiliki banyak fungsi, baik secara fisika, kimia, biologi. Secara biologi, fungsi hutan mangrove antara lain sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground). Secara fisik, fungsi hutan mangrove antara lain sebagai peredam angin, badai dan gelombang, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Dimana dalam ekosistem mangrove ini mampu menghasilkan zat-zat nutrien (organik dan anorganik) yang mampu menyuburkan perairan laut dan berperan dalam siklus karbon, nitrogen dan sulfur.

2.4. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan pada Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Pantai Mertasari, Bali ini dapat disimpulkan bahwa : Mangrove adalah tanaman dengan sistem pengakaran jangkar dimana memiliki sistem pernapasan menggunakan akar napas. Mangrove memiliki karakteristik hidup di daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir. Dengan daerahnya yang tergenang air laut secara berkala, serta miliki air yang bersalinitas payau (2-22 permil) hingga asin (hingga 38 permil). Secara biologi, fungsi hutan mangrove antara lain sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground). Secara fisik, fungsi hutan mangrove antara lain sebagai peredam angin, badai dan gelombang, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Secara kimiawi, ekosistem mangrove ini mampu menghasilkan zat-zat nutrien (organik dan anorganik) yang mampu menyuburkan perairan laut dan berperan dalam siklus karbon, nitrogen dan sulfur.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, A. dan Suhardjono. 1992. Penelitian Mangrove di Indonesia Pendayagunaan dan Konservasi Lokakarya Nasional Penyususnan Program Penelitian Biologi Kelautan dan Proses Dinamika Pesisir, Semarang. Puslitbang Biologi-LIPI, Jakarta.

Chapman, V.J.C. 1984. Mangrove Biogeography at F.D. Poor dan Inka Dor (Eds.). Hydrobiology of Mangal. W. Junk Publisher. Boston. 219 hlm.

Kennish, M.J. 1990. Ecology of Estuaries. Biological Aspect. Vol. II. CRC Press Inc. USA. 137 hlm

Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary Rock. Harper and Row Publisher. New York.

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/02/pengertian-wilayah-pesisirpantai.html

http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/02/transportasi-sedimen_23.html

http://doddys.wordpress.com/2007/02/08/mekanisme-transportasi-sedimen/

http://www.omtimo.org/archives/konsep-dan-definisi-pengelolaan-wilayah-pesisir

http://oseanografi.blogspot.com/2006/08/sedimen-di-laut-dalam-ideal-untuk.html

http://indrayaksa.wordpress.com/2009/09/15/pengertian-sedimen/

http://rageagainst.multiply.com/journal/item/33

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai