Oleh:
LEY VASA NUR S.
NIM. 135080601111081
Oleh:
LEY VASA NUR S.
NIM. 135080601111081
LEMBAR PENGESAHAN
PENGOLAHAN SEDIMEN DASAR MENGGUNAKAN METODE BASAH DAN
SEGITIGA SEPARD, SEDIMEN TERSUSPENSI SERTA LAJU SEDIMENTASI DI
PERAIRAN NATUNA SELATAN
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI TNI ANGKATAN LAUT, JAKARTA UTARA
Oleh:
LEY VASA NUR SYAFAAT
NIM. 135080601111081
Mengetahui, Menyetujui,
Sekretaris Jurusan Dosen Pembimbing
(Oktiyas Muzaky Luthfi, S.T, M.Sc (Ir. Bambang Semedi, M.Sc, Ph.D)
NIP: 197910312008011007 NIP: 19621220 198803 1 004
Tanggal : Tanggal :
i
RINGKASAN
Ley Vasa Nur Syafaat. Pengolahan Sedimen Dasar Menggunakan Metode Basah
dan Segitiga Separd, Sedimen Tersuspensi, Serta Laju Sedimen di Pusat Hidro-
Oseanografi TNI AL, Jakarta Utara. Ir. Bambang Semedi, M.Sc, Ph.D dan Mayor
Data yang digunakan dalam PKM ini adalah data primer, hasil dari survey yang
dilakukan oleh Tim Survei Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL di Perairan Natuna
Selatan. Sampel yang didapatkan dari hasil survey, kemudian dilakukan pengolahan
untuk mengetahui jenis sedimen, jumlah sedimen tersuspensi, dan laju sedimen yang
ada pada perairan tersebut. Pengolahan sampel sedimen dasar menggunakan
metode basah dan segitiga sheppard untuk menentukan jenis sedimen. Pengolahan
sedimen tersuspensi dilakukan dengan menyaring sampel air menggunakan kertas
whatman, yang kemudian ditimbang untuk mengetahui berat sedimen tersuspensi.
Kedua data hasil jenis sedimen dan berat sedimen tersuspensi digunakan untuk
mengetahui laju sedimentasi dengan ditambahkan data pasang surut untuk
mengetahui slack water.
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM: 135080601111081
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja Magang (PKM)
Oseanografi TNI AL, Jakarta Utara” adalah benar merupakan hasil tulisan dan hasil
karya saya sendiri, yang dibantu oleh pembimbing di Pusat Hidro-oseanografi TNI AL.
adapun data dan informasi yang diperoleh berasal dari beberapa sumbertertulis
sepanjang sepengetahuan saya tidak ada karya ataupun pendapat yang pernah
dituliskan atau dipublikasikanoleh orang lain selainyang tertulis dalam laporan ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudianhari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa laporan Praktik Kerja Magang ini merupakanhasil jiplakan (plasias). Maka saya
bersebia menerima sanksi atas perbuatan tersebut, sesuai dengan hukum yang
berlaku di Indonesia.
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan terselesaikannya laporan Praktik Kerja Magang (PKM) ini, penulis ingin
1. Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS, selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
2. Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP., selaku ketua Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang.
3. Feni Iranawati, S.Pi., M.Si., Ph.D. selaku ketua Program Studi Ilmu Kelautan,
4. Bapak Ir. Bambang Semedi, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing PKM yang
pengarahan dalam proses bimbingan selama proses pelaksanaan PKM mulai dari
5. Laksamana Muda TNI Daryanto selaku Kepala Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL,
Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Program
6. Kolonel Laut (KH) Dwi Santosa selaku Kepala Dinas Oseanografi dan Meteorologi
Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL, Jakarta yang telah memberikan izin kepada
7. Mayor Laut (KH) Kuncoro, S.T selaku pembimbing kegiatan Kerja Praktik penulis
proses PKM.
iv
8. Mayor Laut (KH) Khoirol Imam Fatoni, S.T, M.Si yang telah membimbing dan
9. Peltu Sudarno, Kopka M. Sidik, dan Serka Rudi Purwanto, yang telah membimbing
dan memberikan banyak materi, masukan, serta arahan selama proses PKM di
10. Serma Kurnia Malik, A.Md, yang telah membimbing dan memberikan banyak
Pushidrosal.
Subekti. Kakek penulis, Wahyudi (Alm). Nenek penulis Rukini dan Susiami (Alm.).
