Anda di halaman 1dari 76

PENGOLAHAN SEDIMEN DASAR MENGGUNAKAN METODE BASAH DAN

SEGITIGA SEPARD, SEDIMEN TERSUSPENSI SERTA LAJU SEDIMENTASI DI


PERAIRAN NATUNA SELATAN
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI TNI ANGKATAN LAUT, JAKARTA UTARA

PRAKTEK KERJA MAGANG


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh:
LEY VASA NUR S.
NIM. 135080601111081

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
PENGOLAHAN SEDIMEN DASAR MENGGUNAKAN METODE BASAH DAN
SEGITIGA SEPARD, SEDIMEN TERSUSPENSI SERTA LAJU SEDIMENTASI DI
PERAIRAN NATUNA SELATAN
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI TNI ANGKATAN LAUT, JAKARTA UTARA

PRAKTEK KERJA MAGANG


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan


di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh:
LEY VASA NUR S.
NIM. 135080601111081

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
LAPORAN PRAKTIK KERJA MAGANG

LEMBAR PENGESAHAN
PENGOLAHAN SEDIMEN DASAR MENGGUNAKAN METODE BASAH DAN
SEGITIGA SEPARD, SEDIMEN TERSUSPENSI SERTA LAJU SEDIMENTASI DI
PERAIRAN NATUNA SELATAN
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI TNI ANGKATAN LAUT, JAKARTA UTARA

Oleh:
LEY VASA NUR SYAFAAT
NIM. 135080601111081

Telah dipertahankan di depan dosen pembimbing pada …….


dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Tanggal:

Mengetahui, Menyetujui,
Sekretaris Jurusan Dosen Pembimbing

(Oktiyas Muzaky Luthfi, S.T, M.Sc (Ir. Bambang Semedi, M.Sc, Ph.D)
NIP: 197910312008011007 NIP: 19621220 198803 1 004
Tanggal : Tanggal :

i
RINGKASAN

Ley Vasa Nur Syafaat. Pengolahan Sedimen Dasar Menggunakan Metode Basah

dan Segitiga Separd, Sedimen Tersuspensi, Serta Laju Sedimen di Pusat Hidro-

Oseanografi TNI AL, Jakarta Utara. Ir. Bambang Semedi, M.Sc, Ph.D dan Mayor

Laut (KH) Kuncoro, S.T.

Sedimen merupakan hasil erosi yang terjadi pada batuan mengalami


pelapukan atau pada jenis tanah. Sedimen dalam lingkungan pesisir memiliki sifat
yang dinamis, yang mana akan mengalami pengikisan, transportasi, dan
pengendapan dalam jangka waktu dekat maupun jangka waktu panjang. Penelitian
mengenai dinamisnya sedimen tersebut sangatlah diperlukan untuk prediksi
perubahan pesisir yang akan datang. Maka dari itu, Praktek Kerja Magang ini
dilakukan untuk menentukan ukuran sedimen dasar dan menentukan berat sedimen
tersuspensi sehingga dapat diketahui kecepatan laju sedimentasi yang terjadi pada
suatu perairan.

Praktik Kerja Magang (PKM) dilaksanakan pada tanggal 11 Juli sampai


dengan 11 Agustus 2016, yang bertempat di Laboratorium Sedimen, Pusat Hidro-
Oseanografi TNI AL, Jakarta Utara. Tujuan dari kegiatan PKM ini ialah untuk
mengetahui proses dalam melakukan pengolahan sampel sedimen, baik sedimen
dasar maupun sedimen tersuspensi.

Data yang digunakan dalam PKM ini adalah data primer, hasil dari survey yang
dilakukan oleh Tim Survei Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL di Perairan Natuna
Selatan. Sampel yang didapatkan dari hasil survey, kemudian dilakukan pengolahan
untuk mengetahui jenis sedimen, jumlah sedimen tersuspensi, dan laju sedimen yang
ada pada perairan tersebut. Pengolahan sampel sedimen dasar menggunakan
metode basah dan segitiga sheppard untuk menentukan jenis sedimen. Pengolahan
sedimen tersuspensi dilakukan dengan menyaring sampel air menggunakan kertas
whatman, yang kemudian ditimbang untuk mengetahui berat sedimen tersuspensi.
Kedua data hasil jenis sedimen dan berat sedimen tersuspensi digunakan untuk
mengetahui laju sedimentasi dengan ditambahkan data pasang surut untuk
mengetahui slack water.

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di baawah ini,


Nama: Ley Vasa Nur Syafaat

NIM: 135080601111081

Prodi: Ilmu Kelautan

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja Magang (PKM)

yang berjudul “Pengolahan Sedimen Dasar Menggunakan Metode Basah dan

Segitiga Separd, Sedimen Tersuspensi, Serta Laju Sedimen di Dinas Hidro-

Oseanografi TNI AL, Jakarta Utara” adalah benar merupakan hasil tulisan dan hasil

karya saya sendiri, yang dibantu oleh pembimbing di Pusat Hidro-oseanografi TNI AL.

adapun data dan informasi yang diperoleh berasal dari beberapa sumbertertulis

sepanjang sepengetahuan saya tidak ada karya ataupun pendapat yang pernah

dituliskan atau dipublikasikanoleh orang lain selainyang tertulis dalam laporan ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudianhari terbukti atau dapat dibuktikan

bahwa laporan Praktik Kerja Magang ini merupakanhasil jiplakan (plasias). Maka saya

bersebia menerima sanksi atas perbuatan tersebut, sesuai dengan hukum yang

berlaku di Indonesia.

Malang, November 2016


Mahasiswa

Ley Vasa Nur Syafaat


135080601111081

iii
UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan terselesaikannya laporan Praktik Kerja Magang (PKM) ini, penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS, selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Brawijaya, Malang.

2. Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP., selaku ketua Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Brawijaya, Malang.

3. Feni Iranawati, S.Pi., M.Si., Ph.D. selaku ketua Program Studi Ilmu Kelautan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

4. Bapak Ir. Bambang Semedi, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing PKM yang

telah meluangkan waktu guna memberikan masukan dengan sabar serta

pengarahan dalam proses bimbingan selama proses pelaksanaan PKM mulai dari

penyusunan proposal PKM hingga penulisan laporan PKM.

5. Laksamana Muda TNI Daryanto selaku Kepala Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL,

Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Program

Kerja Magang di Dinas Oseanografi dan Meteorologi, Pushdrosal.

6. Kolonel Laut (KH) Dwi Santosa selaku Kepala Dinas Oseanografi dan Meteorologi

Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL, Jakarta yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melaksanakan Program Kerja Magang.

7. Mayor Laut (KH) Kuncoro, S.T selaku pembimbing kegiatan Kerja Praktik penulis

di Dinas Oseanografi dan Meteorologi, Pushidrosal, Jakarta Utara, yang telah

membimbing dan memberikan banyak materi, masukan, serta arahan selama

proses PKM.

iv
8. Mayor Laut (KH) Khoirol Imam Fatoni, S.T, M.Si yang telah membimbing dan

memberikan banyak materi, masukan, serta arahan selama proses PKM.

9. Peltu Sudarno, Kopka M. Sidik, dan Serka Rudi Purwanto, yang telah membimbing

dan memberikan banyak materi, masukan, serta arahan selama proses PKM di

Laboratorium Sedimen, Pushidrosal.

10. Serma Kurnia Malik, A.Md, yang telah membimbing dan memberikan banyak

materi, masukan, serta arahan selama proses PKM di Laboratorium Kering,

Pushidrosal.

11. Orangtua penulis, Ayahanda Mochamad Waluyo. Ibu Wahyuningsih Maisaroh

Subekti. Kakek penulis, Wahyudi (Alm). Nenek penulis Rukini dan Susiami (Alm.).

Kakak Penulis, Ley Via Nuraini serta keluarga terdekat yang selalu memberikan

dukungan berupa doa, motivasi dan restu kepada penulis.

12. Saudara Rosalia Rianty Reniatao selaku penghubung penulis dengan pihak Pusat

Hidro-Oseanografi, Jakarta Utara, atas segala bantuan dan masukannya.

13. Teman – teman Griya Pondok Pesantren Mahasiswa Al-kautsar, Jalan Jombang,

atas bantuan, dan dorongan motivasi.

14. Teman – teman Ilmu Kelautan angkatan 2013 “Atlantik” Universitas Brawijaya atas

bantuan, dan dorongan motivasi.

Malang, Oktober 2016

Penulis

v
KATA PENGANTAR

Laporan Praktek Kerja Magang ini berjudul Pengolahan Sedimen Dasar

Menggunakan Metode Basah dan Segitiga Separd, Sedimen Tersuspensi, Serta Laju

Sedimen di Peraairan Natuna Selatan, Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL, Jakarta

Utara. Dalam penyusunan laporan ini, banyak hambatan yang penulis hadapi, penulis

juga menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan laporan ini berkat rahmat

Tuhan Yang Maha Esa bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua serta dosen

pembimbing, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang

Pengolahan Sedimen Dasar Menggunakan Metode Basah dan Segitiga Separd,

Sedimen Tersuspensi, Serta Laju Sedimen. berdasarkan Praktek Kerja Magang yang

telah penulis laksanakan. Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih

luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa

laporan ini masih banyak kekuranga, untuk itu kepada dosen pembimbing saya

meminta masukannya demi perbaikan pembuatan laporan saya di masa yang akan

datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Malang, Oktober 2016

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... i

RINGKASAN ............................................................................................................. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................................ iii

UCAPAN TERIMAKASIH.......................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xi

1. PENDAHULUAN................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................. 3

2. METODE .............................................................................................................. 5

2.2 Waktu Penelitian......................................................................................... 6

2.3 Prosedur ..................................................................................................... 6

3. Hasil ..................................................................................................................... 7

3.1.2 Sejarah Pushidrosal ............................................................................ 8

3.1.3 Struktur Organisasi ............................................................................ 10

3.1.4 Visi dan Misi ...................................................................................... 12

3.1.5 Tugas dan Fungsi .............................................................................. 14

3.1.6 Pendidikan......................................................................................... 16

3.2 Partisipasi Aktif ......................................................................................... 16

3.2.1 Pengolahan Sampel Sedimen Dasar ................................................. 18

vii
3.2.2 Pengolahan Sampel Sedimen Terlarut .............................................. 27

