PENDAHULUAN
2.1.Upwelling
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan
permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas
tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Komarudin & Priyanto, 2014).
Upwelling merupakan fenomena oseanografi yang melibatkan wind-driven motion
yang kuat, dingin dan biasanya membawa massa air yang kaya akan nutrien ke arah
permukaan laut. Upwelling adalah fenomena atau kejadian yang berkaitan dengan
gerakan naiknya massa air laut. Gerakan vertikal ini adalah bagian integrasi dari
sirkulasi laut tetapi ribuan sampai jutaan kali lebih kecil dari arus horizontal. Gerakan
vertikal ini terjadi akibat adanya stratifikasi densitas air laut karena dengan penambahan
kedalaman mengakibatkan suhu menurun dan densitas meningkat yang menimbulkan
energi untuk menggerakkan massa air secara vertikal. Laut juga terstratifikasi oleh
faktor lain, seperti kandungan nutrien yang semakin meningkat seiring pertambahan
kedalaman. Dengan demikian adanya gerakan massa air vertikal akan menimbulkan
efek yang signifikan terhadap kandungan nutrien pada lapisan kedalaman tertentu
(Komarudin & Priyanto, 2014).
2.3.Klorofil-a
Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu chloros artinya hijau dan phyllos
artinya daun. Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1818, dan pigmen tersebut diekstrak
dari tanaman dengan menggunakan pelarut organik. Klorofil adalah pigmen pemberi
warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam
proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi
energi kimia. Klorofil mempunyai rantai fitil (C20H39O) yang akan berubah menjadi
fitol (C20H39OH)jika terkena air dengan katalisator klorofilase. Fitol adalah alkohol
primer jenuh yang mempunyai daya afinitas yang kuat terhadap O2 dalam proses
reduksi klorofil (Ai & Banyo, 2011).
Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan cahaya dengan
gelombang yang berlainan (berpendar = berfluoresensi). Klorofil banyak menyerap
sinar dengan panjang gelombang antara 400-700 nm, terutama sinar merah dan biru.
Sifat kimia klorofil, antara lain (1) tidak larut dalam air, melainkan larut dalam pelarut
organik yang lebih polar, seperti etanol dan kloroform; (2) inti Mg akan tergeser oleh 2
atom H bila dalam suasana asam, sehingga membentuk suatu persenyawaan yang
disebut feofitin yang berwarna coklat (Ai & Banyo, 2011).
Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis. Fotosintesis
merupakan proses perubahan senyawa anorganik (CO2 dan H2O) menjadi senyawa
organik (karbohidrat) dan O2 dengan bantuan cahaya matahari. Klorofil merupakan
pigmen utama yang terdapat dalam kloroplas. Kloroplas adalah organel sel tanaman
yang mempunyai membran luar, membran dalam, ruang antar membran dan stroma.
Permukaan membran internal yang disebut tilakoid akan membentuk kantong pipih dan
pada posisi tertentu akan bertumpukan dengan rapi membentuk struktur yang disebut
granum. Seluruh granum yang terdapat pada kloroplas disebut grana. Tilakoid yang
memanjang dan menghubungkan granum satu dengan yang lain di dalam stroma disebut
lamela (Ai & Banyo, 2011).
Klorofil a adalah suatu senyawa kompleks antara magnesium dengan porfirin yang
mengandung cincin siklopentanon (cincin V). Keempat atom nitrogennya dihubungkan
secara ikatan. Koordinasi dengan ion Mg2+ membentuk senyawa kompleks planar yang
mantap. Rantai sampingnya yang bersifat hidrofob adalah suatu terpenoid alkohol dan
fitol yang dihubungkan secara ikatan ester dengan gugus propionat dari cincin IV.
Klorofil a merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan
autotrof. Rumus kimia klorofila C55H72O5N4Mg (Ai & Banyo, 2011).
3.2.2 SeaDAS
2. Klik file, pilih open. Buka citra yang telah diunduh. Ekstensi dari citra yang diunduh
adalah .nc.