Kakak Penulis, Ley Via Nuraini serta keluarga terdekat yang selalu memberikan
12. Saudara Rosalia Rianty Reniatao selaku penghubung penulis dengan pihak Pusat
13. Teman – teman Griya Pondok Pesantren Mahasiswa Al-kautsar, Jalan Jombang,
14. Teman – teman Ilmu Kelautan angkatan 2013 “Atlantik” Universitas Brawijaya atas
Penulis
v
KATA PENGANTAR
Menggunakan Metode Basah dan Segitiga Separd, Sedimen Tersuspensi, Serta Laju
Utara. Dalam penyusunan laporan ini, banyak hambatan yang penulis hadapi, penulis
juga menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan laporan ini berkat rahmat
Tuhan Yang Maha Esa bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua serta dosen
Sedimen Tersuspensi, Serta Laju Sedimen. berdasarkan Praktek Kerja Magang yang
telah penulis laksanakan. Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa
laporan ini masih banyak kekuranga, untuk itu kepada dosen pembimbing saya
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan laporan saya di masa yang akan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN ............................................................................................................. ii
UCAPAN TERIMAKASIH.......................................................................................... iv
1. PENDAHULUAN................................................................................................... 1
2. METODE .............................................................................................................. 5
3. Hasil ..................................................................................................................... 7
3.1.6 Pendidikan......................................................................................... 16
vii
3.2.2 Pengolahan Sampel Sedimen Terlarut .............................................. 27
4. PENUTUP .......................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 39
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
1. PENDAHULUAN
yang telah mengendap. Sehingga memiliki relative ketebalan yang berbeda di banyak
bagian laut. Menurut Asdak (2007), Sedimen merupakan hasil erosi yang terjadi pada
batuan mengalami pelapukan atau pada jenis tanah. Dapat diartikan bahwa sedimen
adalah pecahan, mineral, atau material organic yang dibawa dari berbagai sumber
yang kemudian diendapkan oleh media seperti udara, angin, atau air. Proses
Sedimen yang terdapat pada wilayah laut mempunyai kompisisi yang berbeda,
batuan yang bercampur dengan pecahan dari organisme laut seperti pecahan
cangkang, tulang ikan maupun pecahan karang (Cenne, 2016). Menurut Sembiring et
al. (2014), sedimentasi adalah sedimen hasil dari proses erosi yang terbawa oleh
aliran air dan akan diendapkan disuatu tempat yang kecepatan alioran airnya
layang terbawa arus hingga akhirnya sampai di dasar perairan. Akan tetapi, sedimen
yang telah mencapai dasar, sedimen akan dapat tersuspensi kembali sebelum partikel
1
Ukuran butir sedimen merupakan salah satu faktor kecepatan laju sedimen.
Sedimen yang memiliki ukuran butir yang besar, akan lebih cepat mengalami
sedimentasi dibandingkan dengan sedimen yang memiliki ukuran butir yang relative
kecil seperti lumpur. Penentuan ukuran sedimen berfungsi untuk menjelaskan terkait
metode, yaitu metode basah dan metode kering (Wibisono, 2011). Metode kering
rangkap tiga. Sebagai contoh, lumpur berisi sedikitnya 75% partikel-partikel ukuran
lumpur. “Silt Sand” dan “Sandy Silt” berisi tidak lebih dari pada 20% ukuran partikel
“Clay” dan “Sand-SiltClays” berisi sedikitnya 20% dari ketiap ketiga komponen-
komponen. Batasan – batasan yang tepat dari tiap sepuluh kelas digambarkan di
dalam metadata untuk pengaturan data yang digunakan untuk menyusun peta
perairan dan memiliki ukuran ±0.45 – 2.0 mm. Sedimen tersuspensi berasal daratan
2
yang ditranspor melalui sungai dan udara (Sanusi et. al, 2005). Partikel yang
tersuspensi bisa berupa komponen hidup (biotik) ataupun komponen mati (abiotic).
heterogen, dan berfungsi sebagai pembentuk endapan paling awal. Adanya sedimen
yang tersuspensi juga dapat menghalangi cahaya masuk kedalam perairan, sehingga
Menurut Suleman (2015), laju sedimentasi adalah jumlah hasil sedimen per
satuan luas daerah tangkapan air per satuan waktu (dalam satuan ton/ha/th atau
mm/th). Hasil sedim) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di
daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hasil
Sedimen dalam lingkungan pesisir memiliki sifat yang dinamis, yang mana
tersebut sangatlah diperlukan untuk prediksi perubahan pesisir yang akan datang.
Maka dari itu, Praktek Kerja Magang ini dilakukan untuk menentukan ukuran sedimen
1.2 Tujuan
Menggunakan Metode Basah dan Segitiga Sephard, Sedimen Tersuspensi serta Laju
3
1. Mampu menentukan jenis sedimen dasar berdasarkan ukuran butir
sedimen tersuspensi
4
2. METODE
Laut, Jakarta Utara. Lokasi Pushidrosal bertempat di Jalan Pantai Kuta V No.1, Ancol
bawah naungan Pusat Hidro-Oseanografi yang bertugas sebagai pengolah data yang
telah didapatkan oleh Unit Survei setelah melakukan survey di suatu perairan. Data
yang di olah berupa data yang berkaitan dengan Oseanografi, seperti data pasang
surut, arus, gelombang, sedimen, dan lain sebagainya. Adapun data Meteorologi
didapatkan dari stasiun meteo yang dimiliki Pushidrosal yang bertempat di Gedung
Pushidrosal Lantai 3.