3.2.3 Perhitungan Laju Sedimentasi ........................................................... 35

4. PENUTUP .......................................................................................................... 37

4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 37

4.2 Saran ........................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 39

viii
DAFTAR TABEL

Table 1. Alat untuk Mengolah Sedimen Dasar ........................................................ 18


Table 2. Bahan untuk Pengolahan Sedimen Dasar................................................. 20
Table 3. Contoh data hasil berat kosong dan berat hasil......................................... 24
Table 4. Contoh data yang sudah dilakukan perhitungan persentase ..................... 25
Table 5. Alat untuk pengolahan sedimen terlarut .................................................... 28
Table 6. Bahan untuk mengolah sedimen terlarut ................................................... 31

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL.................................................. 5


Gambar 2. Prosedur Praktek Kerja Magang ............................................................. 6
Gambar 3. Kantor Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL ................................................. 7
Gambar 4. Struktur Organisasi Pusat Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL.................. 12
Gambar 5. Flowchart Pengolahan Sedimen Dasar ................................................. 22
Gambar 6. Segitiga Sheppard................................................................................. 26
Gambar 7. Segitiga Sheppard dominan Gravel ....................................................... 26
Gambar 8. Contoh segitiga sheppard setelah dimasukkan nilai persentase............ 27
Gambar 9. Flowchart pengolahan sedimen terlarut................................................. 32
Gambar 10. Grafik Pasang Surut ............................................................................ 35
Gambar 12. Diskusi bersama pembimbing ............................................................. 53
Gambar 11. Olahraga dihari Selasa dan Jumat ...................................................... 53
Gambar 13. Pemaparan hasil Magang ................................................................... 54
Gambar 14. Pengolahan sampel sedimen dasar .................................................... 54

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Magang ................................ 40


Lampiran 2. Data Pasang-Surut.............................................................................. 41
Lampiran 3. Data Sedimen Dasar ........................................................................... 42
Lampiran 4. Data Sedimen Tersuspensi Ketika Spring Tide ................................... 47
Lampiran 5. Data Sedimen Tersuspensi Ketika Neap Tide ..................................... 48
Lampiran 6. Segitiga Sheppard............................................................................... 49
Lampiran 7. Dokumentasi ....................................................................................... 53
Lampiran 8. Catatan Harian Kegiatan PKM ............................................................ 55
Lampiran 9. Surat Pernyataan Selesai Magang dari Instansi .................................. 63

xi
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lautan memiliki permukaan dasar yang tertutupi oleh partikel-partikel sedimen

yang telah mengendap. Sehingga memiliki relative ketebalan yang berbeda di banyak

bagian laut. Menurut Asdak (2007), Sedimen merupakan hasil erosi yang terjadi pada

batuan mengalami pelapukan atau pada jenis tanah. Dapat diartikan bahwa sedimen

adalah pecahan, mineral, atau material organic yang dibawa dari berbagai sumber

yang kemudian diendapkan oleh media seperti udara, angin, atau air. Proses

pengendapan material itu dapat disebut sebagai sedimentasi.

Sedimen yang terdapat pada wilayah laut mempunyai kompisisi yang berbeda,

yaitu memiliki komposisi dari akumulasi mineral-mineral dan pecahan-pecahan

batuan yang bercampur dengan pecahan dari organisme laut seperti pecahan

cangkang, tulang ikan maupun pecahan karang (Cenne, 2016). Menurut Sembiring et

al. (2014), sedimentasi adalah sedimen hasil dari proses erosi yang terbawa oleh

aliran air dan akan diendapkan disuatu tempat yang kecepatan alioran airnya

melambat atau terhenti.

Sedimen dasar merupakan partikel sedimen yang mengendap di dasar

perairan. Sebelum sedimen mencapai dasar, partikel sedimen akan melayang –

layang terbawa arus hingga akhirnya sampai di dasar perairan. Akan tetapi, sedimen

yang telah mencapai dasar, sedimen akan dapat tersuspensi kembali sebelum partikel

tersebut mengalami penimbunan sehingga terperangkap dan akhirnya mengendap

(Umi Muawanah dan Agus Supangat, 1998).

1
Ukuran butir sedimen merupakan salah satu faktor kecepatan laju sedimen.

Sedimen yang memiliki ukuran butir yang besar, akan lebih cepat mengalami

sedimentasi dibandingkan dengan sedimen yang memiliki ukuran butir yang relative

kecil seperti lumpur. Penentuan ukuran sedimen berfungsi untuk menjelaskan terkait

perubahan spasial, proses pengendapan, distribusi ukuran butir, dan identifikasi

sumber sedimen (Nugroho dan Basit, 2014).

Pengukuan ukuran butir sedimen dapat dilakukan dengan menggunakan dua

metode, yaitu metode basah dan metode kering (Wibisono, 2011). Metode kering

dilakukan dengan menghaluskan sampel sedimen untuk memisahkan partikel yang

saling menempel kemudian dilakukan pengayakan menggunakan sieve shaker.

Sedangkan metode basah menggunakan air sebagai media untuk memisahkan

partikel sedimen sekaligus mengayak, yang kemudian dioven untuk mengurangi

kadar air (Lestari, 2015).

Menurut Rifardi (2011), Penggolongkan sampel sedimen dapat menggunakan

segitiga sheppard. Diagram Sheppard mengikuti konvensi-konvensi semua diagram

rangkap tiga. Sebagai contoh, lumpur berisi sedikitnya 75% partikel-partikel ukuran

lumpur. “Silt Sand” dan “Sandy Silt” berisi tidak lebih dari pada 20% ukuran partikel

“Clay” dan “Sand-SiltClays” berisi sedikitnya 20% dari ketiap ketiga komponen-

komponen. Batasan – batasan yang tepat dari tiap sepuluh kelas digambarkan di

dalam metadata untuk pengaturan data yang digunakan untuk menyusun peta

distribusi sedimen (Munandar, 2014).

Sedimen tersuspensi merupakan sedimen yang berada di dalam kolom

perairan dan memiliki ukuran ±0.45 – 2.0 mm. Sedimen tersuspensi berasal daratan

2
yang ditranspor melalui sungai dan udara (Sanusi et. al, 2005). Partikel yang

tersuspensi bisa berupa komponen hidup (biotik) ataupun komponen mati (abiotic).

Sedimen yang tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang

heterogen, dan berfungsi sebagai pembentuk endapan paling awal. Adanya sedimen

yang tersuspensi juga dapat menghalangi cahaya masuk kedalam perairan, sehingga

mengurangi kemampuan produksi zat organic (Tarigan dan Edward, 2003).

Menurut Suleman (2015), laju sedimentasi adalah jumlah hasil sedimen per

satuan luas daerah tangkapan air per satuan waktu (dalam satuan ton/ha/th atau

mm/th). Hasil sedim) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di

daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hasil

sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut.

Sedimen dalam lingkungan pesisir memiliki sifat yang dinamis, yang mana

akan mengalami pengikisan, transportasi, dan pengendapan dalam jangka waktu

dekat maupun jangka waktu panjang. Penelitian mengenai dinamisnya sedimen

tersebut sangatlah diperlukan untuk prediksi perubahan pesisir yang akan datang.

Maka dari itu, Praktek Kerja Magang ini dilakukan untuk menentukan ukuran sedimen

dasar dan menentukan berat sedimen tersuspensi sehingga dapat diketahui

kecepatan laju sedimentasi yang terjadi pada suatu perairan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan PKM yang berjudul “Pengolahan Sedimen Dasar

Menggunakan Metode Basah dan Segitiga Sephard, Sedimen Tersuspensi serta Laju

Sedimentasi di Perairan Natuna Selatan, Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan

Laut, Jakarta Utara” adalah sebagai berikut :

3
1. Mampu menentukan jenis sedimen dasar berdasarkan ukuran butir

menggunakan metode basah dan segitiga sephard

2. Mengetahui proses pengolahan sampel sedimen tersuspensi

3. Mampu menentukan kecepatan laju sedimentasi dari hasil pengolahan sampel

sedimen tersuspensi

4
2. METODE

2.1 Lokasi Penelitian

Praktek Kerja Magang dilakukan di Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan

Laut, Jakarta Utara. Lokasi Pushidrosal bertempat di Jalan Pantai Kuta V No.1, Ancol

Timur, Jakarta Utara. Lokasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL

Pelaksanaan Praktek Kerja Magang dilakukan di Dinas Oseanografi dan

Meteorologi. Dinas Oseanografi dan Meteorologi merupakan salah satu dinas di

bawah naungan Pusat Hidro-Oseanografi yang bertugas sebagai pengolah data yang

telah didapatkan oleh Unit Survei setelah melakukan survey di suatu perairan. Data

yang di olah berupa data yang berkaitan dengan Oseanografi, seperti data pasang

surut, arus, gelombang, sedimen, dan lain sebagainya. Adapun data Meteorologi

didapatkan dari stasiun meteo yang dimiliki Pushidrosal yang bertempat di Gedung

Pushidrosal Lantai 3.

5
2.2 Waktu Penelitian

Praktik Kerja Magang dilaksanakan pada tanggal 11 Juli – 13 Agustus 2016.

(Lampiran 1) menunjukkan timeline dari kegiatan Praktek Kerja Magang, mulai dari

penysunan proposal hingga selesai dilaksanakannya Praktek Kerja Magang.

2.3 Prosedur

Pelaksanaan Praktek Kerja Magang di Pusat Dinas Hidro-Oseanografi TNI

Angkatan Laut harus melalui serangkaian prosedur. Prosedur Praktek Kerja Magang

dapat dilihat pada Gambar 2.