3 .Pada File Manager buka Raster lalu klik dua kali pada chlor_a. Akan muncul peta
klorofil. Lakukan hal yang sama untuk SST
4 Kemudian peta dikunci dibagian Navigation Controls, dengan cara mengklik ikon
6 . Kemudian klik Raster dan pilih Crop, lalu klik OK dan ulangi hal yang sama untuk
klorofil
7 Kemudian klik Raster peta chlor_ a dan SST yang sudah dicrop, maka secara
otomatis peta akan terpotong sesuai ketentuan yaitu Perairan Selatan Jawa. Setelah
itu klik Processing → Reproject
8 Pada menu I/O Parameters, Save as dalam bentuk BEAM-DIMAP, lalu unchecklist
Open in SeaDAS dan pada Directory simpan ke dalam folder yang diinginkan. Lalu
pada menu Reprojection Parameters, No-data value dirubah menjadi 0, setelah tiu
klik Run dan OK. Lakukan hal yang sama pada SST
3.2.3 Pengolahan excel
1. Klik open lalu pilih browse dan cari file yang sudah diolah di Seadas
2 . Pilih file type Delimited lalu klik next, kemudian pada step ke 2 pilih delimited tab
selanjutnya kiln next dan pada step ke 3 finish.
3. Hapus data-data yang tidak diperlukan dan sisakan kolom Longitude, latitude, dan
klorofil/sst.
4. Klik Sort and Filtr lalu pastikan tidak terdapat nan. Jika terdapat nan klik
unchecklist.
5. Mencari nilai maksimal, minimal, rata-rata, standar deviasi, nilai a,b, dan c.
6.
2. Klik Add data lalu Pilih data yang ingin dimasukkan lalu pilih data yang
chlor_a.img dan sst.img. Maka akan muncul layar seperti berikut
3. Klik kanan pada kemudian pilih properties
4. Ganti warna dengan mengklik Symbology lalu ganti Type dengan Histogram Equalize.
Setelah itu, klik YES dan pilih warnanya. Lakukan hal yang sama pada data sst.
5. Pilih Arc Toolbox Window → Spasial Analyst Tools → Map Algebra → Raster
Calculator.
6. Tuliskan pada kotak calculatornya sesuai dengan kriteria (SST sangat kuat < 29,7315),
kemudian simpan di folder dengan nama SST_SK, lalu OK.
7. Setelah itu klik pada kotak 0 pada sst_SK dan rubah warnanya menjadi hollow,
kemudian OK.
8. Klik Raster Calculator lagi dan tuliskan pada kotak calculatornya sesuai dengan
kriteria (Klor sangat kuat >= 0,1218), kemudian simpan di folder dengan nama
Klor_SK, lalu OK
9. Setelah itu klik pada kotak 0 pada klor_SK dan rubah warnanya menjadi hollow,
kemudian OK.
10. Klik Raster Calculator lagi dan tuliskan pada kotak calculatornya sesuai dengan
kriteria (KLOR SANGATKUAT + SST_SANGATKUAT), kemudian simpan di folder
dengan nama Upw_SANGATKUAT, lalu OK
11. Setelah itu klik pada kotak 0 dan 1 pada Upw_SANGATKUAT dan rubah warnanya
menjadi hollow, kemudian OK.