5
2.2 Waktu Penelitian
(Lampiran 1) menunjukkan timeline dari kegiatan Praktek Kerja Magang, mulai dari
2.3 Prosedur
Angkatan Laut harus melalui serangkaian prosedur. Prosedur Praktek Kerja Magang
6
3. Hasil
perubahan Atas Perpres Nomor 10 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara
dengan dasar hukum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1951
tanggal 31 Maret 1951 (PP RI No. 23/1951) dan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 164 tahun 1960 tanggal 14 Juli 1960 (Keppres RI No. 164/1960),
Nasional Indonesia.
lingkungan laut dan keselamatan navigasi pelayaran, baik untuk kepentingan TNI
7
maupun untuk kepentingan umum, dan menyiapkan data dan informasi wilayah
pertahanan di laut dalam rangka mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut. Selain
hidrografi dalam menyediakan data dan informasi hidro-oseanografi berupa peta laut
baik peta kertas maupun peta navigasi elektronik dan publikasi nautika.
yang akurat dan mutakhir sebagai data dasar yang akan digunakan sebagai bahan
pemetaan di netherland East Indies pada tahun 1821. Selang 3 tahun tepatnya Pada
tahun 1823 Angkatan Laut Belanda mendirikan Depo Peta di cara yang berfungsi
menyediakan peta laut dan buku nautis untuk kepentingan umum. Selanjutnya pada
tahun 1850, dibentuklah Geografische Dients (Dinas Hidrografi) din bawah angkatan
tempat di indonesia dengan cara pengamatan bintang. Pada tahun 1874, pemerintah
departemen Der Marine Kerajaan Belanda, untuk melaksanakan kegiatan survei dan
8
pemetaan guna keperluan keselamatan pelayaran kapal – kapal perang dan kapal
dagang Belanda.
pada kapal – kapal pemetaan Angkatan Laut Belanda, sehingga pada waktu itu, mulai
pemetaanlaut sendiri yang sejak tahun 1922 Gouvernement Marine dapat membantu
Dengan demikian sejak itu terdapat dua rganisasi yang melaksankan pemetaaan di
Indonesia. Pada periode penjajan jepang (1941 – 1945), kegiatan survei dan
Indonesia belum memiliki failitas dan personil Hidrografi, maka kegiatan pemetaan
mengalami kesulitan, sehingga Negara Belanda pada tahun 1951 masih memberikan
bantuan tenaga ahli hidrografi kepada Indonesia. Mengingat adanya dua kepentingan,
tahun 1951 tentang pembentukan Bagian Hidrografi Angkatan Laut dan Bagian
9
menetapkan bahwa Dishidros bertugas membina dan melaksanakan fungsi hidro-
angkatan laut. Pada tanggal 13 September 2016, terjadi perubahan nama dari Dinas
TNI Angkatan Laut berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2016 tentang
Suatu instansi untuk menggerakkan serta berjalannya dengan rapi dan baik
wajib memiliki struktur organisasi. Adapun struktur organisasi yang dimiliki oleh
PUSHIDROSAL dapat dilihat pada Gambar 4. Struktur ini mempunyai peran tugas
10
unsur pimpinan dalam ruang lingkup Dinas Hidro-Oceanografi TNI AL, Jakarta Utara.
Organisasi dibagi menjadi 5 bagian besar dalam tujuan dari sebuah visi, seperti:
1. Unsur pimpinan
3. Unsur pelayanan
Uraian dalam peletakan jabatan dengan lima bagian besar di papan struktur
Pushidrosal itu didasarkan pangkat di tentara nasional indonesia angkatan laut (TNI
AL) dengan keterangan unsur pimpinan pangkat Laksamana Muda TNI yang ditandai
bintang dua di pundak kanan maupun kiri, kepala Dinas dengan pangkat kolonel
ditandai bunga melati berjumlah tiga masing – masing kanan dan kiri. Lebih turun lagi
yaitu bagian unsur pelaksana dan teknis yang di isi dari beragam pangkat yang paling
tinggi Letnan kolonel (letkol) dengan tanda mawar dua di pundaknya, mayor menjadi
tangan kanan letkol dengan tanda pangkat mawar satu dalam perencanaan kegiatan
survey lapang di bidang Oseanografi dan dibantu lagi perwira muda kapten, letnan
satu, letnan dua, sersan mayor, sersan kepala, sersan satu, sersan dua, dan yang
terakhir kopral. Itu semua demi melancarkan tugas pokok suatu lembaga dengan
ruang lingkup kelautan, yaitu Bagian Hidrografi Angkatan Laut mengemban fungsi
pembuatan peta laut, buku-buku dan penerbitan hidrografi yang menyangkut wilayah
perairan di luar Indonesia, serta peta dan buku yang berkaitan dengan pertahanan
dan militer.
