Anda di halaman 1dari 28

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Upwelling merupakan proses naiknya massa air dari bawah ke permukaan laut,
dimana dari kajian-kajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa daerah upwelling
merupakan daerah lepas pantai paling produktif . Wilayah upwelling umumnya ditandai
oleh kandungan nutrien yang tinggi dan temperatur permukaan yang lebih rendah dari
sekitarnya. Pada wilayah proses ini, banyak ditemukan ikan yang berkumpul untuk
mencari makan karena kandungan nutrien yang sangat berlimpah. Dari hal tersebut
upwelling merupakan salah satu fenomena yang harus diketahui, karena potensi yang
dihasilkan sangat menguntungkan di bidang kelautan.Selain itu dengan mengetahui
fenomena upwelling, banyak yang bisa dipelajari, seperti faktor penyebab upwelling,
karakteristik upwelling dan lain sebagainya.
Dari hal tersebut, perlu adanya mahasiswa untuk mengetahui tentang fenomena ini
dan mampu menganalisisnya. Diharapkan dengan menganalisisnya kita bisa mengetahui
daerah mana saja yang merupakan daerah potensial untuk penangkapan ikan sehingga
lebih mengefisienkan mulai dari waktu,biaya, dan tenaga nelayan di Indonesia dan ikut
mensejahterakannya.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui proses terjadinya upwelling di perairan
2. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat upwelling dalam bidang oseanografi
3. Mahasiswa mampu mengolah data dari citra satelit dalam untuk penentuan daerah
upwelling yang ada di lokasi Perairan Selatan Laut Jawa
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Upwelling
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan
permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas
tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Komarudin & Priyanto, 2014).
Upwelling merupakan fenomena oseanografi yang melibatkan wind-driven motion
yang kuat, dingin dan biasanya membawa massa air yang kaya akan nutrien ke arah
permukaan laut. Upwelling adalah fenomena atau kejadian yang berkaitan dengan
gerakan naiknya massa air laut. Gerakan vertikal ini adalah bagian integrasi dari
sirkulasi laut tetapi ribuan sampai jutaan kali lebih kecil dari arus horizontal. Gerakan
vertikal ini terjadi akibat adanya stratifikasi densitas air laut karena dengan penambahan
kedalaman mengakibatkan suhu menurun dan densitas meningkat yang menimbulkan
energi untuk menggerakkan massa air secara vertikal. Laut juga terstratifikasi oleh
faktor lain, seperti kandungan nutrien yang semakin meningkat seiring pertambahan
kedalaman. Dengan demikian adanya gerakan massa air vertikal akan menimbulkan
efek yang signifikan terhadap kandungan nutrien pada lapisan kedalaman tertentu
(Komarudin & Priyanto, 2014).

2.2.SPL ( Suhu Permukaan Laut )


Istilah suhu permukaan laut secara umum sering digunakan dalam bidang kelutan
maupun perikanan, yang merupakan bagian dari suhu perairan secara keseluruhan.
Dalam bidang perikanan, suhu permukaan laut adalah salah satu parameter fisik
oseanografi yang digunakan untuk menganalisis daerah penangkapan ikan (fishing
ground), dan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di
lautan. Suhu permukaan laut mempengaruhi aktifitas metabolisme maupun
pekembangbiakan dari organisme-organisme yang ada di perairan.Oleh karena itu
tidaklah mengherankan jika banyak dijumpai barmacam macam jenis hewan yang
terdapat di berbagai tempat perairan di dunia Salah satu parameter oseanografi yang
mencirikan massa air di lautan ialah suhu. Massa air yang terdapat di laut berbeda-beda
karakteristiknya dari satu tempat ke tempat lain. Untuk menandai berbagai macam
karakteristik massa air tersebut dipakai parameter suhu sebagai indikator, karena itu
karakter sebaran suhu dipakai untuk mengetahui adannya sebaran massa air (Purba &
Pranowo, 2015).
Pada saat ini informasi tentang SPL (suhu permukaan laut) dapat dilihat dan ditelaah
dengan menggunakan citra suhu permukaan laut telah banyak diaplikasikan untuk
perikanan dan pemanfaatan sumberdaya hayati laut. Untuk penentuan suhu permukaan
laut dari satelit pengukuran dilakukan dengan radiasi infra merah pada panjang
gelombang 3-14 µm. Pengukuran spektrum inframerah yang dipancarkan oleh
permukaan laut hanya dapat memberikan informasi suhu pada lapisan permukaan
sampai kedalaman tertentu. Dari pola distribusi citra suhu permukaan laut dapat dilihat
fenomena oseanografi seperti upwelling, front dan pola arus permukaan. Daerah yang
mempunyai fenomena tersebut umumnya merupakan perairan yang subur. Dengan
diketahuinya daerah perairan yang subur tersebut maka daerah penangkapan ikan dapat
diketahui, karena migrasi ikan cenderung ke perairan yang subur (Purba & Pranowo,
2015).

