KABUPATEN PATI
ABSTRAK
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan pada dasarnya memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesejahtreraan seluruh masyarakat. Oleh karena itu kelestarian sumberdaya harus
dipertahankan sebagai landasaan utama untuk mencapai kesejahteraan tersebut. Misalkan,
sumberdaya hayati laut, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di harapkan tidak
menyebabkan rusaknya fishing ground, spawning ground maupun nursery ground ikan. Selain itu,
pengelolaan dan pemanfaatan ikan tidak pula merusak hutan mangrove, terumbu karang dan
padang lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan ikan.
Pantai Utara Jawa Tengah khususnya Kecamatan Juwana Kabupaten Pati merupakan salah satu
daerah dengan kondisi pantai dengan dasar berlumpur. Sedimentasi di wilayah juwana cukup tinggi
disebabkan karena Pantai di Juwana muara bagi sungai yang mengalir dari pegunungan kendeng
yang melewati daerah pertanian yang luas di wilayah Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Pucak
Wangi. Wilayah hutan mangrove di Kecamatan Juwana tersebar di sekitar sungai dan muara sungai
serta di sebagian lokasi tambakSebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan
ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi
ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat
(tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery
ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur
iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain: penghasil keperluan rumah tangga, penghasil
keperluan industri, dan penghasil bibit. Sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya
dengan mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan
(mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri, dan sebagainya maupun penebangan oleh
masyarakat untuk berbagai keperluan.
Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien dan bahan organik yang dibawa
ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Sedangkan ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil
bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem terumbu karang. Selain itu, ekosistem
lamun juga berfungsi sebagai penjebak sedimen (sedimen trap) sehingga sedimen tersebut tidak
mengganggu kehidupan terumbu karang. Selanjutnya ekosistem terumbu karang dapat berfungsi
sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak (gelombang) dan arus laut. Ekosistem mangrove
juga berperan sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat
asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi organisme
yang hidup di padang lamun ataupun terumbu karang.
Citra Indonesia sebagai Negara bahari adalah suatu kesatuan dari ragam fakta geografis, sumber
daya, kultur serta sejarah yang melekat pada negeri ini. Indonesia sebagai Negara kepulauan
terbesar di dunia memiliki luas wilayah ± 5,8 juta Km2, terdiri dari kepulauan dan teretorial seluas
3,1 Km2 serta memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan garis pantai terpanjang
keempat di dunia.
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Juwana adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pati, Provinsi
Jawa Tengah, Indonesia. Kota Juwana terletak di jalur pantura yang menghubungkan kota Pati dan
kota Rembang. Kecamatan ini mempunyai banyak lapangan kerja. Hal yang menjadi ciri khas
Kecamatan Juwana adalah usaha kerajinan logam kuningan yang sebagian besar terdapat di Desa
Growong Lor dan sekitarnya, serta usaha tambak perikanan di Desa Bajomulya, Agung Mulyo dan
desa-desa sekitarnya. Pelabuhan Juwana menjadi salah satu tulang punggung kekuatan
perekonomian kecamatan Juwana. Pelabuhan ini menjadi salah satu pintu masuk kapal-kapal
pengangkut kayu dari Kalimantan (sekarang sudah tidak aktif). Hasil tambak maupun tangkapan
nelayan yang didapat antara lain: bandeng, udang, tongkol, kakap merah, kepiting, ikan pe, cumi,
dan kerapu (Sudarso. 2007).
Pantai Utara Jawa Tengah khususnya Kecamatan Juwana Kabupaten Pati merupakan salah satu
daerah dengan kondisi pantai dengan dasar berlumpur. Sedimentasi di wilayah juwana cukup tinggi
disebabkan karena Pantai di Juwana muara bagi sungai yang mengalir dari pegunungan kendeng
yang melewati daerah pertanian yang luas di wilayah Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Pucak
Wangi. Wilayah hutan mangrove di Kecamatan Juwana tersebar di sekitar sungai dan muara sungai
serta di sebagian lokasi tambak.
Kegiatan manusia di wilayah pesisir sangatlah beragam, mulai dari sektor perikanan, pemukiman,
industri dan pariwisata. Permasalahan pemanfaatan ruang terbangun di kawasan pesisir antara lain
adanya pembangunan di sepanjang pesisir tanpa memperhatikan sempadan pantai, pola
pembangunan yang membelakangi pantai, banyaknya bangunan liar (tidak ber-IMB) sepanjang
pesisir pantai yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya, baik dari aspek penataan
maupun sanitasi lingkungan, sehingga menimbulkan kesan kumuh di wilayah perairan pesisir seperti
menyebabkan rusaknya ekosistem hutan mangrove, ekosistem terumbu karang, ekosistem padang
lamun serta dapat memberi dampak gangguan terhadap kehidupan biota yang di dalamnya.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan pada dasarnya memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesejahtreraan seluruh masyarakat. Oleh karena itu kelestarian sumberdaya harus
dipertahankan sebagai landasaan utama untuk mencapai kesejahteraan tersebut. Misalkan,
sumberdaya hayati laut, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di harapkan tidak
menyebabkan rusaknya fishing ground, spawning ground maupun nursery ground ikan. Selain itu,
pengelolaan dan pemanfaatan ikan tidak pula merusak hutan mangrove, terumbu karang dan
padang lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan ikan.