12. Ulangi langkah untuk SST LEMAH, KLOR LEMAH, UPWELLING LEMAH, SST
SANGAT LEMAH, KLOR SANGAT LEMAH, UPWELLING SANGAT LEMAH,
SST KUAT, KLOR KUAT, UPWELLING KUAT
13. Klik Add Data lagi citra yang SHP Provinsi, kemudian klik Add.
14. . Kemudian unchecklist semua dan sisakan hanya upwelling Hasil nya akan seperti
gambar dibawah ini
3.2.5 Layouting Peta
4.1.Hasil
4.1.1. Hasil Perhitungan dan Klasifikasi Kriteria Upwelling di Perairan Selatan Jawa
4.1.1.1. Sea Surface Temperature ( SST )
Bulan Maret
Nilai Maksimum = 30.335 0C Nilai Rata-rata = 29.72 0C
Nilai Minimum = 29.0150C Standar Deviasi = 0.2210C
A = 29.60934 C = 30.0526
B = 29.83099
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL) = UL >= 30.05260C
2. Upwelling Lemah (UL) = 29.830990C <= UL < 30.05260C
3. Upwelling Kuat (UK) = 29.609340C <= UK < 29.830990C
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK < 29,609340C
Bulan April
Nilai Maksimum = 29.8 0C Nilai Rata-rata = 29.420 0C
Nilai Minimum = 28.8150C Standar Deviasi = 0.14860C
A = 29.34656 C = 29.64377
B = 29.49517
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL) = UL >= 29.643770C
2. Upwelling Lemah (UL) = 29.49510C <= UL < 29.643770C
3. Upwelling Kuat (UK) = 29.346560C <= UK < 29.49510C
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK < 29.346560C
Bulan Mei
Nilai Maksimum = 29.075 0C Nilai Rata-rata = 28.631 0C
Nilai Minimum = 28.1850C Standar Deviasi = 0.12970C
A = 28.56691 C = 28.82648
B = 28.6967
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL) = UL >= 28.826480C
2. Upwelling Lemah (UL) = 28.69670C <= UL < 28.826480C
3. Upwelling Kuat (UK) = 28.56910C <= UK < 28.69670C
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK < 28.566910C
4.1.1.2. Klorofil A
Bulan Maret
Nilai Maksimum = 0.199 mg/L Nilai Rata-rata =0,08 mg/L
Nilai Minimum = 0.067 mg/L Standar Deviasi =0,01 mg/L
A = 0.0831 C = 0.1084
B = 0.0957
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Lemah (UL) = 0.0831<=UL<0.0957
2. Upwelling Sangat Lemah (USL) = USL<0.0831
3. Upwelling Kuat (UK) = 0.0957 mg/L <= UK < 0.108 mg/L
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK >= 0.1084 mg/L
Bulan April
Nilai Maksimum = 0.196 mg/L Nilai Rata-rata =0,10 mg/L
Nilai Minimum = 0.079 mg/L Standar Deviasi =0,01 mg/L
A = 0.098926 C = 0.13103
B = 0.1149
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Lemah (UL) = 0.098926<=UL<0.1149
2. Upwelling Sangat Lemah (USL) = USL<0.098926
3. Upwelling Kuat (UK) = 0.1149 mg/L <= UK < 0.13103 mg/L
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK >= 0.13103 mg/L
Bulan Mei
Nilai Maksimum = 0.257 mg/L Nilai Rata-rata =0,13 mg/L
Nilai Minimum = 0.102 mg/L Standar Deviasi =0,01 mg/L
A = 0.12267 C = 0.1621
B = 0.142405
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Lemah (UL) = 0.12267<=UL<0.142405
2. Upwelling Sangat Lemah (USL) = USL<0.12267
3. Upwelling Kuat (UK) = 0.142405 mg/L <= UK < 0.1621 mg/L
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK >= 0.1621 mg/L
4.1.2. Hasil Layoting upwelling di wilayah Perairan Selatan Jawa
4.2.Pembahasan
Praktikum arus upwelling kali ini ditinjau mengakibatkan fitoplankton yang berperan sebagai
pada bulan Maret, April, dan Mei tepatnya pada produktifitas primer perairan berkembang biak
Perairan Selatan Jawa. Pulau ini digunakan atau dengan sangat baik dan mampu menarik berbagai
diidentifikasi, karena pada bagian selatan pulau ini organisme yang berperan sebagai konsumen.