2.3.Klorofil-a
Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu chloros artinya hijau dan phyllos
artinya daun. Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1818, dan pigmen tersebut diekstrak
dari tanaman dengan menggunakan pelarut organik. Klorofil adalah pigmen pemberi
warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam
proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi
energi kimia. Klorofil mempunyai rantai fitil (C20H39O) yang akan berubah menjadi
fitol (C20H39OH)jika terkena air dengan katalisator klorofilase. Fitol adalah alkohol
primer jenuh yang mempunyai daya afinitas yang kuat terhadap O2 dalam proses
reduksi klorofil (Ai & Banyo, 2011).
Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan cahaya dengan
gelombang yang berlainan (berpendar = berfluoresensi). Klorofil banyak menyerap
sinar dengan panjang gelombang antara 400-700 nm, terutama sinar merah dan biru.
Sifat kimia klorofil, antara lain (1) tidak larut dalam air, melainkan larut dalam pelarut
organik yang lebih polar, seperti etanol dan kloroform; (2) inti Mg akan tergeser oleh 2
atom H bila dalam suasana asam, sehingga membentuk suatu persenyawaan yang
disebut feofitin yang berwarna coklat (Ai & Banyo, 2011).
Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis. Fotosintesis
merupakan proses perubahan senyawa anorganik (CO2 dan H2O) menjadi senyawa
organik (karbohidrat) dan O2 dengan bantuan cahaya matahari. Klorofil merupakan
pigmen utama yang terdapat dalam kloroplas. Kloroplas adalah organel sel tanaman
yang mempunyai membran luar, membran dalam, ruang antar membran dan stroma.
Permukaan membran internal yang disebut tilakoid akan membentuk kantong pipih dan
pada posisi tertentu akan bertumpukan dengan rapi membentuk struktur yang disebut
granum. Seluruh granum yang terdapat pada kloroplas disebut grana. Tilakoid yang
memanjang dan menghubungkan granum satu dengan yang lain di dalam stroma disebut
lamela (Ai & Banyo, 2011).
Klorofil a adalah suatu senyawa kompleks antara magnesium dengan porfirin yang
mengandung cincin siklopentanon (cincin V). Keempat atom nitrogennya dihubungkan
secara ikatan. Koordinasi dengan ion Mg2+ membentuk senyawa kompleks planar yang
mantap. Rantai sampingnya yang bersifat hidrofob adalah suatu terpenoid alkohol dan
fitol yang dihubungkan secara ikatan ester dengan gugus propionat dari cincin IV.
Klorofil a merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan
autotrof. Rumus kimia klorofila C55H72O5N4Mg (Ai & Banyo, 2011).

2.4.Citra Aqua MODIS


Data citra yang merupakan produk MODIS untuk perairan mencakup tiga hal yakni
warna perairan, suhu permukaan laut dan produksi primer perairan melalui pendeteksian
kandungan klorofil. Citra MODIS level 3 merupakan produk data yang sudah diproses.
Citra tersebut sudah dikoreksi atmosferik, yang dilakukan untuk menghilangkan
hamburan cahaya yang sangat tinggi yang disebabkan oleh komponen atmosfer.
Komponen yang dikoreksi yaitu hamburan Rayleigh dan hamburan aerosol. Selain itu,
citra MODIS level 3 digunakan untuk data klimatologi dan data ozon yang merupakan
data lingkungan untuk mempertajam hasil keluaran citra (Meliani, 2006).
Kelebihan citra Aqua MODIS memiliki spektral panjang gelombang (resolusi
radiometrik), cakupan lahan yang lebih teliti (resolusi spasial), dan lebih seringnya
ferkuensi pengamatan (resolusi temporal). Penelitian mengenai dinamika suhu
permukaan laut dan produktivitas primer klorofil-a menggunakan data satelit Aqua
MODIS, memberikan hasil yang lebih baik dalam menggambarkan keadaan lapangan,
dibuktikan berdasarkan penelitian pemanfaatan SPL didapatkan bahwa data citra satelit
memiliki hubungan yang kuat dengan data in situ (Meliani, 2006).