11
KAPUSHIDROSAL Eselon Pimpinan
WAKAPUSHIDROSAL
Eselon Pelayanan
DISPAM DISHIDRO DISPETA DIS DIS DIS DIS DIS DIS MAT DIS
NAUTIKA OSEMET INFOLAH PRODIS MINPERS NAUTIKAS
T
Eselon Komando Pelaksana
KAPUSHIDROSAL
WAKAPUSHIDROSAL
Adapun Visi dan Misi dari DinasPusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut
yaitu:
Visi: Membangun Lembaga Hidrografi Kelas Dunia Yang Terpercaya Dalam Rangka
Misi: Ada dua misi yang dimiliki oleh Pushidrosal yaitu Misi Utama dan Misi
Oseanografi TNI AL yang menguraikan terhadap visi yang usung oleh Laksamana
Muda TNI Angkatan Laut dengan tujuan untuk tetap menyediakan data khusus untuk
12
MISI UTAMA
internasional.
MISI OPERASIONAL
surta hidros dan penelitian kelautan serta didukung dengan sarana dan
2. Mampu membangun kerjasama dan ikut serta secara aktif dalam berbagai
internasional.
(scientist).
13
3.1.5 Tugas dan Fungsi
3.1.5.1 Pushidrosal
Oseanografi baik untuk keperluan khusus TNI-AL dan Hankam maupun untuk
keperluan umum/Nasional.
2. Fungsi Pushidrosal
prasarananya.
aeronautis, peta laut, peta khusus bagi TNI-AL, buku nautis dan petunjuk
pelayaran. Tidak hanya itu menjalin hubungan kerja dalam kegiatan Hidro –
14
3.1.5.2 Dinas Oseanografi dan Meteorologi
naungan Dinas Oseanografi dan Meteorologi. Adapun tugas dan fungsi dari Dinas
15
3.1.6 Pendidikan
negara: USA, Inggris, Jepang, jerman, perancis, Australia, Belanda serta pendidikan
manusia dalam bidang kelautan yang saat ini sekolah tersebut telah mendapat
akreditasi internasional dari IHO untuk kategori B. Spesialis Nautical charting dan
melakukan berbagai kegiatan yang ada sebagai bentuk partisipasi aktif. Kegiatan
yang dilakukan yaitu mengolah sampel sedimen dasar untuk ditentukan jenis
sedimen, pengolahan sampel sedimen terlarut untuk diketahui beratnya, dan juga
pembimbing laboratorium, dan juga rekan-rekan lain yang melakukan Praktik Kerja
Magang dari Universitas Lain. Melalui diskusi teori tersebut, penulis mendapatkan
sedimen, pengolahan sampel sedimen terlarut untuk diketahui beratnya, dan juga
16
alat, metode yang digunakan, proses, dan cara perhitungan sehingga didapatkan hasil
yang sesuai.
alat dan bahan yang diperlukan untuk mengolah sampel yang ada, baik untuk
mengolah sampel sedimen dasar maupun sampel sedimen terlarut. Penulis juga
yaitu metode basah. Metode basah yaitu proses penyortiran ukuran butir sampel
sedimen menggunakan air. Metode ini lebih efektif jika dibandingkan dengan metode
kering. Metode kering yang menggunakan Sieve Shaker dapat merusak struktur dari
sampel sedimen akibat goncangan yang terjadi saat sieve shaker bekerja. Partikel
sedimen yang saling menempel akan terpisah dengan sendirinya saat terlarut dalam
laboratorium mengenai teori dasar dan pengenalan alat yang digunakan untuk
sampel sedimen. Sampel yang diolah oleh penulis merupakan sampel yang
didapatkan dari hasil survey dari Dinas Unit Survei Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL
melakukan persiapan.
17
3.2.1 Pengolahan Sampel Sedimen Dasar
3.2.1.1 Pengambilan Sampel Sedimen Dasar
tanggal 13 April 2016. Terdapat 15 titik lokasi yang digunakan untuk pengambilan
sampel diantara Pulau Subi Kecil dan Pulau Serasan. Titik 1 sampai 8 berada di
sekitar Pulau Subi Kecil sedangkan titik 8 sampai 15 berada di dekat pulau serasan.