Pendaftaran secara Pengumuman Pengajuan surat


online untuk persetujuan topik dan pengantar PKL /
pengajuan topik dan dosen pembimbing PKM
dosen pembimbing

Menghubungi instansi Persetujuan Proposal Pembuatan


untuk pendaftar dan PKL / PKM dan Surat proposal PKL /
mengajukan proposal Pengantar PKM
kegiatan praktel kerja

Persetujuan Memulai praktik kerja Menyelesaikan


instansi untuk sesuai dengan waktu yang masa praktik dan
praktik kerja ditentukan penyusunan
laporan

Gambar 2. Prosedur Praktek Kerja Magang

6
3. Hasil

3.1 Profil Instansi


3.1.1 Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL
Pusat Hidro-Oseanografi (Pushidrosal) TNI Angkatan Laut merupakan

Komando Utama Pembinaan TNI Angkatan Laut yang berkedudukan langsung di

bawah Kasal, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 62 tahun 2016 tentang

perubahan Atas Perpres Nomor 10 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara

Nasional Indonesia. Pushidrosal ditetapkan sebagai lembaga hidrografi nasional

dengan dasar hukum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1951

tanggal 31 Maret 1951 (PP RI No. 23/1951) dan Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 164 tahun 1960 tanggal 14 Juli 1960 (Keppres RI No. 164/1960),

mengemban fungsi sebagai Lembaga Hidrografi Militer dan Lembaga Hidrografi

Nasional Indonesia.

Gambar 3. Kantor Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL

Pushidrosal TNI AL bertugas menyelenggarakan pembinaan hidro-

oseanografi (hidros), meliputi survei, penelitian, pemetaan laut, publikasi, penerapan

lingkungan laut dan keselamatan navigasi pelayaran, baik untuk kepentingan TNI

7
maupun untuk kepentingan umum, dan menyiapkan data dan informasi wilayah

pertahanan di laut dalam rangka mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut. Selain

itu, Pushidrosal juga memiliki tugas pokok yaitu Pushidrosal berkewajiban

menyiapkan, menyediakan data dan informasi hidro-oseanografi untuk kepentingan

TNI maupun untuk kepentingan umum. Untuk kepentingan keselamatan navigasi

pelayaran, Pushidrosal mempunyai kewenangan dan legalitas tunggal dalam bidang

hidrografi dalam menyediakan data dan informasi hidro-oseanografi berupa peta laut

baik peta kertas maupun peta navigasi elektronik dan publikasi nautika.

Sebagai pengemban fungsi hidrografi militer dan pertahanan, Pushidrosal

bertanggung jawab untuk mampu menyediakan data dan informasi hidro-oseanografi

yang akurat dan mutakhir sebagai data dasar yang akan digunakan sebagai bahan

analisa strategi pertahanan nasional. Sedangkan sebagai Lembaga Hidrografi

Nasional Indonesia, Pushidrosal melaksanakan fungsinya sebagai penanggung

jawab untuk memberikan jaminan keselamatan navigasi pelayaran di seluruh wilayah

perairan yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3.1.2 Sejarah Pushidrosal

Sejarah berdirinya Pushidrosaldiawali dengan dibentuknya panitia perbaikan

pemetaan di netherland East Indies pada tahun 1821. Selang 3 tahun tepatnya Pada

tahun 1823 Angkatan Laut Belanda mendirikan Depo Peta di cara yang berfungsi

menyediakan peta laut dan buku nautis untuk kepentingan umum. Selanjutnya pada

tahun 1850, dibentuklah Geografische Dients (Dinas Hidrografi) din bawah angkatan

laut Belanda yang melaksanakan kegiatan pengamatan posisi geografis di berbagai

tempat di indonesia dengan cara pengamatan bintang. Pada tahun 1874, pemerintah

kolonial Belanda membentuk Burenau Hydrografie yang merupakan bagian dari

departemen Der Marine Kerajaan Belanda, untuk melaksanakan kegiatan survei dan

8
pemetaan guna keperluan keselamatan pelayaran kapal – kapal perang dan kapal

dagang Belanda.

Perang dunia I pada tahun 1914 menyebabkan terjadinya kekurangan personil

pada kapal – kapal pemetaan Angkatan Laut Belanda, sehingga pada waktu itu, mulai

ditugaskan perwira dari Gouvernement Marine (jawatan Pelayaran), dan selanjutnya

pada tahun 1918 Gouvernement Marine membentuk organisasi yang melaksanakan

pemetaanlaut sendiri yang sejak tahun 1922 Gouvernement Marine dapat membantu

angkatan laut belanda melaksanakan pemetaan dengan menggunakan kapal sendiri.

Dengan demikian sejak itu terdapat dua rganisasi yang melaksankan pemetaaan di

Indonesia. Pada periode penjajan jepang (1941 – 1945), kegiatan survei dan

penelitian dilakukan untuk kepentingan perang pertahanan militer jepang di Indonesia.

Pada periode awal kemerdekaan keberadaan kedua organisasi hidrografi

pada masa penjajahan belanda tersebut dipertahankan, namun karena pemerintah

Indonesia belum memiliki failitas dan personil Hidrografi, maka kegiatan pemetaan

mengalami kesulitan, sehingga Negara Belanda pada tahun 1951 masih memberikan

bantuan tenaga ahli hidrografi kepada Indonesia. Mengingat adanya dua kepentingan,

yakni kepentingan pelayaran sipil dan kepentingan pertahanan, beberapa peraturan

perundangan yang diberlakukan antara lain: peraturan pemerintah RI Nomor: 23

tahun 1951 tentang pembentukan Bagian Hidrografi Angkatan Laut dan Bagian

Hidrografi Jawatan Pelayaran.

Keputusan Presiden RI Nomor: 164 tahun 1960 tentang Penggabungan

Pejabatan Hidrografi Jawatan Pelayaran ke dalam Jawatan Hidrografi Angkatan Laut

Jawatan Hidrografi Angkatan Laut (Janhidral). Keputusan Kasal Nomor :

KEP/20/VII/1997, tanggal 31 Juli 1997 tentang organisasi dan prosedur Dishidros,

9
menetapkan bahwa Dishidros bertugas membina dan melaksanakan fungsi hidro-

oseanografi untuk kepentingan TNI maupun untuk kepentingan umum.

Dalam perkembangannya, jawatan Hidrografi Angkatan Laut mengalami

beberapa kali perubahan nama, yaitu : berdasarkan Sk menteri Panglima Angkatan

Laut (Menpangal) no. 5402.46 tanggal 20 desember 1965, jawatan Hidrografi

Angkatan Laut menjadi Direktorat Hidrografi Angkatan Laut (Dithidral). Kemudian

berdasarkan keputusan Menhankam / pangab No. Kep/A/39/VII/1971 tanggal 23 Juli

1971, menjadi dinas hidrografi angkatan laut (Dishadral). Selanjutnya berdasarkan

keputusan menhankam / Pangab No. Kep/11/IV/1976 pasal 23, dalam

pelaksanaannya sesuai juklak kasal Nomer: juklak/40/VIII/1979, Dinas Hidrografi

angkatan laut berubah menjadi jawatan Hidro-oseanografi angkatan laut

(JANHIDROS). Sejak tahun 1984, berdasarkan keputusan Kasal No. Kep/23/XI/1984

tanggal 10 November 1984, menjadi Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS)

angkatan laut. Pada tanggal 13 September 2016, terjadi perubahan nama dari Dinas

Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) menjadi Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut

(PUSHIDROSAL). Peresmian Pushidrosal merupakan realisasi validasi organisasi

TNI Angkatan Laut berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2016 tentang

Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan

Organisasi Tentara Nasional Indonesia.

3.1.3 Struktur Organisasi

Suatu instansi untuk menggerakkan serta berjalannya dengan rapi dan baik

wajib memiliki struktur organisasi. Adapun struktur organisasi yang dimiliki oleh

PUSHIDROSAL dapat dilihat pada Gambar 4. Struktur ini mempunyai peran tugas

serta tanggung jawab terhadap kepala Pusat Hidro–Oceanografi TNI AL sebagai

10
unsur pimpinan dalam ruang lingkup Dinas Hidro-Oceanografi TNI AL, Jakarta Utara.

Organisasi dibagi menjadi 5 bagian besar dalam tujuan dari sebuah visi, seperti:

1. Unsur pimpinan

2. Unsur pembantu pimpinan / staf

3. Unsur pelayanan

4. Unsur pelaksana pusat

5. Unsur komando pelaksana

Uraian dalam peletakan jabatan dengan lima bagian besar di papan struktur

Pushidrosal itu didasarkan pangkat di tentara nasional indonesia angkatan laut (TNI

AL) dengan keterangan unsur pimpinan pangkat Laksamana Muda TNI yang ditandai

bintang dua di pundak kanan maupun kiri, kepala Dinas dengan pangkat kolonel

ditandai bunga melati berjumlah tiga masing – masing kanan dan kiri. Lebih turun lagi

yaitu bagian unsur pelaksana dan teknis yang di isi dari beragam pangkat yang paling

tinggi Letnan kolonel (letkol) dengan tanda mawar dua di pundaknya, mayor menjadi

tangan kanan letkol dengan tanda pangkat mawar satu dalam perencanaan kegiatan

survey lapang di bidang Oseanografi dan dibantu lagi perwira muda kapten, letnan

satu, letnan dua, sersan mayor, sersan kepala, sersan satu, sersan dua, dan yang

terakhir kopral. Itu semua demi melancarkan tugas pokok suatu lembaga dengan

ruang lingkup kelautan, yaitu Bagian Hidrografi Angkatan Laut mengemban fungsi

Dinas Hidrografi Angkatan Laut (DHAL) dan bertugas untuk menyelenggarakan

pembuatan peta laut, buku-buku dan penerbitan hidrografi yang menyangkut wilayah

perairan di luar Indonesia, serta peta dan buku yang berkaitan dengan pertahanan

dan militer.

11
KAPUSHIDROSAL Eselon Pimpinan
WAKAPUSHIDROSAL

Eselon Pembantu Pimpinan


SMIN
IT
SAHLI

DITRENA DITPAMKERMATAS DITOPSSUR DITPERS DITLOG

Eselon Pelayanan

SETUM BAGUM DENMA AKUN SATKOM

Eselon Pelaksana Pusat

DISPAM DISHIDRO DISPETA DIS DIS DIS DIS DIS DIS MAT DIS
NAUTIKA OSEMET INFOLAH PRODIS MINPERS NAUTIKAS
T
Eselon Komando Pelaksana
KAPUSHIDROSAL
WAKAPUSHIDROSAL

KRI/KAL UNTI SURVEY UNIT BANTU

Gambar 4. Struktur Organisasi Pusat Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL

3.1.4 Visi dan Misi

Adapun Visi dan Misi dari DinasPusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut

yaitu:

Visi: Membangun Lembaga Hidrografi Kelas Dunia Yang Terpercaya Dalam Rangka

Mendukung Kepentingan Maritim Nasional Indonesia.