2.5.Identifikasi Upwelling dengan Klorofil-a dan SPL


Variabilitas suhu dan klorofil-a permukaan laut dikaji berdasarkan data-data
MODIS (Moderate-Resolution Imaging Spektroradiometer) bulanan Level 3 dari satelit
Aqua dan Terra. Nilai suhu dan klorofil-a permukaan laut bervariasi menurut waktu
(bulan), wilayah (provinsi) dan variasi antar tahunan iklim global (El Niño-IOD(-), El
Niño-IOD(+), La Niña-IOD( -) dan La Niña -IOD(+). Secara umum kisaran suhu
permukaan laut (SPL) di daerah upwelling pada variasi ENSO dan IOD berkisar 26,18
–28,35°C dengan rerata 27,04±0,93°C. Kisaran klorofil-a sebesar 0,3–0,95 mg/M³
dengan rerata 0,69±0,28mg/M³. Mulai bulan Juni umumnya nilai suhu permukaan laut
(SPL) semakin turun dan klorofil-a semakin meningkat hingga mencapai puncak bulan
Agustus atau September, kemudian berangsur normal kembali. Nilai suhu permukaan
laut terendah ditemukan berkembang dari timur (Bali) pada bulan Juni bergerak ke barat
hingga Jawa Barat di bulan Oktober. Nilai klorofil-a tinggi berkembang sesuai dengan
perkembangan suhu terendah, namun nilai klorofil-a tertinggi umumnya bergerak tidak
sesuai dengan perkembangan SPL terendah. Klorofil-a tertinggi umumnya terjadi di
perairan selatan Provinsi Bali. Jauh dekatnya pergerakan SPL terendah dan klorofil-a
tinggi tampak dipengaruhi nilai IOD-nya, semakin besar nilai IOD maka semakin jauh
gerakannya ke barat (Kunarso, Hadi, Ningsih, & Baskoro, 2011).

2.6.Aplikasi identifikasi upwelling dalam bidang Oseanografi


Aplikasi identifikasi Upwelling di bidang oseanografi adalah dapat
mempermudah dalam penentuan lokasi fishing ground. Daerah upwelling merupakan
lokasi perairan yang kaya akan pakan ikan, kandungan plankton dilokasi upwelling
umumnya tinggi karena itulah ikan kecil (herbivora) akan banyak tinggal di daerah
upwelling. Banyaknya ikan-ikan kecil akan menarik ikan-ikan pemangsa (karnivora)
termasuk tuna untuk hidup di daerah upwelling tersebut. Hal lain yang menarik tuna
untuk tinggal di daerah upwelling adalah adanya pertemuan antara arus air hangat dan
arus air dingin. Hal ini menjadi salah satu alasan untuk menduga bahwa daerah
upwelling merupakan lokasi fishing ground tuna yang potensial. Masing-masing jenis
ikan tuna mempunyai sifat ekologi yang berbeda-beda. Salah satu parameter lingkungan
yang sangat mempengaruhi perilaku kehidupan ikan tuna adalah suhu . Masing-masing
ikan tuna mempunyai kisaran suhu optimum untuk kehidupannya (Kunarso, 2005).