merupakan wilayah yang langsung berhadapan Upwelling yang terjadi pada wilayah Perairan
dengan samudra. Artinya, upwelling yang terjadi Selatan Jawa ini, memiliki tipe yang berbeda – beda
pada wilayah ini, tidak terjadi karena faktor aliran pada setiap bulan dan banyak jenisnya pula. Hal ini
sungai tapi karena pengaruh langsung dari samudera. terjadi karena pengaruh dari fenomena alam yang
Daerah selatan Jawa, memiliki 4 tipe upwelling berubah-ubah pada setiap bulannya juga. Perairan
diantaranya upwelling sangat kuat, upwelling kuat, selatan Jawa memiliki karakteristik yang unik karena
upwelling lemah dan upwelling sangat lemah. Pada adanya berbagai faktor oseanografi, salah satu
layout peta yang telah diolah, keempat tipe fenomena oseanografi tersebut adalah adanya
upwelling tersebut dapat dianalisis dengan upwelling yang merupakan respon terhadap arah dan
mengetahui legenda dari peta tersebut. Untuk kecepatan angin yang berasosiasi dengan sistem
daratan digambarkan dengan memiliki warna ungu. iklim musim. .Menurut (Sukresno & Jatisworo,
Upwelling sangat kuat memiliki warna kuning muda, 2018),pada musim timur antara bulan Juni hingga
upwelling kuat berwarna biru tua, upwelling lemah Oktober terjadi pergeseran pusat upwelling ke arah
berwarna merah dan upwelling sangat lemah barat mendekati Sumatra hingga ke ekuator. Seiring
berwarna orange. dengan perubahan musim, pada musim barat antara
Ciri upwelling ditandai dengan adanya bulan November hingga bulan Maret terjadi
perairan dengan suhu yang lebih rendah penurunan intensitas. Pada peta yang diolah pada
dibandingkan sekitarnya, karena terjadi pengadukan bulan maret hingga mei terjadi pada musim
massa air yang berada di lapisan bawah, yang peralihan. Dimana pada bulan Maret didominasi
suhunya relatif lebih rendah. Selain suhu, ciri upwelling kuat,namun juga ada yang lemah. Pada
terjadinya upwelling adalah dengan adanya klorofil- bulan April terjadi upwelling sangat kuat, kuat, dan
a dalam jumlah yang lebih besar, karena dengan lemah. Namun cenderung ke kuat. Pada bulan Mei
terjadinya pengadukan dasar perairan, nutrien yang terjadi upwelling sangat kuat, kuat, lemah, dan
berada di bagian bawah perairan terangkat dan sangat lemah .
V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Kesimpulan dari pengolahan data dalam praktikum ini sebagai berikut :
1. Upwelling merupakan peristiwa naiknya massa air laut dari suatu lapisan permukaan yang
terjadi sebagai akibat dari kekosongan massa air di lapisan diatasnya sehingga terjadi
divergensi dan merupakan sebuah fenomena dimana air laut yang lebih dingin dan
bermassa jenis lebih besar dari dasar laut bergerak ke permukaan akibat pergerakan angin
di atasnya
3. Dengan bantuan software SeaDAS dan ArcGIS dapat diketahui dari persebaran klorofil dan
suhu permukaan yang akan menunjukkan juga daerah dimana terjadi proses upwelling pada
Perairan Selatan Jawa dan dapat dikenali dengan adanya perbedaan warna yang mencolok.
Dalam layout peta daerah upwelling Perairan Selatan Jawa pada bulan Maret, April, dan
Mei terdapat upwelling kuat,upwelling lemah, upwelling sangat kuat dan upwelling sangat
lemah.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya praktikum lebih berurutan dan pelan, agar
praktikan dapat mengikuti dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ai, N. S., & Banyo, Y. (2011). Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air
pada Tanaman. J. Ilmiah Sains, 11(2), 166–173.
Komarudin, R., & Priyanto, S. (2014). E – 70. LIPI, 1–7.
Kunarso, Hadi, S., Ningsih, N. S., & Baskoro, M. S. (2011). Variabilitas Suhu dan Klorofil-a
di Daerah Upwelling pada Variasi Kejadian ENSO dan IOD di Perairan Selatan Jawa
sampai Timor. Ilmu Kelautan, 16(3), 171–180. https://doi.org/10.14710/ik.ijms.16.3.171-
180
Meliani, F. (2006). Kajian konsentrasi dan sebaran spasial klorofil-A di perairan teluk
Jakarta menggunakan citra satelit Aqua Modis. Retrieved from
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/49072
Purba, N. P., & Pranowo, W. (2015). No Title. Bandung: UNPAD PRESS.
Sukresno, B., & Jatisworo, D. (2018). Multilayer Analysis of Upwelling Variability in South
Java sea.