Misi: Ada dua misi yang dimiliki oleh Pushidrosal yaitu Misi Utama dan Misi

Operasional. Kedua misi tersebut menjadikan sebuah lembaga Pusat Hidro –

Oseanografi TNI AL yang menguraikan terhadap visi yang usung oleh Laksamana

Muda TNI Angkatan Laut dengan tujuan untuk tetap menyediakan data khusus untuk

pertahanan Negara Indonesia, diantaranya :

12
MISI UTAMA

1. Membangun reputasi dan profil melalui peningkatan kapasitas sebagai

Lembaga Hidrografi Nasional Indonesia.

2. Membangun jejaring kerja (networking) melalui peran aktif / partisipasi dan

kontribusi di bidang maritim pada tataran nasional, regional maupun

internasional.

MISI OPERASIONAL

1. Mampu mendukung ketersediaan dan kesiapan data dan informasi Hidros

untuk kepentingan-kepentingan militer dan pertahanan, menjamin

keselamatan pelayaran, dan pengelolaan lingkungan laut (coastal

management) di seluruh perairan yurisdiksi nasional melalui kegiatan-kegiatan

surta hidros dan penelitian kelautan serta didukung dengan sarana dan

prasarana surta hidros yang memadai.

2. Mampu membangun kerjasama dan ikut serta secara aktif dalam berbagai

forum Hidrografi dan Oseanografi di lingkup nasional, regional maupun

internasional, terkait dengan common concern di kawasan regional dan

internasional.

3. Mampu berperan aktif dalam perundingan penyelesaian permasalahan batas

maritim antar negara (Maritime Boundary Delimitation)

4. Mampu membangun dan menjalin jejaring (networking) dan kerjasama yang

saling menguntungkan dengan berbagai pihak terkait yang sekaligus sebagai

mitra kerja (counterparts) dan pemangku kepentingannya (stakeholders), yaitu

lembaga pemerintah / militer / swasta, Armada Nasional (Armanas), Industri

Maritim, Armada Niaga, Pelayaran Rakyat (Pelra) dan akademisi / peneliti

(scientist).

13
3.1.5 Tugas dan Fungsi

3.1.5.1 Pushidrosal

1. Tugas dan Kewajiban Pushidrosal

Pushidrosal adalah suatu badan pelaksanaan pusat ditingkat Mabes TNI-AL

yang tugas kewajibannya membina dan menyelenggarakan Survei Hidro-

Oseanografi baik untuk keperluan khusus TNI-AL dan Hankam maupun untuk

keperluan umum/Nasional.

2. Fungsi Pushidrosal

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajibannya tersebut Pushidrosal

menyelenggarakan fungsi – fungsi sebagai berikut:

1. Merumuskan dan menyusun sistem Hidro – Oseanografi dalam rangka

sistem survei dan pemetaan TNI termasuk penentuan sarana dan

prasarananya.

2. Menyusun rencana dan program Hidro – Oseanografi berdasarkan rencana

dan program TNI-AL.

3. Menyelenggarakan dan melaksanakan: kegiatan Hidro – Oseanografi,

penerbitan – penerbitan dan keperluan pemberitahuan data nautis dan

aeronautis, peta laut, peta khusus bagi TNI-AL, buku nautis dan petunjuk

pelayaran. Tidak hanya itu menjalin hubungan kerja dalam kegiatan Hidro –

Oseangrafi dengan badan Hidro – Oseangrafi nasional dan atau

internasional sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan programnya sehingga terjamin

pencapaian sasaran secara berhasil dan berdaya guna.

14
3.1.5.2 Dinas Oseanografi dan Meteorologi

Praktek Kerja Magang dilaksanakan di Laboratorium Sedimen dibawah

naungan Dinas Oseanografi dan Meteorologi. Adapun tugas dan fungsi dari Dinas

Oseanografi dan Meteorologi adalah sebagai berikut:

1. Menyusun dan menyiapkan rencana dan program penerapan pengetahuan

lingkungan bidang Oseanografi.

2. Menyusun dan menyiapkan perangkat lunak dalam lingkup bidang tugasnya.

3. Melaksanakan pengolahan data hasil survei hidros dalam rangka penyusunan

naskah buku – buku nautika.

4. Mengumpulkan bahan bagi penelitian dalam laboratorium untuk pengembangan

penerapan lingkungan lau bidang meteorologi dan astronomi.

5. Mengikuti seminar, lokakarya mengenai Oseangrafi dan Hidrografi.

6. Menyelenggarakan pelaksanaan pembuatan dan penyusunan ramalan – ramalan

pasang surut dan arus.

7. Menyelenggarakan pelaksanaan perbaikan dan penyempurnaan buku – buku

nautis sesuai dengan bidangnya.

8. Menyelenggarakan pelaksanaan pembuatan naskah peta tematik Oseanogarfi.

9. Melakasanakan koordinasi dengan bagian lingkungan Pushidrosal untuk

kepentingan pelaksanaan tugasnya sesuai tingkat dan lingkup kewenangannya.

10. Memberikan pengarahan kepada Kepala sub seksi (Kasubsi) di lingkungan

Sionografi sesuai dengan penugasanya masing – masing.

11. Mengajukan saran dan pertimbangan kepada Kepala Sub divisi

15
3.1.6 Pendidikan

Tenaga ahli Pushidrosal yang dimiliki tentunya telah memperoleh keahlian

hidrografi dan oseanografi melalui pendidikan khusus di sekolah/institusi di negara-

negara: USA, Inggris, Jepang, jerman, perancis, Australia, Belanda serta pendidikan

di Sekolah Tinggi Teknik Angkatan Laut (STTAL) di Jakarta.

STTAL merupakan bagian integral dalam usaha penyiapan sumberdaya

manusia dalam bidang kelautan yang saat ini sekolah tersebut telah mendapat

akreditasi internasional dari IHO untuk kategori B. Spesialis Nautical charting dan

Coastal Zone Management. STTAL mendidik mahasiswa – mahasiswa perwira dan

bintara TNI AL serta siswa – siswa dari instansi non TNI.

3.2 Partisipasi Aktif

Penulis melakukan partisipasi aktif langsung di instansi Pusat Hidro-

Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) selama kegiatan PKM berlangsung. Penulis

melakukan berbagai kegiatan yang ada sebagai bentuk partisipasi aktif. Kegiatan

yang dilakukan yaitu mengolah sampel sedimen dasar untuk ditentukan jenis

sedimen, pengolahan sampel sedimen terlarut untuk diketahui beratnya, dan juga

melakukan perhitungan laju sedimentasi. Dalam proses kegiatan pengolahan sampel

tersebut, penulis juga melakukan diskusi aktif dengan pembimbing utama,

pembimbing laboratorium, dan juga rekan-rekan lain yang melakukan Praktik Kerja

Magang dari Universitas Lain. Melalui diskusi teori tersebut, penulis mendapatkan

informasi mengenai pengolahan sampel sedimen dasar untuk ditentukan jenis

sedimen, pengolahan sampel sedimen terlarut untuk diketahui beratnya, dan juga

melakukan perhitungan laju sedimentasi. Informasi tersebut dapat berupa pengenalan

16
alat, metode yang digunakan, proses, dan cara perhitungan sehingga didapatkan hasil

yang sesuai.

Melalui diskusi teori dengan pembimbing laboratorium, penulis mengetahui

alat dan bahan yang diperlukan untuk mengolah sampel yang ada, baik untuk

mengolah sampel sedimen dasar maupun sampel sedimen terlarut. Penulis juga

mengetahui metode yang digunakan dalam melakukan pengolahan sedimen dasar

yaitu metode basah. Metode basah yaitu proses penyortiran ukuran butir sampel

sedimen menggunakan air. Metode ini lebih efektif jika dibandingkan dengan metode

kering. Metode kering yang menggunakan Sieve Shaker dapat merusak struktur dari

sampel sedimen akibat goncangan yang terjadi saat sieve shaker bekerja. Partikel

sedimen yang saling menempel akan terpisah dengan sendirinya saat terlarut dalam

air, sehingga bisa didapatkan hasil yang lebih akurat.

Setelah melakukan diskusi teori dengan pembimbing utama dan pembimbing

laboratorium mengenai teori dasar dan pengenalan alat yang digunakan untuk

pengolahan sampel sedimen, selanjutnya penulis melanjutkan dengan pengolahan

sampel sedimen. Sampel yang diolah oleh penulis merupakan sampel yang

didapatkan dari hasil survey dari Dinas Unit Survei Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL

di Perairan Natuna Selatan, Kalimantan Barat. Pengolahan sampel dimulai dengan

melakukan persiapan.

17
3.2.1 Pengolahan Sampel Sedimen Dasar
3.2.1.1 Pengambilan Sampel Sedimen Dasar

Pengambilan sedimen dasar dilakukan di Perairan Natuna Selatan pada

tanggal 13 April 2016. Terdapat 15 titik lokasi yang digunakan untuk pengambilan

sampel diantara Pulau Subi Kecil dan Pulau Serasan. Titik 1 sampai 8 berada di

sekitar Pulau Subi Kecil sedangkan titik 8 sampai 15 berada di dekat pulau serasan.

Sampel sedimen diambil bervariasi, yaitu pada kedalaman 1 – 46 meter. Sampel

sedimen dasar diambil menggunakan alat Grab Sampler dan diambil sebanyak 100

gr supaya memudahkan dalam perhitungan berat setelah dilakukan penyaringan.