2.7.Daerah upwelling di wilayah Perairan Selatan Laut Jawa


Perairan selatan Jawa memiliki karakteristik yang unik karena adanya berbagai
faktor oseanografi, salah satu fenomena oseanografi tersebut adalah adanya upwelling
yang merupakan respon terhadap arah dan kecepatan angin yang berasosiasi dengan
sistem iklim musim. Fenomena Oseanografis tersebut sering diasosiasikan dengan
penurunan tinggi permukaan laut dan suhu permukaan laut (SPL). Disisi lain juga
dicirikan dengan naiknya massa air laut dari lapisan bawah ke permukaan dengan
temperatur yang lebih dingin dan kandungan nutrien yang lebih banyak. Pada musim
timur antara bulan Juni hingga Oktober terjadi pergeseran pusat upwelling ke arah barat
mendekati Sumatra hingga ke ekuator. Seiring dengan perubahan musim, pada musim
barat antara bulan November hingga bulan Maret terjadi penurunan intensitas. Analisis
variabilitas intensitas di selatan Jawa dilakukan dengan menggunakan data timeseries
SPL dan konsentrasi klorofil-a (Klor-a) yang diperoleh dari data satelit. Pada musim
timur (bulan Juni hingga Oktober) intensitas upwelling mengalami peningkatan
sehingga menyebabkan SPL lebih dingin dan serta Klor-a lebih tinggi dibandingkan
pada musim barat.(Sukresno & Jatisworo, 2018)
Dengan menggunakan analisis data satelit Susanto & Marra (2005), menemukan
bahwa peningkatan konsentrasi Klor-a di selatan Jawa pada Musim Timur (MT)
menyebar ke arah selatan lebih dari 2° astronomis atau lebih dari 220 km. Dengan
menggunakan indeks Nino 3,4 sebagai representasi El Nino Southern Oscillation
(ENSO) dan Indeks Indian Ocean Dipole (IOD), maka pengaruh ENSO dan IOD di
selatan Jawa dapat diketahui. IOD memberikan pengaruh terhadap konsentrasi klor-a di
selatan Jawa. Struktur vertikal upwelling bias dianalisis dengan menggunakan data
temperatur di beberapa kedalaman. Salah satu korelasi antara upwelling dengan
konsentrasi klor-a adalah melalui mekanisme naiknya nitrat dari kedalaman sekitar 100
m ke permukaan yang memberikan suplai nutrient sehingga terjadi kelimpahan klor-a..
Secara umum upwelling bisa diidentifikasi dengan adanya trend penurunan temperatur
pada kolom air dari permukaan hingga kedalaman tertentu. Tren penurunan temperatur
di selatan Jawa pada periode Juli hingga Oktober terlihat jelas dari permukaan hingga
kedalaman 100 m. Kemudian dari kedalaman 100 m hingga kedalaman 200 m trend
penurunan temperatur tersebut semakin kecil dan kemudian di kedalaman dibawah 200
m trend penurunan temperature sudah tidak terlihat lagi.(Sukresno & Jatisworo, 2018)
III. MATERI METODE
3.1.Materi
3.1.1. Waktu dan Tempat
Hari, Tanggal : Senin, 8 April 2019
Waktu : 18.30 – 21.00 WIB
Tempat : Ruang B.301 Gedung B Lantai 3 Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang

3.1.2. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum
Nama Alat dan
No Gambar Fungsi
Bahan
1 Laptop Sebagai alat untuk
megoperasikan program
aplikasi ArcGIS dan
SeaDAS
2 SeaDAS Program aplikasi untuk
mereproject data.
3 ArcGIS Program aplikasi untuk
mengolah data dari
SeaDAS

4 Data klorofil, SST Digunakan pada software


dan shapefile Peta ArcGIS dan SeaDAS
Indonesia untuk diolah upwelling
yang terjadi.
3.2.Metode
3.2.1. Download Citra Aqua MODIS
1. Buka website http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/cms/ untuk mendapatkan data
klorofil dan SST.

2. Pada tab DATA pilih data Level 3 Browser.

3. Pilih data AQUA MODIS Chlorphyll Concentration, untuk data Monthly


Climatology, dengan resolusi 4 km. Unduh data bulan Maret, April, Mei dengan
format SMI
4. Pilih data AQUA MODIS Sea Surface Temperature (11 µ daytime ) untuk data
Monthly Climatology, dengan resolusi 4 km. Unduh data bulan Maret,April dan
Mei dengan format SNI.

3.2.2 SeaDAS

1 . Aplikasi Seadas dibuka.