Sumberdaya ikan termasuk kedalam kelompok sumberdaya alam yang dapat diperbarui (renewable
resources) yang regenerasinya tergantung pada kelangsungan proses biologi (reproduksi) (Dahuri,
2003)
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan.
Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara
lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari
makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan
(spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi
ekonominya antara lain: penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan
penghasil bibit. Sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya dengan mengintervensi
ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan (mangrove) menjadi tambak,
pemukiman, industri, dan sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai
keperluan.
1.2 PERMASALAHAN
Belum adanya deskripsi tentang ekosistem mangrove di Kecamatan Juwana serta pengaturan
pemanfaatan mangrove di Kecamatan Juwana mengakibatkan perusakan ekosistem pesisir
khususnya ekosistem mangrove akhir-akhir ini menjadi hal yang marak terjadi, dengan dalih
pembangunan hutan mangrove dibuka untuk tambak, pemukiman, pelabuhan, dan direklamasi.
Masalah tersebut tentunya memiliki dampak terhadap lingkungan khususnya dampak terhadap
sumber daya perikanan yang bersinggungan langsung dengan ekosistem mangrove tersebut.
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah pemantauan eksositem mangrove di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati adalah
untuk mengidentifikasi jenis mangrove, mengetahui titik lokasi ekosistem mangrove di Kecamatan
Juwana dan memetakan ekosistem mangrove di Kecamatan Juwana.
1.4 METODE
Metode yang digunakan dalam Pemantauan Ekosistem Mangrove di Kecamatan Juwana adalah
dengan cara observasi atau dilakukan penilaian secara langsung di lapangan (terestris) untuk
mendapatkan data primer dari lapangan, meliputi identifikasi mangrove baik jenis ataupun ukuran,
titik koordinat, serta kondisi ekosistem mangrove tersebut yang kemudian di gambarkan kedalam
peta.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang penting dalam menjaga rantai
kehidupan di laut. Beberapa jenis biota laut langsung ataupun tidak langsung berhubungan dengan
ekosistem mangrove, ekosistem mangrove menjadi nursery ground bagi beberapa jenis ikan,
maupun sebagai penyedia nutrien bagi lautan. Dengan potensi yang unik dan bernilai ekonomi tinggi
namun dihadapkan pada ancaman yang tinggi pula, maka hendaknya wilayah pesisir ditangani
secara khusus agar wilayah ini dapat berkelanjutan. Aktivitas yang akan ditempatkan pada suatu
ruang di kawasan pesisir harus memperhatikan kesesuaian antar kebutuhan (demand) dengan
kemampuanlingkungan dalam menyediakan sumberdaya (carrying capacity). Dengan mengacu
kepada keseimbangan antara demand dan supply, maka akan dicapai suatu optimasi pemanfaatan
ruang antara kepentingan masa kini, masa datang serta menghindari terjadinya konflik pemanfaatan
ruang.
Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien dan bahan organik yang dibawa
ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Sedangkan ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil
bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem terumbu karang. Selain itu, ekosistem
lamun juga berfungsi sebagai penjebak sedimen (sedimen trap) sehingga sedimen tersebut tidak
mengganggu kehidupan terumbu karang. Selanjutnya ekosistem terumbu karang dapat berfungsi
sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak (gelombang) dan arus laut. Ekosistem mangrove
juga berperan sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat
asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi organisme
yang hidup di padang lamun ataupun terumbu karang.
Di samping hal-hal tersebut di atas, ketiga ekosistem tersebut juga menjadi tempat migrasi atau
sekedar berkelana organisme-organisme perairan, dari hutan mangrove ke padang lamun kemudian
ke terumbu karang atau sebaliknya (Kaswadji, 2001).
Peran ekosistem mangrove sebagai terhadap sumber daya perikanan sangatlah beragam dan besar
manfaatanya. Berikut beberapa peran ekosistem mangrove:
4.1. KESIMPULAN
2.2. SARAN
Dari makalah ini penulis memberi saran untuk ikut berperan aktif dalam menjaga ekosistem
mangrove, dengan pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem mangrove yang berorientasi kepada
kelestarian ekosistem mangrove di Kecamatan Juwana.
Diperlukan payung hukum dalam upaya menjaga ekosistem mangrove di Kecamatan Juwana seperti
adanya Perda Perlindungan Kawasan Mangrove atau penetapan daerah konservasi mangrove, dan
untuk implementasi yang paling sederhana misalnya dengan membuat papan larangan / peringatan
untuk tidak merusak mangrove.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.
Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.
Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Sebagian bahan kuliah SPL.727
(Analisis Ekosistem Pesisir dan Laut). Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor, Indonesia.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M. Eidman.,
Koesoebiono., D.G. Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta,
Indonesia.
Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya
Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta, Indonesia.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.