3.2.1.2 Persiapan Pengolahan Sampel

Sebelum melakukan pengolahan sampel sedimen, terlebih dahulu dilakukan

persiapan. Persiapan yang dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan yang

digunakan untuk mengolah sampel sedimen dasar. Adapun alat dan bahan yang

digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Table 1. Alat untuk Mengolah Sedimen Dasar

No Nama Gambar Kegunaan

Sebagai tempat
1 Wadah
meletakkan sampel

18
No Nama Gambar Kegunaan

Untuk Mensortir ukuran


2 Sieve / Saringan
sedimen

Untuk Mengukur berat


3 Timbangan
sampel

Untuk membantu
4 Kuas atau Sikat
menyaring sedimen

Untuk meletakkan
5 Nampan
wadah

Untuk mengurangi
6 Oven
kadar air pada sedimen

19
No Nama Gambar Kegunaan

Untuk Mengolah data


dan menetukan jenis
7 Laptop
sedimen menggunakan
segitiga separd

8 Smartphone Untuk dokumentasi

9 Alat Tulis Untuk mencatat hasil

Table 2. Bahan untuk Pengolahan Sedimen Dasar

No Nama Gambar Kegunaan

Sebagai bahan untuk


1 Air merendam dan
menyaring sedimen

Untuk tempat sedimen


Alumunium foil agar mudah
2
dipindahkan

Sebagai bahan
3 Sampel Sedimen
pengolahan

20
3.2.1.3 Flowchart Pengolahan Sampel Sedimen Dasar

Skema Kerja dari pengolahan sampel sedimen dasar sebagai bentuk

partisipasi aktif penulis digambarkan pada gambar 5. Skema tersebut merupakan

langkah – langkah dalam mengolah sampel sedimen dasar sehingga dapat diketahui

jenis sedimen dasar yang mendominasi di Perairan Natuna Selatan.

21
Sampel sedimen dari
perairan Natuna
Selatan

Proses perendaman
sedimen selama 1 x
24 jam

Proses Penyaringan
sedimen

Proses pengovenan
untuk mengurangi
kadar air 1 x 24 jam

Proses pengovenan
untuk mengurangi
kadar air

Proses penimbangan
berat sedimen yang
tersaring

Proses Penginputan
data ke excel
Menggunakan
Microsoft Excel
Proses penghitungan
prosentase

Proses penentuan
jenis sedimen dasar Menggunakan
yang dominan Microsoft PowerPoint
menggunakan segitiga
shepard
Gambar 5. Flowchart Pengolahan Sedimen Dasar

22
3.2.1.4 Proses Penyaringan Sampel Sedimen
Proses penyaringan bertingkat sedimen dasar menggunakan metode basah,

menggunakan aliran air sebagai media penyortiran ukuran sedimen. Alat yang

digunakan sama seperti metode kering yaitu Sieve atau saringan. Perbedaannya

terletak pada media yang digunakan, metode kering menggunakan air sedangkan

metode kering menggunakan Sieve Shaker. Penyaringan bertingkat ini terdapat tujuh

saringan dan satu pan untuk menampung ukuran butir sedimen yang terkecil. Sieve

itu disusun sesuai dengan ukuran mesh size pada saringan. Saringan paling atas yaitu

-2Ø (2-4 mm), kemudian dibawahnya ada -1Ø (1-2 mm), 0Ø (0.5 - 1 mm), 1Ø (0.25 –

0.5 mm), 2Ø (0.125 – 0.25 mm), 3Ø (0.063 – 0.125 mm), 4Ø (0.004 – 0.063 mm), dan

5Ø (< 0.004 mm) berada paling bawah. Setiap saringan disediakan wadah untuk

menampung sedimen yang terperangkap saat penyaringan dilakukan. Wadah

ditimbang terlebih dahulu sebagai berat kosong sebelum diisi oleh sedimen yang

terperangkap pada saringan.

Sampel sedimen dasar yang sudah direndam dengan air dimasukkan kedalam

saringan paling atas kemudian sampel tersebut disemprot dengan air pada saringan

tersebut. Air yang keluar dari saringan ditampung dalam wadah yang memiliki volume

minimal 2 liter. Hal tersebut dilakukan untuk menampung ukuran sedimen terkecil

yang terlarut dengan air supaya tidak terbuang oleh aliran air. Sedimen yang tertahan

dalam saringan kemudian diletakkan dalam wadah yang sudah berlabel. Untuk air

bercampur lumpur yang tertampung dalam wadah, ditunggu hingga mengendap

kemudian air dibuang dan hanya menyisakan sedimen lumpur yang sudah

mengendap.

23
Setelah semua sudah tersortir, sedimen dioven untuk mengurangi kadar air

supaya tidak mempengaruhi berat saat dilakukan penimbangan. Pengovenan

dilakukan selama 1 x 24 jam pada suhu ± 100o C. Sedimen yang sudah kering

kemudian ditimbang untuk menentukan berat sedimen yang tertahan di tiap saringan.

Timbangan yang digunakan adalah timbangan elektrik atau digital yang memiliki

ketelitian hingga 4 angka dibelakang koma., sehingga nilai yang didapatkan lebih

detail. Angka yang keluar dari display timbangan dicatat yang kemudian akan diinput

kedalam computer untuk melakukan perhitungan dan penentuan jenis sedimen.

3.2.1.5 Perhitungan Prosentase Berat Sedimen

Perhitungan prosentase dilakukan untuk mengetahui berapa persen berat

ukuran butir sedimen itu dari berat sampel yang diambil. Agar dapat diketahui jenis

sedimen yang mendominasi di Perairan Natuna Selatan. Proses ini dimulai dari

memasukkan data nilai hasil sedimen yang telah ditimbang ke dalam excel untuk

memudahkan dalam melakukan perhitungan prosentase. Adapun variable yang

diinput kedalam excel yaitu berat kosong dan berat Hasil.

Table 3. Contoh data hasil berat kosong dan berat hasil

Mesh Berat Berat


Stasiun
Size kosong Hasil
-2 4.9942 5.3225
-1 4.8348 6.0505
0 4.5959 12.5744
1 4.8717 12.9028
1
2 4.8842 14.9003
3 4.7579 47.5998
4 4.8906 12.1362
5 27.4234 49.0106

24
Setelah kedua variable tersebut dimasukkan, selanjutnya adalah mencari berat isi

sedimen dengan cara menghitung selisih antara berat hasil dan berat kosong. Untuk

mendapatkan prosentase dari ukuran sedimen pada tiap saringan, nilai berat isi yang

sudah didapatkan dikali dengan 100%. Sehingga rumus yang digunakan yaitu:

(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔) × 100%

Hasil prosentase yang didapatkan, kemudian dapat disesuaikan dengan segitiga

sheppard untuk menentukan jenis sedimen titik tersebut.

Table 4. Contoh data yang sudah dilakukan perhitungan persentase

Mesh Berat Berat Berat


Stasiun Prosentase
Size kosong Hasil isi
-2 4.9942 5.3225 0.3283 0.3307995
-1 4.8348 6.0505 1.2157 1.2249558
0 4.5959 12.5744 7.9785 8.0392445
1 4.8717 12.9028 8.0311 8.092245
1
2 4.8842 14.9003 10.0161 10.092358
3 4.7579 47.5998 42.8419 43.168078
4 4.8906 12.1362 7.2456 7.3007646
5 27.4234 49.0106 21.5872 21.751555

3.2.1.6 Penentuan Jenis Sedimen Menggunakan Segitiga Shepard

Segitiga sheppard merupakan diagram tiga sisi yang digunakan untuk

klasifikasi jenis sedimen berdasarkan system komponen berjumlah 100%. Komponen

tersebut adalah persentase dari sand, silt, dan clay. Tiap sampel sedimen diplotkan di

setiap sisi diagram. Segitiga sheppard dapat dilihat pada gambar 6.

25
Gambar 6. Segitiga Sheppard
1.
Sebelum memulai menentukan jenis sedimen, perlu dilakukan penggolongan

sampel yang didapat menjadi tiga komponen dari delapan jenis mesh size yang ada.

tiga golongan tersebut yaitu sand, silt, dan clay. Ukuran mesh -2Ø sampai 3Ø masuk

kedalam komponen sand sehingga semua , 4Ø masuk kedalam komponen silt,

sedangkan 5Ø masuk kedalam komponen clay. Jika komponen pasir atau ukuran

mesh -2Ø lebih dari 10% dari berat keseluruhan sampel, maka menggunakan segitiga

sheppard jenis yang berbeda seperti yang terdapat pada gambar 7.

Gambar 7. Segitiga Sheppard dominan Gravel

Penggolongan sampel sedimen dalam segitiga sheppard dibagi menjadi

sepuluh golongan, yaitu sand, clay, silt, clayey sand, sandy clay, silty clay, clayey silt,

sandy silt, sily sand, dan campuran dari ketiga komponen. Disetiap sisi terdapat skala

26
persentase dari 0 – 100 sesuai dengan hasil persentase komponen yang didapatkan,

juga terdapat garis yang dapat ditarik sesuai skala untuk memudahkan dalam

penentuan jenis sedimen. Jika ketiga garis tersebut berpotongan, maka titik

bertemunya ketiga garis tersebut adalah jenis sedimen yang didapatkan. Dari 15

stasiun yang ada, jenis sedimen yang mendominasi perairan Natuna Selatan yaitu

jenis sedimen berpasir (sand).

1.
Gambar 8. Contoh segitiga sheppard setelah
dimasukkan nilai persentase

3.2.2 Pengolahan Sampel Sedimen Terlarut

3.2.2.1 Pengambilan Sampel Sedimen Terlarut

Pengambilan sedimen dilakukan di Perairan Natuna Selatan pada tanggal 13

April 2016 saat Neap Tide, dan 23 April 2016 saat Spring Tide. Terdapat 15 titik lokasi

yang digunakan untuk pengambilan sampel diantara Pulau Subi Kecil dan Pulau

Serasan. Titik 1 sampai 8 berada di sekitar Pulau Subi Kecil sedangkan titik 8 sampai

15 berada di dekat pulau serasan. Sampel sedimen dasar diambil menggunakan alat

27
Botol Nansen. Sampel sedimen terlarut diambil 0.2 m dari permukaan air perairan dan

0.8 m dari dasar perairan. Sehingga tiap lokasi memiliki empat botol sampel, yaitu

sampel permukaan (A) dan sampel dasar (B) saat perairan sedang mengalami spring

tide, serta sampel permukaan (A) dan sampel dasar (B) saat perairan sedang

mengalami neap tide. Sampel air laut yang diambil pada tiap stasiun yaitu sebanyak

250 ml.