2. Klik file, pilih open. Buka citra yang telah diunduh. Ekstensi dari citra yang diunduh
adalah .nc.
3 .Pada File Manager buka Raster lalu klik dua kali pada chlor_a. Akan muncul peta
klorofil. Lakukan hal yang sama untuk SST

4 Kemudian peta dikunci dibagian Navigation Controls, dengan cara mengklik ikon

Syncronise compatible product views dan Syncronise cursor position


5 Kemudian klik Zooming tool dan perbesar hingga Perairan Selatan Jawa

6 . Kemudian klik Raster dan pilih Crop, lalu klik OK dan ulangi hal yang sama untuk
klorofil
7 Kemudian klik Raster peta chlor_ a dan SST yang sudah dicrop, maka secara
otomatis peta akan terpotong sesuai ketentuan yaitu Perairan Selatan Jawa. Setelah
itu klik Processing → Reproject

8 Pada menu I/O Parameters, Save as dalam bentuk BEAM-DIMAP, lalu unchecklist
Open in SeaDAS dan pada Directory simpan ke dalam folder yang diinginkan. Lalu
pada menu Reprojection Parameters, No-data value dirubah menjadi 0, setelah tiu
klik Run dan OK. Lakukan hal yang sama pada SST
3.2.3 Pengolahan excel
1. Klik open lalu pilih browse dan cari file yang sudah diolah di Seadas
2 . Pilih file type Delimited lalu klik next, kemudian pada step ke 2 pilih delimited tab
selanjutnya kiln next dan pada step ke 3 finish.
3. Hapus data-data yang tidak diperlukan dan sisakan kolom Longitude, latitude, dan
klorofil/sst.

4. Klik Sort and Filtr lalu pastikan tidak terdapat nan. Jika terdapat nan klik
unchecklist.
5. Mencari nilai maksimal, minimal, rata-rata, standar deviasi, nilai a,b, dan c.

6.

3.2.4 Olah Citra Penentuan daerah upwelling di ArcGIS


1. Pengolahan peta upwelling pada perairan dapat dimulai dengan membuka software
ArcGIS 10.3.

2. Klik Add data lalu Pilih data yang ingin dimasukkan lalu pilih data yang
chlor_a.img dan sst.img. Maka akan muncul layar seperti berikut
3. Klik kanan pada kemudian pilih properties

4. Ganti warna dengan mengklik Symbology lalu ganti Type dengan Histogram Equalize.
Setelah itu, klik YES dan pilih warnanya. Lakukan hal yang sama pada data sst.

5. Pilih Arc Toolbox Window → Spasial Analyst Tools → Map Algebra → Raster
Calculator.
6. Tuliskan pada kotak calculatornya sesuai dengan kriteria (SST sangat kuat < 29,7315),
kemudian simpan di folder dengan nama SST_SK, lalu OK.

7. Setelah itu klik pada kotak 0 pada sst_SK dan rubah warnanya menjadi hollow,
kemudian OK.

8. Klik Raster Calculator lagi dan tuliskan pada kotak calculatornya sesuai dengan
kriteria (Klor sangat kuat >= 0,1218), kemudian simpan di folder dengan nama
Klor_SK, lalu OK
9. Setelah itu klik pada kotak 0 pada klor_SK dan rubah warnanya menjadi hollow,
kemudian OK.

10. Klik Raster Calculator lagi dan tuliskan pada kotak calculatornya sesuai dengan
kriteria (KLOR SANGATKUAT + SST_SANGATKUAT), kemudian simpan di folder
dengan nama Upw_SANGATKUAT, lalu OK

11. Setelah itu klik pada kotak 0 dan 1 pada Upw_SANGATKUAT dan rubah warnanya
menjadi hollow, kemudian OK.
12. Ulangi langkah untuk SST LEMAH, KLOR LEMAH, UPWELLING LEMAH, SST
SANGAT LEMAH, KLOR SANGAT LEMAH, UPWELLING SANGAT LEMAH,
SST KUAT, KLOR KUAT, UPWELLING KUAT

13. Klik Add Data lagi citra yang SHP Provinsi, kemudian klik Add.

14. . Kemudian unchecklist semua dan sisakan hanya upwelling Hasil nya akan seperti
gambar dibawah ini
3.2.5 Layouting Peta

1. Klik View kemudian pilih Layout View

2. Kemudian lakukan layouting seperti gambar berikut


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil
4.1.1. Hasil Perhitungan dan Klasifikasi Kriteria Upwelling di Perairan Selatan Jawa
4.1.1.1. Sea Surface Temperature ( SST )
Bulan Maret
Nilai Maksimum = 30.335 0C Nilai Rata-rata = 29.72 0C
Nilai Minimum = 29.0150C Standar Deviasi = 0.2210C