sedimen dasar diambil menggunakan alat Grab Sampler dan diambil sebanyak 100
persiapan. Persiapan yang dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan yang
digunakan untuk mengolah sampel sedimen dasar. Adapun alat dan bahan yang
Sebagai tempat
1 Wadah
meletakkan sampel
18
No Nama Gambar Kegunaan
Untuk membantu
4 Kuas atau Sikat
menyaring sedimen
Untuk meletakkan
5 Nampan
wadah
Untuk mengurangi
6 Oven
kadar air pada sedimen
19
No Nama Gambar Kegunaan
Sebagai bahan
3 Sampel Sedimen
pengolahan
20
3.2.1.3 Flowchart Pengolahan Sampel Sedimen Dasar
langkah – langkah dalam mengolah sampel sedimen dasar sehingga dapat diketahui
21
Sampel sedimen dari
perairan Natuna
Selatan
Proses perendaman
sedimen selama 1 x
24 jam
Proses Penyaringan
sedimen
Proses pengovenan
untuk mengurangi
kadar air 1 x 24 jam
Proses pengovenan
untuk mengurangi
kadar air
Proses penimbangan
berat sedimen yang
tersaring
Proses Penginputan
data ke excel
Menggunakan
Microsoft Excel
Proses penghitungan
prosentase
Proses penentuan
jenis sedimen dasar Menggunakan
yang dominan Microsoft PowerPoint
menggunakan segitiga
shepard
Gambar 5. Flowchart Pengolahan Sedimen Dasar
22
3.2.1.4 Proses Penyaringan Sampel Sedimen
Proses penyaringan bertingkat sedimen dasar menggunakan metode basah,
menggunakan aliran air sebagai media penyortiran ukuran sedimen. Alat yang
digunakan sama seperti metode kering yaitu Sieve atau saringan. Perbedaannya
terletak pada media yang digunakan, metode kering menggunakan air sedangkan
metode kering menggunakan Sieve Shaker. Penyaringan bertingkat ini terdapat tujuh
saringan dan satu pan untuk menampung ukuran butir sedimen yang terkecil. Sieve
itu disusun sesuai dengan ukuran mesh size pada saringan. Saringan paling atas yaitu
-2Ø (2-4 mm), kemudian dibawahnya ada -1Ø (1-2 mm), 0Ø (0.5 - 1 mm), 1Ø (0.25 –
0.5 mm), 2Ø (0.125 – 0.25 mm), 3Ø (0.063 – 0.125 mm), 4Ø (0.004 – 0.063 mm), dan
5Ø (< 0.004 mm) berada paling bawah. Setiap saringan disediakan wadah untuk
ditimbang terlebih dahulu sebagai berat kosong sebelum diisi oleh sedimen yang
Sampel sedimen dasar yang sudah direndam dengan air dimasukkan kedalam
saringan paling atas kemudian sampel tersebut disemprot dengan air pada saringan
tersebut. Air yang keluar dari saringan ditampung dalam wadah yang memiliki volume
minimal 2 liter. Hal tersebut dilakukan untuk menampung ukuran sedimen terkecil
yang terlarut dengan air supaya tidak terbuang oleh aliran air. Sedimen yang tertahan
dalam saringan kemudian diletakkan dalam wadah yang sudah berlabel. Untuk air
kemudian air dibuang dan hanya menyisakan sedimen lumpur yang sudah
mengendap.
23
Setelah semua sudah tersortir, sedimen dioven untuk mengurangi kadar air
dilakukan selama 1 x 24 jam pada suhu ± 100o C. Sedimen yang sudah kering
kemudian ditimbang untuk menentukan berat sedimen yang tertahan di tiap saringan.
Timbangan yang digunakan adalah timbangan elektrik atau digital yang memiliki
ketelitian hingga 4 angka dibelakang koma., sehingga nilai yang didapatkan lebih
detail. Angka yang keluar dari display timbangan dicatat yang kemudian akan diinput
ukuran butir sedimen itu dari berat sampel yang diambil. Agar dapat diketahui jenis
sedimen yang mendominasi di Perairan Natuna Selatan. Proses ini dimulai dari
memasukkan data nilai hasil sedimen yang telah ditimbang ke dalam excel untuk
24
Setelah kedua variable tersebut dimasukkan, selanjutnya adalah mencari berat isi
sedimen dengan cara menghitung selisih antara berat hasil dan berat kosong. Untuk
mendapatkan prosentase dari ukuran sedimen pada tiap saringan, nilai berat isi yang
sudah didapatkan dikali dengan 100%. Sehingga rumus yang digunakan yaitu:
tersebut adalah persentase dari sand, silt, dan clay. Tiap sampel sedimen diplotkan di
25
Gambar 6. Segitiga Sheppard
1.
Sebelum memulai menentukan jenis sedimen, perlu dilakukan penggolongan
sampel yang didapat menjadi tiga komponen dari delapan jenis mesh size yang ada.
tiga golongan tersebut yaitu sand, silt, dan clay. Ukuran mesh -2Ø sampai 3Ø masuk
sedangkan 5Ø masuk kedalam komponen clay. Jika komponen pasir atau ukuran
mesh -2Ø lebih dari 10% dari berat keseluruhan sampel, maka menggunakan segitiga
sepuluh golongan, yaitu sand, clay, silt, clayey sand, sandy clay, silty clay, clayey silt,
sandy silt, sily sand, dan campuran dari ketiga komponen. Disetiap sisi terdapat skala
26
persentase dari 0 – 100 sesuai dengan hasil persentase komponen yang didapatkan,
juga terdapat garis yang dapat ditarik sesuai skala untuk memudahkan dalam
penentuan jenis sedimen. Jika ketiga garis tersebut berpotongan, maka titik
bertemunya ketiga garis tersebut adalah jenis sedimen yang didapatkan. Dari 15
stasiun yang ada, jenis sedimen yang mendominasi perairan Natuna Selatan yaitu
1.