3.2.2.2 Persiapan Pengolahan Sampel

Sebelum melakukan pengolahan sampel sedimen, terlebih dahulu dilakukan

persiapan. Persiapan yang dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan yang

digunakan untuk mengolah sampel sedimen terlarut. Adapun alat dan bahan yang

digunakan dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Table 5. Alat untuk pengolahan sedimen terlarut

No Nama Gambar Kegunaan

Sebagai tempat
1 Beaker Glass
meletakkan sampel

Untuk membantu
2 Corong dalam menyaring
sampel

28
No Nama Gambar Kegunaan

Untuk Mengukur
3 Timbangan
berat sampel

Untuk membantu
mengukur volume
4 Gelas Ukur
sampel dan aqudes
yang dibutuhkan

Untuk meletakkan
5 Erlenmayer wadah penampungan
air setelah disaring

Untuk mengurangi
6 Oven kadar air pada kertas
saring

Sebagai tempat untuk


7 Nampan
oven

29
No Nama Gambar Kegunaan
Untuk mengambil
kertas saring
8 Capit
whatman setelah
dioven

Untuk Mengolah data


dan menetukan jenis
9 Laptop sedimen
menggunakan
segitiga separd

10 Smartphone Untuk dokumentasi

30
Table 6. Bahan untuk mengolah sedimen terlarut

No Nama Gambar Kegunaan

Sebagai bahan untuk


1 Aquades merendam dan
menyaring sedimen

Untuk tempat sedimen


2 Alumunium foil agar mudah
dipindahkan

Kertas Saring Untuk menyaring


3
Whatman sedimen terlarut

Sebagai bahan
4 Sampel air laut
pengolahan

3.2.2.3 Flowchart Pengolahan Sampel Sedimen Terlarut

Skema Kerja dari pengolahan sampel sedimen terlarut sebagai bentuk

partisipasi aktif penulis digambarkan pada gambar 9. Skema tersebut merupakan

langkah – langkah dalam mengolah sampel sedimen dasar sehingga dapat diketahui

jenis sedimen dasar yang mendominasi di Perairan Natuna Selatan.

31
Sampel air laut dari
perairan Natuna
Selatan

Proses pengovenan
kertas whatman 1 x
24 jam

Proses penimbangan
kertas saring whatman
sebelum penyaringan

Proses Penyaringan
sampel air laut

Proses pengovenan
untuk mengurangi
kadar air 1 x 24 jam

Proses
penimbangan berat
sedimen yang

Proses Penginputan
data ke excel
Menggunakan
Microsoft Excel
Proses
penghitungan berat
sedimen terlarut
Gambar 9. Flowchart pengolahan sedimen terlarut

32
3.2.2.4 Proses Pengolahan Sampel Sedimen Terlarut

Pengolahan sedimen terlarut dilakukan dengan menyaring sampel berupa air

laut dengan menggunakan kertas saring whatman. Penyaringan dilakukan untuk

memisahkan antara sedimen terlarut dengan sampel air laut. Sebelum dilakukan

penyaringan, terlebih dahulu kertas saring whatman dioven. Hal tersebut dilakukan

untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada kertas saring, agar tidak

mempengaruhi berat kosong pada kertas tersebut. Setelah dioven selama 1 x 24 jam

dengan suhu 110o C, kemudian kertas saring ditimbang untuk diketahui berat kosong.

Setelah didapatkan berat kosong, langkah selanjutnya adalah melakukan

penyaringan. Kertas saring dilipat sehingga membentuk kerucut agar dapat diletakkan

pada corong. Sampel air yang disaring yaitu sebanyak 250 ml yang diukur dengan

menggunakan gelas ukur. Kemudian, dituangkan pada corong berlapis kertas saring

sedikit demi sedikit agar tidak melebihi kertas saring sehingga sedimen terlarut yang

ada pada sampel air laut tidak tersaring. Aquades ditambahkan setelah sampel air

laut pada gelas ukur habis. Banyaknya aquades yang akan dituangkan yaitu sebanyak

100 ml.. Aquades ditambahkan berfungsi sebagai pelarut universal. Sedimen yang

tersaring di kertas saring, kemudian dioven untuk menghilangkan kadar air. Kertas

saring whatman berisi sedimen yang tersaring, dioven selama 1 x 24 jam dengan suhu

110o C. Kertas yang sudah kering kemudian dilakukan penimbangan untuk

mendapatkan hasil berat hasil. Hasil dicatat agar memudahkan dalam input data ke

excel untuk proses perhitungan berat sedimen terlarut.

Adapun hasil dari pengolahan sampel maupun data yang diperoleh, untuk rata

– rata kandungan sedimen saat spring tide yaitu 0.0297 g/l untuk permukaan dan

33
0.0271 g/l. Sedangkan rata – rata kandungan sedimen saat neap tide yaitu untuk

permukaan 0.0027253 g/l dan di dasar 0.0234.

3.2.2.5 Pengolahan Data

Data yang akan diolah yaitu sebanyak 15 stasiun saat spring tide dan 15

stasiun saat neap tide yang diambil pada dua layer kedalaman yaitu permukaan dan

dasar. Sehingga terdapat empat kategori sampel yang diambil, yaitu sedimen terlarut

saat spring tide di permukaan dan dasar, serta sedimen terlarut saat neap tide di

permukaan dan dasar perairan. Pengolahan data hasil penyaringan dilakukan untuk

mendapatkan hasil berupa rata-rata berat sedimen yang terdapat di empat kategori

yang ada.

Data yang dimasukkan kedalam excel yaitu berupa data hasil berat kosong

kertas saring dan berat hasil kertas saring setelah dilakukan penyaringan. Kemudian,

dihitung selisih antara barat kosong dan berat hasil yang mana itu akan menjadi nilai

berat sedimen terlarut. Perlakuan tersebut dilakukan di semua kategori. Untuk

dijadikan satuan liter maka perlu dikali kan dengan 4, karena sampel yang disaring

sebanyak 250 ml. Hal tersebut dilakukan agar memudahkan dalam perhitungan

selanjutnya. Setelah didapatkan nilai berat sedimen per liter, kemudian mencari nilai

rata – rata dari kandungan sedimen di semua kategori.

∑ 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑛

Nilai rata – rata dari semua kategori, selanjutnya dirata – ratakan lagi untuk

mendapatkan nilai berat kandungan sedimentasi keseluruhan pada perairan Natuna

Selatan.

34
3.2.3 Perhitungan Laju Sedimentasi

Laju sedimentasi merupakan jumlah hasil sedimen per satuan luas. Elemen

yang diperlukan untuk melakukan perhitungan laju sedimentasi yaitu tipe pasang surut

untuk mengetahui air diam (slack water), kedalaman, dan rata – rata keseluruhan

kandungan sedimen yang terlarut. Slack water merupakan titik balik antara pasang

dan surut. Dalam keadaan tersebut, kecepatan arusnya adalah nol. Sehingga, saat

itulah sedimen mulai turun untuk mengendap.

Grafik Pasang Surut Natuna Selatan


300

250

200

150

100

50

Gambar 10. Grafik Pasang Surut

Banyaknya slack water tergantung dari tipe pasang surut yang terjadi. Jika tipe

pasang surut ganda atau campuran dominan ganda yang mengalami dua kali titik

balik, maka slack water pada perairan tersebut adalah dua. Kedalaman juga

mempengaruhi lamanya sedimen akan turun ke dasar. Sehingga semakin dalam

perairan tersebut maka waktu yang diperlukan untuk pengendapan akan semakin

lama. Perhitungan laju sedimentasi bisa menggunakan rumus sebagai berikut:

𝒔𝒍𝒂𝒄𝒌 𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓 𝒙 𝒌𝒆𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒙 𝒔𝒖𝒔𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒅 𝒍𝒐𝒂𝒅 𝒙 𝟑𝟓𝟔


𝑳𝒂𝒋𝒖 𝑺𝒆𝒅𝒊𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒊 =
𝟐𝟔𝟓𝟎

35
Berdasarkan grafik pasang surut yang terjadi di Perairan Natuna Selatan

(Gambar 1), menunjukkan tipe pasang surutnya adalah tipe campuran dominan

ganda. Sehingga perairan tersebut mengalami dua kali slack water. Kedalaman yang

terdapat pada perairan tersebut bervariasi, yaitu antara 1 – 46 m dari permukaan.

Rata – rata nilai kandungan sedimen terlarut yang telah didapatkan yaitu 0.0297 g/l.

Sehingga dapat dimasukkan kedalam rumus seperti berikut:

𝟐𝒙 𝟏 𝒙𝟎. 𝟎𝟐𝟗𝟕 𝒙 𝟑𝟓𝟔


𝑳𝒂𝒋𝒖 𝑺𝒆𝒅𝒊𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒊 = = 𝟎. 𝟎𝟎𝟕𝟔𝟔𝟏 𝒄𝒎/𝒕𝒉
𝟐𝟔𝟓𝟎

Nilai yang didapatkan yaitu 0.007661 cm/th per meter kedalaman. Kedalaman di

perairan Natuna selatan sekitar 1 – 46 m dari permukaan laut, maka laju sedimentasi

yang terjadi yaitu 0.007661 cm/th sampai dengan 3.670696 cm/th.

36
4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pengolahan sampel sedimen dasar untuk menentukan jenis sedimen

menggunakan metode basah yaitu menggunakan aliran air untuk memisahkan

ukuran sedimen. Penyaringan sedimen dilakukan dengan melakukan

penyaringan bertingkat yaitu dengan delapan sieve (saringan) dengan mesh

size yang berbeda. Sedimen yang sudah terpisah, kemudian menentukan

jenis sedimen menggunakan segiitiga sheppard berdasarkan persentase berat

sedimen yang terperangkap disaringan. Jenis sedimen yang ditentukan

digolongkan menjadi sepuluh golongan jenis sedimen yaitu sand, clay, silt,

clayey sand, sandy clay, silty clay, clayey silt, sandy silt, sily sand, dan

campuran dari ketiga komponen. Di Perairan Natuna Selatan, jenis sedimen

yang mendominasi yaitu jenis sedimen berpasir.

2. Sampel sedimen terlarut berupa air laut, sehingga perlu dilakukan penyaringan

untuk mendapatkan sedimen yang terlarut dalam sampel. Penyaringan

dilakukan dengan kertas saring whatman karena memiliki mesh size yang

sangat kecil, sehingga memungkinkan ukuran sedimen terkecil dapat

tersaring. Berat sedimen diperoleh dari selisih antara berat kosong dan berat

berat hasil. Hasil tersebutn kemudian dirata – rata untuk mendapatkan hasil

berat kandungan sedimen terlarut. Berat kandungan sedimen terlarut di

Perairan Natuna Selatan yaitu sebesar 0.0297 g/l.