A = 29.60934 C = 30.0526
B = 29.83099

Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL) = UL >= 30.05260C
2. Upwelling Lemah (UL) = 29.830990C <= UL < 30.05260C
3. Upwelling Kuat (UK) = 29.609340C <= UK < 29.830990C
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK < 29,609340C

Bulan April
Nilai Maksimum = 29.8 0C Nilai Rata-rata = 29.420 0C
Nilai Minimum = 28.8150C Standar Deviasi = 0.14860C

A = 29.34656 C = 29.64377
B = 29.49517

Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL) = UL >= 29.643770C
2. Upwelling Lemah (UL) = 29.49510C <= UL < 29.643770C
3. Upwelling Kuat (UK) = 29.346560C <= UK < 29.49510C
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK < 29.346560C

Bulan Mei
Nilai Maksimum = 29.075 0C Nilai Rata-rata = 28.631 0C
Nilai Minimum = 28.1850C Standar Deviasi = 0.12970C
A = 28.56691 C = 28.82648
B = 28.6967

Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL) = UL >= 28.826480C
2. Upwelling Lemah (UL) = 28.69670C <= UL < 28.826480C
3. Upwelling Kuat (UK) = 28.56910C <= UK < 28.69670C
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK < 28.566910C

4.1.1.2. Klorofil A
Bulan Maret
Nilai Maksimum = 0.199 mg/L Nilai Rata-rata =0,08 mg/L
Nilai Minimum = 0.067 mg/L Standar Deviasi =0,01 mg/L

A = 0.0831 C = 0.1084
B = 0.0957

Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Lemah (UL) = 0.0831<=UL<0.0957
2. Upwelling Sangat Lemah (USL) = USL<0.0831
3. Upwelling Kuat (UK) = 0.0957 mg/L <= UK < 0.108 mg/L
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK >= 0.1084 mg/L

Bulan April
Nilai Maksimum = 0.196 mg/L Nilai Rata-rata =0,10 mg/L
Nilai Minimum = 0.079 mg/L Standar Deviasi =0,01 mg/L

A = 0.098926 C = 0.13103
B = 0.1149

Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Lemah (UL) = 0.098926<=UL<0.1149
2. Upwelling Sangat Lemah (USL) = USL<0.098926
3. Upwelling Kuat (UK) = 0.1149 mg/L <= UK < 0.13103 mg/L
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK >= 0.13103 mg/L
Bulan Mei
Nilai Maksimum = 0.257 mg/L Nilai Rata-rata =0,13 mg/L
Nilai Minimum = 0.102 mg/L Standar Deviasi =0,01 mg/L

A = 0.12267 C = 0.1621
B = 0.142405

Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Lemah (UL) = 0.12267<=UL<0.142405
2. Upwelling Sangat Lemah (USL) = USL<0.12267
3. Upwelling Kuat (UK) = 0.142405 mg/L <= UK < 0.1621 mg/L
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK >= 0.1621 mg/L
4.1.2. Hasil Layoting upwelling di wilayah Perairan Selatan Jawa
4.2.Pembahasan