Gambar 8. Contoh segitiga sheppard setelah
dimasukkan nilai persentase
April 2016 saat Neap Tide, dan 23 April 2016 saat Spring Tide. Terdapat 15 titik lokasi
yang digunakan untuk pengambilan sampel diantara Pulau Subi Kecil dan Pulau
Serasan. Titik 1 sampai 8 berada di sekitar Pulau Subi Kecil sedangkan titik 8 sampai
15 berada di dekat pulau serasan. Sampel sedimen dasar diambil menggunakan alat
27
Botol Nansen. Sampel sedimen terlarut diambil 0.2 m dari permukaan air perairan dan
0.8 m dari dasar perairan. Sehingga tiap lokasi memiliki empat botol sampel, yaitu
sampel permukaan (A) dan sampel dasar (B) saat perairan sedang mengalami spring
tide, serta sampel permukaan (A) dan sampel dasar (B) saat perairan sedang
mengalami neap tide. Sampel air laut yang diambil pada tiap stasiun yaitu sebanyak
250 ml.
persiapan. Persiapan yang dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan yang
digunakan untuk mengolah sampel sedimen terlarut. Adapun alat dan bahan yang
Sebagai tempat
1 Beaker Glass
meletakkan sampel
Untuk membantu
2 Corong dalam menyaring
sampel
28
No Nama Gambar Kegunaan
Untuk Mengukur
3 Timbangan
berat sampel
Untuk membantu
mengukur volume
4 Gelas Ukur
sampel dan aqudes
yang dibutuhkan
Untuk meletakkan
5 Erlenmayer wadah penampungan
air setelah disaring
Untuk mengurangi
6 Oven kadar air pada kertas
saring
29
No Nama Gambar Kegunaan
Untuk mengambil
kertas saring
8 Capit
whatman setelah
dioven
30
Table 6. Bahan untuk mengolah sedimen terlarut
Sebagai bahan
4 Sampel air laut
pengolahan
langkah – langkah dalam mengolah sampel sedimen dasar sehingga dapat diketahui
31
Sampel air laut dari
perairan Natuna
Selatan
Proses pengovenan
kertas whatman 1 x
24 jam
Proses penimbangan
kertas saring whatman
sebelum penyaringan
Proses Penyaringan
sampel air laut
Proses pengovenan
untuk mengurangi
kadar air 1 x 24 jam
Proses
penimbangan berat
sedimen yang
Proses Penginputan
data ke excel
Menggunakan
Microsoft Excel
Proses
penghitungan berat
sedimen terlarut
Gambar 9. Flowchart pengolahan sedimen terlarut
32
3.2.2.4 Proses Pengolahan Sampel Sedimen Terlarut
memisahkan antara sedimen terlarut dengan sampel air laut. Sebelum dilakukan
penyaringan, terlebih dahulu kertas saring whatman dioven. Hal tersebut dilakukan
untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada kertas saring, agar tidak
mempengaruhi berat kosong pada kertas tersebut. Setelah dioven selama 1 x 24 jam
dengan suhu 110o C, kemudian kertas saring ditimbang untuk diketahui berat kosong.
penyaringan. Kertas saring dilipat sehingga membentuk kerucut agar dapat diletakkan
pada corong. Sampel air yang disaring yaitu sebanyak 250 ml yang diukur dengan
menggunakan gelas ukur. Kemudian, dituangkan pada corong berlapis kertas saring
sedikit demi sedikit agar tidak melebihi kertas saring sehingga sedimen terlarut yang
ada pada sampel air laut tidak tersaring. Aquades ditambahkan setelah sampel air
laut pada gelas ukur habis. Banyaknya aquades yang akan dituangkan yaitu sebanyak
100 ml.. Aquades ditambahkan berfungsi sebagai pelarut universal. Sedimen yang
tersaring di kertas saring, kemudian dioven untuk menghilangkan kadar air. Kertas
saring whatman berisi sedimen yang tersaring, dioven selama 1 x 24 jam dengan suhu
mendapatkan hasil berat hasil. Hasil dicatat agar memudahkan dalam input data ke
Adapun hasil dari pengolahan sampel maupun data yang diperoleh, untuk rata
– rata kandungan sedimen saat spring tide yaitu 0.0297 g/l untuk permukaan dan
33
0.0271 g/l. Sedangkan rata – rata kandungan sedimen saat neap tide yaitu untuk
Data yang akan diolah yaitu sebanyak 15 stasiun saat spring tide dan 15
stasiun saat neap tide yang diambil pada dua layer kedalaman yaitu permukaan dan
dasar. Sehingga terdapat empat kategori sampel yang diambil, yaitu sedimen terlarut
saat spring tide di permukaan dan dasar, serta sedimen terlarut saat neap tide di
permukaan dan dasar perairan. Pengolahan data hasil penyaringan dilakukan untuk
mendapatkan hasil berupa rata-rata berat sedimen yang terdapat di empat kategori
yang ada.