3. Laju sedimentasi diperngaruhi oleh slack water (air diam) pada pasang surut,

kedalaman, dan banyaknya sedimen yang terlarut. Tipe pasang surutpada

37
Perairan Natuna Selatan adalah tipe campuran dominan ganda. Sehingga

perairan tersebut mengalami dua kali slack water. Kedalaman yang terdapat

pada perairan tersebut bervariasi, yaitu antara 1 – 46 m dari permukaan. Rata

– rata nilai kandungan sedimen terlarut yang telah didapatkan yaitu 0.0297 g/l.

Jadi, laju sedimentasi yang terjadi yaitu 0.007661 cm/th sampai dengan

3.670696 cm/th.

4.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan, agar pihak fakultas segera membuat surat

kerjasama, agar mahasiswa yang akan melakukan Praktek Kerja Magang di Pusat

Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) dapat berjalan dengan mudah.

Selain itu, bagi mahasiswa yang akan melaksanakan Praktek Kerja Magang di

Pushidrosal supaya mempertimbangkan topik survey terlebih dahulu. Hal tersebut

dikarenakan, penulis mengalami perubahan topik karena kendala fasilitas yang tidak

memadai untuk melakukan topic tersebut. Untuk mengatasi kendala tersebut, penulis

melakukan diskusi dengan pembimbing instansi sehingga dapat diperoleh judul baru

untuk melanjutkan Praktek Kerja Magang di Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan

Laut.

38
DAFTAR PUSTAKA

Asdak.C, 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University:Yogyakarta.
Cenne, Arbimusa A. 2016. Study Karakteristik Sedimen dan Morfologi Dasar Muara
sungai Jeneberang. Skripsi. Fakultas Teknik, Teknik Sipil, Universitas
Hasanuddin. Makasar.
Lestari, Ayu Dwi. 2015. Pengaruh Berbagai Dosis Aplikasi Liquid Organik Biofertilizer
Terhadap Agregat Tanah pada Daerah Rizosfer Pertanaman Nanas (Ananas
comosus) PT Great Giant Pineapple. Skripsi. Universitas Lampung.
Munandar, Rizqan Khairan. 2014. Karakteristik Sedimen di Perairan Desa Tanjung
Momong Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas. Universitas
Raja Ali Haji.
Nugroho, S.H, dan Abdul Basit. 2014. Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis
Ukuran Butir Di Teluk Weda, Maluku Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Hlm. 229 – 240, Juni 2014.
Pushidrosal. 2016. Profil Pusat Hidro Oseanografi TNI AL dalam dishidros.go.id/profil
diakses pada 26 Septermber 2016 pukul 14:34.
Rifardi. 2011. Lingkungan Pengendapan Perairan Selatan Estuari Bagan dan
Sekitarnya Pantai Timur Sumatera Indonesia. Jurnal Ilmu Lingkungan, ISSN
1978-5283.
Sanusi, H. S. et al. 2005. Peranan Padatan Tersuspensi Mereduksi Logan Berat Hg,
Pb, dan Cd Terlarut dalam Kolom Air Teluk Jakarta. Ilmu Kelautan, Vol. 20 (2),
Hlm. 72 – 77, Juni 2005.
Sembiring, A.E, et al. 2014. Analisis Sedimentasi Di Muara Sungai Panasen. Jurnal
Sipil Statik, Vol. 2, No. 3, Maret 2014. ISSN: 2337-6732.
Suleman, Abdul Rivai. 2015. Analisis Laju Sedimentasi pada Saluran Irigasi Daerah
Irigasi Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan.
Wahana Teknik Sipil, Vol. 20, No. 2, Desember 2015, Hlm. 76 – 86.
Tarigan, M.S. Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Makara Sains, Vol.
7, No. 3, Desember 2003.
Umi Muawanah dan Agus Supangat. 1998. Pengantar Kimia dan Sedimen Dasar Laut.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Wibisono, M. S. 2011. Pengantar Ilmu Kelautan. Edisi 2. Penerbit UI-Press. Jakarta.

39
Lampiran 1. Tabel Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Magang

Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari


NO KEGIATAN
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pembuatan
Usulan

2 Pembuatan
Proposal

3 Pelakasanaan
PKM

4 Penyusunan
dan Revisi
Laporan PKM

40
Lampiran 2. Data Pasang-Surut

41
Lampiran 3. Data Sedimen Dasar

Ukura Berat Prosentase


St. hasil Berat hasil
n Kosong Berat Kumulatif
Ø -2 4.9942 5.3225 0.3283 0.330799521 0.3308
Ø -1 4.8348 6.0505 1.2157 1.224955766 1.5558
Ø0 4.5959 12.5744 7.9785 8.039244532 9.5950
Ø1 4.8717 12.9028 8.0311 8.092245003 17.6872
Ø2 4.8842 14.9003 10.0161 10.09235786 27.7796
1
Ø3 4.7579 47.5998 42.8419 43.168078 70.9477

Ø4 4.8906 12.1362 7.2456 7.300764577 78.2484


Ø5 27.4234 49.0106 21.5872 21.75155475 100.0000
total 61.2527 160.4971 99.2444 100 100.0000
Ø -2 4.6048 4.7615 0.1567 0.164241476 0.1642
Ø -1 4.6889 4.7869 0.0980 0.10271643 0.2670
Ø0 4.8494 5.3550 0.5056 0.52993293 0.7969
Ø1 4.8503 6.6503 1.8000 1.886628312 2.6835
Ø2 4.7552 7.5551 2.7999 2.93465034 5.6182
2
Ø3 4.8844 21.6468 16.7624 17.56912134 23.1873

Ø4 5.1358 26.9018 21.7660 22.8135288 46.0008


Ø5 26.4522 77.9719 51.5197 53.99918036 100.0000
total 60.221 155.6293 95.4083 100 100.0000
Ø -2 4.6773 5.0847 0.4074 0.405312237 0.4053
Ø -1 4.7708 5.8299 1.0591 1.053672533 1.4590
Ø0 5.0805 7.0747 1.9942 1.983980516 3.4430
Ø1 4.7666 6.9480 2.1814 2.170221191 5.6132
Ø2 4.7917 9.9217 5.1300 5.103710786 10.7169
3
Ø3 4.8593 13.6656 8.8063 8.761171207 19.4781

Ø4 4.7115 12.5636 7.8521 7.811861103 27.2899


Ø5 26.632 99.7166 73.0846 72.71007043 100.0000
total 60.2897 160.8048 100.5151 100 100.0000
Ø -2 4.5336 5.7352 1.2016 4.313380598 4.3134
Ø -1 4.5574 8.6552 4.0978 14.70986269 19.0232
4
Ø0 4.4563 9.5277 5.0714 18.20479225 37.2280
Ø1 4.5275 8.7534 4.2259 15.16970295 52.3977

42
Ukura Berat Prosentase
St. hasil Berat hasil
n Kosong Berat Kumulatif
Ø2 4.5239 7.4299 2.9060 10.43166113 62.8294
Ø3 4.3777 8.0828 3.7051 13.30018846 76.1296

Ø4 4.3112 7.3418 3.0306 10.87893745 87.0085


Ø5 4.744 8.3631 3.6191 12.99147447 100.0000
total 36.0316 63.8891 27.8575 100 100.0000
Ø -2
Ø -1
Ø0
Ø1
Ø2
5
Ø3

Ø4
Ø5
total
Ø -2 4.9134 9.7191 4.8057 4.858796933 4.8588
Ø -1 4.8616 16.7030 11.8414 11.97223256 16.8310
Ø0 4.8863 29.8982 25.0119 25.28825 42.1193
Ø1 4.9215 24.1775 19.2560 19.46875455 61.5880
Ø2 4.8108 24.0107 19.1999 19.41203472 81.0001
6
Ø3 4.876 19.2477 14.3717 14.53048919 95.5306

Ø4 5.0985 6.0211 0.9226 0.932793568 96.4634


Ø5 6.9434 10.4414 3.4980 3.536648495 100.0000
total 41.3115 140.2187 98.9072 100 100.0000
Ø -2 4.6132 4.682 0.0688 0.070775704 0.0708
Ø -1 4.5632 4.7694 0.2062 0.212121368 0.2829
Ø0 4.5783 6.924 2.3457 2.413060586 2.6960
Ø1 4.7193 10.4829 5.7636 5.929111137 8.6251
Ø2 4.4652 15.3504 10.8852 11.1977862 19.8229
7
Ø3 4.6295 21.2538 16.6243 17.10169378 36.9245

Ø4 4.6094 16.6380 12.0286 12.37402079 49.2986


Ø5 26.1611 75.4472 49.2861 50.70143043 100.0000
total 58.3392 155.5477 97.2085 100 100.0000

43
Ukura Berat Prosentase
St. hasil Berat hasil
n Kosong Berat Kumulatif
Ø -2 4.6393 6.2874 1.6481 1.696131039 1.6961
Ø -1 4.3747 10.1164 5.7417 5.909031967 7.6052
Ø0 4.5379 21.2791 16.7412 17.22909347 24.8343
Ø1 4.5613 27.4042 22.8429 23.50861702 48.3429
Ø2 4.6545 29.2112 24.5567 25.27236277 73.6152
8
Ø3 4.8067 23.5258 18.7191 19.26463596 92.8799

Ø4 4.7146 8.5715 3.8569 3.969302714 96.8492


Ø5 26.1611 29.2227 3.0616 3.150825064 100.0000
total 58.4501 155.6183 97.1682 100 100.0000
Ø -2 4.6838 17.4456 12.7618 12.9663309 12.9663
Ø -1 4.7634 14.7008 9.9374 10.09666479 23.0630
Ø0 4.892 22.1677 17.2757 17.55257431 40.6156
Ø1 4.6142 21.3660 16.7518 17.02027786 57.6358
Ø2 4.6346 21.6953 17.0607 17.33412854 74.9700
9
Ø3 4.7892 23.0282 18.2390 18.53131293 93.5013

Ø4 4.601 8.2188 3.6178 3.675781782 97.1771


Ø5 7.1088 9.8872 2.7784 2.82292888 100.0000
total 40.087 138.5096 98.4226 100 100.0000
Ø -2 4.9402 5.0565 0.1163 0.121785206 0.1218
Ø -1 4.9516 5.3554 0.4038 0.422844936 0.5446
Ø0 4.9141 12.7279 7.8138 8.182332244 8.7270
Ø1 4.8483 29.6367 24.7884 25.95752702 34.6845
Ø2 4.806 49.2534 44.4474 46.54372958 81.2282
10
Ø3 4.7153 19.9843 15.2690 15.98915138 97.2174