Praktikum arus upwelling kali ini ditinjau mengakibatkan fitoplankton yang berperan sebagai
pada bulan Maret, April, dan Mei tepatnya pada produktifitas primer perairan berkembang biak
Perairan Selatan Jawa. Pulau ini digunakan atau dengan sangat baik dan mampu menarik berbagai
diidentifikasi, karena pada bagian selatan pulau ini organisme yang berperan sebagai konsumen.
merupakan wilayah yang langsung berhadapan Upwelling yang terjadi pada wilayah Perairan
dengan samudra. Artinya, upwelling yang terjadi Selatan Jawa ini, memiliki tipe yang berbeda – beda
pada wilayah ini, tidak terjadi karena faktor aliran pada setiap bulan dan banyak jenisnya pula. Hal ini
sungai tapi karena pengaruh langsung dari samudera. terjadi karena pengaruh dari fenomena alam yang
Daerah selatan Jawa, memiliki 4 tipe upwelling berubah-ubah pada setiap bulannya juga. Perairan
diantaranya upwelling sangat kuat, upwelling kuat, selatan Jawa memiliki karakteristik yang unik karena
upwelling lemah dan upwelling sangat lemah. Pada adanya berbagai faktor oseanografi, salah satu
layout peta yang telah diolah, keempat tipe fenomena oseanografi tersebut adalah adanya
upwelling tersebut dapat dianalisis dengan upwelling yang merupakan respon terhadap arah dan
mengetahui legenda dari peta tersebut. Untuk kecepatan angin yang berasosiasi dengan sistem
daratan digambarkan dengan memiliki warna ungu. iklim musim. .Menurut (Sukresno & Jatisworo,
Upwelling sangat kuat memiliki warna kuning muda, 2018),pada musim timur antara bulan Juni hingga
upwelling kuat berwarna biru tua, upwelling lemah Oktober terjadi pergeseran pusat upwelling ke arah
berwarna merah dan upwelling sangat lemah barat mendekati Sumatra hingga ke ekuator. Seiring
berwarna orange. dengan perubahan musim, pada musim barat antara
Ciri upwelling ditandai dengan adanya bulan November hingga bulan Maret terjadi
perairan dengan suhu yang lebih rendah penurunan intensitas. Pada peta yang diolah pada
dibandingkan sekitarnya, karena terjadi pengadukan bulan maret hingga mei terjadi pada musim
massa air yang berada di lapisan bawah, yang peralihan. Dimana pada bulan Maret didominasi
suhunya relatif lebih rendah. Selain suhu, ciri upwelling kuat,namun juga ada yang lemah. Pada
terjadinya upwelling adalah dengan adanya klorofil- bulan April terjadi upwelling sangat kuat, kuat, dan
a dalam jumlah yang lebih besar, karena dengan lemah. Namun cenderung ke kuat. Pada bulan Mei
terjadinya pengadukan dasar perairan, nutrien yang terjadi upwelling sangat kuat, kuat, lemah, dan
berada di bagian bawah perairan terangkat dan sangat lemah .
V. PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Kesimpulan dari pengolahan data dalam praktikum ini sebagai berikut :

1. Upwelling merupakan peristiwa naiknya massa air laut dari suatu lapisan permukaan yang
terjadi sebagai akibat dari kekosongan massa air di lapisan diatasnya sehingga terjadi
divergensi dan merupakan sebuah fenomena dimana air laut yang lebih dingin dan
bermassa jenis lebih besar dari dasar laut bergerak ke permukaan akibat pergerakan angin
di atasnya

2. Upwelling dalam bidang oseanografi dapat digunakan untuk mengetahui proses


pergerakan arus upwelling dan pola arus pembentuknya, mengetahui kesuburan perairan
yang diindikasikan oleh perkembangan fitoplankton yang memiliki kandungan klorofil-
A, penentuan fishing ground serta menjelaskan pola sirkulasi pencampuran massa air
secara vertikal.

3. Dengan bantuan software SeaDAS dan ArcGIS dapat diketahui dari persebaran klorofil dan
suhu permukaan yang akan menunjukkan juga daerah dimana terjadi proses upwelling pada
Perairan Selatan Jawa dan dapat dikenali dengan adanya perbedaan warna yang mencolok.
Dalam layout peta daerah upwelling Perairan Selatan Jawa pada bulan Maret, April, dan
Mei terdapat upwelling kuat,upwelling lemah, upwelling sangat kuat dan upwelling sangat
lemah.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya praktikum lebih berurutan dan pelan, agar
praktikan dapat mengikuti dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ai, N. S., & Banyo, Y. (2011). Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air
pada Tanaman. J. Ilmiah Sains, 11(2), 166–173.
Komarudin, R., & Priyanto, S. (2014). E – 70. LIPI, 1–7.
Kunarso, Hadi, S., Ningsih, N. S., & Baskoro, M. S. (2011). Variabilitas Suhu dan Klorofil-a
di Daerah Upwelling pada Variasi Kejadian ENSO dan IOD di Perairan Selatan Jawa
sampai Timor. Ilmu Kelautan, 16(3), 171–180. https://doi.org/10.14710/ik.ijms.16.3.171-
180
Meliani, F. (2006). Kajian konsentrasi dan sebaran spasial klorofil-A di perairan teluk
Jakarta menggunakan citra satelit Aqua Modis. Retrieved from
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/49072
Purba, N. P., & Pranowo, W. (2015). No Title. Bandung: UNPAD PRESS.
Sukresno, B., & Jatisworo, D. (2018). Multilayer Analysis of Upwelling Variability in South
Java sea.

Anda mungkin juga menyukai