Data yang dimasukkan kedalam excel yaitu berupa data hasil berat kosong
kertas saring dan berat hasil kertas saring setelah dilakukan penyaringan. Kemudian,
dihitung selisih antara barat kosong dan berat hasil yang mana itu akan menjadi nilai
dijadikan satuan liter maka perlu dikali kan dengan 4, karena sampel yang disaring
sebanyak 250 ml. Hal tersebut dilakukan agar memudahkan dalam perhitungan
selanjutnya. Setelah didapatkan nilai berat sedimen per liter, kemudian mencari nilai
∑ 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑛
Nilai rata – rata dari semua kategori, selanjutnya dirata – ratakan lagi untuk
Selatan.
34
3.2.3 Perhitungan Laju Sedimentasi
Laju sedimentasi merupakan jumlah hasil sedimen per satuan luas. Elemen
yang diperlukan untuk melakukan perhitungan laju sedimentasi yaitu tipe pasang surut
untuk mengetahui air diam (slack water), kedalaman, dan rata – rata keseluruhan
kandungan sedimen yang terlarut. Slack water merupakan titik balik antara pasang
dan surut. Dalam keadaan tersebut, kecepatan arusnya adalah nol. Sehingga, saat
250
200
150
100
50
Banyaknya slack water tergantung dari tipe pasang surut yang terjadi. Jika tipe
pasang surut ganda atau campuran dominan ganda yang mengalami dua kali titik
balik, maka slack water pada perairan tersebut adalah dua. Kedalaman juga
perairan tersebut maka waktu yang diperlukan untuk pengendapan akan semakin
35
Berdasarkan grafik pasang surut yang terjadi di Perairan Natuna Selatan
(Gambar 1), menunjukkan tipe pasang surutnya adalah tipe campuran dominan
ganda. Sehingga perairan tersebut mengalami dua kali slack water. Kedalaman yang
Rata – rata nilai kandungan sedimen terlarut yang telah didapatkan yaitu 0.0297 g/l.
Nilai yang didapatkan yaitu 0.007661 cm/th per meter kedalaman. Kedalaman di
perairan Natuna selatan sekitar 1 – 46 m dari permukaan laut, maka laju sedimentasi
36
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
digolongkan menjadi sepuluh golongan jenis sedimen yaitu sand, clay, silt,
clayey sand, sandy clay, silty clay, clayey silt, sandy silt, sily sand, dan
2. Sampel sedimen terlarut berupa air laut, sehingga perlu dilakukan penyaringan
dilakukan dengan kertas saring whatman karena memiliki mesh size yang
tersaring. Berat sedimen diperoleh dari selisih antara berat kosong dan berat
berat hasil. Hasil tersebutn kemudian dirata – rata untuk mendapatkan hasil
3. Laju sedimentasi diperngaruhi oleh slack water (air diam) pada pasang surut,
37
Perairan Natuna Selatan adalah tipe campuran dominan ganda. Sehingga
perairan tersebut mengalami dua kali slack water. Kedalaman yang terdapat
– rata nilai kandungan sedimen terlarut yang telah didapatkan yaitu 0.0297 g/l.
Jadi, laju sedimentasi yang terjadi yaitu 0.007661 cm/th sampai dengan
3.670696 cm/th.
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan, agar pihak fakultas segera membuat surat
kerjasama, agar mahasiswa yang akan melakukan Praktek Kerja Magang di Pusat
Selain itu, bagi mahasiswa yang akan melaksanakan Praktek Kerja Magang di
dikarenakan, penulis mengalami perubahan topik karena kendala fasilitas yang tidak
memadai untuk melakukan topic tersebut. Untuk mengatasi kendala tersebut, penulis
melakukan diskusi dengan pembimbing instansi sehingga dapat diperoleh judul baru
Laut.
38
DAFTAR PUSTAKA
Asdak.C, 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University:Yogyakarta.
Cenne, Arbimusa A. 2016. Study Karakteristik Sedimen dan Morfologi Dasar Muara
sungai Jeneberang. Skripsi. Fakultas Teknik, Teknik Sipil, Universitas
Hasanuddin. Makasar.
Lestari, Ayu Dwi. 2015. Pengaruh Berbagai Dosis Aplikasi Liquid Organik Biofertilizer
Terhadap Agregat Tanah pada Daerah Rizosfer Pertanaman Nanas (Ananas
comosus) PT Great Giant Pineapple. Skripsi. Universitas Lampung.
Munandar, Rizqan Khairan. 2014. Karakteristik Sedimen di Perairan Desa Tanjung
Momong Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas. Universitas
Raja Ali Haji.