Ø4 4.8105 5.6896 0.8791 0.920562118 98.1379


Ø5 6.8354 8.6136 1.7782 1.862067521 100.0000
total 40.8214 136.3174 95.4960 100 100.0000
Ø -2 4.7741 20.2184 15.4443 18.49592401 18.4959
Ø -1 4.8405 17.7032 12.8627 15.40422821 33.9002
11 Ø0 4.4318 15.5841 11.1523 13.35587196 47.2560
Ø1 4.6049 12.3505 7.7456 9.276045465 56.5321
Ø2 4.6591 16.7591 12.1000 14.49082707 71.0229

44
Ukura Berat Prosentase
St. hasil Berat hasil
n Kosong Berat Kumulatif
Ø3 4.6678 26.1058 21.4380 25.67391328 96.6968

Ø4 4.6878 5.1823 0.4945 0.592207767 97.2890


Ø5 4.2681 6.5318 2.2637 2.710982251 100.0000
total 36.9341 120.4352 83.5011 100 100.0000
Ø -2 0.3331 12.4976 12.1645 11.90692931 11.9069
Ø -1 4.5163 12.1155 7.5992 7.438294807 19.3452
Ø0 4.7924 20.5730 15.7806 15.44646213 34.7917
Ø1 4.475 26.0048 21.5298 21.07392877 55.8656
Ø2 4.9743 32.9997 28.0254 27.43199117 83.2976
12
Ø3 4.7057 20.6684 15.9627 15.62470635 98.9223

Ø4 4.8825 5.5406 0.6581 0.644165414 99.5665


Ø5 7.1692 7.6121 0.4429 0.433522051 100.0000
total 35.8485 138.0117 102.1632 100 100.0000
Ø -2 4.7694 5.0509 0.2815 0.283392495 0.2834
Ø -1 4.8313 5.9513 1.1200 1.127529643 1.4109
Ø0 5.0563 14.6349 9.5786 9.642995927 11.0539
Ø1 4.8766 17.4800 12.6034 12.68813134 23.7420
Ø2 4.8195 17.9819 13.1624 13.25088944 36.9929
13
Ø3 4.7632 45.0021 40.2389 40.50942192 77.5024

Ø4 4.8905 19.6841 14.7936 14.89305583 92.3954


Ø5 7.5734 15.1272 7.5538 7.604583408 100.0000
total 41.5802 140.9124 99.3322 100 100.0000
Ø -2 0.0000 0 0.0000
Ø -1 4.7692 5.9104 1.1412 1.148872168 1.1489
Ø0 4.9037 14.9263 10.0226 10.08998089 11.2389
Ø1 4.5143 21.7888 17.2745 17.39063466 28.6295
Ø2 4.7897 29.6540 24.8643 25.03146009 53.6609
14
Ø3 4.6584 25.5023 20.8439 20.98403136 74.6450

Ø4 4.7019 7.8669 3.1650 3.186277964 77.8313


Ø5 4.1403 26.1610 22.0207 22.16874286 100.0000
total 32.4775 131.8097 99.3322 100 100.0000
15 Ø -2 4.5214 6.6576 2.1362 2.195739677 2.1957

45
Ukura Berat Prosentase
St. hasil Berat hasil
n Kosong Berat Kumulatif
Ø -1 4.7717 8.8486 4.0769 4.190530423 6.3863
Ø0 4.5583 16.5674 12.0091 12.34381488 18.7301
Ø1 4.9318 24.0185 19.0867 19.61868013 38.3488
Ø2 4.8348 42.9619 38.1271 39.1897698 77.5385
Ø3 4.7418 24.2534 19.5116 20.05542285 97.5940

Ø4 4.7113 4.8818 0.1705 0.175252137 97.7692


Ø5 7.5912 9.7615 2.1703 2.230790104 100.0000
total 40.6623 137.9507 97.2884 100 100.0000

46
Lampiran 4. Data Sedimen Tersuspensi Ketika Spring Tide

Berat Setelah dioven Berat Hasil


Berat
No Awal
0 menit 8 menit Sample 0 menit 8 menit
Kosong
1. A 0.5030 0.4765 0.5006 0.0169 0.4951 0.5175
B 0.5004 0.4695 0.4959 0.0088 0.4901 0.5047
2. A 0.4975 0.4706 0.4956 0.0158 0.4927 0.5114
B 0.5103 0.4889 0.5067 0.0101 0.4961 0.5168
3. A 0.4995 0.4690 0.4947 0.0081 0.4757 0.5028
B 0.497 0.4745 0.4905 0.0034 0.4776 0.4939
4. A 0.5014 0.4875 0.4971 0.0111 0.4799 0.5082
B 0.5020 0.4783 0.4952 0.0075 0.4822 0.5027
5. A 0.5057 0.4769 0.5000 0.0098 0.4921 0.5098
B 0.5049 0.4826 0.4992 0.0101 0.4969 0.5093
6. A 0.5075 0.4770 0.5018 0.0103 0.4942 0.5121
B 0.4997 0.4787 0.4931 0.0035 0.4866 0.4966
7. A 0.4965 0.4688 0.4922 0.0055 0.4725 0.4977
B 0.5015 0.4775 0.4958 0.0025 0.4810 0.4983
8. A 0.5034 0.4897 0.4991 0.0035 0.4920 0.5026
B 0.4916 0.4829 0.4870 0.0066 0.4846 0.4936
9. A 0.5098 0.4811 0.5057 0.0016 0.4840 0.5073
B 0.5014 0.4809 0.4962 0.0033 0.4831 0.4995
10. A 0.5080 0.4802 0.5027 0.0001 0.5018 0.5028
B 0.5134 0.4871 0.5061 0.0103 0.5070 0.5164
11. A 0.5021 0.4887 0.4979 0.0046 0.4889 0.5025
B 0.4999 0.4819 0.4941 0.0055 0.4875 0.4996
12. A 0.4958 0.4823 0.4912 0.0118 0.4899 0.5030
B 0.4972 0.4857 0.4913 0.0093 0.4917 0.5006
13. A 0.5114 0.4859 0.5061 0.0062 0.4951 0.5123
B 0.5014 0.4818 0.4946 0.0042 0.4910 0.4988
14. A 0.4964 0.4709 0.4915 0.0054 0.4835 0.4969
B 0.4962 0.4790 0.4908 0.0136 0.4922 0.5044
15. A 0.4989 0.4842 0.4945 0.0005 0.4873 0.4950
B 0.5072 0.4882 0.5010 0.0030 0.4934 0.5040

47
Lampiran 5. Data Sedimen Tersuspensi Ketika Neap Tide

Berat Setelah dioven Berat Hasil


Berat
No Awal
0 menit 8 menit Sample
Kosong
1. A 0.4990 0.4887 0.4955 0.0039 0.4894 0.4994
B 0.4917 0.4824 0.4871 0.0014 0.4864 0.4885
2. A 0.4984 0.4820 0.4942 0.0060 0.4855 0.5002
B 0.5073 0.4928 0.5020 0.0030 0.4845 0.5050
3. A 0.5150 0.4830 0.5113 0.0038 0.4883 0.5151
B 0.5028 0.4803 0.4974 0.0028 0.4839 0.5002
4. A 0.4978 0.4677 0.4909 0.0055 0.4727 0.4964
B 0.4998 0.4755 0.4906 0.0073 0.4795 0.4979
5. A 0.5001 0.4862 0.4950 0.0060 0.4895 0.5010
B 0.5095 0.4904 0.5031 0.0034 0.4950 0.5065
6. A 0.5093 0.4804 0.5055 0.0038 0.4895 0.5093
B 0.5009 0.4799 0.4956 0.0060 0.4870 0.5016
7. A 0.4956 0.4763 0.4916 0.0082 0.4868 0.4998
B 0.4954 0.4824 0.4899 0.0037 0.4890 0.4936
8. A 0.8008 0.4812 0.4972 0.0095 0.4954 0.5067
B 0.5079 0.4929 0.5032 0.0072 0.5006 0.5104
9. A 0.5118 0.4968 0.5070 0.0092 0.5083 0.5162
B 0.4891 0.4790 0.4840 0.0061 0.4855 0.4901
10. A 0.5025 0.4742 0.4979 0.0007 0.4795 0.4986
B 0.4988 0.4717 0.4933 0.0049 0.4817 0.4982
11. A 0.5004 0.4722 0.4955 0.0050 0.4744 0.5005
B 0.5032 0.4870 0.4970 0.0056 0.4891 0.5026
12. A 0.4906 0.4766 0.4862 0.0070 0.4824 0.4932
B 0.4893 0.4786 0.4842 0.0090 0.4829 0.4932
13. A 0.4878 0.4706 0.4830 0.0109 0.4788 0.4939
B 0.4971 0.4827 0.4912 0.0083 0.4907 0.4995
14. A 0.4964 0.4689 0.4911 0.0055 0.4821 0.4966
B 0.4942 0.4714 0.4873 0.0107 0.4896 0.4980
15. A 0.4977 0.4730 0.4857 0.0172 0.4893 0.5029
B 0.4934 0.4623 0.4894 0.0085 0.4875 0.4979

48
Lampiran 6. Segitiga Sheppard

2. SAND+SILT+CLAY
1. CLAYEY SAND

4. CLAYEY SAND
3. SANDY CLAY

49
7. SANDY CLAY 6. SAND

8. Sand

9. sand

50
11. sand
10. Sand

12. sand 13. Sand

51
14. CLAYEY SAND
15. SAND

52
Lampiran 7. Dokumentasi

Gambar 12. Olahraga dihari Selasa dan


Jumat

Gambar 11. Diskusi bersama pembimbing

53
Gambar 13. Pemaparan hasil Magang

Gambar 14. Pengolahan sampel sedimen


dasar

54
Lampiran 8. Catatan Harian Kegiatan PKM

55
56
57
58
59
60
61
62
Lampiran 9. Surat Pernyataan Selesai Magang dari Instansi

63

Anda mungkin juga menyukai