Nugroho, S.H, dan Abdul Basit. 2014. Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis
Ukuran Butir Di Teluk Weda, Maluku Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Hlm. 229 – 240, Juni 2014.
Pushidrosal. 2016. Profil Pusat Hidro Oseanografi TNI AL dalam dishidros.go.id/profil
diakses pada 26 Septermber 2016 pukul 14:34.
Rifardi. 2011. Lingkungan Pengendapan Perairan Selatan Estuari Bagan dan
Sekitarnya Pantai Timur Sumatera Indonesia. Jurnal Ilmu Lingkungan, ISSN
1978-5283.
Sanusi, H. S. et al. 2005. Peranan Padatan Tersuspensi Mereduksi Logan Berat Hg,
Pb, dan Cd Terlarut dalam Kolom Air Teluk Jakarta. Ilmu Kelautan, Vol. 20 (2),
Hlm. 72 – 77, Juni 2005.
Sembiring, A.E, et al. 2014. Analisis Sedimentasi Di Muara Sungai Panasen. Jurnal
Sipil Statik, Vol. 2, No. 3, Maret 2014. ISSN: 2337-6732.
Suleman, Abdul Rivai. 2015. Analisis Laju Sedimentasi pada Saluran Irigasi Daerah
Irigasi Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan.
Wahana Teknik Sipil, Vol. 20, No. 2, Desember 2015, Hlm. 76 – 86.
Tarigan, M.S. Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Makara Sains, Vol.
7, No. 3, Desember 2003.
Umi Muawanah dan Agus Supangat. 1998. Pengantar Kimia dan Sedimen Dasar Laut.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Wibisono, M. S. 2011. Pengantar Ilmu Kelautan. Edisi 2. Penerbit UI-Press. Jakarta.
39
Lampiran 1. Tabel Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Magang
1 Pembuatan
Usulan
2 Pembuatan
Proposal
3 Pelakasanaan
PKM
4 Penyusunan
dan Revisi
Laporan PKM
40
Lampiran 2. Data Pasang-Surut
41
Lampiran 3. Data Sedimen Dasar
42
Ukura Berat Prosentase
St. hasil Berat hasil
n Kosong Berat Kumulatif
Ø2 4.5239 7.4299 2.9060 10.43166113 62.8294
Ø3 4.3777 8.0828 3.7051 13.30018846 76.1296
Ø4
Ø5
total
Ø -2 4.9134 9.7191 4.8057 4.858796933 4.8588
Ø -1 4.8616 16.7030 11.8414 11.97223256 16.8310
Ø0 4.8863 29.8982 25.0119 25.28825 42.1193
Ø1 4.9215 24.1775 19.2560 19.46875455 61.5880
Ø2 4.8108 24.0107 19.1999 19.41203472 81.0001
6
Ø3 4.876 19.2477 14.3717 14.53048919 95.5306
43
Ukura Berat Prosentase
St. hasil Berat hasil
n Kosong Berat Kumulatif
Ø -2 4.6393 6.2874 1.6481 1.696131039 1.6961
Ø -1 4.3747 10.1164 5.7417 5.909031967 7.6052
Ø0 4.5379 21.2791 16.7412 17.22909347 24.8343
Ø1 4.5613 27.4042 22.8429 23.50861702 48.3429
Ø2 4.6545 29.2112 24.5567 25.27236277 73.6152
8
Ø3 4.8067 23.5258 18.7191 19.26463596 92.8799
44
Ukura Berat Prosentase
St. hasil Berat hasil
n Kosong Berat Kumulatif
Ø3 4.6678 26.1058 21.4380 25.67391328 96.6968
45
Ukura Berat Prosentase
St. hasil Berat hasil
n Kosong Berat Kumulatif
Ø -1 4.7717 8.8486 4.0769 4.190530423 6.3863
Ø0 4.5583 16.5674 12.0091 12.34381488 18.7301
Ø1 4.9318 24.0185 19.0867 19.61868013 38.3488
Ø2 4.8348 42.9619 38.1271 39.1897698 77.5385
Ø3 4.7418 24.2534 19.5116 20.05542285 97.5940
46
Lampiran 4. Data Sedimen Tersuspensi Ketika Spring Tide
47
Lampiran 5. Data Sedimen Tersuspensi Ketika Neap Tide
48
Lampiran 6. Segitiga Sheppard
2. SAND+SILT+CLAY
1. CLAYEY SAND
4. CLAYEY SAND
3. SANDY CLAY
49
7. SANDY CLAY 6. SAND
8. Sand
9. sand
50
11. sand
10. Sand
51
14. CLAYEY SAND
15. SAND
52
Lampiran 7. Dokumentasi
53
Gambar 13. Pemaparan hasil Magang
54
Lampiran 8. Catatan Harian Kegiatan PKM
55
56
57
58
59
60
61
62
Lampiran 9. Surat Pernyataan Selesai Magang dari Instansi
63